Oleh:
2020
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Akuntansi Transaksi Investasi
Mudharabah”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susuan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami sapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
A. Pengertian Shalat..................................................................................... 6
C. Pengertian Masbuk................................................................................. 8
A. Kesimpulan.............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Makna bathin juga dapat ditemukan dalam sholat yaitu: kehadiran hati, tafahhum
(Kefahaman terhadap ma’na pembicaraan), ta’dzim (Rasa hormat), mahabbah, raja’
(harap) dan haya (rasa malu), yang keseluruhannya itu ditujukan kepada Allah sebagai
Ilaah.
Sesungguhnya shalat merupakan sistem hidup, manhaj tarbiyah dan ta’lim yang
sempurna, yang meliputi (kebutuhan) fisik, akal dan hati. Tubuh menjadi bersih dan
bersemangat, akal bisa terarah untuk mencerna ilmu, dan hati menjadi bersih dan suci.
Shalat merupakan tathbiq ‘amali (aspek aplikatif) dari prinsip-prinsip Islam baik dalam
aspek politik maupun sosial kemasyarakatan yang ideal yang membuka atap masjid
menjadi terus terbuka sehingga nilai persaudaraan, persamaan dan kebebasan itu terwujud
nyata. Terlihat pula dalam shalat makna keprajuritan orang-orang yang beriman, ketaatan
yang paripurna dan keteraturan yang indah.
Karena itu semua maka masyarakat Islam pada masa salafus shalih sangat
memperhatikan masalah shalat, sampai mereka menempatkan shalat itu sebagai”mizan”
atau standar, yang dengan neraca itu ditimbanglah kadar kebaikan seseorang dan diukur
kedudukan dan derajatnya. Jika mereka ingin mengetahui agama seseorang sejauh mana
istiqamahnya maka mereka bertanya tentang shalatnya dan sejauh mana ia memelihara
shalatnya, bagaimana ia melakukan dengan baik. Ini sesuai dengan hadits Rasulullah
SAW:
4
Dalam kitab Jami’ush shogir lima orang sahabat r.a. yaitu Tsauban, Ibnu Umar, Salamah,
Abu Umamah dan Ubadah r.a.telah meriwayatkan hadist ini : ” Sholat adalah sebaik-baik
amalan yang ditetapkan Allah untuk hambanya”. Begitupun dengan maksud hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu mas’ud dan Anas r.a.
Begitulah orang-orang yang beriman itu bukanlah orang yang melaksanakan ritual dan
gerakan-gerakan yang diperintahkan dalam sholat semata tetapi dapat mengaplikasikannya
dalam keseharianya. Sholat sebagai salah satu penjagaan bagi orang-orang yang beriman
yang benar-benar melaksanakannya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah-masalah yang akan
dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah pengertian sholat?
2. Hukum sholat berjamaah
3. Pengertian Masbuk
4. Pengertian Qhasar dan Jamak
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian sholat.
2. Untuk mengetahui hukum sholat berjamaah.
3. Untuk mengetahui masbuk.
4. Untuk mengetahui Qhasar dan Jamak.
5
A. PENGERTIAN SHOLAT
Sholat menurut bahasa adalah do’a, sedangkan menurut istilah adalah pekerjaan dan
ucapan yang diawali oleh takbiratul ihram dan diakhiri oleh salam.
Permulaan shalat, shalat didirikan dengan membaca kalimah kebesaran Allah. Yaitu
musholi bertakbir dengan mengucapkan Allahu Akbar, maka serempak jiwanya bergerak
menghadap ke Hadirat Allah Yang MahatinggiMahamulia. Sementara musholi
meninggalakan seluruh urusan dunianya dan memusatkan pikirannya untuk menghadap Allah
SWT. Sehingga, sudah barang tentu ia putus hubungan dengan (makhluk) di bumi, meskipun
jasadiahnya ada di atas hamparan bumi.
