PRAKTIKUM LABORATORIUM
JOB : MIX
KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL DAN AGREGAT
Praktikum ini secara umum memberikan pengertian dan kemampuan dasar kepada
praktikan untuk dapat menentukan komposisi yang tepat antara agregat, aspal dan material
pengisi (filler) dalam campuran aspal dan agregat.
B. Referensi
ASTM D 2726 - 73
Mix Design Methods for Asphalt Concrete and Other Hot Mix Types MS-2 (1993). Sixth
Edition, Asphal Institute
SNI – 06 – 2489 - 1991
C. Teori Dasar
Campuran Aspal dan agregat untuk perkerasan jalan yang biasa disebut sebagi aspal beton
merupakan suatu bahan lapis perkerasan jalan yang terdiri dari campuran agregat kasar,
agregat sedang dan halus serta bahan mineral lain sebagai pengisi (filler) dengan aspal
sebagai bahan pengikat dalam perbandingan yang proporsional dan teliti serta diatur dalam
suatu perencanaan campuran. Jika campuran tersebut dibuat dalam perbandingan yang
semestinya, diharapkan akan menghasilkan suatu bahan campuran lapisan permukaan jalan
yang tahan lama dan diharapkan sanggup memikul beban lalu lintas yang berat. Ada
beberapa jenis campuran beraspal (Asphalt Mix) antara lain :
PRAKTIKUM LABORATORIUM
Dalam merencanakan suatu campuran aspal beton perlu dilakukan beberapa percobaan
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan bahan seperti aspal, bahan
agregat dan pemeriksaan campuran. Pemeriksaan mengenai aspal dan agregat telah dibahas
pada Bab mengenai aspal dan agregat, sedangkan di sini selanjutnya akan dibahas mengenai
pemeriksaan campuran keduanya saja sebagai campuran beraspal untuk bahan perkerasan
jalan.
Tahapan yang perlu diketahui dalam perencanaan suatu campuran beraspal antara lain :
a. Melakukan pemeriksaan terhadap aspal yang akan dipakai. Macam pemeriksaan yaitu
menentukan viskositas dan berat jenis aspal. Viskositas diperlukan guna menentukan
suhu campuran maupun suhu pemadatan.
b. Menentukan spesifikasi gradasi agregat yang akan dipakai, yaitu suatu besaran
prosentase agregat yang lewat suatu saringan dengan ukuran tertentu. Banyak macam
spesifikasi agregat yang dipakai dalam perkerasan jalan sesuai dengan kebutuhan.
c. Melakukan pemeriksaan mutu agregat yang akan dipakai.
d. Menentukan kombinasi beberapa fraksi agregat sehingga mendapatkan gradasi
campuran yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan, karena pada umumnya agregat
yang akan dipakai terdiri dari beberapa fraksi.
e. Jika mutu bahan sudah terpenuhi dan harga viskositas dari aspal serta kombinasi fraksi
sudah diketahui, kemudian dibuat campuran agregat dengan berbagai kadar aspal.
selanjutnya dilakukan percobaan Marshall guna menentukan flow dan stabilitas
campuran beraspal.
Stabilitas
Stabilitas yaitu kemampuan campuran beraspal sebagai bahan perkerasan untuk
menahan deformasi akibat beban lalu lintas tanpa terjadinya perubahan tetap seperti
gelombang, alur ataupun bleeding. Kebutuhan akan stabilitas sejalan dengan jumlah lalu
PRAKTIKUM LABORATORIUM
lintas dan beban kendaraan yang lewat. Jalan dengan volume lalu lintas tinggi dan
mayoritas kendaraan berat menuntut stabilitas yang lebih besar, demikian sebaliknya
untuk lalu lintas yang rendah dan mayoritas kendaraan ringan memerlukan stabilitas
yang tentunya kecil juga. Kestabilan yang terlalu tinggi menyebabkan lapisan akan
menjadi kaku dan cepat mengalami retak, di samping itu juga karena volume antar
agregat yang kurang, mengakibatkan kadar aspal yang dibutuhkan jadi rendah. Hal ini
menghasilkan film tipis dan mengakibatkan ikatan aspal mudah lepas sehingga
durabilitasnya rendah.
Kekuatan atau stabilitas ini diharapkan dari sifat saling kunci (interlocking) antar agregat
penyusun, pelekatan yang disumbangkan oleh aspal dan / atau adanya mortar. Dengan
demikian stabilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan mengusahakan :
1. Agregat dengan gradasi yang rapat (dense-graded)
2. Agregat dengan permukaan kasar
3. Agregat berbentuk kubus
4. Aspal dengan penetrasi rendah
5. Aspal dengan jumlah yang mencukupi untuk ikatan antar butir
Stabilitas :
- Kuat tekan ( s )
- Flexural strength ( fc’ )
Surface
Base
Karena beban yang diakibatkan oleh pergerakan lalu lintas seperti ilustrasi di atas, maka
filosofi benda uji dalam pengujian Marshall dilakukan seperti berikut :
Posisi tidur
Dalam perkerasan jalan stabilitas yang diharapkan adalah stabilitas yang memadai,
artinya tidak trelalu tinggi, tidak juga terlalu rendah.
PRAKTIKUM LABORATORIUM
Tinggi
Minimize Avoided (dihindarkan)
Desirable (diinginkan)
maximize Avoided
Rendah
Durability
Durability campuran adalah ketahanan terhadap disintegrasi karena beban lalu lintas
dan berbagai faktor lingkungan (cuaca, air dan perubahan suhu). Makin besar proteksi
terhadap agregat makin besar durabilitas. Aspal menyelimuti agegat dalam bentuk film
aspal untuk melindungi agregat dari air, sehingga air tidak dapat merusak agregat. Film
aspal yang tebal dapat menghasilkan aspal beton yang berdurabilitas tinggi, tetapi
kemungkinan terjadinya bleeding menjadi tinggi.
Aspal juga mengisi rongga udara, sehingga rongga udara berkurang danmenghindari
terjadinya proses oksidasi yang dapat menyebabkan aspal menjadi rapuh atau getas.
Namun ada batasan minimum rongga udara terisi aspal untuk menghindari terjadinya
bleeding.
Ketahhanan diharapkan meningkat dengan adanya proteksi aspal terhadap agregat yang
makin besar. Untuk memaksimumkan durabilitas dilakukan dengan cara :
Campuran aspal beton mempunyai kandungan aspal yang cukup untuk
menyelimuti semua partikel agregat.
Aspal yang cukup untuk mengisi ruang udara di antara agregat.
Aspal Cukup :
Selimut tipis
Agregat terselimuti aspal
Antar rongga terisi aspal
PRAKTIKUM LABORATORIUM
Aspal Berlebihan :
Selimut tebal
Skid Resistance
Skid resistance adalah tahanan geser yang diberikan oleh perkerasan sehingga
kendaraan tidak mengalami slip baik di waktu hujan atau basah maupun diwaktu kering.
Kekesatan dinyatakan dengan koefisien gesek antar permukaan jalan dan ban
kendaraan.
Workability
Workability adalah mudahnya suatu campuran untuk dihampar dan dipadatkan
sehingga diperoleh hasil yang memenuhi syarat kepadatan yang diharapkan.
Faktor yang mempengaruhi workability antara lain :
Gradasi agregat, agregat bergradasi baik lebih mudah dilaksanakan dari pada
agregat bergradasi lain.
Temperature campuran yang ikut mempengaruhi kekerasan bahan pengikat yang
bersifat termoplastis.
Kandungan bahan pengisi (filler) yang tinggi, menyebabkan pelaksanaan lebih sukar.
Ekonomis
Campuran harus direncanakan dengan menggunakan jenis dan kombinasi material yang
menghasilkan biaya termurah tetapi memenuhi persyaratan stablitas, durabilitas,
fleksibilitas, skid resistance dan workabiltas.
PRAKTIKUM LABORATORIUM
Dalam campuran aspal dan agregat, aspal berfungsi sebagai bahan ikat. Perkerasan dengan
bahan ikat aspal akan terbuka di alam dan akan langsung oleh perubahan cuaca. Jika aspal
yang diberikan lebih rendah dari kebutuhan optimal, maka ikatan yang timbul kurang
sempurna, sebaliknya pemberian yang berlebihan dapat memberikan ikatan yang baik
tetapi pada suhu tinggi kelebihan aspal itu akan berakibat tidak baik juga. Untuk itu perlu
ditentukan jumlah aspal yang tepat.
