Anda di halaman 1dari 32

ARTIKEL KAJIAN ISLAM

1. Iman, Islam, Ihsan


2. Islam dan Sains
3. Islam dan Penegakan Hukum
4. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Mungkar
5. Fitnah Akhir Jaman

Disusun sebagai tugas tekstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agam Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

NAMA : M.IRDANI SYAFARI FIDDIN


NIM : F1B020071
Fakultas dan Prodi : TEKNIK/TEKNIK ELEKTRO
Semester : 1 ( SATU )

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan
rohani sehingga bisa menyelesaikan tugas artikel ini dengan tepat waktu.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita


Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran
agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Terimakasih saya sampaikan atas bimbingan bapak Dr. Taufiq Ramdani, S. Th.I.,
M.Sos Sebagai dosen pengampuh mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Besar harapan saya artikel ini bisa memberikan manfaat kepada pembaca supaya
menambah wawasan dan pengetahuan tentang beberapa artikel di atas, karna itu saya
sangat menyadari dengan adanya kekurangan dalam penulisan artikel ini, jadi saya
sangat mengharapkan kritik dan saran supaya artikel ini menjadi lebih baik.

Penyusun, Mataram 12 DESEMBER 2020

NAMA : M. IRDANI SYAFARI FIDDIN


NIM : F1B020071

ii
DAFTAR ISI

COVER………………….…………………………………………………i

KATA PENGANTAR……………………………………………………..ii

DAFTAR HALAMAN ISI………………………………………………..iii

I. Iman, Islam, Ihsan…………………………………………………1


II. Islam dan Sains………..…………………………………………...8
III. Islam dan Penegakan Hukum………...…………………………..10
IV. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Mungkar…...…14
V. Fitnah Akhir Zaman………………………………………………22

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….28

LAMPIRAN……………………………………………………………...29

iii
Iman, Islam, Ihsan

A. Iman
1. Pengertian Iman

Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam
satu keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya,
disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga disebut
dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip.

Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan
dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan
dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka
yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang
beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip.
Atau juga pandangan dan sikap hidup.

2. Rukun Iman

Rukun iman ada 6 yaitu:

 Iman kepada Allah: Seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah


hingga dia mengimani 4 hal:

1. Mengimani adanya Allah.


2. Mengimani Rububiyyah Allah, bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai,
dan mengatur alam semesta kecuali Allah.
3. Mengimani Uluhiyyah Allah, bahwa tidak ada sembahan yang berhak
disembah selain Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah Ta’ala.
4. Mengimani semua asma dan sifat Allah (al-Asma'ul Husna) yang Allah
telah tetapkan untuk diri-Nya dan yang nabi-Nya tetapkan untuk Allah, serta
menjauhi sikap menghilangkan makna, memalingkan makna,
mempertanyakan, dan menyerupakanNya.

1
 Iman kepada para malaikat Allah:

 Mengimani adanya malaikat sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, beserta


amalan dan tugas yang diberikan Allah kepada para malaikat.
 Jumlah malaikat tidak ada seorangpun yang tahu dan hanya Allah SWT yang
mengetahuinya
 Malaikat diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya
 Orang islam wajib mengimani 10 malaikat yaitu:

1. Malaikat Jibril
2. Malaikat Mikal
3. Malaikat Rakib
4. Malaikat Atid
5. Malaikat Mungkar
6. Malaikat Nakir
7. Malaikat Maut
8. Malaikat Israfil
9. Malaikat Malik
10. Malaikat Ridwan

 Iman kepada kitab-kitab Allah:

 Mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah Kalam (ucapan) yang merupakan
sifat Allah.
 Mengimani bahwa kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT termasuk 4
(empat) yaitu:

1. Kitab Suci Taurat


2. Kitab Suci Zabur
3. Kitab Suci Injil
4. Kitab Suci Al-Qur'an
5. Muslim wajib mengimani bahwa Al-Qur'an merupakan penggenapan kitab-kitab
suci terdahulu.

2
 Iman kepada para rasul Allah

Mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah
Ta’ala pilih sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluknya. Akan tetapi
mereka semua tetaplah merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai
sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karenanya menyembah para nabi dan rasul adalah
kebatilan yang nyata. Wajib mengimani bahwa semua wahyu kepada nabi dan rasul itu
adalah benar dan bersumber dari Allah Ta’ala. Juga wajib mengakui setiap nabi dan
rasul yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita ketahui namanya.

 Iman kepada hari akhir

Mengimani tanda-tanda hari kiamat. Mengimani hari kebangkitan di padang


mahsyar hingga berakhir di Surga atau Neraka.

 Iman kepada qada dan qadar, yaitu takdir yang baik dan buruk

Mengimani kejadian yang baik maupun yang buruk, semua itu atas izin dari
Allah. Karena seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat dan sifat mereka demikian pula
perbuatan mereka melalui kehendak Ilahi.

B. Islam
 Pengertian Islam

Kata islām berasal dari bahasa Arab aslama - yuslimu dengan arti semantik
sebagai berikut: tunduk dan patuh (khadha‘a wa istaslama), berserah diri, menyerahkan,
memasrahkan (sallama), mengikuti (atba‘a), menunaikan, menyampaikan (addā),
masuk dalam kedamaian, keselamatan, atau kemurnian (dakhala fi al-salm au al-silm au
al-salām).[ Dari istilah-istilah lain yang akar katanya sama, “islām” berhubungan erat
dengan makna keselamatan, kedamaian, dan kemurnian.