Para ulama berbeda pendapat dalam hukum shalat berjema’ah bahwa shalat berjema’ah itu
adalah fardhu a’in, sebagian pendapat juga mengatakan salat berjema’ah itu fardhu kifayah,
dan sebagian lagi ada yang berpendapat sunat muakkad.
Menurut Syafi’i:
Shalat berjama’ah adalah fardhu kifayah bagi laki-laki yang tidak berhalangan untuk
melaksanakan kewajibannya dan yang menetap di rumah. Dalil yang mereka gunakan adalah:
ما من ثالثة في قرية وال بد وال تقام فيهم الجماعة االاستوحوذ عليهم الشيطان1
1
http://abiyazid.wordpress.com/2008/03/06/waktu-yang-terlarang-untuk-shalat/
6
“ Dari Abi Darda’ radiyallahu’anhu bahwa rasulullah SAW bersabda: tidaklah 3 orang
yang tinggal di suatu kampung atau pelosok, tapi tidak melakukan shalat jama’ah, kecuali
2
syaithan telah menguasai mereka. Hendaklah kalian berjama’ah sebab serigala itu memakan
domba yang lepas dari kawannya. (HR. Abu Dawud dan Nasa’i).
Shalat berjama’ah hukumnya sunnah muakkadah yaitu sunnah yang ditekankan bagi kaum
laki-laki dewasa dan mampu melaksanakannya tanpa ada halangan dalam shalat fardhu. Tidak
wajib bagi wanita, anak-anak, orang tua renta, orang gila, hamba sahaya, orang sakit, atau
yang cacat pada kaki dan tangannya yang sangat menghalanginya dan memberatkannya untuk
shalat berjama’ah. Dalil yang mereka gunakan adalah: dari Ibn Umar, Rasulullah SAW
berkata:
Menurut Hanbali:
Shalat berjama’ah hukumnya fardu ‘ain (wajib). Hal ini didasarkan pada dalil firman Allah
ta’ala dalam Qur’an surat Al-baqarah ayat 43:
Dan juga berdasar pada hadist dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda:
واللذي نفسي بيده لقد هممت أن امر بحطب فيحطب ثم امر بالصالة فيؤذن بها ثم امر رجال
)فيؤم الناس ثم أخالفه الى رجال فأحرق عليهم بيوتهم(متفق عليه
2
Rivai, dan Veithsal, Islac Financial usul fiqih, Teori, shalat berjamaah Mahasiswa (Jakarta: Rajawali Press, 2008),
hal. 69
7
“ Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam kekuasaaNya! Saya telah bermaksud
menyuruh orang-orang agar mengumpulkan kayu bakar, lalu menyuruh seseorang supaya
menyerukan adzan shalat, kemudian menyuruh seseorang pula menjadi imam bagi orang
banyak, dan sementara itu saya akan pergi mendatangi orang-orang yang tidakkut shalat
berjama’ah, lalu saya bakar rumah-rumah mereka.” (muttafaq ‘alaih)
Dari dalil yang terdapat dalam al-Qur’an dan as-sunnah diatas sangat jelaslah bahwa
perintah shalat berjama’ah itu wajib.
C. PENGERTIAN MASBUK
“Apabila kalian telah mendengar iqamah, maka berjalanlah menuju shalat dan hendaklah
kalian berjalan dengan tenang dan santai dan jangan terburu-buru. Yang kalian dapati maka
shalatlah dan yang terlewatkan maka sempurnakanlah.” (HR. Al-Bukhari)
Dengan demikian, apabila seorang makmum mendapatkan imam telah memulai shalatnya
dan masih dalam keadaan shalat, maka hendaknya dia langsung mengikuti imam setelah dia
melakukan takbir, meski dalam keadaan imam sedang berada di-tasyahhud akhir.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Siapa yang mendapati satu raka’at shalat bersama imam, maka ia mendapati shalat.” (HR.