Secara umum, prosedur perencanaan dan pengujian campuran aspal dan agregat dengan
menggunakan Metoda Marshall dapat dilihat pada bagan alir berikut ini.
Agregat
Aspal
Kriteria
Perencanaan
PRAKTIKUM LABORATORIUM
Proses perencanaan dimulai dengan memilih spesifikasi (spek) campuran tertentu. Dari
spek ini akan diperoleh keterangan mengenai komposisi campuran, yaitu gradasi yang
harus digunakan serta jenis aspal yang boleh digunakan.
Proses selanjutnya adalah pembuatan benda uji campuran yang diikuti oleh pemadatan.
Disarankan paling sedikit dibuat 5 variasi kadar aspal, dan untuk setiap kadar aspal
tersebut dibuat 3 benda uji. Pemadatan benda uji, dalam hal ini menggunakan Metoda
Marshall, dinyatakan dalam jumlah tumbukan yang dikenakan pada benda uji tersebut.
Jumlah tumbukan ini didasarkan pada jenis lalu lintas rencana (dapat dilihat pada Kriteria
Perencanaan).
Sebelum melakukan uji Marshall terlebih dahulu dilakukan pengujian berat isi dan berat
jenis untuk dapat menghitung kandungan rongga di dalam rongga campuran. Untuk
penggambaran kurva Marshall sebaiknya kalau manual menggunakan mistar yang lentur
(flexural), jangan pakai yang kaku (fixed/mal), atau dapat juga dilakukan dengan komputer.
Setelah semua perhitungan selesai dilakukan, dapat ditentukan kadar aspal optimum
berdasarkan kriteria perencanaan yang diambil.
D. Prosedur Praktikum
D.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari :
1. Tiga buah cetakan benda uju dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan tinggi 7,62
cm, lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
2. Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan :
a. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk silinder,
dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm.
b. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis) berukuran 20,32 x
20,32 x 45,72 cm dilapisi dengan pelat baja berukuran 30,48 x 30,48 x 2,54 cm dan
dijangkarkan pada lantai beton di ke empat bagian sudutnya.
c. Pemegang cetakan benda uji.
3. Alat pengeluar benda uji.
Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan benda uji
dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10 cm.
4. Alat Marshall lengkap dengan :
a. Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung.
b. Cincin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg, dilengkapi arloji
(dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm.
c. Arloji pengukur kelelehan (flow) dengan ketelitian 0,25 mm beserta
perlengkapannya.
5. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi sampai sampai
200oC (3oC).
6. Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu 20 – 60oC (3oC).
PRAKTIKUM LABORATORIUM
D.2 Bahan
- agregat sesuai spesifikasi yang ditetapkan
- aspal keras sesuai spesifikasi yang ditetapkan
Hal ini dimaksudkan agar keamanan dan ketertiban dapat teratasi, baik pengamanan alat-
alat ataupun praktikan itu sendiri.
1. Sarung tangan
2. Jas lab
3. Masker
4. Alat-alat lain pengaman panas
PRAKTIKUM LABORATORIUM
1 sampai ¾”
¾” sampai 3/8”
¾” sampai No.4 (4,76 mm)
No.4 (4,76 mm) sampai No.8 (2,38 mm)
Lewat No.8 (2,38 mm)
Tabel : Tingkat Kekentalan (Viskositas) Aspal Untuk Aspal Padat dan Aspal Cair.
Pencampuran Pemadatan
Alat
Aspal Aspal Aspal Aspal
Satuan Satuan
Padat cair Padat cair
Kinematik 170 ±20 170 ±20 CST 280 ±30 280 ±30 CST
Viscosimeter
Saybolt Furol 85 ±10 85 ±10 DET. S.F 140 ±15 140 ±15 DET. S.F
Viscosimeter
PRAKTIKUM LABORATORIUM
3. Persiapan campuran
Proses pencampuran dilakukan sebagai berikut :
a. Siapkan bahan untuk setiap benda uji yang diperlukan yaitu agregat sebanyak
1200 gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm 1,27 mm.
