PENDAHULUAN
1
makalah yang berjudul Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan dan Strategi
Pelaksanaan 1 pada Kasus Halusinasi
1.4 Manfaat
a. Bagi penulis
Dengan dibuatnya makalah ini penulis dapat mengerti dan menulis makalah
dengan baik dan benar.
b. Bagi pembaca
Makalah ini diharapkan bagi pembaca dapat memahami dan lebih mengerti
tentang halusinasi dan masalah keperawatannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Konsep Halusinasi
2.1.1 Definisi
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di
mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik. Individu yang
mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber atau penyebab halusinasi
itu berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah
kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik
sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh
orang yang diicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan
perasaannya sendiri. (Budi Anna Keliat, 2006).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan
dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara
internal atau eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih – lebihan,
distorsi atau kelainan berespon terhadap semua stimulus (Towsend, 2003).
Menurut varcorolis, halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya
persepsi sensori seseorang, dimana tidak dapat distimulus.
Jadi dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa
ada rangsangan dari luar.
2.1.2 Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Pambayun (2015), faktor-faktor
yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom
tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor
3
penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak
kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50%
jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika dizigote,
peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orang tuanya
mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara
bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang
abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya
dopamin, serotonin, dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar
serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi
faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas,
terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan, sementara ayah yang
mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem
syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan.
4
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di
rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup,
pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan orang lain,
isolasi social, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, kurang
ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan
mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus
asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa
punya kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang
lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kernampuan
sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan pengobatan,
ketidakadekuatan penanganan gejala.
6
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
7
tidak menyenangkan. Halusinasi
penciuman biasanya sering akibat
stroke, tumor, kejang / dernentia.
1 2 3
8
(Non psikotik)
9
dari satu orang.
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien skizofrenia adalah dengan pemberian obat-obatan
dan tindakan lain, yaitu :
a) Psikofarmakologis
Obat obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang
merupakan gejala psikosis pada pasien skizofreniaobat-obatan anti-
psikosis
Adapun kelompok obat-obatan umum yang digunakan adalah :
10
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
11
c) Mengkaji Waktu, Frekuensi, Dan Situasi Munculnya Halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Hal ini dilakukan untuk
menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi,
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi
terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk
pencegahan terjadinya halusinasi. Informasi ini penting untuk
mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan jika pasien perlu
diperhatikan saat mengalami halusinasi. Ini dapat dikaji dengan
menanyakan kepada pasien kapan pengalaman halusinasi muncul,
berapa kali sehari, seminggu. Bila mungkin pasien diminta menjelaskan
kapan persisnya waktu terjadi halusinasi tersebut.
d) Mengkaji respon terhadap halusinasi
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi pasien
dapat dikaji dengan menanyakan apa yang dilakukan oleh pasien saat
mengalami pengalaman halusinasi. Apakah pasien masih dapat
mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak berdaya lagi terhadap
halusinasi.
3.1.2 Diagnosa
Diagnose keperawatan data dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian
yang beresikoo mengalami gangguan jiwa (keliat,2007). Diagnose
keperawatan merupakan suatu pernyataan masalah keperawatan klien
mencakup baik respon sehat adaptif ataupun maladaftive serta stressor yang
menunjang (kuswati &hartono, 2010) menurut teori keliat (2009) diagnose
keperawata halusinasi ada 4 diagnose yaitu: resiko prilaku mencederai diri,
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran, isolasi social, resiko
prilaku kekerasan.
12
3.1.3 Intervensi
No Diagnose Perencanaan
Keperawatan
Perencanaan
Pasien Tujuan Kriteria Hasil
13
halusinasi 5) Bantu klien mengenal
Klien dapat halusinasi
mengidentifikasi Jika menemukan pasien
kapan frekwensi, sedang halusinasi tanyakan
situasi saat terjadi apakah ada suara yang
didengar
halusinasi
Jika pasien menjawab ada,
Klien dapat lanjutkan apa yang
mengungkapkan dikatakan
perasaan saat Katakan bahwa perawat
muncul percaya, pasien
halusinasi. mendengar suara itu,
namun perawat sendiri
tidak mendengarnya
( dengan nada bersahabat
tanpa menuduh/
menghakimi)
Katakan bahwa pasien lain
juga ada yang seperti
pasien
Katakan bahwa perawat
akan membantu pasien
6) Diskusikan dengan klien:
Situasi yang
menimbulkan/ tidak
menimbulkan halusinasi
Waktu, frekwensi
terjadinya halusinasi (pagi,
sore, siang dan malam/
atau jika sendiri, jengkel
atau sedih)
7) Diskusikan dengan klien apa
yang dirasakan jika terjadi
halusinasi (marah, takut,
sedih, senang, beri ksempatan
pasien mengungkapkan
perasaannya)
TUK 3: Klien dapat 1) Identifikasi bersama pasien
Klien dapat mengidentifikasi tindakan yang bias
mengontrol tindakan yang dilakukan bila terjadi
halusinasinya dilakukan untuk halusinasi
mengendalikan 2) Diskusikan manfaat dan
halusinasi cara yang digunakan klien,
Klien dapat jika bermanfaat beri pujian
menunjukkan cara 3) Diskusikan cara baik
14
baru untuk memutus atau mengontrol
mengontrol halusinasi
halusinasinya Tutup mata, telinga,
katakana “ Saya tidak
mau dengar, kamu suara
palsu”
Temui orang lain atau
perawat untuk bercakap-
cakap atau mengatakan
halusinasi yang didengar
Membuat jadwal
kegiatan sehari-hari
Meminta teman,
keluarga atau perawat
menyapa klien jika
tampak bicara sendiri
atau melamun
4) Bantu klien memilih dan
melatih cara mengontrol
halusinasi secara bertahap
5) Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang
dilatih, evaluasi hasilnya
jika benar beri pujian
6) Anjurkan klien mengikuti
TAK jenis orientasi realita
atau stimulasi persepsi:
15
biarkan sendiri
Beri informasi waktu
follow up atau kapan
perlu mendapat bantuan
halusinasi tidak
terkontrol dan risiko
mencederai orang lain
3) Diskusikan dengan klien
dan keluarga tentang jenis,
dosis, frekwensi dan
manfaat obat
4) Pastikan klien minum obat
sesuai dengan program
dokter
16
tanpa
konsultasi
Klien dapat
menyebutkan
prinsip 5 benar
penggunaan
obat
DAFTAR PUSTAKA
17
18