Anda di halaman 1dari 74

1

KEGIATAN BELAJAR I
RERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI KEUANGAN
A. PENGANTAR

Accounting Principles Board (APB), mendefinisikan akuntansi sebagai berikut:


“Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa. Fungsinya menyediakan informasi
kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas ekonomi yang
dimaksudkan agar berguna dalam pengambilan keputusan ekonomik --dalam
membuat pilihan-pilihan yang nalar diantara berbagai alternative arah tindakan.
Akuntansi meliputi beberapa cabang misalnya akuntansi keuangan, akuntansi
manajerial, dan akuntansi pemerintah.”

Menurut definisi di atas, akuntansi berfungsi untuk menyediakan informasi


kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan , tentang entitas ekonomi. Informasi
tersebut dimaksudkan agar berguna sebagai input yang dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan ekonomik yang rasional. Definisi di atas juga menyebutkan
cabang-cabang akuntansi yang antara lain adalah akuntansi keuangan, akuntansi
manajerial, dan akuntansi pemerintah.

B. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

Pedoman untuk menyajikan laporan keuangan dan pelaporan keuangan dinamai


standar akuntansi berterima umum (generally accepted accounting principles atau
GAAP) dan disusun oleh lembaga yang berwenang untuk itu. Di Indonesia, yang
menyusun standar akuntansi keuangan di sektor swasta adalah Komite Standar
Akuntansi Keuangan, sebuah unit organisasi di bawah Ikatan Akuntansi Indonesia
(IAI). Di Amerika Serikat, yang mengeluarkan standar akuntansi keuangan di sektor
swasta adalah FASB Financial Accounting Standards Board. Lembaga ini bersifat
independen --tidak berada di bawah American Institute of Certified Public
Accountants (AICPA).
Agar dapat mengakomodasi perkembangan kebutuhan pemakai laporan keuangan,
maka lembaga penyusun standar akuntansi keuangan selalu memperhatikan dinamika
perkembangan dunia usaha. Dengan demikian, lembaga tersebut diharapkan dapat
selalu memodifikasi standar akuntansi keuangan yang sudah tidak memadai lagi
dengan cara mengeluarkan standar-standar baru sebagai pelengkap ataupun sebagai
pengganti standar yang lama.
Untuk melaksanakan tugas ini, lembaga standar akuntansi keuangan mendasarkan
pada kaidah-kaidah yang berupa rerangka konseptual akuntansi keuangan (conceptual
framework). Rerangka ini berfungsi sebagai rel untuk mengembangkan standar
akuntansi keuangan. Jadi, rerangka konseptual akuntansi keuangan menyediakan
wawasan toeritis yang selalu menjadi rujukan dalam mengembangkan standar
akuntansi keuangan dan pelaporan keuangan.
2

C. DEFINISI

FASB mendifinisikan rerangka konseptual akuntansi keuangan sebagai:

“a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to


lead to consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of
financial accounting and reporting.”

Definisi di atas menyebutkan bahwa rerangka konseptual akuntansi keuangan


adalah suatu sistem yang koheren, sub-sub sistemnya adalah: (1) objectives dan (2)
fundamentals yang saling terkait. Objectives yang dimaksud oleh definisi di atas
bukanlah tujuan para pemakai laporan keuangan, melainkan tujuan pelaporan.
Adapun yang dimaksud dengan fundamentals (kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-
konsep yang mendasari akuntansi keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan
transaksi, kejadian dan keadaan-keadaan yang harus dipertanggungjawabkan,
pengakuan dan pengukurannya, dan cara meringkas serta mengkomunikasikannya
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Konsep-konsep demikian bersifat pokok dan fundamental. Artinya adalah bahwa
konsep-konsep lainnya mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan
sebagai referensi berulang-ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan menerapkan
standar-standar akuntansi keuangan dan pelaporan.

D. TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN

Tujuan Umum
FASB menyatakan bahwa tujuan umum (overall objectives) pelaporan keuangan
adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi para investor dan calon
investor, kreditor dan calon kreditor atau pemakai yang lain di dalam pengambilan
keputusan yang rasional mengenai investasi, kredit dan sejenisnya. Informasi tersebut
harus dapat dipahami oleh seluruh pihak yang mempunyai pengetahuan tentang
aktivitas bisnis dan ekonomi dan mempunyai ketekunan yang cukup memadai untuk
mempelajari informasi tersebut.
FASB telah mengidentifikasi bahwa pemakai ekstern yang utama adalah para
investor, calon investor, kreditor, dan calon kreditor. Tujuan umum pelaporan
keuangan terutama ditekankan untuk mereka. Alasannya adalah bahwa dengan
dipenuhinya tujuan mereka, maka tujuan pemakai yang lain pun dapat dipenuhi atau
dapat dipertemukan, karena mereka sebenarnya juga berkepentingan dengan aspek-
aspek keuangan yang sama.