Secara istilah, Islam bermakna penyerahan diri; ketundukan dan kepatuhan


terhadap perintah Allah serta pasrah dan menerima dengan puas terhadap ketentuan dan
hukum-hukum-Nya. Pengertian “berserah diri” dalam Islam kepada Tuhan bukanlah
sebutan untuk paham fatalisme, melainkan sebagai kebalikan dari rasa berat hati dalam

3
mengikuti ajaran agama dan lebih suka memilih jalan mudah dalam hidup. Seorang
muslim mengikuti perintah Allah tanpa menentang atau mempertanyakannya, tetapi
disertai usaha untuk memahami hikmahnya

 Rukun Islam

Berikut 5 urutan rukun Islam dan penjelasannya:

 Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat


Rukun Islam yang pertama adalah mengucapkan dua kalimat syahadat
wajib hukumnya bagi seseorang yang ingin menjadi muslim.
Kalimat syahadat dalam bahasa Arab:
ϝ˸Ϯ˵ ˱ Ϊ ㇐Ϊ ⺂ ˴Ϭ⺂η ㇐Ϊ ⺂ η˴⺂ ㇐ ㇐⺂ ˴Ϭ⺂
Kalimat syahadat dalam bahsa latin:
"Asy-hadu allaa ilaaha illallaahu wa asy-hadu anna
muhammadarrasuulullahi". Arti kalimat syahadat:
"Aku bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali
Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah".
Di dalam dua kalimat syahadat tersebut yang patut disembah hanyalah
Allah, tidak ada yang lain. Dan tidak ada Tuhan selain Allah dan Allah
yang menguasai seluruh isi alam semesta.
 Mendirikan Salat
Setelah menjadi seorang muslim tentu harus mengejarkan rukun Islam
yang kedua. Salat wajib disebut juga sebagai salat 5 waktu.
Salat 5 waktu terdiri dari:
- Salat Subuh
Salat yang dikerjakan sebelum terbitnya fajar (antara jam 04.00). Salat
ini berjumlah 2 raka'at.
- Salat Dzuhur
Salat yang dikerjakan siang hari (sekitar pukul 12.00) dan berjumlah 4
raka'at.
- Salat Ashar
Salat yang dikerjakan sore hari (sekitar jam 15.30) dengan jumlah 4

4
raka'at.
- Salat Maghrib
Salat yang dikerjakan saat matahari terbenam sampai masuk waktu Isya.
Raka'atnya ada 3.
- Salat Isya
Salat yang dikerjakan sekitar pukul 19.00 dengan jumlah 4 raka'at
 Berpuasa di Bulan Ramadhan
Setiap muslim diwajibkan berpuasa selama satu bulan penuh di bulan
Ramadhan. Tujuannya untuk mencapai ketakwaan kepada Allah SWT.
Di antara hikmah berpuasa adalah melatih kesabaran, menumbuhkan rasa
empati terhadap orang yang kelaparan sehingga terdorong hati kita untuk
membantu orang yang kurang mampu.
 Menunaikan Zakat
Zakat merupakan kewajiban yang dikeluarkan pada harta orang yang
memiliki kelebihan. Ada beberapa jenis zakat yaitu zakat fitrah yang
dikeluarkan pada bulan Ramadan, ada juga zakat mal yaitu zakat yang
dikeluarkan berdasarkan hasil niaga atau penghasilan
Jumlah zakat fitrah yang wajib diserahkan 2,5 kg atau bisa diganti
dengan uang yang setara dengan 2,5 kg beras.
Dan untuk zakat Mal bisa memperkirakannya dengan menyerahkan 2,5
persen dari harta yang diperolah dari penghasilan kita.
Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 43:
Ϧِϴ˶ ό ˴ ㇐ ˸ϴ˶˵ η Γ˸˶ Ϊ ˴ ˸ΰ η Γ˸ Ϊ ˴ ˸ ِِ η
Artinya:
"Dan dirikanlah shalat, serta tunaikkan zakat, dan ruku'lah bersama
dengan orang-orang yang ruku".
 Pergi Haji (Bagi yang Mampu)
Pergi Haji ke Mekkah adalah kewajiban umat muslim yang mampu
secara fisik dan finansial. Pergi haji wajibnya dilakukan satu kali seumur
hidup.
Allah berfirman dalam surat Ali-Imran: 97:
Ϧِ ˴Ϥϴ˴ Ϧ⺂ ˴ϟΎ Ϊ ㇐Ϊ ϟΎ ϟΎ Ϧ η ϼِ
˱ Ϯ ηِ˴⺂ ωϤ Ϯ
Ϧ Ζِ ˴ ㇐⺂ αϤΪϟ˴ ⺂ ΍Ϊ η

5
"...mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.
Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam." (QS. Ali-
Imran: 97)
C. Ihsan
1. Pengetian Ihsan

Ihsan (Arab: ㇐Ϥ ⺂ ; "kesempurnaan" atau "terbaik") adalah seseorang yang


menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan
melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat
perbuatannya.

Ihsan adalah lawan dari isa'ah (berbuat kejelekan), yaitu seorang manusia
mencurahkan kebaikan dan menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain.
Mencurahkan kebaikan kepada hamba-hamba Allah dengan harta, ilmu, kedudukan dan
badannya.

2. Ihsan di dalam beribadah kepada Allah

 Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, ini


adalah ibadah dari seseorang yang mengharapkan rahmat dan ampunan-
Nya. Nama lain dari perbuatan ini disebut Maqam al-Musyahadah ( Ϥथ
Γ Ϥ ˴ ). Dan keadaan ini merupakan tingkatan ihsan yang paling tinggi,
karena dia berangkat dari sikap membutuhkan, harapan dan kerinduan.
Dia menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya. Sikap seperti
ini membuat hatinya terang-benderang dengan cahaya iman dan
merefleksikan pengetahuan hati menjadi ilmu pengetahuan, sehingga
yang abstrak menjadi nyata
 Jika kamu tidak mampu beribadah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu, dan ini ibadah dari seseorang yang lari
dari adzab dan siksanya. Dan hal ini lebih rendah tingkatannya daripada
tingkatan yang pertama, karena sikap ihsannya didorong dari rasa
diawasi, takut akan hukuman. Sehingga, dari sini, ulama salaf
berpendapat bahwa, "Barangsiaa yang beramal atas dasar melihat Allah
Subhanahu wa Ta'ala, maka dia seorang yang arif, sedang siapapun yang

6
bermal karena merasa diawasi Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka dia
seorang yang ikhlas (mukhlis).

3. Ihsan Kepada Makhluk Allah

Berbuat ihsan kepada makhluk ciptaan Allah dalam empat hal, yaitu:

 Harta

Yaitu dengan cara berinfak, bersedekah dan mengeluarkan zakat. Jenis


perbuatan ihsan dengan harta yang paling mulia adalah mengeluarkan zakat karena dia
termasuk di dalam Rukun Islam. Kemudian juga nafkah yang wajib diberikan kepada
orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya seperti istri, anak, orang-tua, dll.
Kemudian sedekah bagi orang miskin dan orang yang membutuhkan lainnya.

