KEPERAWATAN JIWA II
OLEH:
HUKAMA ARIBI
NIM. 183310809
DOSEN PENGAMPU :
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat-Nya
sehingga makalah tentang “Makalah Askep Pada Pasien Waham” ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat guna untuk menyelesaikan tugas pembuatan
makalah sebagai salah satu penunjang nilai mata kuliah Keperawatan Jiwa II
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa II
serta semua pihak yang turut mendukung pembuatan makalah ini. Penulis Menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu,kami sangat mengharapkan kritik dan
saran demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan serta wawasan
bagi pembaca, khususnya bagi kami sendiri sebagai penyusunnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Waham
Waham adalah salah satu bentuk gejala positif dan meliputi keyakinan yang
salah mengenai pikiran atau pengalaman (Stahl, 2013). Waham adalah suatu
keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus menerus namun tidak
sesuai dengan kenyataan (Budi Anna dkk, 2007).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian relitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui
proses interaksi/informasi secara akurat.
Seseorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki banyak
kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat
dan sangat terkenal. hal ini sesudah dengan penjelasan Varcarolis dalam fundamental
of pshyatric mental health nursing (2006 : 39) : grandeur: think he or she powers and
talents that are not possed or is someone fowerful or famous.
B. Klasifikasi Waham
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja (2011)
yaitu :
1. Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahawa dirinya memiliki kekuatan khusus atau
kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Waham agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “ Saya adalah tuhan yang bisa menguasai dan mengendalikan semua
makhluk”.
3. Waham curiga
Keyakinan seseorang atau sekelompok orang yang mau merugikan atau
mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapai tidak sesuai dengan
kenyataan.
Contoh : “ Saya tahu mereka mau menghancurkan saya, karena iri dengan
kesukses an saya”.
4. Waham somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau sebagian tubuhnya terserang penyakit,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “ Saya menderita kanker”. Padahal hasil pemeriksaan lab tidak ada
sel kanker pada tubuhnya.
5. Waham nihlistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan
berulangulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “ini saya berada di alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-
roh nya”
C. Etiologi
Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama fungsi otak Menurut
Kusumawati, (2010) yaitu :
a. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan menilai dan
menilik terganggu.
b. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan kemampuan
berespons terganggu, tampak dari perilaku nonverbal (ekspresi dan gerakan tubuh)
dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial).
c. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.
d. Gejala primer skizofrenia (bluer) : 4a + 2a yaitu gangguan asosiasi, efek,
ambivalen, autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas.
D. Proses terjadi waham
1. Fase Lack of Huma need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Ada juga klien yang
secara sosial dan ekonmi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self
ideal sangat tinggi. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia
eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat
tumbuh kembang.
2. Fase Lack of Self Esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dan self reality ( kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya.
3. Fase Control Internal Eksternal
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang
ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut
belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.
4. Fase Environment Support
Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya
menyebabkan klien merasa di dukung, lama-kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.
5. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri
dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindari
interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase Improving
Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi.
Isi waham yang dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali
untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya
keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar
serta ada konsekuensi sosial.
E. Manifestasi klinis
1. Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat) Cara berfikir magis dan
primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan pengorganisasian bicara (tangensial,
neologisme, sirkumtansial).
b. Fungsi persepsi Depersonalisasi dan halusinasi.
c. Fungsi emosi Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak
sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen.
d. Fungsi motorik. Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme,
stereotipik gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi
stimulus yang jelas, katatonia.
e. Fungsi sosial kesepian. Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah.
2. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering muncul
adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi.
3. Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu :
Tanda dan gejala pada klien dengan Waham Adalah : Terbiasa menolak
makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah sedih dan
ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak
sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari orang lain,
mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan kegiatan keagamaan
secara berlebihan.
4. Tanda dan gejala
a. Waham kebesaran
Ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulangkali tetapi
tidak sesuai kenyataan.
