Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Titrasi Asam Basa
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses
titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai
titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan
reaksi kompleks dan lain sebagainya (Harjadi, W. 1990).
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan
biasanya diletakan di dalam erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam
“buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan (Indigomorie,
2008).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya (Esdi, 2011).
2.1.2 Prinsip Titrasi Asam Basa
Prinsip reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan, yakni; H + +
OH- → H2O dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-reaksi antara
asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa
kuat, serta asam lemah dan basa lemah. Khusus reaksi antara asam lemah dan
basa lemah tidak dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada titik
ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi
tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan bahwa titran biasanya
merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl (Underwood,
1986).
Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah
basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah
keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol
basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa dapat
digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan
syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator
didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik
ekivalen (Purwanto, 2012).
2.1.3 Asidi Alkalimetri
Asidi-alkalimetri atau biasa disebut dengan titrasi asam basa dalah
reaksi netralisasi yaitu reaksi antara ion H +(H3O+) dari asam dengan OH-dari
basa yang akan membentuk air. Larutan standar adalah larutan
yangmengandung reagensia dengan bobot di ketahui dalam suatu volume
tertentu dalamsuatu larutan. Terdapat dua macam larutan standar yaitu larutan
standar primer danlarutan standar sekunder. Larutan standar dalam titrasi
memegang peranan yangamat penting, hal ini disebabkan larutan ini telah
diketahui konsentrasi secara pasti(artinya konsentrasi larutan standar adalah
tepat dan akurat). Larutan standarmerupakan istilah kimia yang menunjukkan
bahwa suatu larutan telah diketahuikonsentrasinya. Terdapat dua macam
larutan standar yaitu larutan standar primerdan larutan standar sekunder.
Larutan standar primer adalah larutan standar yangkonsentrasinya diperoleh
dengan cara menimbang (Effendy, 2017).
Syarat senyawa yang dapat dijadikan standar primer menurut Effendy,
2017 yaitu sebagai berikut :
1. Memiliki kemurnian 100%.
2. Bersifat stabil pada suhu kamar dan stabil pada suhu pemanasan
(pengeringan) disebabkan standar primer biasanya dipanaskan dahulu
sebelum ditimbang.
3. Mudah didapatkan (tersedia diaman-mana).
4. Memiliki berat molekul yang tinggi (Mr), hal ini untuk menghindari
kesalahan relatif pada saat menimbang. Menimbang dengan berat yang
besar akan lebih mudah dan memiliki kesalahan yang kecil dibandingkan
dengan menimbangsejumlah kecil zat tertentu.
2.1.4 Cara Mengetahui Titik Ekivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekivalen pada titrasi asam
basa :
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi
dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant
untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut
adalah “titik ekivalen”.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant
sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika
titik ekivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan
pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang
perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan
sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk
memperoleh ketetapan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilalakukan dengan memilih
indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan
dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator
disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
Rumus Umum Titrasi :
Pada saat titik ekivalen maka mol ekivalen asam akan sama dengan mol
ekivalen basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut :
mol ekivalen asam = mol ekivalen basa
Mol ekivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume
maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai :
N x V asam = N x V basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah
ion H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas
menjadi :
n x M x V asam = n x M x V basa
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH- (pada basa)
(Indigomorie, 2008).
2.1.5 Indikator Titrasi
Indikator adalah senyawa kompleks yang bisa bereaksi dengan asam
dan basa. Indicator digunakan untuk mengidentifikasi apakah suatu zat
bersifat asam atau basa. Selain itu, indicator juga digunakan untuk
mengetahui titik tingkat kekuatan asam atau basa. Skala keasaman dan
kebasaan ditunjukkan oleh besar-kecilnya nilai pH yang skalanya dari 0
sampai dengan 14. Semakin kecil nilai pH maka senyawa tersebut semakin
asam. Sebaliknya, semakin besar nilai pH maka senyawa tersebut semakin
bersifat basa.
Indicator dapat tersebut dari zat warna alami tanaman atau dibuat
secara sintetis di laboratorium. Syarat dapat atau tidaknya suatu zat dijadikan
indicator asam-basa adalah biasa terjadi perubahan warna apabila suatu
indicator diteteskan pada larutan asam atau basa (Octa, 2010)
2.1.6 Syarat-syarat Indikator yang baik
Syarat dapat tidaknya suatu zat dijadikan indicator asam basa adalah
terjadinya perubahan warna apabila suatu indicator diteteskan pada larutan
asam dan larutan basa. Untuk menguji sifat asam basa suatu zat selalu
digunakan dalam bentuk larutan, karena dalam bentuk larutan sifat
pembawaan asam dan basa lebih mudah dideteksi. Berikut adalah indicator
pH yang sering kita gunakan di laboratorium. Indikator tersebut menunjukkan
perubahan warna pada rentang pH tertentu.
Tabel 2.1 Beberapa contoh indikator dan perubahan warna yang terjadi
No. Nama indikator Range pH Perubahan Warna
1. Fenolftalein 8,3 – 10 Tak berwarna – Merah
muda
2. Metil Oranye 3,2 – 4,4 Merah - Kuning
3. Metil Merah 4,8 – 6,0 Merah - Kuning
4. Bromtimol Biru 6,0 – 7,6 Kuning – Biru
5. Metil Biru 10,6 – 13,4 Biru – Ungu
(Hamdani, 2010).
2.2 URAIAN BAHAN
2.2.1 Asam Asetat (Depkes 1972, hal 42 & HOPE Edisi 6, hal 5)
Nama resmi : Ethanolic acid
Nama lain : asam asetat glacial, E260, Asam etanoat, asam etilat,
asam karboksilat metana, asam cuka
Rumus molekul : C2H4O2
Berat molekul : 60,05
Struktur kimia :

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, larutan yang mudah


menguap dengan bau menyengat
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%) P dan
dengan gliserol P
Inkompatibilitas : asam asetat bereaksi dengan zat basa
Penyimpanan : harus disimpan dalam wadah kedap udara, di tempat
yang sejuk dan kering
Kegunaan : pereaksi
2.2.2 asam oksalat (Depkes RI, 1979)
Nama resmi : Asam oksalat
Rumus molekul : H2C2O4
Berat molekul : 126,07
Struktur kimia :

Pemerian : hablur dan tidak berwarna


Kelarutan : larut dalam air dan dalam etanol (95%)
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : pereaksi
2.2.3 NaOH (FI Edisi IV)
Nama resmi : Natrii hydroxydum
Nama lain : Natrium Hidroksida
Rumus molekul : Na-O-H
Berat molekul : 40,00 g/mol
Pemerian : Bentuk batang, butiran, masa hablur atau keeping,
kering, rapuh dan mudah meleleh basah, sangat alkalis
dan koosif. Segera menyerap CO2
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai larutan standar
2.2.4 aquadest (FI Edisi V, Hal 63-64)
Nama resmi : Air murni
Nama lain : air suling
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : pelarut
2.2.5 indikator PP (FI Edisi V, Hal 445)
Nama resmi : Fenoftalein
Nama lain : phenophtaleine, indikator PP
Rumus molekul : C20H14O4
Berat molekul : 318,33
Struktur kimia :

Pemerian : serbuk hablur; putih atau putih kekuningan lemah; tidak


berbau; stabil di udara
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air; larut dalam etanol; agak
sukar laut dalam eter.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya pada
suhu ruang

Anda mungkin juga menyukai