 Kedudukan

Manusia itu bertingkat-tingkat jabatannya. Sehingga apabila dia memiliki


kedudukan yang berwenang maka digunakannya untuk membantu orang lain dalam hal
menolak bahaya ataupun memberikan manfaat kepada orang lain dengan kekusaannya
tersebut.

 Ilmu

Yakni memberikan ilmu bermanfaat yang diketahuinya kepada orang lain,


dengan cara mengajarkannya.

 Badan

Yakni menolong seseorang dengan tenaganya. membawakan barang-barang


orang yang keberatan, mengantarkan orang untuk menunjukan jalan, dan ini termasuk
bentuk sedekah dan bentuk ihsan kepada makhluk Tuhan.

7
Islam dan Sains

1. Pengertian Islam dan Sains

Ilmu pengetahuan dalam Islam merupakan sederet penjabaran mengenai


pandangan Islam yang tercantum dalam ayat-ayat suci Al-Qur’an dan berkenaan dengan
ilmu pengetahuan modern, diantaranya:

Teori Big Bang “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.
Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” Saat itu orang tidak ada yang tahu
bahwa langit dan bumi itu awalnya satu. Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti
teori Big Bang menyatakan bahwa alam semesta (bumi dan langit) itu dulunya satu.
Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang ini.

Garis Edar Planet “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang,
matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak
dalam garis edar tertentu: “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah
ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”

Langit Yang Mengembang Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di


saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan
sebagaimana berikut ini: “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan
sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” Menurut Al Qur’an langit
diluaskan/mengembang. Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa
kini. Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara
terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa
mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup. Hingga
awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu
pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala
tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan
dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya

8
memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”. Pada awal abad ke-20,
fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre,
secara teoretis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak
dan mengembang. Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan
pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang
astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak
saling menjauhi.

Gunung Yang Bergerak “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia
tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” 14 abad lampau seluruh
manusia menyangka gunung itu diam tidak bergerak. Namun dalam Al Qur’an
disebutkan gunung itu bergerak. Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan
kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan
magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah,
seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua
pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, tetapi kemudian bergeser
ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980,
yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener
dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah
daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan
Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan. Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea
terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda.
Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika,
Australia, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan
ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil. Benua-
benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan
Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga
menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di
awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut: Kerak
dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-
lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa

9
lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan
ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya.
Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-
lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi
bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih
lebar. Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah
telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan.
(Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan
mengapung dari benua” untuk gerakan ini.

Islam dan Penegakan Hukum

1. Pengertian Islam dan Penegakan Hukum

Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman di


Indonesia di samping tiga peradilan yang lain, yakni Peradilan Negeri, Peradilan
Militer,dan Peradilan Tata Usaha Negara. Keberadaan Peradilan Agama di Indonesia
sudah dimulai sejak Indonesia belum merdeka, yaitu sejak masa pemerintahan
kolonial Be/anda.

Dalam perjalanan sejarahnya, Peradilan Agama menempuh proses yang cukup


panjang hingga dimantapkannya kedudukan Peradilan Agama oleh pemerintah
Indonesia, yaitu dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor7 Tahun 1989 ten tang
Peradilan Agama (UUP A). Dengan UUPA ini maka kedudukan Peradilan Agama sama
dan setingkat dengan tiga peradilan lainnya dalam lingkup peradilan nasional. Peradilan
Agama memiliki wewenang untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara
perkara umat Islam. dalam bidang perkawinan, kewarisan, dan perwakafan.

Dengan kedudukan dan wewenang Peradilan Agama seperti di atas, Peradilan


Agama dapat dikatakan sebagai salah satu institusi penegak hukum di Indonesia
khususnya dalam bidang hukum Islam. Namun, harus diakui. bahwa jangkauan
Peradilan Agama masih sangat terbatas. Peradilan Agama baru menangani perkara-

10
perkara
umat Islam dalam ketiga hukum keperdataan seperti di alas, be/um menjangkau bidang
hukum yang lain, seperti hukum pidana dan hukum-hukum lainnya.

2. Pesan Rasulallah Untuk Penegak Hukum

Pertama, memutuskan perkara secara adil. Rasulullah SAW bersabda, "Barang


siapa yang menjadi hakim lalu menghukumi dengan adil, niscaya ia akan dijauhkan dari
keburukan." (HR Tirmidzi).

Kedua, tipologi hakim. Rasulullah SAW bersabda, "Hakim itu ada tiga, dua di
neraka dan satu di surga. Seseorang yang menghukumi secara tidak benar, padahal ia
mengetahui mana yang benar maka ia masuk neraka. Seorang hakim yang bodoh lalu
menghancurkan hak-hak manusia maka ia masuk neraka. Dan, seorang hakim yang
menghukumi dengan benar maka ia masuk surga." (HR Tirmidzi).

Ketiga, tidak meminta jabatan hakim. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa
mengharap menjadi seorang hakim maka (tugas dan tanggung jawab) akan dibebankan
kepada dirinya. Dan barang siapa tidak menginginkannya maka Allah akan menurunkan
malaikat untuk menolong dan membimbingnya dalam kebenaran." (HR Tirmidzi).

Keempat, jangan silau menjadi hakim. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa
yang diberi jabatan hakim atau diberi kewenangan untuk memutuskan suatu hukum di
antara manusia, sungguh ia telah dibunuh tanpa menggunakan pisau." (HR Tirmidzi).

3. Peradilan Dalam Islam

Sistem hukum dan peradilan dalam islam memiliki kekhasan yang tidak sama
dengan sistem hukum sekuler. Adanya sistem sanksi (uqubat) adalah suatu tindakan
manusia yang meninggalkan kewajiban dan mengerjakan perbuatan yang haram, serta
menentang perintah dan melanggar larangan yang pasti dan telah ditetapkan oleh

11
hukum-hukum syara dan negara.
Uqubat dapat berupa hudud, jinayat,ta’zir dan mukhalafat.

hudud adalah sanksi-sanksi atas kemaksiyatan yang telah ditetapkan kadarnya


(dan menjadi) hak Allah, seperti halnya dalam TSQ.al-Baqarah (2); 187 :

Ϛ ΰ˶η ˴Ϊ ˴ ϞΎϤ ˸˴ थΰ

“Itulah larangan Allah (hudud), maka janganlah kamu mendekatinya”

Dalam hudud tidak ada pemaafan, baik dari hakim maupun si pendakwa. Karena
hudud adalah hak Allah sehingga tidak ada satupun yang berhak menggugurkannya
pada kondisi apapun.

Jinayat adalah sanksi yang dijatuhkan atas penganiayaan atau penyerangan


terhadap badan atau anggota tubuh, yang mewajibkannya qishash (balasan seimbang)
atau diyat (denda). Selama berkaitan dengan hak manusia, maka bagi pemilik hak
(shahibul haq) boleh memberikan ampunan, dan menggugurkan haknya. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam TQS.al-Baqarah (2): 178

ηِ ⺂ Ϧ η˴ ˴ϟ⺂ Ϧ Ύ Ϥ˴ η ϴ˴Ϥ˴ ϴ˴ η ˴Ϥ˴ ˴ थ˴ ˴Ύ ιϤ थ˴ Ϣ˵ِ ⺂ ϴ Ύ ˸ϟ Ϧ Ϊ˴ Ϥ˴ ⺂Ϥ


Ϣِ˴⺂ Ώ ⺂ η Ύ Ϛ˴˶ ϴ˴ ⺂ Ϧ Ύ Δ ⺂˵η Ϣ˵˴˵ Ϧ ϒِϟ ΰ Ϛ˴˶ ㇐Ϥ ⺂ϟ˴ ηِ˴⺂ ˶⺂η ϑη ϴ ˴Ϥ˴ ωϤ ΰϤΎ ˴Ϭ

“Diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang
merdeka dengan orang merdeka, hambah dengan hambah, dan wanita dengan wanita”

Selanjutnya firman-Nya:

“ Dan Barang siapa mendapatkan suatu pemaafan dari saudaranya”

Ayat ini menunjukkan bolehnya shahibul haq untuk memberikan pemaafan dari haknya
dalam jinayat.

Hudud dan jinayat ini adalah sanksi-sanksinya telah ditetapkan oleh syari secara
spesifik dan mengikat, tidak boleh diganti ditambah maupun dikurangi. Dengan
demikian tidak diterima pemaafan dan pengguguran dari pihak hakim.

12
Sedangkan Ta’zir adalah bentuk sanksinya tidak mengikat, daan dapat menerima
pemaafan dan pengguguran sanksi, serta boleh mempertimbangkan aspek manusaianya,
maksudnya dalam perkara ta;zir apakah pelakunya pernah melakukan pelanggaran
sebelumnya, atau orangnya memiliki prilaku baik dan lain-lain.

Sebagimana riwayat dari Aisyah ra bahwa Nabi saw bersabda :

“Ringankanlah (sanksi) bagi orang yang memiliki perangai terpuji atas


pelanggaran mereka, kecuali hudud.”

Adapun mukhalafat adalah uqubat yang dijatuhkan oleh penguasa kepada orang
yang menentang perintah penguasa yang berwenang untuk memberi perintah. Sebab
penentangan terhadap perintah Imam termasuk salah satu kemaksyiatan dari sekian
banyak kemaksyiatan, Allah SWT telah memerintahkan untuk mentaati penguasa
(khalifah) dengan sangat jelas sebagaimana dalam TQS.an Nisa (4): 59

˸ϴِό⺂ ˸ϟ ˸ϴِό⺂˸ ˵ϟ
΍‴
Ϊ Ϧ Ϊ˴‴ Ϥ˴ ϝ˸ϮΪ ˴‴ ‴ ˴η⺂η

“Taatilah Allah dan Taatilah Rosul-Nya dan ulil amri di antara kamu”

Sementara makna ketaatan kepada ulil amri merujuk daria berbagai hadits,
seperti dari Husai al –Ahmasiyyah, Rasulullah saw, bersabda :

“Dengarkanlah dan taatilah walau kalian dipimpin oleh budak Habsyi, selama ia
menegakkan kitabullah azza wa jalla.”

Dengan menerapkan sistem hukum dan peradilan islam, akan membuat jera
pelaku kejahatan karena akan menangung hukuman yang setimpal. Inilah sifat dari
sanksi hukum islam, yang bersifat Zawajir (pencegahan), karena dapat mencegah
manusia dari mudahnya melakukan tindak kejahatan. Sedangkan sifat jawabir ( penebus
dosa di akherat), apabila sanksi hukum telah dilaksanakan oleh negara, maka pelaku
kejahatan sudah terbayarkan kesalahannya dan di akherat tidak mendapatkan pembalsan
yang lebih berat bahwa kan terbebas dari siksa neraka.

13
Sebagaimana kisah pada zaman Nabi Muhammad S.A.W, tentang wanita yang
telah menikah tapi berzina dengan seorang pria. Wanita itu menghampiri Rasulullah
S.A.W. Dia menghampiri Rasulullah S.A.W dan berkata,

Ya Rasulullah, aku telah berzina padahal aku sudah menikah. Dan aku hamil
dari perzinaan ini ya Rasullah. Sucikan aku dengan hukuman mati sebagaimana perintah
Allah SWT dalam Al-Quran.

Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Mungkar

1. Pengertian Amar Makruf dan Nahi Mungkar

Amar makruf nahi mungkar (bahasa Arab: ˵ϟ ˴ Ϧ⺂ ˴˴ϟ˴ η ϑη ϴ ˴Ϥ˴ ‎ , al-amr


bi-l-maʿrūf wa-n-nahy ʿani-l-munkar) adalah sebuah frasa dalam bahasa Arab yang
berisi perintah menegakkan yang benar dan melarang yang salah. Dalam ilmu fikih
klasik, perintah ini dianggap wajib bagi kaum Muslim. "Amar makruf nahi mungkar"
telah dilembagakan di beberapa negara, contohnya adalah di Arab Saudi yang memiliki
Komite Amar Makruf Nahi Mungkar (Haiʾat al-amr bi-l-maʿrūf wa-n-nahy ʿani-l-
munkar). Di kekhalifahan-kekhalifahan sebelumnya, orang yang ditugaskan
menjalankan perintah ini disebut muhtasib. Sementara itu, di Barat, orang-orang yang
mencoba melakukan amar makruf nahi mungkar disebut polisi syariah.

Dalil amar ma'ruf nahi munkar adalah pada surah Luqman, yang berbunyi
sebagai berikut:

“ Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik
dan laranglah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal
yang diwajibkan (oleh Allah).” (Luqman 17) ”

Amar ma'ruf nahi munkar dilakukan sesuai kemampuan, yaitu dengan tangan
(kekuasaan) jika dia adalah penguasa/punya jabatan, dengan lisan atau minimal

14
membencinya dalam hati atas kemungkaran yang ada, dikatakan bahwa ini adalah
selemah-lemahnya iman seorang mukmin.