Tujuan Utama
Tujuan utama pelaporan keuangan adalah menyajikan informasi: (a) untuk membantu
investor dan calon investor, kreditor dan calon kreditor, dan pengguna yang lain
dalam menaksir prospek aliran kas di masa mendatang, (b) tentang aktiva dan
kewajiban, (c) tentang prestasi keuangan perusahaan selama satu periode, dan (d)
tentang sumber pemerolehan dan penggunaan dana.
3

Menaksir prospek aliran kas. Aliran kas perusahaan di masa yang akan datang
menjadi perhatian utama para investor dan kreditor. Keputusan untuk melakukan
investasi dan memberikan pinjaman sangat bergantung pada proyeksi aliran kas
masuk perusahaan di masa mendatang, karena:

1. Investor mengharapkan dividen tunai dan capital gain (selisih antara harga
jual saham dan harga belinya),
2. Kreditor menghendaki bunga dan keamanan kredit yang diberikan.

Jadi, pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang berguna untuk


memprediksi prospek aliran kas.
Aktiva dan kewajiban. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi
tentang posisi aktiva dan kewajiban. Kewajiban meliputi kewajiban kepada kreditor
(utang) dan kewajiban kepada pemilik (modal). Informasi tersebut digunakan oleh
investor dan kreditoruntuk mengevaluasi likuiditas dan solvabilitas perusahaan.
Likuiditas dan solvabilitas dapat menjadi indikator tentang prospek aliran kas di masa
mendatang.
Prestasi keuangan. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang
prestasi keuangan perusahaan. Prestasi keuangan perusahaan (laba bersih dan
komponen-komponen yang membentuknya) berguna untuk mengukur efektivitas
manajemen, yakni sebagai pemprediksi laba yang akan datang dan earning power
jangka panjang. Informasi tentang prestasi keuangan perusahaan juga berguna sebagai
indikator resiko investasi ataupun resiko pemberian pinjaman. Informasi tentang
prestasi keuangan di masa yang lalu juga digunakan untuk membuat prediksi baru,
menguatkan harapan sebelumnya, atau mengubah evaluasi yang lalu.
Sumber pemerolehan dan penggunaan dana. Pelaporan keuangan juga
mempunyai tujuan untuk menyediakan informasi tentang aliran kas selama satu
periode akuntansi. Tujuan ini mengarahkan pada pelaporan tentang sumber
diperolehnya dana (misalnya dari utang dan setoran pemilik) dan penggunaan dana
(misalnya untuk melunasi utang dan membangun pabrik).

Tujuan Sekunder
Tujuan sekunder pelaporan keuangan adalah untuk menyajikan:

1. informasi bagi manajemen untuk membuat keputusan terbaik menurut


kepentingan pemilik,
2. informasi bagi pemilik untuk memprediksikan prestasi manajemen dalam
mengelola perusahaan, dan
3. informasi lain yang memberi penjelasan dan interpretasi laporan-laporan untuk
membantu agar pemakai mengerti tentang informasi keuangan yang disajikan.

Laporan Keuangan versus Pelaporan Keuangan


Apakah perbedaan antara laporan keuangan dan pelaporan keuangan? Singkatnya,
pelaporan keuangan adalah lebih luas daripada laporan keuangan.

Pelaporan keuangan terdiri dari hal-hal berikut:


4

1. Laporan Keuangan: Laporan laba-rugi, Neraca, Laporan perubahan laba


ditahan, dan Laporan aliran kas,
2. Pengungkapan: Baik berupa pengungkapan dalam tanda kurung dan catatan
kaki maupun berupa catatan atas laporan keuangan. Contoh pengungkapan
adalah kebijakan akuntansi, metode arus harga pokok dan penilaian sediaan,
dan jumlah lembar saham yang beredar,
3. Informasi Pelengkapan (Supplementary Information): seperti pengungkapan
tentang perubahan harga-harga (pada masa inflasi),
4. Alat-alat Pelaporan Keuangan Lain: misalnya diskusi dan analisis
manajemen dan surat kepada pemegang saham.

Informasi yang berguna untuk keputusan investasi, kredit, dan sejenisnya meliputi
empat hal di atas plus Informasi Lain. Contoh informasi lain adalah Laporan para
analis, Statistika ekonomi, dan Artikel-aktikel berita tentang perusahaan.

E. KARAKTERISTIK KUALITATIF INFORMASI AKUNTANSI

Telah dijelaskan bahwa tujuan pelaporan keuangan oleh perusahaan yang mencari
laba adalah menyediakan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor serta
pemakai lain untuk mengambil keputusan investasi, keputusan kredit dan keputusan
lain yang sejenis. Agar berguna, informasi akuntansi harus memiliki dua kualitas,
yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Tentu saja terdapat beberapa kendala
untuk mencapai kedua kualitas tersebut.

Kualitas Primer
Relevansi dan keandalan sebagai kualitas primer harus melekat pada informasi
akuntansi. Kedua kualitas tersebut mempunyai makna yang sangat penting bagi para
pemakai.

Relevansi (relevance). Relevansi informasi dikaitkan dengan tujuan


dipergunakannya informasi tersebut. Jika tidak berkaitan erat dengan keputusan yang
akan diambil, maka informasi tidak ada gunanya.
Informasi disebut relevan jika dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.
Informasi yang relevan harus dapat menguatkan atau bahkan sebaliknya
memperlemah harapan yang ada sebelum informasi itu disajikan. Jadi, informasi
harus memiliki nilai umpan balik (feed-back value). Jika tidak memperkuat atau tidak
memperlemah harapan para pengambil keputusan, maka informasi tidak relevan.
Informasi juga harus mempunyai nilai prediktif (predictive value), yakni dapat
digunakan untuk memprediksi (bukan memastikan ) apa yang akan terjadi di masa
yang akan datang.

Di samping harus mempunyai nilai umpan balik dan nilai prediktif, kualitas
relevan juga harus mempunyai substansi tepat waktu (timeliness). Informasi harus
disajikan kepada para pemakai sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitasnya
untuk mempengaruhi pangambilan keputusan. Informasi akuntansi jelas tidak relevan
apabila disajikan justru sesudah keputusan diambil. Sudah tentu tepat waktu sangat
sulit dipenuhi, sehingga kondisi yang lebih memungkinkan adalah menyajikan
5

informasi sedini mungkin, misalnya dengan menyajikan laporan keuangan interim.


Ringkasnya, informasi yang relevan adalah informasi yang memiliki tiga substansi
berikut: (1) nilai umpan balik, (2) nilai prediktif, dan (3) tepat waktu.
Keandalan (reliability). Informasi akuntansi harus andal (dapat dipercaya), yakni
bebas dari kesalahan dan penyimpangan. Keandalan informasi juga menjadi cerminan
yang tepat mengenai keadaan atau peristiwa ekonomi yang disajikan. Keandalan yang
dimaksud di sini tidak sama dengan ketepatan absolut, karena informasi akuntansi
sebagian didasarkan pada judgment akuntan. Informasi yang didasarkan pada
judgment (yang di dalamnya terkandung estimasi dan taksiran), tidak akan akurat
secara absolute. Namun informasi tersebut tetaplah harus dapat diandalkan. Jadi
tujuannya adalah untuk menyajikan jenis informasi yang dapat dipercaya oleh para
pemakai. Informasi harus mengandung unsur-unsur penting dari faktor keandalan
yaitu: (a) keberdayaujian, (b) kenetralan, dan (c) kejujuran.
Keberdayaujian (verifiability). Informasi harus dapat diverifikasi (diuji
kebenarannya). Dapat diujinya kebenaran informasi akuntansi adalah berdasar pada
keobyektifan dan konsensus. Keandalan informasi tentang harga perolehan aktiva
tetap harus dapat diuji berdasarkan data masa lalu yang telah direkam pada faktur
pembelian. Pada contoh ini, informasi dapat diuji secara obyektif. Akan tetapi,
keandalan informasi tentang penyusutan aktiva tetap tersebut adalah berdasarkan pada
konsensus mengenai metode penyusutan yang digunakan, taksiran nilai diverifikasi
oleh dua orang (atau lebih) akuntan terlatih, maka kesimpulannya akan sama
sepanjang mereka menggunakan konsensus tentang taksiran umur ekonomik, metode
penyusutan dan taksiran nilai residu yang dipergunakan oleh manajemen untuk
menyusut aktiva tetap.
Kenetralan (neutrality). Informasi akuntansi dimaksudkan untuk memenuhi
tujuan berbagai kelompok pemakai. Oleh karena itu, informasi yang disajikan
haruslah bebas dari usaha-usaha untuk memberikan keuntungan lebih kapada
kelompok tertentu.
Kejujuran Penyajian (representational faithfulness). Penyajian yang jujur
berarti adanya kesesuaian antara fakta dan informasi yang disampaikan. Dengan kata
lain, informasi akuntansi haruslah apa adanya. Jadi, jumlah-jumlah serta uraian yang
terdapat di laporan keuangan harus mencerminkan realitas ekonomi yang disajikan.
Apabila kas sebenarnya adalah Rp110.000,00 tetapi dilaporkan Rp115.000,00 maka
penyajian demikian adalah tidak jujur.

Kualitas Sekunder
Kualitas sekunder yang harus dimiliki oleh informasi akuntansi adalah
keberdayabandingan dan konsistensi.

Keberdayabandingan (comparability). Informasi akuntansi menjadi semakin


bermanfaat jika memungkinkan pemakai untuk dapat membandingkan perusahaan
dengan perusahaan lain dalam satu industri (perbandingan horizontal) dan
membandingkan perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda (perbandingan
vertikal). Jadi, diperlukan ukuran atau standar tertentu.
Berdasarkan pemikiran bahwa keberdayabandingan meningkatkan manfaat
informasi, maka laporan keuangan seharusnya menyediakan data perbandingan. Salah
satu masalah perbandingan dalam praktik akuntansi adalah diterimanya berbagai
6

metode alternative, sehingga tidak ada keseragaman metode yang dipakai oleh
perusahaan-perusahaan. Idealnya, agar semua perusahaan dapat diperbandingkan,
maka dipergunakan satu metode yang seragam. Jadi, beberapa alternative metode
dieliminasi kalau keadaan yang melingkupi sebuah perusahaan dan perusahaan yang
lain adalah sama.
Sampai saat ini, akuntansi masih menerima bernagai metode alternative, karena
keadaan yang melingkupi satu perusahaan berbeda dengan keadaan yang melingkupi
perusahaan yang lainnya, sekalipun dalam satu industri. Oleh karena itu, akuntansi
mewajibkan perusahaan mengungkapkan metode yang dipakai dan dampak
penggantian metode apabila penggantian tersebut dapat dibenarkan.
Konsistensi (consistency). Konsistensi merupakan unsur penting lainnya dari
informasi akuntansi yang bermanfaat. Mengingat banyaknya metode alternative yang
tersedia, maka metode yang sudah diterapkan oleh perusahaan haruslah digunakan
secara konsisten agar tercapai keberdayabandingan di dalam laporan keuangan. Jika
suatu metode dipakai secara konsisten, maka para pemakai informasi akuntansi dapat
mengidentifikasi dan mengevaluasi setiap perubahan yang terjadi dan arah
kecenderungan yang terdapat di perusahaan yang sedang dianalisis.

Kendala-kendala
Terdapat dua kendala yang mempengaruhi tercapainya kualitas informasi seperti yang
telah dijelaskan di muka. Dua kendala tersebut adalah pertimbangan manfaat-biaya
dan tingkat materialitas.

Pertimbangan Manfaat-Biaya (cost-effectiveness). Untuk menghasilkan


informasi yang relevan, andal, berdaya banding dan konsisten dibutuhkan biaya yang
mahal. FASB menyadari bahwa biaya untuk menyajikan informasi dengan kualitas
seperti itu cukup mahal. Oleh karena itu, FASB (sebagai penyusun standar akuntansi)
di dalam memilih alternative pelaporan mempertimbangkan manfaat informasi dan
biaya untuk memperoleh informasi tersebut. Oleh karena biaya dan terutama manfaat
tidak mudah diukur, maka mempertimbangkan hubungan antara biaya dan manfaat
menjadi masalah.
Materialitas (materiality). Mengingat bahwa informasi tertentu, meskipun tidak
lengkap dan tidak eksak, dapat mempengaruhi keputusan, maka informasi semacam
itu harus disajikan dengan pertimbangan materialitas. Informasi yang tidak material
tidak disajikan. Materialitas ini berkaitan dengan relevansi. Oleh karena relevansi
ditunjukkan langsung pada sifat informasi, maka materialitas terpusat pada kadar
pertimbangan tertentu dalam lingkungan tertentu pula. Material atau tidaknya
informasi dipandang dari besar-kecilnya pengaruh informasi terhadap keputusan yang
akan dibuat oleh pemakai.

Materialitas didefinisikan oleh FASB sebagai berikut:

“... Esensi dari konsep materialitas adalah jelas.Kealpaan atau salah saji suatu
pos di lapangan adalah material jika, dipandang dari sudut keadaan-keadaan yang
melingkupi, besarnya pos itu adalah sedemikian rupa sehingga cukuplah pasti
bahwa pertimbangan seorang yang nalar, yang mempercayai laporan tersebut akan
diubah atau dipengaruhi oleh pencantuman atau pembetulan pos tersebut.”
7

F. ELEMEN-ELEMEN LAPORAN KEUANGAN

Terdapat sepuluh elemen utama laporan keuangan. Konsep tersebut merupakan


pengganti, dan pada intinya memperluas ruang lingkup SFAC No. 3. Cakupannya
bukan hanya perusahaan yang berorientasi laba, tetapi juga organisasi yang
berorientasi nirlaba. Kesepuluh eleman ini sama seperti blok-blok bangunan laporan
keuangan yang disajikan untuk para pemakai. Setiap elemen saling berhubungan dan
secara keseluruhan melaporkan hasil dan keadaan keuangan perusahaan.

Bagan 1.1: Hirarki Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi


PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN
KARAKTERISTIKNYA

PERTIMBANGAN MANFAAT-BIAYA

DAPAT DIPAHAMI

BERGUNA UNTUK KEPUTUSAN

RELEVAN ANDAL

BERNILAI BERNILAI UMPAN TEPAT DAPAT DIUJI NETRAL JUJUR


PREDIKTIF BALIK WAKTU KEBENARANNYA MENYAJIKAN

BERDAYA BANDING KONSISTEN

MATERIALITAS

Sumber: FASB, Statement of Financial Accounting Concepts No. 2

Elemen-elemen laporan keuangan bagi organisasi yang berorientasi laba meliputi 10


macam (yaitu aktiva, utang, ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi kepada pemilik,
laba komprehensif, pendapatan, biaya, keuntungan dan kerugian).

Aktiva (Assets) adalah manfaat ekonomik di masa mendatang yang cukup pasti,
yang diperoleh atau dikuasai oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi
atau peristiwa masa lampau.