Muslim)3
Kendati masbuk itu diperbolehkan dalam shalat berjamaah, namun bukan berarti masbuk
itu dianjurkan. Kebiasaan terlambat shalat berjamaah lambat laun menjadikan kita sebagai
‘ahli’ masbuk.4
3
(HR. Muslim)
4
http://majelisvirtual.com/2010/04/15/dahsyatnya-siksa-bagi-orang-yang meninggalkan-sholat/
8
Masbuk dikerjakan apabila seorang makmum memiliki uzur tertentu yang
mengharuskannya terlambat. Sejatinya, keutamaan shalat adalah ketika berada di shaf pertama,
atau baiknya tidak melakukan masbuk.
“Sebaik-baiknya shaf laki-laki adalah shaf pertama dan seburuk-buruknya shaf laki-laki
adalah shaf yang terakhir.” (HR. Muslim)
Perihal masbuk, terdapat 4 Mahzab Fiqih yang berbeda pendapat menyikapi tata cara sholat
masbuk, diantaranya mazhab Imam Syafi’i, Hanafi, Maliki, dan Hambali. Menurut mahzab
Hanafi, Maliki, dan Hambali rakaat yang didapatkan makmum bersama imam itu menjadi
akhir rakaat bagi makmum yang masbuk tersebut.
Jika ia mendapatkan imam rakaat ketiga dalam sholat maghrib bersama imam, maka itu
sholat makmum itu dianggap sebagai rakaat ketiga juga untuk sholatnya.Sementara itu,
berbeda hal dengan Imam Syafi’i, ia berpendapat bahwa rakaat yang didapat makmum bersama
imam adalah saat awal shalat, bukan akhir rakaat. Misalnya, jika ia mendapatkan satu rakaat
pada shalat maghribnya bersama imam, maka dianggap sebagai rakaat pertama baginya.
1. Jika makmum terlambat datang ke masjid dan imam sudah dalam posisi rukuk, sujud,
atau duduk tasyahud, maka ia harus melakukan takbiratul ihram (dengan berdiri) untuk mulai
salat, lalu mengucapkan takbir (Allahu Akbar) dan dillanjutkan dengan mengikuti posisi imam.
Apabila imam masih membaca surat Al-Fatihah atau surat pendek, maka hanya takbiratul
5
ihram saja.
5
Rivai, dan Veithsal, Islac Financial Manajement, Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis fiqih Mahasiswa
(Jakarta: Rajawali Press, 2008), hal. 6
9
2. Setelah imam selesai melakukan salam dan mengakhiri salat, makmum yang masbuk
tidak boleh melakukan salam, tetapi langsung berdiri untuk menambah rakaat yang telah
terlewat6
3. Jika makmum ikut shalat berjamaah saat posisi rukuk, maka ia telah dianggap mengikuti
rakaat tersebut. Dan jika ia ikut dalam keadaan imam sudah berdiri dari rukuk atau ketika
sujud, maka ia dianggap telah terlambat mengikuti rakaat tersebut dan wajib shalat sendiri.
Dalam hal ini, terdapat perbedaan pendapat. Dimana ada dua pendapat mengenai kapan
seorang makmum itu disebut masbuq.
Pendapat Pertama:
Yaitu pendapat Jumhur Ulama yang menyatakan bahwa seorang makmum disebut masbuq
itu apabila ia tertinggal ruku’ bersama imam. Jika seorang makmum mendapati imam sedang
ruku’, kemudian ia ruku bersama imam, maka ia mendapatkan satu raka’at dan tidak disebut
masbuq. Dan gugurlah kewajiban membaca surat al-Fatihah.