Ada 73 golongan yang disebutkan dalam sebuah hadis yang akan selamat di hari
akhir. Riwayat hadis tersebut sangat terkenal di antara umat Islam dan sering
disampaikan dalam majelis-majelis taklim.

Riwayat hadis tersebut, yaitu dari Imam Thabrani, Orang- orang Yahudi
bergolong-golong terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, orang Nasrani bergolong-
golong menjadi 71 atau 72 golongan, dan umatku (kaum Muslimin) akan bergolong-
golong menjadi 73 golongan. Yang selamat dari padanya satu golongan dan yang lain
celaka.

Ditanyakan, Siapakah yang selamat itu? Rasulullah SAW menjawab,


Ahlusunnah wal jamaah. Dan kemudian ditanyakan lagi, Apakah Ahlusunnah wal
jamaah itu? Beliau menjawab, Apa yang aku berada di atasnya, hari ini, dan beserta
para sahabatku (diajarkan oleh Rasulullah SAW dan diamalkan beserta para sahabat).

Chalid Ruray dalam kajian di Masjid Nurul Iman Blok M, Jakarta Selatan,
menjelaskan tentang apa ciri dari orang penganut Aswaja tersebut. Salah satunya adalah
melaksanakan amar makruf nahi mungkar.

"Amar makruf nahi mungkar adalah membantah dan menjelaskan kesalahan


yang menyelisihi kebenaran, ujar Ustaz Sofyan saat mengisi materi kajian dengan tema
6 Prinsip Utama Ahlusunnah wal Jamaah (dari kitab Sittu Duror min Ushuli Ahlil
Atsar), belum lama ini.

Ustaz Sofyan menegaskan, upaya mengingatkan kebenaran juga termasuk dari


prinsip ajaran Islam.Ia mengatakan, melaksanakan amar makruf nahi mungkar akan
menjadikan seseorang menjadi umat yang mulia.

Mereka juga akan termasuk orang dalam golongan yang beruntung.


Sebagaimana dalam surah Ali Imron ayat 104, Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan
mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

15
Keberadaan manusia di muka bumi mempunyai tanggung jawab yang sangat
besar. Terlebih, dia menjelaskan, sebagaimana disebutkan dalam Alquran surah al-
Baqarah ayat 30 bahwa ma nusia di dunia sebagai khalifah di bumi.

"Kita umat Islam punya misi, yaitu memerintahkan amar makruf nahi mungkar
dan melarang kemungkaran dan beriman kepada Allah, kata Ustaz Sof yan.

Sebaliknya, menurut Ustaz Sofyan, umat Islam yang membiarkan terjadinya


kemungkaran, dia pun akan mendapatkan imbalannya berupa keburukan. Ia mengatakan,
hal tersebut sudah d ijelaskan dalam Alquran surah al-Maidah ayat 79, Mereka satu
sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat.

Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. Mengajak
seseorang untuk melakukan kebaikan dan mencegah melakukan kemungkaran,
menurutnya, merupakan investasi jangka panjang. Amar makruf nahi mungkar yang
dilaksanakan oleh seseorang selamanya akan mendapatkan posisi yang mulia.

Seperti Rasulullah SAW dan para sahabat. Mereka mendapatkan kedudukan


yang mulia hingga sekarang.Para sahabat selalu menyampaikan setiap perintah
Rasulullah kepada umat Islam lainnya. Sehingga, pahala akan terus mengalir kepada
mereka.

Ustaz Sofyan juga mengajak umat Islam agar tidak mengajarkan kesesatan
kepada orang lain. Pasalnya, mereka akan ikut menanggung dosa pada setiap kesesatan
yang dikerjakan oleh seseorang.Untuk itu, ia menegaskan, mereka juga termasuk orang-
orang yang tidak berada pada posisi umat yang mulia.

2. Hukum Amar Makruf dan Nahi Mungkar

Amar ma’ruf nahi mungkar adalah kewajiban bagi tiap-tiap muslim yang
memiliki kemampuan. Artinya, jika ada sebagian yang melakukannya, yang lainnya
terwakili. Dengan kata lain, hukumnya fardhu kifayah.

Namun, boleh jadi, hukumnya menjadi fardhu ‘ain bagi siapa yang mampu dan
tidak ada lagi yang menegakkannya. Al-Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan,

16
“Amar ma’ruf nahi mungkar menjadi wajib ‘ain bagi seseorang, terutama jika ia berada
di suatu tempat yang tidak ada seorang pun yang mengenal (ma’ruf dan mungkar) selain
dirinya; atau jika tidak ada yang dapat mencegah yang (mungkar) selain dirinya.
Misalnya, saat melihat anak, istri, atau pembantunya, melakukan kemungkaran atau
mengabaikan kebaikan.” (Syarh Shahih Muslim)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Amar ma’ruf nahi


mungkar adalah fardhu kifayah. Namun, terkadang menjadi fardhu ‘ain bagi siapa yang
mampu dan tidak ada pihak lain yang menjalankannya.”

Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah mengemukakan hal
yang sama, “Ketika para da’i sedikit jumlahnya, kemungkaran begitu banyak, dan
kebodohan mendominasi, seperti keadaan kita pada hari ini, maka dakwah (mengajak
kepada kebaikan dan menjauhkan umat dari kejelekan) menjadi fardhu ‘ain bagi setiap
orang sesuai dengan kemampuannya.”

Dengan kata lain, kewajibannya terletak pada kemampuan. Dengan demikian,


setiap orang wajib menegakkannya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu, dengarlah


serta taatlah dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu. Dan barang siapa dijaga
dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang yang beruntung.” (at-Taghabun: 16)

Kemampuan, kekuasaan, dan kewenangan adalah tiga hal yang terkait erat
dengan proses amar ma’ruf nahi mungkar. Yang memiliki kekuasaan tentu saja lebih
mampu dibanding yang lain sehingga kewajiban mereka tidak sama dengan yang
selainnya.

Al-Qur’an telah menunjukkan bahwa amar ma’ruf nahi mungkar tidak wajib
bagi tiap-tiap individu (wajib ‘ain), namun secara hukum menjadi fardhu kifayah. Inilah
pendapat yang dipegangi mayoritas para ulama, seperti al-Imam al-Qurthubi, Abu Bakar
al-Jashash, Ibnul Arabi al-Maliki, Ibnu Taimiyah, dan lain-lain rahimahumullah.