Pencampuran agregat agar sesuai dengan gradasi yang diinginkan dilakukan dengan
cara mengambil nilai tengah dari batas spek. Untuk memperoleh berat agregat yang
diperlukan dari masing-masing fraksi untuk membuat satu benda uji adalah dengan
mengalikan nilai tengah tersebut terhadap total berat agregat.
b. Panaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 280C di atas suhu
pencampuran untuk aspal padat, bila menggunakan aspal cair pemanasan sampai
14 0C di atas suhu pencampuran.
c. Tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti Tabel viskositas
sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut,
kemudian aduklah dengan cepat pada suhu sesuai rencana sampai agregat
terselimuti aspal secara merata.
a. Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk dengan
seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,3 – 148,9oC.
b. Letakan cetakan di atas landasan pemadat dan tahan dengan pemegang cetakan.
c. Letakan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah digunting
menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan.
d. Masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran keras-
keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 15 kali keliling pinggirannya dan 10
kali di bagian tengahnya.
e. Lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak :
PRAKTIKUM LABORATORIUM
100
= % agregat dalam campuran % aspal dalam campuran
+
BJ efektif agregat BJ aspal
PRAKTIKUM LABORATORIUM
3
Berat Isi (Unit Weight) (t/m )
PRAKTIKUM LABORATORIUM
PRAKTIKUM LABORATORIUM
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan KAO adalah :
1. Buat grafik yang menyatakan :
- Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan VIM (%)
- Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan VMA (%)
- Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan VFB (%)
- Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan Berat isi
- Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan Stabilitas
- Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan Flow
- Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan Marshall Quotient (MQ)
2. Cari nilai-nilai VIM, VMA, VFB, Stabilitas, Flow, MQ yang memenuhi syarat dengan
menggabungkan grafik di atas dengan kriteria perencanaan.
3. Kadar aspal optimum ditentukan dengan cara menggabungkan nilai-nilai tersebut
sehingga didapat suatu range kadar aspal yang memenuhi syarat-syarat tersebut.
Kadar aspal optimum dapat diambil sebagai nilai tengah dari range tersebut.
PRAKTIKUM LABORATORIUM
PRAKTIKUM LABORATORIUM
Waterbath :
Alat untuk perendaman sampel
dengan penentuan suhu tertentu
PRAKTIKUM LABORATORIUM
Termometer :
Alat untuk menentukan besarnya
suhu pencampuran dan pemadatan
Penggorengan :
Untuk mencampur aspal dan agregat
dalam kondisi panas
PRAKTIKUM LABORATORIUM
PRAKTIKUM LABORATORIUM
PRAKTIKUM LABORATORIUM
PENENTUAN KADAR ASPAL OPTIMUM :
1,500 5.00
1,400
1,300 4.50
Stabilitas (KG)
F l o w (mm)
1,200 4.00
1,100 3.50
1,000
900 3.00
800 2.50
700
600 2.00
500 1.50
2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5
Kadar Aspal (%) Kadar Aspal (%)
9
600.00
8
500.00
7
M Q (Kg/mm)
V I M (%)
6 400.00
5
300.00
4
3 200.00
2 100.00
2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5
Kadar Aspal (%) Kadar Aspal (%)
100.00 17.000
90.00 16.000
80.00 15.000
V M A (%)
VFB (%)
70.00 14.000
60.00 13.000
50.00 12.000
40.00 11.000
30.00 10.000
2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5
Kadar Aspal (%) Kadar Aspal (%)
V I M (%) 3 5
PRAKTIKUM LABORATORIUM
Evaluasi
Penilaian praktikum :
Bobot Penilaian
Motivasi kerja individu ataupun team work. 20 %
Prosedur kerja dan penggunaan peralatan 25 %
yang benar serta aspek keselamatan kerja.
Ketelitian membaca data, analisa data, 25 %
pembahasan masalah dan kesimpulan.
Pemahaman teoritis 30 %
Petunjuk Penilaian
Setiap nomor pada latihan di atas berbobot 20 %. Kemampuan anda menjawab soal
dengan benar mencerminkan penguasaan materi yang telah diberikan.