” إِ َذا ِج ْئتُ ْم إِلَى: ال َرسُوْ ُل هللاِ صلّى هللا عليه و سلم َ َ ق،ال َ َع َْن أَبِ ْي هُ َري َْرةَ رضي هللا عنه ق
{ “ َصالَة َّ ك ال َ ك ال َّر ْك َعةَ فَقَ ْد أَ ْد َر
َ صالَ ِة َو نَحْ ُن ُسجُوْ ٌد فَا ْس ُج ُدوْ ا َو الَ تَ ُع ُّدوْ ها َ َشيْئا ً َو َم ْن أَ ْد َر
َّ ال
}145 : 3 عون المعبود،207 : 1 رواه أبو داود
Dari Abu Hurairah, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : “ Apabila
kamu datang untuk shalat, padahal kami sedang sujud, maka bersujudlah, dan jangan kamu
hitung sesuatu (satu raka’at) dan siapa yang mendapatkan ruku’, bererti ia mendapat satu
rak’at dalam sholat (nya)”. ( H.R Abu Dawud 1 : 207, Aunul Ma’bud – Syarah Sunan Abu
Dawud 3 : 145 )
10
Jumhur Ulama berkata: “Yang dimaksud dengan raka’at disni adalah ruku’, maka yang
mendapati imam sedang ruku’ kemudian ia ruku’ maka ia mendapatkan satu raka’at. (Al-
Mu’in Al-Mubin 1 : 93, Aunul Ma’bud 3 : 145)
ِ َإِ َّن أَبا َ بَ ْك َرةَ إِ ْنتَهَى إِلَى النَّبِ ِّي صلّى هللا عليه و سلم َو هُ َو َرا ِك ٌع فَ َر َك َع قَ ْب َل أَ ْن ي
ِّص َل إِلَى الصَّف
َ ” زَا َد: ا َ َل¢¢لم فَق¢¢لّى هللا عليه و س¢¢كَ لِلنَّبِ ِّي ص¢¢ِ َذ َك َر َذل¢¢َف
{ رواه “ ْد¢¢ا ً َو الَ تُ ِع¢¢ك هللاُ ِحرْ ص
}381 : 2 فتح الباري،البخاري
“ Sesungguhnya Abu Bakrah telah datang untuk solat bersama Nabi SAW (sedangkan)
Nabi SAW dalam keadaan ruku’, kemudian ia ruku’ sebelum sampai menuju shaf. Hal itu
disampaikan kepada Nabi SAW, maka Nabi SAW bersabda (kepadanya) : “ Semoga Allah
menambahkan kesungguhanmu, tetapi jangan kamu ulangi lagi ”.
Dari dalil-dalil diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa menurut jumhur ulama seorang
dikatakan masbuk itu apabila ia tidak sempat ruku’ bersama imam.
Pendapat Kedua :
Pendapat ini mengatakan bahwa makmum disebut masbuk apabila ia tertinggal bacaan
surat Al-Fatihah. Ini adalah pendapat segolongan dari ulama. Diantaranya adalah ucapan
Abu Hurairah, diriwayatkan oleh Imam Bukhori tentang bacaan al-Afatihah di belakang
imam dari setiap pendapat yang mewajibkan bacaan al-Afatihah di belakang imam.
Demikian pula pendapat Ibnu Khuzaimah, Dhob’i dan selain keduanya dari Muhaddits
Syafi’iyyah kemudian diperkuat oleh Syaikh Taqiyyuddin As-Subki dari Ulama
Mutakhkhirin dan ditarjih oleh al-Muqbili, ia berkata: “Aku telah mengkaji permasalahan
ini dan aku menghimpunnya pada pengkajianku secara fiqih dan hadits maka aku tidak
mendapatkan darinya selain yang telah aku sebutkan yaitu tidak terhitung raka’at dengan
mendapatkan ruku’. (‘Aunul Ma’bud 3:146)7
Shalat Jama’ adalah melaksanakan dua shalat wajib dalam satu waktu, yakni
melakukan shalat Dzuhur dan shalat Ashar di waktu Dzuhur dan itu dinamakan
7
Moh. Zuhri, Terjemah Fiqh Empat Madzab, (Semarang: Asy-Syifa, 1993), Hal. 169.