17
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran: 104)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

㇐Ϥ ϒϴό⺂ Ϛ˴˶η η थ Ύ ㇐ Ϣ ˴ ㇐ ϟΎ η Ϥ Ύ ㇐ Ϣ˴ ㇐ϟΎ ϩ ِ˴ ϩ ِِ͋ Ύ ˱ ˵ϟ Ϣ˵ϟ ⺂˵ Ϧ

“Siapa di antara kalian yang melihat suatu kemungkaran, maka cegahlah dengan
tangannya. Jika belum mampu, cegahlah dengan lisannya. Jika belum mampu, dengan
hatinya, dan pencegahan dengan hati itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim no.
70 dan lain-lain)

3. Syarat dan Etika Beramar Makruf dan Nahi mungkar

Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan kita agar kita beribadah dan


menjalankan ketaatan kepada-Nya sebaik mungkin. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:

“(Dialah) yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (al-Mulk: 2)

Amar ma’ruf nahi mungkar adalah ibadah, ketaatan, dan amal saleh. Karena itu,
harus dilakukan dengan benar dan penuh keikhlasan agar menjadi amalan saleh yang
diterima. Al-Imam Fudhail Ibnu Iyadh rahimahullah mengemukakan bahwa suatu
amalan meskipun benar tidak akan diterima jika tidak ada keikhlasan, begitu pun
sebaliknya. Keikhlasan berarti semata-mata karena Allah subhanahu wa ta’ala,
sedangkan kebenaran berarti harus berada di atas sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam.

Para penegak amar ma’ruf nahi mungkar hendaknya memerhatikan dan


memenuhi beberapa syarat berikut.

18
Syarat pertama: Ilmu dan pemahaman sebelum memerintah dan melarang.
Apabila tidak ada ilmu, dapat dipastikan yang ada adalah kebodohan dan
kecenderungan mengikuti hawa nafsu. Padahal siapa saja yang beribadah kepada Allah
subhanahu wa ta’ala tanpa ilmu, maka kerusakan yang diakibatkannya jauh lebih
dominan daripada kebaikan yang diharapkan.

Dalam kaitannya dengan amar ma’ruf nahi mungkar, ilmu yang harus dimiliki
meliputi tiga hal, antara lain: Mengetahui yang ma’ruf dan yang mungkar serta dapat
membedakan antara keduanya; Mengetahui dan memahami keadaan objek yang
menjadi sasarannya; serta mengetahui dan menguasai metode atau langkah yang tepat
dan terbaik sesuai dengan petunjuk jalan yang lurus (ketentuan syariat). Tujuan
utamanya adalah supaya tercapai maksud yang diinginkan dari proses amar ma’ruf nahi
mungkar dan tidak menimbulkan kemungkaran yang lain.

Syarat kedua: Lemah lembut dalam beramar ma’ruf dan bernahi mungkar.
Penyambutan yang baik, penerimaan, dan kepatuhan adalah harapan yang tidak
mustahil apabila proses amar ma’ruf nahi mungkar selalu dihiasi oleh kelembutan.

Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyatakan dalam sabdanya:

ϩ ˸Ϯ Ϥ ⺂ ˴ ϴ ㇐ Ϥ η ϒϟϴ˴ ⺂ ˴ ϴ ㇐ Ϥ ϖΎ ˴ ⺂ ˴ ϴ η ϖΎ ˴ ϴ ϖِΎ˵ ㇐Ϊ ⺂

“Sesungguhnya Allah Mahalembut dan menyukai sikap lemah lembut dalam


tiap urusan. Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan kepada sikap lemah lembut
sesuatu yang tidak akan diberikan kepada sikap kaku atau kasar dan Allah subhanahu
wa ta’ala akan memberikan apa-apa yang tidak diberikan kepada selainnya.” (HR.
Muslim “Fadhlu ar-Rifq” no. 4697, Abu Dawud “Fi ar-Rifq” no. 4173, Ahmad no. 614,
663, 674, dan 688, dan ad-Darimi “Bab Fi ar-Rifq” no. 2673)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

η ϤϬ ㇐Ϊ ⺂ ˴Ϭ Ϧ ω ϟ ㇐η η ㇐Ϊ ⺂ ˴Ϭ ˴Ύ ㇐˸˵ ㇐ ϖΎ ˴ ㇐Ϊ ⺂

“Tidaklah sikap lemah lembut itu ada dalam sesuatu, melainkan akan
menghiasinya, dan tidaklah sikap lemah lembut itu dicabut dari sesuatu, melainkan akan

19
menghinakannya.” (HR. Muslim no. 4698, Abu Dawud no. 2119, dan Ahmad no. 23171,
23664, 23791)

Al-Imam Sufyan ibnu Uyainah rahimahullah mengatakan, “Tidak boleh


beramar ma’ruf dan bernahi mungkar selain orang yang memiliki tiga sifat: lemah
lembut, bersikap adil (proporsional), dan berilmu yang baik.”

Termasuk sikap lemah lembut apabila senantiasa memerhatikan kehormatan dan


perasaan manusia. Oleh karena itu, dalam beramar ma’ruf nahi mungkar hendaknya
mengedepankan kelembutan dan tidak menyebarluaskan aib atau kejelekan. Kecuali,
mereka yang cenderung senang dan bangga untuk menampakkan aibnya sendiri dengan
melakukan kemungkaran dan kemaksiatan secara terang-terangan. Sebab itu, tidak
mengapa untuk mencegahnya dengan cara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi.

Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Siapa yang menasihati saudaranya


dengan sembunyi-sembunyi, sungguh ia benar-benar telah menasihatinya dan
menghiasinya. Siapa yang menasihati saudaranya dengan terang-terangan (di depan
khalayak umum), sungguh ia telah mencemarkannya dan menghinakannya.” (Syarh
Shahih Muslim)

Syarat ketiga: Tenang dan sabar menghadapi kemungkinan adanya gangguan


setelah beramar ma’ruf nahi mungkar.

Gangguan seolah-olah menjadi suatu kemestian bagi para penegak amar ma’ruf
nahi mungkar. Oleh karena itu, jika tidak memiliki ketenangan dan kesabaran, tentu
kerusakan yang ditimbulkannya jauh lebih besar daripada kebaikan yang diinginkan.