Suatu aktiva, memiliki tiga karakteristik penting, ketiga karakteristik tersebut


adalah: (1) berupa manfaat di masa mendatang yang cukup pasti, yang meliputi
kapasitas untuk menyumbang, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap aliran
8

kas masuk bersih di masa mendatang, (2) sebuah entitas tertentu dapat memperoleh
dan mengendalikan akses entitas-entitas lain terhadap manfaat tersebut, dan (3)
transaksi atau kejadian lain yang memberikan kenaikan hak atau pengendalian entitas
tersebut terhadap manfaat itu adalah telah terjadi.

Utang (Liabilities) adalah pengorbanan manfaat ekonomik di masa mendatang


yang cukup pasti, yang timbul dari kewajiban sekarang suatu entitas tertentu
untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa
mendatang sebagai akibat dari transaksi atau peristiwa masa lampau.

Ekuitas (Equities) atau aktiva neto adalah hak residu dalam aktiva suatu entitas
yang masih tersisa setelah dikurangi dengan utangnya.

Investasi oleh Pemilik (Investment by Owners) adalah kenaikan dalam ekuitas


suatu perusahaan tertentu yang berasal dari pemindahan sesuatu yang bernilai
ke perusahaan tersebut dari entitas lain untuk memperoleh atau menaikkan hak
pemilikan (atau ekuitas) dalam perusahaan tersebut.

Distribusi kepada Pemilik (Distribution to Owners) adalah penurunan ekuitas


suatu perusahaan tertentu yang barasal dari pemindahan aktiva, pemberian jasa,
atau timbulnya kewajiban oleh perusahaan kepada pemilik. Distribusi kepada
pemilik menurunkan hak pemilikan (atau ekuitas) dalam perusahaan tersebut.

Laba Komprehensif (Comprehensive Income) adalah perubahan dalam ekuitas


suatu perusahaan tertentu selama satu periode dari transaksi dan kejadian
lainnya serta keadaan-keadaan lain dari sumber selain pemilik. Laba
komprehensif meliputi seluruh perubahan dalam ekitas selama satu periode,
kecuali perubahan-perubahan yang berasal dari investasi oleh pemilik dan
distribusi kepada pemilik.

Pendapatan (Revenues) adalah aliran masuk atau peningkatan lain suatu aktiva
sebuah entitas atau pelunasan utang (atau kombinasi dari keduanya) dari
pengiriman atau pembuatan barang, pemberian jasa, atau aktivitas lainnya yang
merupakan kegiatan utama dan masih berlangsung dari entitas tersebut.

Biaya (Expenses) adalah aliran keluar atau penggunaan lain suatu aktiva atau
timbulnya utang (atau kombinasi dari keduanya) dan pengiriman atau pembuatan
barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan
kegiatan utama dan masih berlangsung dari entitas tersebut.

Keuntungan (Gains) adalah kenaikan dalam ekuitas (aktiva neto) dari transaksi-
transaksi tambahan atau insidentalsuatu entitas dan dari semua transaksi lainnya
atau kejadian-kejadian serta keadaan lainnya yang mempengaruhi entitas
tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.

Kerugian (Losses) adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva neto) dari transaksi-
transaksi tambahan atau insidentalsuatu entitas dan dari semua transaksi lainnya
9

atau kejadian-kejadian serta keadaan lainnya yang mempengaruhi entitas


tersebut, kecuali yang berasal dari biaya atau distribusi kepada pemilik.
G. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

Kriteria Pengakuan
Pengakuan adalah proses pencatatan suatu pos keuangan dan melaporkan pos
keuangan tersebut pada akhir periode akuntansi sebagai salah satu elemen di dalam
laporan keuangan. Pengakuan ini meliputi baik pencatatan awal suatu pos maupun
pencatatan setiap perubahan yang terjadi atas pos tersebut. Agar dapat diakui, suatu
pos harus memenuhi empat kriteria: (1) definisi, (2) dapat diukur, dan (3) relevan,
serta (4) andal.
Agar dapat diakui secara formal, maka suatu pos harus memenuhi salah satu
definisi elemen-elemen laporan keuangan. Agar dapat dilaporkan di neraca, misalnya,
suatu pos harus memenuhi definisi sebagai suatu aktiva, utang, atau ekuitas. Hal yang
sama juga berlaku untuk pendapatan, biaya dan elemen-elemen laporan keuangan
lainnya.
Informasi mengenai suatu pos harus relevan dan andal agar pos tersebut dapat
diakui. Oleh karena sering terdapat pertentangan antara relevansi dan keandalan,
maka pertimbangan mengenai kedua kualitas primer ini dapat mempengaruhi saat
(timing) pengakuan. Misalnya, informasi mengenai gugatan hukum yang sedang
diproses mungkin relevan, tetapi pengakuannya sering ditunda sampai jumlah dan
pengaruh hasil keputusan tersebut dapat diukur dengan tingkat keandalan yang cukup.
Keempat kriteria pengakuan utama tadi berlaku untuk semua unsur laporan keuangan.
Berikut pembahasan mengenai pengakuan pendapatan.

Umumnya, menurut prinsip pengakuan pendapatan, pendapatan untuk suatu


periode diakui kalau dua syarat terpenuhi:
1. proses terbentuknya pendapatan secara substansial telah rampung (earned),
2. terdapat penerimaan kas atau aktiva setara dengan kas, artinya pendapatan
tersebut telah terealisasi (realized) atau dapat direalisasi (realizable).
Kedua kriteria di atas telah mengarah pada pengakuan pendapatan secara
konvensional yaitu pada saat terjadinya penjualan. Pendapatan diakui pada saat aktiva
dijual atau jasa diserahkan.

Menurut prinsip penandingan (matching principles), biaya untuk suatu periode


ditentukan dengan mengaitkannya dengan pendapatan tertentu atau dengan periode
tertentu. Biaya diakui:

1. jika terdapat hubungan langsung atau sebab-akibat dengan penjualan produk


atau penyerahan jasa,
2. pada periode terjadinya, yakni pada saat kas dikeluarkan jika tidak terdapat
hubungan langsung atau sebab-akibat dengan penjualan produk atau
penyerahan jasa sebagaimana pada butir 1,
3. dengan alokasi yang sitematis dan rasional, jika butir 1 dan 2 tidak terpenuhi.
Contoh pengakuan dengan pinsip ini adalah depresiasi yang merupakan
alokasi harga perolehan aktiva tetap ke periode-periode yang menerima
manfaatnya.
10

Atribut Pengukuran
Hal yang sangat berkaitan erat dengan masalah pengakuan adalah masalah
pengukuran. Terdapat 5 buah atribut pengukuran yang sekarang digunakan dalam
praktik, kelima atribut tersebut adalah harga pokok historis (historical cost), harga
pokok pengganti sekarang (current replacement cost), nilai pasar sekarang (current
market value), nilai bersih yang dapat direalisasi (net realizable value), dan
diskontoan aliran kas di masa mendatang (discounted future cash flow). Berikut
penjelasan masing-masing atribut tersebut.

Harga Pokok Historis: Harga tunai ekuivalen untuk memperoleh barang atau
jasa pada tanggal terjadinya. Tanah, bangunan, peralatan dan hampir semua jenis
sediaan merupakan pos yang diakui dengan menggunakan atribut harga pokok
historis.
Harga Pokok Pengganti Sekarang: Merupakan harga tunai yang akan
ditukarkan sekarang untuk membeli atau mengganti jenis barang atau jasa yang sama.
Beberapa jenis sediaan diakui sebesar harga pokok penggantinya.
Nilai Pasar Sekarang: Harga tunai yang dapat diperoleh dengan menjual suatu
aktiva atau nilai likuidasi yang dilaksanakan dengan benar. Beberapa investasi dalam
bentuk sekuritas dilaporkan dengan menggunakan harga pokok pengganti sekarang
atau dengan nilai pasar sekarang (nilai likuiditasi).
Nilai Bersih yang Dapat Direalisasi: Jumlah yang diperkirakan akan diterima
atau dibayarkan dari hasil pertukaran aktiva atau kewajiban dalam kegiatan normal
perusahaan. Umumnya nilai ini sama dengan harga jual dikurangi biaya penjualan.
Nilai bersih yang dapat direalisasi digunakan untuk mengakui piutang jangka pendek
dan beberapa jenis sediaan.
Diskontoan Aliran Kas di Masa Mendatang: Jumlah aliran kas masuk atau
aliran kas keluar bersih di masa mendatang yang didiskontokan (dinilai sekarangkan)
dengan menggunakan factor diskonto tertentu. Piutang dan utang jangka panjang
menggunakan atribut pengukuran ini.

H. ASUMSI DASAR

Didalam mengembangkan prinsip-prinsip (standar) akuntansi, profesi akuntansi


menggunakan asumsi-asumsi dasar tertentu. Asumsi-asumsi tersebut menyediakan
satu landasan bagi proses akuntansi. Jadi, asumsi dasar akuntansi adalah anggapan-
anggapan yang digunakan oleh para akuntan agar akuntansi dapat dipraktikan. Berikut
adalah asumsi-asumsi dasar yang sebenarnya telah terkandung secara implisit di
dalam rerangka konseptual akuntansi keuangan.

Entitas Akuntansi. Akuntansi memandang bahwa perusahaan merupakan unit


yang berdiri sendiri dan terpisah dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan
(pemilik, kreditor, manajemen, karyawan, dan lainnya) dengan perusahaan. Konsep
ini penting untuk menentukan bidang kepentingan akuntansi, yakni mengidentifikasi,
mengukur, mencatat, dan melaporkan obyek dan aktivitas perusahaan. Yang bukan
11

obyek dan aktivitas perusahaan tidak menjadi pusat perhatian akuntansi dan oleh
karena itu tidak diukur, tidak dicatat dan tidak dilaporkan.
Kesinambungan. Akuntansi memandang bahwa perusahaan dianggap lestari
sepanjang masa, kecuali terdapat bukti sebaliknya. Asumsi ini memberi dukungan
terhadap penyiapan neraca yang melaporkan aktiva sebesar harga pokok, bukannya
sebesar nilai pasar yang akan direalisasi dalam keadaan likuiditasi sukarela atau yang
dipaksakan. Asumsi ini juga mendukung penyiapan laporan laba/rugi yang
melaporkan hanya bagian pendapatan dan biaya yang dapat dialokasikan ke aktivitas
pada periode pelaporan.