11
Jama’ Taqdim atau melakukannya di waktu Ashar dan dinamakan Jama’ Takhir .
Dan melaksanakan shalat Magrib dan shalat Isya’ bersamaan di waktu Magrib atau
melaksanakannya di waktu Isya’. Jadi shalat yang boleh dijama’ adalah semua shalat
Fardhu kecuali shalat Shubuh.
Shalat shubuh harus dilakukan pada waktunya, tidak boleh dijama’ dengan shalat Isya’
atau shalat Dhuhur. Sedangkan shalat Qashar maksudnya meringkas shalat yang empat
rakaat menjadi dua rakaat.Sep erti shalat Dhuhur, Ashar dan Isya’. Sedangkan shalat
Magrib dan shalat Shubuh tidak bisa di qashar .
Shalat Jamak adalah shalat yang dikumpulkan . Artinya dua shalat fardhu di kerjakan
dalam satu waktu. Misalnya shalat dzhuhur dengan ashar dikerjakan di waktu dzhuhur
maupun sebaliknya secara bersamaan .
Shalat jama’ dan Qashar merupakan keringanan yang diberikan Alloh, sebagaimana
dijelaskan di dalam hadist :
Dalam riwayat Waki’, ia berkata, ”Aku bertanya pada Ibnu ’Abbas mengapa Nabi
shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan seperti itu (menjama’ shalat)?” Ibnu ’Abbas
menjawab, ”Beliau melakukan seperti itu agar tidak memberatkan umatnya.”: 9
Macam-macam Jamak
8
Moh. Zuhri, Terjemah Fiqh Empat Madzab, (Semarang: Asy-Syifa, 1993), Hal. 169.
Alaudin Al-Kasani, Badai’ash-Shanai’fi Tartib Asy-Syara’i, IV: 174
9
Q.S Al-Baqarah 2:275
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2004), hal. 98
12
A. Jamak Taqdim
Jamak Taqdim adalah mengumpulkan dua waktu shalat di waktu shalat yang pertama.
Contoh: Menjamak Shalat Zhuhur dan ‘Ashar di waktu Shalat Zhuhur
Artinya: Saya niat shalat Dzuhur jamak dengan Ashar karena Allah
Ushalli fardal Maghribi jam'a taqdimin bil Isya'i fardan lillahi Ta'ala
Artinya: Saya niat shalat Maghrib jamak dengan Isya karena Allah
B . Jamak Ta’khir
Jamak Ta’khir adalah mengumpulkan dua waktu shalat di waktu shalat yang kedua atau
terakhir.
Contoh: Jamak Shalat Maghrib dengan Shalat Isya’ di waktu Shalat Isya’
13
Kedua shalat dikerjakan masih didalam perjalanan
اصلى فرض الظهر أربع ركعات مجموعا بالعصر جمع تأخيرهللا تعالى
Ushalli fardhu dzuhri arba’a rakaatin majmu’an bil ashri jamak takhirin lillahi ta’ala
Artinya :
Saya niat shalat fardlu dijama’ bersama ashar dengan jama, ta’khir karena Allah
Ta’ala.