Contohnya : “saya ini tiitsan bung karno, punya banyak perusahaan, punya
rumah di berbagai negara bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencedrai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Contohnya : “banyak polisi mengintai saya, tengga saya ingin menghancurkan
hiidupsaya, suster akan meracuni makanan saya”.
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contohnya : “tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus terus
menerus memakai pakaian putih setiap hari agar masuk syurga”.
d. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sessuai kenyataan.
Contohnya : “sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam
tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya
menghilang.
e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meninggal, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “ saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada didunia ini
adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada didunia”.
F. Pohon masalah
Effect : RESIKO TINGGI PERILAKU KEKERASAN
G. Penatalaksanaan
Menurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham antara
lain :
a. Psikofarmalogi
b. Litium Karbonat
1. Indikasi : Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang
dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga digunakan
untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar
dengan riwayat mania.
2. Dosis : Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3
dan 4 kali sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali
sehari interval 12 jam. Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati
dan individual, yakni berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis.
Untuk menukar bentuk tablet dari immediate release maka diusahakan
agar dosis total harian keduanya tetap sama.
3. Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah 0,6-1,2
mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar 900mg-1200mg
per hari dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan setiap bulan, pasien yang
supersensitive biasanya memperlihatkan tanda toksik pada kadar serum
dibawah 10mEq/L
4. Efek Samping : Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar
litium dalam serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal terapi.
Misalnya tremor ringan pada tangan, poliuria nausea, dan rasa haus. Efek
ini mungkin saja menetap selama pengobatan.
c. Haloperidol
1. Indikasi : Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku
berat pada anak-anak yang sering membangkang an eksplosif.
Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak
yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas motorik berlebih disertai
kelainan tingkah laku seperti : impulsive, sulit memusatkan perhatian,
agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan frustasi.
2. Dosis
Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari
b) Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari
3. Efek samping :
a) Pada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala ekstrapiramidal,
diskinesia Tardif, distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan
pengaturan temperature tubuh, agitasi, pusing. Depresi, lelah, sakit
kepala, mengantuk, bingung, vertigo, kejang.
b) Pada kardiovaskular akan menyebabkan timbulnya takikardi,
hipertensi/hipotensi, kelainan EKG (gelombang T abnormal dengan
perpanjangan repolarisasi ventrikel), aritmia. Sedangkan pada
hematologik : Timbul leucopenia dan leukositosis ringan. Pada hati
dapat menimbulkan gangguan fungsi hati
c) Pada kulit memungkinkan timbulnya makulopapular dan akneiform,
dermatitis kontak, hiperpigmentasi alopesia. Pada endokrin dan
metabolic antara lain laktasi, pembesaran payudara, martalgia,
gangguan haid, amenore, gangguan seksual, nyeri payudara,
hiponatremia. Pada saluran cerna : Anoreksia, konstipasi, diare dan
mual muntah. Mata : Penglihatan kabur. Pernapasan : Spasme
laring dan bronkus. Saluran genitourinaria : Retensi urin.
d. Penarikan Diri High Potensial
Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari
pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri
(khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan
pasien waham adalah penarikan diri high potensial. Hal ini berarti
penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham itu sendiri, yaitu
gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya
dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan diri
dari lingkungan sosial.
e. ECT Tipe Katatonik
Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus
listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya
menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala
penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi
pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak membantu meredakan
katatonik episode.
f. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun
psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang,
terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang
memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah
terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif.
Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi :
Terapeutik :
Terapeutik :
Edukasi :
III.1 Kesimpulan
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian relitas yang
salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses
interaksi/informasi secara akurat.
Seseorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki banyak kekuatan
dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat dan
sangat terkenal. hal ini sesudah dengan penjelasan Varcarolis dalam fundamental of
pshyatric mental health nursing (2006 : 39) : grandeur: think he or she powers and
talents that are not possed or is someone fowerful or famous
DAFTAR PUSTAKA
Nasir, Abdul., & Abdul Muhit. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: pengantar dan
teori. Jakarta:Salemba Medika.
Kusumawati, Farida., & Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika