Anda di halaman 1dari 25

Ana Uhibbuka Fillah

Terlihat secarik kertas secarik kertas di meja belajar Sadina, disaat sang Abi merapikan
buku-buku kitab yg berserakan di meja tersebut...

"Maksudnya apa ini ? Apa Dina jatuh cinta lagi? " gumamnya dalam hati. Abi pun
mendatangi Sadina wanita berkrudung syar'i yang sedang menyiram tanaman di halaman
rumahnya.

"Dina??" tegur Abinya.

"Ada apa bi? " tanya Sadina.

"Apa maksudnya ini? " ucap Abinya seraya menunjukkan kertas

kertas tersebut.

"Ini hanya secarik kertas bi, ada apa dengan kertas ini?" tanya Dina.

"Kertas ini memang tidak dipersalahkan, coba jelaskan apa maksud isi dari kertas ini?!" ucap
Abi seraya membuka kertas tersebut.

"Owh..itu.. Itu hanya.. " ucap Dina terpotong.

"Kamu pacaran lagi??!! " lantas Abi.

"Maafkan Aku bi, Aku.. Gak macam macam kok, kamipun jarang bertemu.. " ucap Dina takut.

"Sudah Abi bilang kesekian kalinya, Abi tidak suka anak-anak Abi berpacaran... Putuskan dia
sekarang, Abi tidak mau kamu terjerumus dalam dosa!! " jawab Abi marah.

"Pokoknya Abi mau kamu putusin dia sekarang! Abi akan mengurus kepindahan sekolah
kamu. " Lanjut Abi dengan berjalan memasuki rumah.

"Apa bi?? Pindah sekolah? Abi.. Gak boleh segitunya dong.. Abi Aku minta maaf Aku ngaku
salah, Aku akan putusin dia bi, asal Aku gak di pindahkan sekolah.." protes Dina dengan
mengejar Abinya.

"Percuma, kalau kamu masih satu sekolah dengan dia, pasti bakal bertemu lagi dengan dia
dan dia bisa-bisa kamu bohongi Abi lagi, paham!! Pokoknya, Abi akan mengurusi
perpindahan kamu, mana handphone kamu? " tegas Abi.
"Dikamar bi.. " jawab Dina.

Abi pun pergi ke kamar Dina dan mengambil handphone Dina, setelah itu kembali ke Dina
lagi.

"Siapa nama pacar kamu? " tanya Abi.

"Bima bi.. " jawab Dina.

"Telfon dia sekarang ! Cepat dan putusin dia saat ini juga" ucap Abi tegas.

"Baik bi.. " jawab Dina dengan meneteskan air mata.

Sadina pun menelfon Bima...

"Assalamualaikum" ucap Dina.

"Waalaikumsalam, ada apa Din? " tanya Bima.

"Bim.. Maaf sebelumnya, Aku.. Mau ngabarin kalau Aku akan pindah sekolah secepatnya. "
ucap Dina dengan menahan suara tangisnya.

"Mendadak banget? Pindah kemana? " jawab Bima terkejut dengan apa yang dikatakan
Sadina.

"Aku gak tau...Abi yang ngurus itu semua, dan soal hubungan kita... " ucapan Dina terhenti
karena tidak kuat lagi menahan air matanya.

"Kamu nangis yah? Tunggu, tunggu maksud dari hubungan kita?" Bima bertanya-tanya.

"Aku kan udah bilang sama kamu soal Aku tidak boleh pacaran kan sama Abi dan... Sekarang
Abi udah tau semuanya.. Jadi.. Kita..u..da..han ajah maafin Aku" ucap Dina dengan suara
tercekat.

"Apa? Udahan?? Maksudnya kita putus?? "tanya Bima terkejut.

Namun Sadina langsung menutup telfonnya dan langsung memasuki ke kamarnya seraya
menangis.

1 kata yang dilontarkan.. Semoga tidak jadi penyesalan...

-000-
Kehidupan Sadina sangatlah ketat, kini orang tuanya sangat amat menjaga Sadina dengan
penuh kehati-hatian agar anaknya tak salah jalan, kini Sadina sering di tegur karena ia suka
melanggar aturan yang orang tuanya buat.

-000-

Beberapa hari kemudian...

"Aku sekolah di pondok bi,? "kejut Sadina yang dibawa oleh Abinya ke sebuah pondok yang
jauh dari rumahnya.

"Iya, Abi ingin kamu sekolah sekaligus mondok disini" jawab Abi.

"Kenapa gak di pondok umi ajah bi? " protes Dina.

"Abi khawatir kamu tidak mandiri, lagi pula disini kan dekat dengan pondok ikhwan, jadi Abi
bisa sekalian memantau dan ngajar disana, kamu baik-baik disini ya.. " ucap Abi dan
mengelus bahu Dina.

"Iya bi.." ucap Dina dan mencium tangan Abinya dan setelah itu Abinya pamit pulang kepada
Dina.

-000-

Di dalam kamar...

"Asyikk...akhirnya kita punya teman baru yoh.. " ucap Aisyah santri yang berlogat batak.

"Iyoyoh.. Wailah senang banget hatiku" sahut Fatma.a

"Terimakasih, kalian sudah menerima Aku disini.. " jawab Dina lembut.

"Selow saja sama kite mah, siapa nama kau?" tanya Aisyah.

"Namaku Sadina" jawab Dina memperkenalkan diri.

"Nama saya Aisyah dan ini teman saya pula namanya Fatma" ucap Aisyah.

"Owh.. Senang bertemu dengan kalian.. " lanjut Dina.

"Hey..hati-hati jika kau sekamar dengan Aisyah, dia itu suka ngorok tengah
malam....wkwkwkwk" canda Fatma.
"Apa bae si kau...dia gurau saje, tak benar itu...dasar kau.. " jawab Aisyah malu.

"Hehehe.. Maaf" sahut Fatma.

"Kalian lucu banget deh.. " ucap Dina dengan tersenyum.

"Sudah kuduga, kau cakap itu betul kalau Aku memang lucu dari lahir. " ucap Aisyah Ge'er.

"Eeh.. Aisyah.. Ge'er banget kamu hehe maaf ya siapa tadi namanya? Dina yah? Aisyah mah
memang seperti ini.. Maaf maaf ajah ya." ucap Fatma.

"Gapapa kok" jawab Dina.

Seorang perempuan lantas masuk tanpa salam dan segera mengambil buku dan pulpen di
dalam tasnya... "Ku coba kenalan ah" (dalam hati)

"Assalamualaikum" ucap Dina yg mendatanginya.

"Waalaikumsalam, siapa lu? Santri baru disini? " ucapnya sewot.

Dina terkejut yg nada bicara wanita itu begitu kasar.

"Iya, nama saya Sadina, kalau kamu?" ucap Dina.

"Penting banget emang lu tau nama gua? " ucapnya dan keluar dari kamar tersebut.

"Astaghfirullahal'adzim" ucap Dina.

"Din.. Jangan negur-negur dia, mulut dia mah emang jahat" gerutu Fatma.

"Tau lah kau jangan akrab sama dia.. " lanjut Aisyah.

"Padahal Aku hanya ingin bersikap baik sama dia, tapi... Ahh udahlah" ucap Dina dalam hati.

-000-

Terdengar suara pengumuman yang menandakan waktu shalat Ashar telah tiba, semua
para santri pun kumpul di masjid sambil mendengarkan suara adzan.

"Eeh Syakir, ente ya yang adzan dan kultum sekarang, suara ana sedang serak ini" ucap
teman Syakir yg bernama Fauzan yang menyantri di pondok pesantren khusus Ikhwan.

"Na'am na'am, nanti gantian ye, jangan ana mulu, nanti hadirin bosan lagi" ujar Syakir.
"Tak lah, mana bosan jika melihat wajahmu yang tampan itu, gak usah minder wajah tampan
suara bagus, apa yang harus dipermalukan toh?" canda Fauzan.

-000-

"Letakkan saja mukena kau disini Din.. " ucap Aisyah.

"Baiklah, ambil wudhu dimana ya? " tanya Dina.

"Sebelah sana yuk..." sahut Fatma.

Mereka pun ambil wudhu..

Tempat pengambilan wudhu pun bersebalahan dengan tempat air wudhu para santri Ikhwan,
hanya saja yang membatasi tembok beserta ventilasi udara saja.

Sadina pun melepaskan Name Text yang berada di kerudungnya, dan ia letakkan di ventilasi
udara yang lumayan rendah, namun setelah wudhu ia terlupa mengambilnya kembali.

Shalat Ashar berjama'ah pun dimulai...

Setelah itu dilanjut dengan ceramah singkat yang di bawakan oleh Syakir...

"Siapa nama laki-laki itu?" tanya Dina.

"Itu Syakir namanya..dia ketua hadroh santri disini.. " jawab Fatma.

"Kau suka ye sama die, ciee" sahut Aisyah dan menyenggol bahu Dina.

"Enggak kok.. Saya hanya ingin tau aja dia itu siapa" ujar Dina.

-000-

"Bagus tenan kau ceramah, ane harus banyak belajar nih sama antum.." ucap Fauzan.

Setelah bubarnya jama'ah sholat..

"Syukron katsiran." ucap Syakir.

"Ehh tunggu, ana.. Mau buang air kecil nih, ente duluan ajah yah.. " ucap Fauzan.

"Na'am, langsung ke saung ya habis ini.. Latihan hadroh" jawab Syakir.

"Na'am na'am Assalamualaikum.. " ucap Fauzan dan pergi.


"Waalaikumsalam.. " jawab Syakir.

-000-

Sesudah buang air kecil.

Fauzan melihat sesuatu yang ganjil di ventilasi dekat air wudhu.

"Name Text siapa tuh? Ambil apa jangan ya? " ucap Fauzan.

"Sadina Munawwarah? Sepertinya milik santri Akhwat.. Ana simpan saja deh, mungkin nanti
ketemu pas shalat jama'ah" ucap Fauzan dan pergi.

-000-

"Name Text ana mana yah? Aisyah, Fatma kau melihatnya ?" ucap Dina panik di saat ia
sedang merapikan kerudungnya dikamar.

"Saya tak melihatnya" ucap Fatma.

"Ana tak tau lah.. Kau simpan dimana? " sambung Aisyah.

"Ana tak tahu, tadi sebelum shalat masih ada" ucap Dina.

Suara pengumuman pun berbunyi bahwa ada kajian seputar islam 5 menit lagi.

"Mending kita siap-siap dulu deh buat mengikuti kajian, nanti kita cari lagi kalau ada waktu. "
ujar Fatma.

"Baiklah.. " sambung Dina.

Kajian khusus Akhwat pun dimulai.

Tiba malam...

Fatma yang sedang membaca melihat Sadina yang sedang melamun di atas ranjang kasurnya.

"Kamu belum tidur? Ini udah jam 11 malam loh, besok kita bangun jam 3." ucap Fatma.

"Belum, ana kefikiran sesuatu, kamu sendiri kenapa masih baca buku? " tanya Dina.

"Ini hal yang biasa bagi ana, kefikiran apa? Kalau ana boleh tau? " tanya Fatma.

"Ana mau sedikit curhat sama kamu Fat.. " ucap Dina.
"Silahkan dengan senang hati Din." jawab Fatma.

"Dulu, ana sempat mondok di tempat Umi ngajar, cuma.. Ana memilih untuk stop dulu
mondok karena ana tak betah di sana, dan lama kelamaan ana semakin betah di rumah yang
pada akhirnya ana sekolah SMA seperti biasanya, dari dulu Abi tidak suka kalau anaknya
berpacaran, tetapi ana melanggarnya dan Abi marah besar kepada ana, yang pada akhirnya
hubungan kami kandas, dan ana segera berpisah sama dia dan akhirnya ana di pondokin
disini, jujur... Sampai sekarang ana masih keingetan Bima dia kekasih ana.. Ana bingung harus
gimana? " ucap Dina menceritakan semua kisahnya kepada Fatma.

"Ukhty? Kau tau ? Agama sudah melarang kita untuk pacaran? Kenapa kamu melakukannya?
" jawab Fatma bijak.

"Ana pacaran pun tidak pernah berduaan sama dia. Kami berhubungan hanya lewat via
telfon saja, dan sesering ngobrol di sekolah, dan ana lihat dia lelaki baik, dia sayang sama
ana, tetapi.. Ya gitu.. " jawab Dina sedih.

"Pokoknya yang di namakan pacaran itu dosa ukh.. Segeralah bertaubatlah kepada Allah,
kamu sama dia sudah berapa tahun?" tanya kembali Fatma.

"Baru 3 minggu ukh.. Memangnya kenapa? " jawab Dina.

"Kamu sudah men cap dia baik saja, padahal kamu belum lama dengan dia... " jawab Fatma
dengan menasehati Dina. Sadina bingung.

"Gini maksudnya ana ukh, seorang lelaki bisa dikatakan baik kalau dia bisa menahan
hasratnya, kalau dia bisa mencintai seorang wanita dia gak akan mengajak kita pacaran ukh,
dia akan memuliakan kita, dan sampai saatnya tiba, Dia akan mendatangi rumah kita dengan
niat ingin menghalalkan kita, itu yang di namakan lelaki sejati.. " ucap Fatma bijak.

"Masyaa Allah gitu ya.. Bantu ana untuk berhijrah ukh.. " Sadina tersentuh dengan apa yang
dikatakan Fatma.

"Ana selalu siap, dan perlu diketahui pula ana juga gak terlalu baik, ana juga manusia biasa,
mintalah kepada Allah agar kita terhindar dari segala larangan-Nya..." sambung Fatma.

"Aku jadi merasa bersalah sama Abi, aku janji selepas liburan, jika Umi dan Abi datang
menjengukku aku akan minta maaf kepadanya" ucap Dina dalam hati dengan penuh
penyesalan.
-000-

Seperti biasa di hari Ahad, pondok pesantren Ikhwan dan Akhwat melakukan gotong
royong..

Sadina, Aisyah dan Fatma sedang menyapu halaman.

"Cuaca hari ini sejuk sangat yo? " ujar Aisyah.

"Iya, alhamdulillah" Dina.

"Dina, Name Text mu sudah ketemu? "sambung Fatma.

"Belum Fat, ana sudah cari kemarin saat ambil wudhu shalat maghrib, tapi... Udah gak ada,
mungkin ada yang menemukan, yaa semoga ajah dikembalikan.." ucap Dina penuh harap.

"Owh..gitu ya.. Semoga ajah dikembalikan ya..?" ucap Fatma.

"Iya, amiin.. " Dina.

Fauzan yang sedang membuang sampah tak sengaja mendengar percakapan mereka.

"Owh.. Jadi Name Text ukhty itu.. Ana kembalikan deh.. " ucap Fauzan dalam hati.

"Ente mau kemana? " tanya Syakir.

"Ada urusan sebentar nih.. " jawabnya singkat dan pergi.

Sesampainya disana...

"Assalamualaikum, maaf tadi gak sengaja mendengar kalau ukhty ini kehilangan Name Text
ya? Ini saya menemukan di ventilasi masjid kemarin, maaf kalau telat ngembaliinnya" ucap
Fauzan dengan sopan.

"Alhmadulillah akhirnya ketemu juga, syukron akhy... " Dina berterimakasih.

"Ya sudah, saya mau teruskan pekerjaan saya, Assalamualaikum" ucap Fauzan dan pergi.

-000-

Di kobong...

"Sadina..? Nama orang yang manis untuk orang yang manis.. " ucap Fauzan yang sedang
melamun sendiri.
"Assalamu'alaikum" ucap Syakir, namun tak dijawab oleh Fauzan karen ia sedang melamun.

"Hey..jawab salam ku lah.." ucapnya kesal sembari menyenggol bahunya.

"Waalaikumsalam, maaf tak ana dengar tadi" jawab Fauzan bete.

"Ente kanapa?bete gitu? " tanya Syakir.

"Ente mengganggu ane ajah, ana lagi menghayal bidadari surga." ucap Fauzan senyam-
senyum.

"Eittzz.. Bae bae menghayal terlalu tinggi nanti jatoh baru tau rasa. " ledek Syakir.

"Jangan gitu dong, ane akan terus memantau dia terlebih pas wisuda kelulusan, pasti orang
tuanya datang ke pondok, baru ana siap bertindak." ucap Fauzan dengan rasa semangat.

"Ente sudah mapan belum? Mau serius ajah, mau dikasih apa istrimu nanti? " ejek Syakir.

"Ya.. Memang ana ana belum mapan secara secara ana masih santri disini setidaknya ana
sudah ta'arufan dengannya, ya toh? " ucap Fauzan.

"Ente jangan terburu², ngajak ta'aruf juga jangan lama, dan perlu ente tanyakan pada orang
tuanya, si dia udah ada yang ngehitbah belum? Kalau udah kan gak enak sama si calonnya? "
tegas Syakir.

"Iya juga sih..haduh jadi bingung sendiri.. " Fauzan.

"Istikharah sana, minta jawaban ke Allah, karena Allah maha mengetahui hati seseorang. "
sambung Syakir.

"Syukron katsiran nasihatnya Insya Allah akan ana lakukan itu." ucap Fauzan.

-000-

Detik detik waktu adzan Ashar...

Syakir yang sedang membersihkan tempat wudhu,

"Aduh.." ucap Syakir yang tersandung pecahan keramik hingga mengakibatkan jempolnya
berdarah. Sadina yang sehabis dari kamar mandi melihat Syakir terduduk kesakitan di tangga
masjid.

"Kenapa dia? Berdarah? " ucap Dina dan bersegera menghampiri Syakir.
"Mohon maaf saya harus membantumu.. " ucap Dina yang bersegera mengikat luka Syakir
menggunakan slayernya. Syakir yang melihatnya pun bengong dan berfikir perempuan itu
baik sekali.

"Sudah saya balut lukanya, semoga Allah secepatnya memberi kesehatan terhadapmu,
assalamu'alaikum.. " ucap Dina dan pergi.

"Siapapun dia.. Ana gak boleh jatuh cinta kepadanya, astaghfirullahal'adzim.. " ucap Syakir di
malam hari yang sedang berbaring di ranjangnya.