Al-Imam ar-Razi rahimahullah menjelaskan bahwa orang yang beramar ma’ruf


nahi mungkar itu akan mendapat gangguan, maka urusannya adalah bersabar.
Al-Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga mengemukakan bahwa para rasul adalah
pemimpin bagi para penegak amar ma’ruf nahi mungkar. Allah subhanahu wa ta’ala
telah memerintah mereka semua agar bersabar, seperti firman-Nya:

“Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul


yang memiliki keteguhan hati, dan janganlah engkau meminta agar azab disegerakan

20
untuk mereka. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, merasa seolah-olah
tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari. Tugasmu hanya menyampaikan.
Maka tidak ada yang dibinasakan, selain kaum yang fasik (tidak taat kepada Allah
subhanahu wa ta’ala).” (al-Ahqaf: 35)

“Dan karena Rabbmu, bersabarlah!” (al-Mudatstsir: 7)

“Dan bersabarlah (Muhammad) menunggu ketetapan Rabbmu, karena


sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami, dan bertasbihlah dengan
memuji Rabbmu ketika engkau bangun.” (at-Thur: 48)

Allah subhanahu wa ta’ala juga menyebutkan wasiat Luqman kepada putranya


dalam firman-Nya:

“Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang


ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.”
(Luqman: 17)

Seseorang yang beramar ma’ruf nahi mungkar berarti telah memosisikan dirinya
sebagai penyampai kebenaran. Padahal tidak setiap orang ridha dan suka dengan
kebenaran. Oleh karena itu, ia pasti akan mendapat gangguan, dan itu menjadi cobaan
serta ujian baginya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan


mengatakan, ‘Kami telah beriman’, dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah
menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang
benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (al-‘Ankabut: 2—3)

21
Fitnah Akhir Zaman

1. Pengertian Fitnah

Fitnah, dergama, atau defamasi merupakan komunikasi kepada satu orang atau
lebih yang bertujuan untuk memberikan stigma negatif atas suatu peristiwa yang
dilakukan oleh pihak lain berdasarkan atas fakta palsu yang dapat memengaruhi
penghormatan, wibawa, atau reputasi seseorang. Kata "fitnah" diserap dari bahasa Arab,
dan pengertian aslinya adalah "cobaan" atau "ujian".

Hal terkait fitnah adalah pengumuman fakta yang bersifat pribadi kepada publik,
yang muncul ketika seseorang mengungkapkan informasi yang bukan masalah umum,
dan hal tersebut bersifat menyerang pribadi yang bersangkutan.

Hukum penjelasan palsu "terutama ditujukan untuk melindungi kesejahteraan


mental atau emosional penuntut". Jika publikasi informasi itu palsu, terjadilah kesalahan
berupa fitnah. Jika komunikasi itu tidak salah secara teknis namun menyesatkan,
kesalahan berupa penjelasan palsu bisa terjadi.

2. Hukum Fitnah

Fitnah merupakan suatu kebohongan besar yang sangat merugikan dan termasuk
dalam dosa yang tak terampuni oleh Allah SWT. Oleh karenya, Islam melarang
umatnya memfitnah sebab fitnah adalah haram.

Allah SWT berfirman yang artinya;

“Wahai orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, (sehingga


kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) karena sesungguhnya sebagian dari
prasangka itu adalah dosa dan janganlah sebagian kamu menggunjing setengahnya yang
lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati?
( Jika demikian kondisi mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Jadi
patuhilah larangan-larangan tersebut) dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q. S. Al-Hujarat : 12).

22
Seorang Sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah;

“Wahai Rasulullah, apakah ghibah itu? Lalu Rasulullah menjawab; ‘Menyebut


sesuatu yang tidak disukai saudaramu di belakangnya.’ Kemudian Sahabat kembali
bertanta; ‘Bagaimana jika apa yang disebutkan itu benar?’ Rasulullah kemudian
menjawab; ‘kalau sekiranya yang disebutkan itu benar, maka itulah ghibah. Tetapi jika
hal itu tidak benar, maka engkau telah melakukan buhtan (kebohongan besar).” (H. R.
Muslin, Abu Daud, dan At-Tirmidzi).

Allah SWT berfirman yang artinya;

“Maka nyatalah bahwa tidak ada yang lebih zhalim dari orang yang mereka-reka
perkara-perkara yang dusta terhadap Allah, dan mendustakan sebaik-baik saja
kebenaran itu disampaikan kepadanya. Bukankah (telah diketahui bahwa) dalam neraka
jahanam tersedia tempat tinggal bagi orang2 kafir?” (Q. S. Az-Zumar : 32).

“Maukah Aku beritakan kepadamu, kepada siapakah syaitan-syaitan itu selalu


turun? Mereka turun ke tiap-tiap pendusta yang berdosa, yang mendengar sungguh-
sungguh (apa yang disampaikan oleh syaitan-syaitan itu) sedangkan kebanyakan
beritanya adalah dusta.” (Q. S. Asy-Syuras : 221-223).

“Fitnah itu besar (dahsyat) dari melakukan pembunuhan.” (Q. S. Al-Baqarah :


217). Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Hudzaifah RA, Rasulullah SAW bersabda
yang artinya; “Tidak akan masuk surga orang yang suka menebar fitnah.”

3. Macam Macam Fitnah

Ada dua macam fitnah, yakni fitnah syubhat dan fitnah syahwat.

1. Fitnah Syubhat

Syubhat berarti samar-samar atau tidak jelas. Dalam fiitnah syubhat, seseorang
menjadi rusak ilmu dan keyakinannya sehingga menjadikan perkaran ma’ruf menjadi
samar dengan kemungkaran, sementara kemungkaran sendiri tidak ia hindari
(dikerjakan). Fitnah syubhat merupakan fitnah paling berbahaya oleh karena kurangnya

23
ilmu dan lemahnya bashirah, ketika diiringi dengan niat buruk dan hawa nafsu maka
timbullah fitnah besar dan keji.

Rasulullah SAW sangat mengkahwatirkan fitnah syubhat, sebagaimana hadist


yang diriwayatkan oleh Abu Barzah Al-Aslamy, beliau bersabda yang artinya;

“Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kamu adalah syahwat


mengikuti nafsu pada perut kamu dan pada kemaluan kamu serta fitnah-fitnah yang
menyesatkan.” (H. R. Ahmad).