أصلى فرض المغرب ثالث ركعات مجموعا بالعشاء جمع تأخيرهللا تعالى
Ushalli fardhul maghribi tsalatsa rakaatin majmu’an bil i’sya i jamak takhirin lillahi
ta’ala
Artinya :
Saya niat shalat fardlu maghrib tiga rekaat dijama’ bersama isya’ dengan jama’ ta’khir
karena Allah Ta’ala.10
Shalat Qasar adalah melakukan salat dengan meringkas/mengurangi jumlah rakaat salat
yang bersangkutan. Salat Qasar merupakan keringanan yang diberikan kepada mereka
yang sedang melakukan perjalanan (safar). Adapun salat yang dapat diqasar adalah salat
zuhur, asar dan isya, di mana rakaat yang aslinya berjumlah 4 dikurangi/diringkas menjadi
2 raka'at saja.dan tidak boleh mengqasar salat subuh dengan zuhur dan harus berpasangan
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2004), hal. 98
14
zuhur dengan ashar magrib dengan isya . Sebagaimana yang dijelaskan ada firman Allah
swt :
صاَل ِة ِإنْ ِخ ْفتُ ْم َأنْ يَ ْف ِتنَ ُك ُم الَّ ِذينَ َك َفرُوا ُ اح َأنْ تَ ْق
َّ ص ُروا ِمنَ ال ِ ْوَ ِإ َذا ضَ رَ ْبتُ ْم ِفي اأْل َر
ٌ َض َفلَيْسَ عَ لَ ْي ُك ْم ُجن
َّۚ ِإن
Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qashar
sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang
kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. ( QS.An-nisa 101)
a. jaiz (boleh) ,apabila perjalanan telah mencapai jarak yang diperbolehkan melakukan
qashar
b. wajib ,apabila waktu shalat tidak cukup digunakan untuk melakukan shalat kecuali
dengan cara qashar
Syarat Qashar
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2004), hal. 98
15
Usholli fardhodh dhuhri rok'atainii qoshron lillaahi ta'aala
Artinya:
"Saya niat sholat fardu dhuhur dua raka'at qashar karena Allah Ta'ala"
Artinya:
"Saya niat sholat fardu dhuhur dua raka'at qashar karena Allah Ta'ala"
Artinya:
"Saya niat sholat fardu dhuhur dua raka'at qashar karena Allah Ta'ala" 12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2004), hal. 98
16
Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut
syarat – syarat yang telah ditentukan. Sedangkan secara hakikinya ialah berhadapan hati
(jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di
dalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya atau melahirkan hajat
dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau
dengan kedua – duanya. Orang beriman melaksanakan shalat sesuai dengan apa yang
telah diperintahkan oleh Allah SWT, serta sesuai dengan yang dicontohkan oleh
Rasulullah Saw. Selain itu sholat juga mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan
manusia, untuk kesehatan manusia itu sendiri, ketenangan hati dan pikiran, dan
keselamatan di akhirat karena amal yang pertama dihisab adalah sholat.
B. Saran
Sholat sebagai suatu tarbiyyah yang begitu luar biasa yang mengajarkan kebaikan
dalam segala aspek kehidupan, sebagai pencegah kemungkaran dan kemaksiatan,
sebagai pembeda antara orang yang beriman dan orang yang kafir, sholat sebagai syariat
dari Allah dalam kehidupan, semoga dapat difahami, diamalkan dan diaplikasikan
dengan benar dalam kehidupan kita. Kebenaran datang dari Allah semata dan kesalahan-
kesalahan takkan lepas dari kami sebagai manusia yang memiliki banyak kekurangan.
Maka teruslah berusaha untuk menjauhi segala yang menjadi larangannya dan
melaksanakan segala perintahnya, meneladani Nabi kita Nabi Muhammad SAW.
DAFTAR PUSTAKA
http://abiyazid.wordpress.com/2008/03/06/waktu-yang-terlarang-untuk-shalat/
http://majelisvirtual.com/2010/04/15/dahsyatnya-siksa-bagi-orang-yang
meninggalkan-sholat/
17
http://islamic-indo.blogspot.com/2011/01/syarat-wajib-shalat.html
https://rumaysho.com/697-keringanan-menjama-shalat-ketika-mukim.html
http://www.doaharianislami.com/2017/07/niat-sholat-qashar-dhuhur-ashar-isya.html
http://nettik.net/cara-dan-niat-shalat-jamak-qashar/
Q.S Al-Baqarah 2:275
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Raja
Grafindo, 2004), hal. 98
18