Transaksi Independen. Transaksi sebuah perusahaan menjadi dasar untuk


pencatatan akuntansi, dan perubahan apapun dalam nilai aktiva, utang, pendapatan,
biaya, dan modal umumnya tidak dicatat kecuali telah terjadi transaksi. Transaksi
yang dicatat oleh akuntansi adalah transaksi yang independen (arm’s-length
transaction). Transaksi independen adalah transaksi yang terjadi di antara dua pihak
yang independen, yaitu masing-masing pihak mampu melindungi kepentingannya
sendiri. Jika perusahaan A menjual jasa kepada perusahaan B, maka ia akan berusaha
untuk menjual dengan harga yang cukup tinggi untuk memperoleh laba. Perusahaan
B, sebaliknya, akan berusaha untuk membeli jasa itu dengan harga yang cukup
rendah. Harga yang terjadi pada transaksi demikian dianggap sebagai penilaian pasar
yang obyektif pada tanggal transaksi, dan dipandang sebagai nilai yang obyektif untuk
tujuan pengukuran akuntansi.

Unit Moneter. Akuntansi menggunakan unit moneter sebagai alat pengukur suatu
obyek atau aktivitas perusahaan dan menganggap bahwa nilai uang adalah stabil dari
waktu ke waktu. Oleh karena itu, banyak penilaian elemen-elemen neraca ataupun
rugi/laba yang menggunakan harga pokok historis.

Periode Akuntansi. Asumsi ini berkaitan erat dengan asumsi dasar


kesinambungan. Seandainya kita mau menunggu sampai bubarnya perusahaan, maka
kita dapat menghitung rugi atau laba yang sebenarnya dari sebuah perusahaan. Sebab,
pada saat bubarnya perusahaan, kita dapat menentukan nilai aktiva, nilai utang, dan
nila modal yang sebenarnya. Dengan membandingkan posisi keuangan (aktiva, utang,
dan modal) pada saat bubarnya perusahaan dengan posisi keuangan pada saat
berdirinya perusahaan, maka dengan pasti kita dapat menentukan besarnya rugi-laba
perusahaan sepanjang hidupnya.
Cara penentuan rugi/laba seperti di atas tidaklah dikehendaki, karena banyak
keputusan yang harus diambil oleh berbagai pihak dalam rentang waktu sejak
perusahaan berdiri sampai perusahaan bubar. Lagi pula, secara normal, kita tidak
dapat menentukan kapan perusahaan bubar. Dengan demikian, kita memerlukan
laporan keuangan yang dibuat setiap periode, misalnya setahun sekali. Sebagai
konsekuensinya, maka akuntan membuat satu asumsi (konsep dasar) bahwa umur
perusahaan dapat dipenggal menjadi periode-periode yang sifatnya artificial atau
buatan.

Akuntansi Akrual/Asas Himpun. Dalam mengukur laba, akuntansi


menggunakan dasar hak dan kewajiban, bukan dasar tunai. Artinya, pendapatan
12

diakui pada saat diperoleh, bukan pada saat kas dikeluarkan. Untuk tujuan pelaporan,
asas himpun dianggap lebih disukai daripada asas tunai.

KEGIATAN BELAJAR II
LAPORAN RUGI/LABA
A. PENGANTAR

Laporan keuangan yang menyajikan prestasi keuangan dan kemampuan


mendapatkan laba selama satu periode adalah laporan rugi/laba. Manfaat laporan
rugi/laba bagi investor dan kreditor antara lain adalah untuk mengukur efesiensi dan
efektivitas penggunaan sumber daya ekonomi perusahaan. Informasi tentang rugi/laba
dari periode ke periode juga menjadi perhatian investor dan kreditor karena mereka
mengamati trend laba di tahun-tahun yang silam untuk memprediksi prospeknya di
masa mendatang. Laporan rugi/laba bermanfaat sebagai informasi untuk keputusan
oleh investor dan kreditor dalam mengalokasikan dana mereka. Oleh karena itu,
akuntan harus mengukur prestasi ekonomi perusahaan secara akurat. Keakuratan
informasi tentang prestasi ekonomi sangat penting untuk keputusan alokasi. Jika
prestasi ekonomi dilaporkan terlalu tinggi (overstated) atau terlalu rendah
(understated) dari yang seharusnya, maka alokasi sumber daya menjadi tidak efisien,
karena para investor dan kreditor salah mengalokasikan dananya.
Alokasi sumber daya dilakukan tidak hanya oleh investor dan kreditor (sebagai
pemakai utama laporan), teapi juga oleh pemerintah. Pemerintah menggunakan
laporan rugi/laba untuk, misalnya, menetapkan pajak penghasilan perusahaan sebagai
sumber pendapatan Negara, yang akan digunakan untuk membelanjai pengeluaran
rutin ataupun pengeluaran pembangunan. Bab ini menjelaskan laporan rugi/laba dan
mengawalinya dengan membahas pengukuran laba menurut ekonom.