YangTermasuk dalam fitnah syubhat adalah;

 Kekafiran

Allah SWT berfirman yang artinya;

“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang


yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya
dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat
sebaik-baiknya. mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan
mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, Maka hapuslah amalan- amalan
mereka, dan Kami tidak Mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari
kiamat. (Q. S. Al Kahfi 18: 103-105).

 Kemunafikan

Allah SWT berfirman yang artinya;

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi
mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. dan bila dikatakan kepada
mereka: ’Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi.’ Mereka menjawab:
“Sesungguhnya Kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (Q. S. Al Baqarah 2:
10-11).

24
 Bid’ah penyebab perpecahan

Sebuah hadist dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan RA,

“Ketahuilah, sesungguhnya Rasulullah SAW berdiri kepada kami, lalu bersabda:


Ketahuilah, sesungguhnya Ahlul Kitab sebelum kamu telah berpecah-belah menjadi 72
agama. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah-belah menjadi 73 agama.
72 di dalam neraka, dan sati di dalam sorga, yaitu Al-Jama’ah.”

“Dan sesungguhnya akan muncul beberapa kaum dari kalangan umatku yang
hawa-nafsu menjalar pada mereka sebagaimana virus rabies menjalar pada tubuh
penderitanya. Tidak tersisa satu urat dan persendian kecuali sudah dijalarinya.” (H. R.
Abu Dawud, Ahmad, Al-Hakim).

2. Fitnah Syahwat

Fitnah syahwat merupakan segala perbuatan yang dapat melemahkan dan


mengikis iman seseorang disebabkan oleh mengikuti hawa nafsu. Mereka yang terkena
fitnah syahwat biasanya malas beribadah serta tidak segan melanggar perintah Allah
dan mengerjakan apa yang dilarang. Hal ini disebabkan oleh hawa nafsu beserta andil
dari iblis yang senantiasa mengiringi dan membuat iman semakin lemah.

Umumnya, fitnah syahwat adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan


dunia, kesenangan, dan yang membangkitkan hawa nafsu.Allah SWT berfirman yang
artinya;

“Dijadikan indah bagi manusia kecintaan kepada syahwat (apa-apa yang diingini)
berupa wanita, anak-anak, harta kekayaan yang berlimpah dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia.
Dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga).” (Q. S. Al-Imran : 14).

25
4. Bahaya Fitnah

Dalam sebuah hadis dikatakan, "Wahai Rasulullah, apakah ghibah itu? Lalu
Rasulullah menjawab, "Menyebut sesuatu yang tidak disukai saudaramu di
belakangnya."

Kemudian para sahabat kembali bertanya, "Bagaimana jika apa yang disebutkan
itu benar?" Rasulullah kemudian menjawab, "Kalau sekiranya yang disebutkan itu benar,
maka itulah ghibah. Tetapi jika hal itu tidak benar, maka engkau telah melakukan fitnah
(kebohongan besar).” (HR. Muslin, Abu Daud, dan At-Tirmidzi).

Sementara dalam Al-Qur'an, Allah memperingatkan kepada manusia bahwa


fitnah adalah salah satu perbuatan yang disukai setan.

Allah berfirman, “Maukah Aku beritakan kepadamu, kepada siapakah setan-


setan itu selalu turun? Mereka turun ke tiap-tiap pendusta yang berdosa, yang
mendengar sungguh-sungguh (apa yang disampaikan oleh setan-setan itu) sedangkan
kebanyakan beritanya adalah dusta.” (QS. Asy-Syuras: 221-223).

Dari ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis di atas, berikut ini adalah bahayanya fitnah:

1. Dapat memutus tali silaturahmi

Menjaga tali silaturahmi adalah sebuah kewajiban setiap orang yang beriman.
Akan tetapi, fitnah bisa memutus ikatan silaturahmi tersebut karena menimbulkan suatu
kesalahpahaman.

2. Menyebabkan kesengsaraan

Kesengsaraan bagi orang yang difitnah sudah pasti terjadi. Sebab, orang yang
sebenarnya tidak melakukan sesuatu yang buruk tetapi dianggap buruk oleh orang lain.

3. Bisa mendatangkan musibah

Allah Swt berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu
orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak

26
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS. Al-Hujurat: 6).

4. Menimbulkan penyakit hati

Allah Swt berfirman, “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta." (QS. Al-
Baqarah: 10).

5. Diancam neraka Jahanam

Allah berfirman, "Maka nyatalah bahwa tidak ada yang lebih zalim dari orang
yang mereka-reka perkara-perkara yang dusta terhadap Allah, dan mendustakan sebaik-
baik saja kebenaran itu disampaikan kepadanya. Bukankah (telah diketahui bahwa)
dalam neraka Jahanam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang kafir?” (QS. Az-Zumar:
32).

Itulah betapa bahayanya fitnah yang sudah pasti akan menimpa orang lain dan
diri sendiri. Semoga Allah selalu melindungi kita dari segala jenis fitnah.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. https ://www.kompas.com/skola/read/2020/06/17/193000569/pengertian-
iman-menurut-istilah?page=all
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Ima
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Rukun_Iman
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Islam
5. https://news.detik.com/berita/d-4678154/5-rukun-islam-dan-penjelasannya-
yang-wajib-diketahui-umat-muslim
6. https://id.wikipedia.org/wiki/Ihsan
7. https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_dan_ilmu_pengetahuan
8. https://journal.uny.ac.id/index.php/informasi/article/view/7174
9. https://republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/16/11/25/oh6pth313-4-
pesan-rasulullah-untuk-penegak-hukum
10. https://www.islampos.com/hukum-dan-peradilan-dalam-islam-114603/
11. https://id.wikipedia.org/wiki/Amar_makruf_nahi_mungkar
12. https://republika.co.id/berita/peojie313/menegakkan-amar-makruf-nahi-
mungkar
13. https://asysyariah.com/kewajiban-amar-maruf-nahi-mungkar-2/
14. https://id.wikipedia.org/wiki/Fitnah
15. https://dalamislam.com/akhlaq/larangan/fitnah-dalam-islam
16. https://akurat.co/rahmah/id-1142952-read-5-bahaya-fitnah-bisa-
mendatangkan-musibah-hingga-ancaman-neraka-jahanam

28
LAMPIRAN

29

Anda mungkin juga menyukai