-000-

Di sepanjang jalan setelah mengikuti kajian di pagi hari..

"Sadina.. Kau dapat risalah (surat)..." ucap salah satu tugas keamanan.

"Risalah? Dari siapa" tanya Dina.

"Ana tak tau, barangkali dari orang tuamu, karena saya menemukan di kotak pos depan
pondok tadi." ucapnya.

"Na'am syukron ya." Sadina.

"Biasanya Umi sama Abi gak pernah ngirim surat" tutur Dina dalam hati.

Di kamar Dina seorang diri, sambil membaca surat dari seseorang.

"Ini dari siapa kok gak di cantumi namanya? Disini terbaca katanya dia pernah ketemu
denganku? Apa.. Laki-laki ini yg pernah Aku tolongi waktu itu? " Dina bertanya-tanya.

-000-

Liburan akhir semester (Wisuda)...

Sampai detik ini Sadina tidak tahu tentang surat itu siapa yang membuat, Dina berfikir itu
hanyalah gombalan semata.

"Assalamualaikum umi.. " ucap Dina memeluknya dan bertekuk lutut kepada orang tuanya.

"Maafkan Aku bi, mi jika Aku pernah membangkang" ucap Dina menyesal.

"Sudah Umi dan Abi maafkan Dina.. Kamu tambah cantik disini.. " jawab Umi.
"Terimakasih Umi" Dina.

"Owhh. Jadi dia anak Kyai Usman, kyai pondok Ikhwan? Alhamdulillah ana bisa
membicarakan soal perasaan ini ke Abinya" ucap seseorang.

-000-

Sadina telah lulus dari pondok, ia pun kembali ke rumah.

1 tahun kemudian...

Di kamar...

Kira-kira yang dulu nagasih surat ke Aku.. Dia serius gak ya? Tapi.. Aku gak boleh berharap
juga sih, buktinya orang itu gak muncul lagi" keluh Dina dalam hati.

-000-

Keesokan harinya, "Dina.. Abi mau bicara kepadamu. " ucap Abi.

"Ada apa bi? Bukannya Abi lagi di pondok ya? Sadina.

"Abi mampir sebentar nanti Abi kembali lagi ke pondok, Abi mau bilang sesuatu padamu..
Kamu sudah siap menikah? " ucap Abi yg mengejutkan.

"Menikah? Aku mau fokus kuliah dulu bi, baru bisa menikah. Lagi pula aku masih muda bi.. "
gerutu Dina.

"Ada yang mau berta'aruf padamu" ucap Abi.

"Siapa bi? Apa ini orang yang waktu itu ngirim surat ke Aku ( dalam hati)" ucap Dina.

"Dia waktu itu, belajar di pondok Abi. Sekarang dia menjadi guru disana bantu Abi, dia
seumuran dengan mu" ucap Ab, Dina terdiam.

"Besok dia mau bersilaturahmi kesini" Abi.

"Iya bi.. " Sadina.

-000-

Tiba Malam...
"Apa.. Aku bilang ajah ya ke Abi? Dan.. Siapa ya laki laki itu? Apa laki laki itu.. Orang yang ku
tolong itu? " bayang bayang Dina saat dikamar.

"Assalamualaikum, ndo? Ayo makan, makanan udah Umi siapkan nih.. " ketuk pintu sekaligus
suara Umi (membuka pintu)

"Loh Abi mana mi? Gak makan bareng kita? " ucap Dina.

"Abi katanya mau di pondok, karena besok ngajar lagi, oh iya Umi mau bicara sama kamu. "
Ucap Umi.

"Silahkan mi.." ucapnya sambil menyendok nasi.

"Kamu..udah siap menikah? " tanya Umi.

"Owh..itu.. Jujur sebenarnya aku belum siap mi..lagi pula aku mau fokus untuk kuliah dan
sarjana " ucap Dina.

"Sebenarnta kamu gapapa duluan menikah Din.. Kamu juga sudah dewasa.. Lagi pula umi
takut kamu kelamaan kalau sampai nunggu kamu sarjana" ucap Umi lembut.

"Baru juga 5 tahun aku sendiri mi, setelah putus dari Bima, aku langsung ngambil keputusan
kalau aku menunggu ajah. Aku takut kalau pacaran dan statusnya belum halal nanti akan
dosa. " tegas Dina.

"Kalau kamu memutuskan untuk menunggu kamu gak mungkin kan menolak yang datang ini?
" tanya Umi.

"Aku juga bingung mi harus gimana.. Jujur aku lagi nunggu seseorang mi" ucap Dina.

"Siapa dia?" tanya Umi.

"Aku belum tau persis mi namanya, yg jelas dia pernah mondok di pondok Abi. Aku pernah
bertemu disaat dia kena luka keramik disaat dia bersihin tempat wudhu pondok, kalau gak
salah namanya Syakir, tapi.. Aku gak tau sekarang dia ada dimana" Ucap Dina sedih.

"Menurut Umi, mending kamu nerima yg ini ajah. Soalnya sulit juga kalau dia gak tau berada
dimana dan belum tentu juga dia masih lajang. Barangkali dia sudah menghitbah gadis lain
kan? " ucap Umi bijak.

"Deg.. Mungkin mi" jawab Dina sedikit kecewa.


"Ya udah ayoo kita lanjud makan. "

-000-

Keesokannya..

Tiba datangnya seorang laki laki itu...

"Assalamualaikum pak kyai" ucapnya lelaki itu.

"Waalaikumsalam, ehh nak Fauzan.. Masuk masuk, mau minum apa? " Abi.

"Air biasa aja pak kyai" Fauzan si lelaki itu.

"Umi? Umi? " panggil Abi.

"Ada apa bi, eeh ada tamu" sahut Umi.

"Assalamualaikum ustadzah" ucapnya sembari salaman.

"Sebentar ya umi ambil air minum dulu.." ucap umi

"Terimakasih umi" Fauzan.

Di dapur..

"Ndo.. Ndo.. ?" panggil Umi.

"Iya mi, ada apa? Mengagetkan aku saja." ucap Dina kaget.

"Beri air ini ke tamu kita ya" Umi.

"Tamu? Rumah kita ada tamu, aduh sampai gak nyadar kalau ada tamu, sini mi.. " ucap Dina.

Setelah beberapa melangkah.

"Loh itu kan laki laki yg waktu itu ngembaliin Name Text aku? Ngapain dia kesini?" Ucap Dina
terkejut.

Terdengar percakapan Abi dan Fauzan dari kejauahan

"Jadi gini pak kyai sesuai tujuan saya dari awal, saya ingin berta'aruf dengan putri pak kyai yg
bernama Sadina" ucap Fauzan.

"Astaghfirullahal'adzim!! " Dina terkejut dan gelas di nampannya jatuh dan pecah.
"Ada apa ndo?" tegur Abi.

"Maaf bi.. " jawab Dina yg sedang membersihkan pecahan beling dan mengembakikan ke
dapur.

"Kamu kenapa ndo? " tanya Umi.

"Gapapa mi, maaf aku sudah mecahin gelasnya" jawab Dina.

"Gapapa nih.. Kamu berikan sana.. " ucap Umi.

"Baik mi.. " ucap Dina dan pergi

"Bi.. Ini air minumnya" ucap Dina dan kembali.

"Terimakasih ya anakku, tuh Fauzan anak saya yg lulusan dari pondok" ucap Abi.

"Iya pak kyai cantik ya. " Fauzan tersenyum.

Umi pun datang. "Assalamualaikum, maaf yah umi telat datang nyambut kamu" ucap Umi.

"Gapapa lah Umi.. " Fauzan.

"Mi, coba kamu tanya ke Sadina soal ta'arufnya kepada Fauzan dan menerima atau
enggaknya? " tanya Abi.

"Sebentar ya, umi datangi dia dulu, dia sedang dikamar." jawab Umi dan pergi.

Sesampainya dikamar..

"Ndo?" panggil Umi.

"Ada apa mi?" Dina.

"Kamu mau ndak berta'aruf dengan nak Fauzan? " tanya Umi.

"Seperti yg pernah Dina katakan mi, Dina mau fokus kuliah dulu" tegas Dina.

"Tapi, kamu tidak boleh berlama kelamaan sendiri sayang, kan setelah menikah juga bisa
lanjut kuliah." Ucap Umi.

"Bismillahirrohmanirrohim ya udah gini ajah mi, Aku mau sama dia asalkan aku
diperbolehkan lanjut kuliah mii.. Itu ajah" ucap Dina.
"Baiklah akan Umi sampaikan ya nak.. Umi kedepan dulu.. " jawab Umi.

Di runag tamu.

"Jadi gini Abi, nak Fauzan Sadina mau dengan nak Fauzan, asalkan nak Fauzan tidak
melarangnya untuk lanjut kuliah selepas menikah nanti, gimana menurut nak Fauzan? " ucap
Umi.

"Alhamdulillah ya Allah, tenang ajah umi, saya gak akan melarang putri pak kyai dan
ustadzah untuk berhenti kuliah saya selalu dukung apapun yg dilakukan Sadina asalkan itu
baik untuk dirinya.. " jawab Fauzan.

"Alhamdulillah" ucap Umi dan aAbi.

Terdengar didalam kamar Sadina yg dari tadi menguping pembicaraan orang tuanya dengan
Fauzan.

"Mungkin ini jawaban dari semua do'aku, semoga ini keputusan yg terbaik.. " ucap Dina
dalam hati.

-000-

Dua minggu setelah berta'aruf, semakin harinya Sadina mulai mempunyai perasaan dan
harapan kepada Fauzan calon imamnya itu, karena sesekali ia mendengar suara adzan dan
khutbahnya pada shalat Jum'at di masjid terdekatnya, Sadina semakin yakin dengan Fauzan.
Karena Fauzan ia sudah lupa dengan Syakir laki-laki yg pernah ia cintai, karena semakin hari
semakin baik amalannya begitu juga di pondok. Ia pun mengajar dan terkadang jika pak kyai
nya sedang berhalangan Fauzan pun yg menggantikan.

Tiba saatnya...

"Pak kyai, saya ingin melamar putri pak kyai Sadina" ucap Fauzan.

"Jujur, semua jawaban saya tergantung pada Sadina, biar Sadina sendiri yang jawab" ucap
Abi.

"Bismillahirrohmanirrohim, atas izin Allah lamaran saya terima.. Saya mau menikah dengan
Ikhwan" ucap Sadina senang.

"Alhamdulillah" ucap antar 2 keluarga.


-000-

Di perkuliahan...

Sadina sangat semangat hari itu..

"Ciee yang mau nikah.. " ejek Citra temannya.

"Iya Alhamdulillah. Kamu kapan? " tanya Dina.

"Allauha'alam Din.. Heheheh" canda Citra.

"Cepet-cepet dong nyusul, oh iya ini ada acara apa? Tabligh Akbar? " tanya Dina.

"Calon pengantin mah sibuk yah? " ledek Citra.

"Yaa.. Begitulah... Ustad yg diundang di tabligh akbar siapa Cit? " tanya Dina.

"Tuh ustadnya.. Sebentar lagi dia ke panggung itu dia..." ucap Citra.

Betapa terkejutnya Dina yang melihat seseorang yang naik di atas panggung seseorang yg
pernah ia cinta dan yang pernah ia tunggu.

"Diiaa Syakir bukan?? " ucap Dina melotot.

"Iya Ustad Syakir. Kamu kenal sama dia Din..? " tanya Citra.

"Iya.. Dia pernah mondok di dekat pondok aku juga Cit.. Owh di sekarang menjadi ustad"
ucap Dina sedikit tersenyum .

Ketika sudah di ujung acara, Syakir melihat Sadina yang sedang duduk dan mengobrok dari
kejauhan.

"Dia.. Perempuan itu bukan? (dalam hati) yaa mungkin itu saja yg bisa saya sampaikan dari
materi al-islam, selanjutnya saya serahkan kembali ke MC" ucap Syakir menutup pidatonya.

Acarapun di tutup dengan MC.

Beberapa saat kemudian...

"Asslamualaikum" tegur sapa Syakir kepada Sadina yang sedang berjalan menuju kampus.

"Waalaikumsalam" jawab Dina.


"Jadi..antum.. Kuliah disini? " tanya Syakir.

"Iya, setelah saya lulus dari pondok saya meneruskan disini, antum sendiri?" tanya Dina.

"Alhamdulillah, setelah saya lulus dari pondok saya memperdalam ilmu agama saya sama
para ulama" jelas Syakir.

"Owh gitu.. " Sadina.

"antum sudah menikah? " tanya Syakir.

"Baru mau dan saya sudah buat undangan, nanti datang ya di acara pernikahan saya."
sambung Dina.

Ucapan yg di ucapkan oleh Dina adalah sebagai tamparan bagi Syakir.

Syakir yang selama ini mengaguminya dari dulu, kini ia menngetahui bahwa gadis yang ia cari
sudah di lamar lelaki lain."

"Owh. Astaghfirullahal'adzim ya Allah" ucapnya.

"Ada apa? " tanya Dina.

"Mohon maaf saya sudah mengganggumu assalamualaikum." seketika itu Syakir langsung
pergi.

"Waalaikumsalam" jawab Dina memelas.

Kenapa kamu kembali, bukankah hati ini menjadi-jadi?setelah kau kembali..

Tiba di rumah...

"Assalamualaikum" ucap Dina.

"Waalaikumsalam, ndo nih undangannya sudah siap tinggal sebar saja ya." ucap Umi.

"Nanti ajah ya mi" jawab Dina langsung masuk ke kamar.

"Loh...gak biasanya Dina seperti itu.. Biasanya dia semangat banget kalau ngebahas
pernikahan? Ada apa ini? " ucap Umi bertanya.

Di dalam kamar...
"Astaghfirullahal'adzim, ada apa denganku ini.. Ya Allah.. Kenapa kau pertemukan aku lagi?
Tapi gak boleh kayak gitu, aku sudah menerima Fauzan dan aku sangat menyayanginya..
Mungkin Syakir sudah punya istri" Ucap Dina kepada dirinya sendiri.

Sadina pun keluar dari kamarnya,

"Kamu kenapa ndo? Kamu sakit? " tanya Umi.

"Aku gapapa mi, mana undangannya? Aku mau nyebar undangan ini memberitahu teman²
tentang pernikahan aku ya mi? " ucap Dina.

"Kamu sendirian kesananya? Sama Umi ya? " ucap Umi.

"Gak usah mi, aku sendirian aja kesananya, aku gapap kok mi. Assalamualaikum" ucap Dina
dan pergi.

"Waalaikumsalam" jawab Umi dan pergi.

Di perjalanan...

Sadina berusaha memWhats upp Fauzan dan memberitahunya bahwa ia izin untuk menyebar
undangan pernikahana ke kerabatnya menggunakan motor, namun dia sedang offline.

"Ya..offline sih.. Mungkin nanti juga online sekarang dia ngajar kali ya? " ucap Dina.

Beberapa jam kemudian....

"Apa...aku beli cincin sekarang ajah kali ya? Kasian Sadina sibuk sendiri, aku bantu dia deh,
mending aku bilang aja ke dia sekarang." ucap Fauzan setelah selesai ngajar.

Fauzan tersadar bahwa ia tak membuka Whats upp

"Astaghfirullahal'adzim lupa nyalain data, ada WA dari Sadina. Aku telfon aja deh" ucap
Fauzan.

"Assalamualaikum ukhty" Fauzan.

"Waalaikumsalam ikhwan, ada apa ya?" Dina.

"Aduh.. Suaranya lembut sekali, gini saya berencana ingin membeli cincin buat nanti akad,
kamu mau ikut memilih atau gimana? Tenang aja nanti saya ajak adik perempuan saya biar
gak timbul fitnah. " ucap Fauzan.
"Hmm.. Gini aja, kebetulan saya lagi berada di rumah teman habis nyebar undangan
pernikahan kita, gimana kalau antum berkenan antum saja sendiri, saya percaya kepada
antum. Pasti antum bisa memilih yg terbaik. Apapun pilihan antum akan saya terima dan
pasti saya suka, ukurannya juga akhy sudah tau" jelas Sadina.

"Bener nih? Saya jadi merasa gak enak kalau nanti pilihan saya tidak istriku suka.. Ehh masih
calon ya" ucap Fauzan.

"Hihihi...gak kenapa² kok calon suamiku" ucap Dina malu.

"Terimakasih ya. " Fauzan.

"Terimakasih buat apa." ucap Dina mengerutkan keningnya.

"Terimakasih sudah menerima saya dengan apa adanya" ucap Fauzan.

"Tak apalah akhy.. Toh yg saya cari itu keimanan bukan kemapanan.. " ucap Dina lembut.

"Owalah.. Terbang aku. Ya sudah saya berangkat ya ukhty hati hati kalau mau pulang,
assalamualaikum" ucap Fauzan.

"Waalaikumsalam" Sadina.

-000-

Sesampainya Disana, Fauzan langsung membuka sabuk pengaman dan bersegera mencari
toko emas, tak lama kemudian ia pun menemukannya.

"Assalamualaikum.. Ci saya mau membeli cincin pernikahan 7 gram bisa di perlihatkan? Ini
ukurannya? " ucap Fauzan.

"Owh.. Iya ada (mengambil 2 contoh) ucap cici.

"Yang ini kayaknya bagus, cocok buat jari Sadina (dalam hati)

"Ci...saya ambil yg ini ajah ya" ucap Fauzan.

Fauzan pun membayarnya, "Terimakasih ya ci..alhamdulillah"

Ucap Fauzan dan bergegas ke parkiran dan membawa mobilnya.

Sesampainya di parkiran...
"Alhamdulillah ya Allah, semoga Sadina suka" ucap Fauzan.

Di perjalanan...

"Aku coba telfon lagi.. " ucap Fauzan.

"Assalamualaikum" ucap Fauzan.

"Waalaikumsalam" jawab Dina.

"Udah sampai rumah?" tanya Fauzan.

"Alhamdulillah sudah, antum sendiri? " tanya Dina.

"Belum.. Masih di perjalanan, mmm..gimana? Mau lihat cincin yg saya beli? Saya kirim lewat
WA nanti saya foto." ucap Fauzan.

"Boleh.. Tapi nanti kalau antum sudah sampai rumah ya? Takut gak konsen nyetirnya.. Antum
lagi ada dimana? " tanya Sadina.

"Iya pastinya, saya lagi berada jalanana dekat pasar" jawab Fauzan.

"Owh.. Semoga pernikahan kita lancar ya?" ucap Dina.

"Amiin..kamu tau gak saya tuh beruntung banget bisa punya istri kayak antum sholichah,
baik dan.... Astaghfirullahal'adzim!!! " ucap Fauzan tiba-tiba mengejutkan dengan kecepatan
mobil sangat tinggi. Karena jalanan terlihat sepi pula, tanpa sadar mobil yg dibawa Fauzan
ingin menabrak mobil yang berlawanan arah dan akhirnya Fauzan membanting stir dan
alhasil mobil yg dikendarai Fauzan terguling masuk jurang.

"Fauzan..? Fauzan..? Fauzan..? Hallo.. Umi...Fauzan mi. Aku dengar seperti ada suara
benturan sesuatu mi" ucap Dina panik.

"Apa? Kamu yakin Din? Dia lagi ada dimana sekarang? " tanya Umi panik.

"Dia di daerah dekat pasar mi" jawab Dina menangis.

"Kamu tenang ya, ayo kita kesana" ucap Umi. Kami pun pergi.

Sesampainya disana...

Terlihat bangkai mobil yg tergeletak dalam jurang dan asap tebal meneyelimuti kawasan
tersebut beserta warga.
"Hah ini mimpi kan mi? Itu mobil Fauzan mi.. Aku harus kesana mi.. Aku harus
menyelematkan Fauzan" ucap Dina menangis yg ingin turun ke jurang pula.

"Jangan sayang, bahaya ada warga yg menyelamatkan Fauzan" jawab Umi memeluk Dina.

"Permisi bu, maaf orang yg di dalam mobil tadi sudah di bawa ke RS. Fatmawati bu, di bawa
dengan keluarganya, karna tadi kita menemukan handphone korban dan segera menelpon
keluarganya" ucap salah satu warga.

"Terimakasih ya pak, ayo Din kita kesana" ucap Umi.

"Ayo mi" ucapnya. Seakan ada harapan.

Sesampainya di RS...

Terlihat Abi yg sedang terduduk di ruang tunggu

"Abi ada disini? " ucap Umi. "Iya, tadi umi Fauzan telfon Abi" jawab Abi.

"Umi Fauzan dan Abinya dimana bi? " ucap Umi.

"Di depan UGD mi" jawab Abi.

"Ayo mi kita kesana" ucap dina setengah menangis. Umi Fauzan dalam pelukan Sadina.

"ini ada apa sebenarnya?" tanya Dina.

"Mi.. Sudah. Jangan sedih..gak baik..ikhlaskan saja" ucap Abi Fauzan.

"Maksud dari ikhlaskan apa bi? Gak.. Gak.. Mungkin" ucap Dina.

Susterpun keluar sembari mendorong menggunakan kasur roda, namun orang itu di tutupi
kain, umi fauzan makin menderai air mata dan memeluk anaknya yg kini telah menjadi mayat
setelah kecelakaan beberapa jam lalu.

"Jadi..(selangkah).. Jadi.. (2 langkah menuju mayat) jadi fauzan sudah... (meneteskan air
mata) terus..pernikahan yg kita angan²kan gimana mi? Ini pasti mimpi kan? " ucap dina tak
menyangka dengan tatapan kosong. Umi dina pun memeluk din.

"Dia..baik² aja kan mi sekarang? Dia pasti lagi ngajar kan di pondok, hhh.. Pasti aku sedang
halusinasi.. " ucap Dina.

"Istighfar nak.. Istighfar ya Allah" ucap umi di dekapan dina. Abi dina pun datang dan terkejut
"innalillahiwainnailaihirojiuun" ucap abi bersandar di tembok. Fauzan kini telah menjadi
mayat, angan² dan cita²nya membina rumah tangga dengan Sadina hanya mimpi semata. Kini
Fauzan telah di jemput oleh sang Kholik..

Setelah pemakaman Fauzan calon suami Sadina yg ia cintai, separuh warasnya telah hilang,
kini ia hanya bisa termenung menangis. "kamu.. Tidak boleh larut dalam kesedihan ndo, umi
mengerti tentang perasaan dirimu. " ucap umi mengelus kepalanya. Kematian fauzan
terdengar hingga ke syakir, syakir mengetahui bahwa fauzan telah meninggal dunia padahal
ia ingin segera menikah dengan calon istrinya yg belum di ketauhi syakir sebelumnya. Di
pemakaman fauzan, syakir hanya mengelus batu nisannya dan berdo'a.

"Fauzan, maafin ana ya, ente gimana sih, belum jga kenalin calon istrinya ente yg selalu ente
bangga²kan karena cintnya terbalas sejak mondok, sampai² ngirim surat ke perempuan itu,
tapi ente sangat, beruntung cinta ente bisa terbalaskan. Sedangkan ane, perempuan yg selalu
ane tunggu sudah dilamar oleh orang lain. (menghela napas) semoga ente di tempatkan di
sisi-Nya. Karena ane tau ente orang yg baik. Ane pulang dulu" ucap syakir setengah menangis
dan menabur bunga.

Sementara itu..

"Nak?" tegur umi fauzan yg berada di pintu kamar,karena Dina yg berada duduk di dalam
kamarnya. "Ada apa mi? " ucapnya lemas, umi fauzan sungguh khawatir dengan kondisi
Dina, ketika ia masuk kondisi Dina sangat memprihatinkan, matanya yg sembab yg membuat
perasaan umi fauzan sedih. "Gimana keadaan kamu? "ucap umi fauzan menahan tangisnya.

"baik-baik aja mi" ucap Dina. "Umi ada sesuatu buat kamu nak, ini pemberian dari Fauzan"
ucap Umi. "Apa itu mi? " ucapnya dengan raut wajah sangat penasaran. Umi fauzan
memberikan seorang sebongkah cincin emas yg di beli Fauzan sebelum ia tiada.

