Anda di halaman 1dari 3

NAMA : INTAN DWI AGUSTINA ASMAUL KHUSNA

NIM : 17621063
PRODI : PSIK-7
MATKUL : KEPERAWATAN GERONTIK (topik 13)
DOSEN : ARIF NURMA ETIKA.,S.Kep.,Ns.,M.Kep

CONTOH KASUS 1
Tn. A, 71 tahun dan Ny. A, 72 tahun mengikuti posyandu lansia dan konsultasi dengan tenaga
kesehatan di sana. Ny. A mengeluh bahwa perutnya terasa penuh. Ketika perawat menanyakan
tentang pola BAB. Ny. A melaporkan bahwa sehari sebelumnya Ny. A harus duduk selama ½
jam sebelum fesesnya keluar. Ny. A selalu minum susu sebelum tidur. Ny. A tidak menyukai
buah dan sayur segar. Ny. A lebih menyukai buah dan sayur kaleng karena Ibunya mengatakan
bahwa sayur dan buah kaleng lebih mudah dicerna. BB Ny. A 125% dari BB ideal.
DISKUSI
1. Faktor risiko yang meningkatkan konstipasi pada Ny. A
- Penurunan elastisitas dinding rektal (karena proses penuaan)
- Kebiasaan makan : Ny.A memiliki kebiasaan minum susu sebelum tidur, Ny. A tidak menyukai
buah dan sayur segar.
2. Gambarkan bagaimana penatalaksanaan salah satu faktor risiko pada pendidikan
kesehatan!
Diagnosis : Konstipasi
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1× 24 jam maka eleminasi fekal
membaik dengan kriteri hasil :
- kontrol pengeluaran feses meningkat
- mengejan saat defekasi menurun
- teraba massa pada rektal menurun
- nyeri abdomen menurun
- konsistensi feses membaik
Intervensi :
Manajemen Konstipasi
- mengidentifikasi dan mengelola pencegahan dan mengatasi sembelit/impaksi
Tindakan :
Observasi
- periksa tanda dan gejala konstipasi
- periksa pergerakan usus, karakteristik feses ( konsistensi, bentuk, volume, dan warna)
- identifikasi factor risiko konstipasi (missal obat-obatan, tirah baring, dan diet rendah
serat)
- monitor tanda dan gejala rupture usus dan/ atau peritonitis
Terapeutik
- anjurkan diet tinggi serat
- lakukan masase abdomen, jika perlu
- lakukan evaluasi feses secara manual, jika perlu
- berikan enema atau irigasi,, jika perlu
Edukasi
- jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
- anjurkan peningkatan asupan cairan, jika tidak ada kontraindikasi
- latih buang air besar secara teratur
- ajarkan cara mengatasi konstipasi/impaksi
Kolaborasi
- konsultasi dengan tim medis tentang penurunan/peningkatan frekuensi suara usus
- kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu

CONTOH KASUS 2
Ny. M, 80 tahun, menghadiri posyandu lansia dengan teratur. Berdasarkan pengkajian, Ny. M
tidak minum suplemen tambahan untuk kalsium atau vit. D karena Ny. M minum susu 2x/hari.
Ny. M percaya bahwa itu telah memenuhi kebutuhan kalsium dan Vit. D. Ny. M berhenti
menstruasi pada usia 50 tahun dan mulain terapi hormone pada usia tersebut. Ny. M berhenti
minum estrogen pada usia 63 tahun karena Ny. M mendengar banyak keburukan pada estrogen.
Ketika Ny. M mengalami fraktur pada pergelangan tangannya 3 tahun yang lalu, spesialis
ortopedi menyatakan bahwa hasil x-ray menunjukkan tulangnya bagus untuk usianya. Ny. M
tidak merokok dan hanya minum alcohol pada acara tertentu. TD ketika berdiri: 148/86 dan
tidur: 128/78. Rata-rata TD: 130/80. Ny. M berhenti menyetir pada malam hari. Dokter mata
menyatakan bahwa Ny. M mungkin akan memerlukan operasi katarak 3-4 tahun lagi.
DISKUSI
1. Pengkajian apa saja yang perlu dilanjutkan?
- Perilaku kesehatan (kebiasaan minum alcohol)
- Keamanan lingkungan
- Observasi untuk kemampuan musculoskeletal
2. Promosi kesehatan apa saja yang bisa dilakukan kepada Ny. M?
- Mengajarkan tentang olah raga dan bahaya meminum alkohol
- Mengajarkan tentang pencegahan osteoporosis
- Tindakan untuk mencegah jatuh
3. Alat apa yang kalian gunakan untuk melakukan promosi kesehatan?
- Video olahraga lansia dengan menggunakan laptop
- Lembar balik yang berisikan banyak gambar untuk memudahkan menjelaskan tentang
bahaya meminum alcohol dan tindakan untuk mencegah jatuh.
KASUS 3
Tn. A,75 tahun dan Ny. A, 71 tahun mengikuti posyandu lansia dengan teratur. Tn. A berada di
bawah pelayanan urologis selama 3 tahun. Tn. A minum terazosin untuk BPH. Hingga baru-baru
ini, Tn. A masih mampu untuk mempertahankan kemampuan berkemih, tetapi penyakit
Parkinson Tn. A memburuk. Sebagai tambahan, 1 bulan yang lalu Tn. A meminum furosemide
80 mg untuk CHF. Tn. A menceritakan bahwa kamar mandi terletak di lantai 2 dan dia lebih
menyukai berada di lantai 1. Tn. A juga melaporkan bahwa dia minum 4 gelas per hari, termasuk
2 gelas kopi. Oleh karena penyakit Parkinson, Tn. A mengalami kesulitan menjaga
keseimbangan di kamar mandi.
DISKUSI
1. Sebutkan faktor risiko yang berkontribusi pada Tn. A inkontinensia?
- Penyakit Parkinson yang di derita Ny.A
- meminum furosemide 80 mg untuk CHF
- kamar mandi yang berada di lantai 2
2. Faktor risiko apa yang paling mungkin untuk diringankan dengan intervensi?
- Melanjutkan terapi untuk mengurangi resiko penyakit Parkinson
3. Modifikasi lingkungan apa yang bisa dilakukan?
- Anjurkan keluarga untuk membutakan Ny.A di lantai 1 untuk memudahkan Ny.A
menjaga keseimbangan di kamar mandi
4. Pendidikan kesehatan apa yang bisa dilakukan?
- Mengajarkan Ny.A untuk tidak malas pergi ke kamar mandi untuk BAK
- Edukasi mengenai penyakit Parkinson dan terapi yang bisa dilakukan oleh Ny.A

Anda mungkin juga menyukai