"Cincin? " ucap Dina bergelinang air mata, "Iya, umi menemukan di saku baju Fauzan,
sepertinya itu buat kamu, pakailah nak, buatlah Fauzan bahagia melihatnya" ucap umi.

"seharusnya aku pakai ini ketika ini ketika akad mi, tapi... Allah berkehendak lain terhadapku
dan fauzan.. " ucap Dina yg berusaha tersenyum dan akhirnya ia memalingkan wajahnya dan
tak kuasa hatinya ia pun menangis.

"Tak perlu menangis, umi tau kamu pantas bahagia, ikhlaskan saja sayang, jika ditanya ikhlas
umi pun susah melakukannya.. Tapi.. Apa boleh buat? Sudah kehendak sang pencipta sana
berbahagialah jangan terlalu berlarut dalam kesedihan nak" ucap umi Fauzan menahan
tangisan. "Aku gak mungkin mi berpaling dari yg lain, semua butuh waktu aku sangat
menyayanfi Fauzan mi anak umi.. Itu saja, terkadang aku suka berfikir mi, kenapa allah
memberikan aku ujian yc begitu berat? Padahal tinggal selangkah lagi aku bersamanya mi.. "
ucap Dina di pelukan umi Fauzan.

"istighfar sayang. Pertanda Allah sayang padamu dan Fauzan" ucap Umi Fauzan.

-000-

"Assalamualaikum" tiba Syakir di rumahnya.

"Waalaikumsalam nak" ucap umi Syakir. Syakir pun pergi kekamar.

"Mau melanjutkan galau mu lagi nak? Mau sampai kapan kamu seperti ini? Mengharapkan
gadis yg telah di hitbah oleh orang lain" ucap Abi. Yaa selama ini Syakir belum bisa
melupakan gadis yg sangat ia nantikan gadis itu bernama Sadina.

"Mending kamu cari yg lain saja? Kamu tampan, hafidz qur'an, apa yg kurang dari kamu? "
ucap Abi.

"Aku orangnya sulit melupakan seseorang bi.. Mi.. Aku perlu waktu, aku ke masjid dulu."
ucap syakir dan pergi.

Di masjid..

"Ya Allah, entah sampai kapan hati ini sadae dan ikhlas bahwa org yang aku nantikan tlah
menjadi calon seseorang lelaki yg amat beruntung memilikinya? Ya allah, ikhlaskanlah,
relakanlah, ya Allah hadirkanlah seseorang yg mencintai aku karna mu ya allah.. Dan ku
berharap kau meridhoi hati kami. " ucap syakir.

Sementara itu...

Di dalam kamar..

"ya Allah ikhlaskan hati ini yg tlah prgi terlebih dahulu, tabahkan hati ini ya Allah, kuserahkan
hati ini padamu, hadirkanlah, sosok orang yg sedang berjalan menuju ridhomu, dan caranya
mencintaiku karenamu ya allah bukan karena fisik semata, ikhlaskanlah...ikhlaskan hati ini Ya
rabb.. Amiinn" doa Sadina kepada sang kholik dan menangis.

Beberapa bulan kemudian...

Di sofa...

"Abi punya calon untukmu" ucap Abi Syakir.

"Sudah kubilang bi, aku belum siap buat nerima hati yg baru" ucap Syakir.
"Kamu lihat dulu siapa tau cocok, ya kan bi? " ucap Umi.

"Iya, lagi pula umurmu sudah cocok untuk menikah" ucap Abi.

"Ya sudah kucoba bi, tapi maaf jikalau aku menolaknya lagi" ucap Syakir.

"Iya tak apa², ini putri anak pak kyai katanya anaknya sudah sempat mau menikah, cuma dia
gagal karena calon suaminya meninggal karena kecelakaan kalau gak salah nama calon
suaminya Fauzan" ucap Abi.

"Fauzan?? " terkejut Syakir.

"iya dan pak kyai bilang coba anak Abi mampir kerumah dan mencoba mengajak ta'aruf dan
melamarnya kali saja mau gitu" ucap Abi.

Seminggu kemudian.

Syakir pun bersiap-siap untuk bertamu kerumah pak kyai "Bismillahirrohmanirrohim.. Ya


allah semoga kedatanganku menjadi suatu kebahagiaan buat perempuan itu" ucap Syakir
dalam hati.

Sesampainya di rumah pak kyai sudah duduk di sofa rumahnya.

"Jadi kedatangan saya mau mengajak ta'aruf putri pak kyai" ucap Syakir.

"Iya, saya panggilkan putri saya dulu ya? "

"Dina?? Ucap pak kyai. Syakir pun terkejut yg datang dialah perempuan yg selama ini ia sebut
dalam do'anya yaitu SADINA begitupun Sadina.

"Jadi...perempuan ini yg Fauzan ceritakan? Tanpa sadar kita menyukai peremupuan yg sama"
ucap Syakir dalam hati dan melamun.

"Gimana Syakir? Sadina gimana menurutmu? " ucap pak kyai.

"Syakir? saya serahkan kepada Syakir saja bi.. " ucap Sadina dalam hati dan bahagia.

"ini mah bidadari surga saya pak kyai, saya mau menikahinya" ucap Syakir senyum bahagia.

"Alhamdulillah... " ucap dua keluarga.

Beberapa minggu kemudian, Syakir pun melamarnya dan beberapa bulan ia menikah dengan
gadis yg ia cintai sejak awal.
"Saya terima nikahnya Sadina Munawaroh binti Ustman dengan mas kawin seperangkat alat
sholat beserta emas di bayar tunai.. " jelas Syakir ketika ijab qobul.

"Gimana para saksi? " ucap penghulu.

"Sah....Alhamdulillah" ucap para hadirin, Sadina pun mencium tangan Syakir.

"Ana Uhibbuka Fillah" Satu kalimat yang membuat Sadina melayang semoga menjadi
keluarga sakinah mawaddah warohmah... Amiiin..

SELESAI

Nama : Dewi Rohmawati

Kelas : XII IPS-II

Anda mungkin juga menyukai