B. PENGUKURAN LABA EKONOMI

Laba, menurut Adam Smith, adalah jumlah yang dapat dikonsumsi tanpa mengganggu
modal, baik modal tetap maupun modal kerja. Istilah modal di sini tidak boleh
dikacaukan dengan istilah modal menurut akuntansi. Kalau menurut akuntansi, modal
menunjuk pada sumber diperolehnya aktiva (harta dari pemilik), maka modal menurut
ekonom adalah justru aktiva (harta) itu sendiri. Meskipun demikian, ekonom dan
akuntan sependapat dalam penyebutan modal bersih, yakni harta dikurangi utang.
Ekonom lain, J.R. Hicks, menguraikan lebih lanjut definisi labanya Adam Smith
dengan mengatakan bahwa laba adalah nilai maksimum yang dapat dikonsumsi
pemilik selama satu periode waktu dan masih berharap mampu mempertahankan
kekayaannya di akhir periode, sama dengan kekayaannya di awal periode, setelah
transaksi dengan pemilik dieliminasi. Konsep laba demikian disebut konsep
pemeliharaan modal (capital maintainance concept).
Untuk memahami laba menurut konsep pemeliharaan modal, anggaplah aktiva
perusahaan milik pak Andi Kosasih pada awal minggu terdiri dari sediaan (barang
dagangan) Rp20.000,00 dan kas Rp4.000,00. Selama minggu pertama dari kegiatan
usahanya, perusahaan menjual tunai seluruh sediaannya dengan harga jual
Rp30.000,00 dan membayar gaji karyawan Rp4.000,00. Pada akhir minngu
13

perusahaan membeli tunai sediaan dengan harga Rp30.000,00 (sediaan ini tidak
termasuk yang dijual pada transaksi di atas).
Neraca awal dan neraca akhir minggu pertama perusahaan milik pak Andi
Kosasih di atas adalah sebagai berikut.

PERUSAHAAN
Andi Kosasih
Neraca per 1 Januari 1995

Kas Rp 4.000
Sediaan Rp 20.000 Modal Pak Ahmad Rp24.000
Rp 24.000 Rp24.000

PERUSAHAAN A
Neraca per Januari 1995

Sediaan Rp30.000 Modal Pak Ahmad Rp30.000


Rp30.000 Rp30.000

Tampaklah di dua neraca di atas bahwa aktiva neto awal periode adalah Rp24.000
dan aktiva neto akhir periode adalah Rp30.000. Oleh karena selama operasi minggu
pertama tidak terdapat transaksi penambahan atau pengurangan modal oleh pemilik,
maka laba menurut konsep pemeliharaan modal adalah Rp6.000. Inilah jumlah
maksimum yang dapat dikonsumsi oleh pemilik selama satu minggu tanpa
mengganggu modal awalnya.
Pada contoh di atas, sediaan (sebagai aktiva produkti) dinilai dengan harga pokok
historis. Seandainya penilaian menggunakan atribut lainnya, misalnya menggunakan
harga pokok pengganti sekarang, maka aktiva neto mungkin berbeda dari jumlah yang
ditunjuk pada dua neraca di atas. Kalau aktiva neto berbeda, maka laba selama satu
periode juga berbeda.
Umpamakanlah bahwa sedian dinilai pada akhir minggu pertama dengan harga
pokok pengganti sekarang. Sediaan awal Rp20.000 jika dinyatakan dengan harga
pokok pengganti sekarang dimisalkan Rp22.000 sedangkan sediaan akhir jika
dinyatakan dengan harga pokok pengganti sekarang tetaplah Rp30.000 karena dibeli
pada akhir minggu. Dengan perumpamaan di atas, maka aktiva neto akhir minggu
adalah tetap Rp30.000 dan aktiva neto awal minggu adalah Rp26.000 (kas Rp4.000
dan sediaan Rp22.000). Jadi, laba menurut konsep mempertahankan modal adalah
hanya Rp4.000.

C. PENDEKATAN TRANSAKSI
14

Menurut pendekatan transaksi, perubahan dalam nilai aktiva dan utang dicatat
(diakui) hanya apabila telah terjadi transaksi --baik transaksi ekstern maupun transaksi
intern--, sedangkan perubahan pendapatan dan biaya dicatat hanya apabila terjadi
transaksi ekstern. Transaksi ekstern adalah transaksi pertukaran dengan pihak luar,
sedangkan transaksi intern timbul dari penggunaan ataupun konversi antar jenis aktiva
atau utang di dalam kegiatan intern perusahaan.

Pengakuan Pendapatan dan Keuntungan


Pendapatan dan keuntungan selama satu periode umumnya diukur dengan nilai tukar
aktiva (barabg atau jasa) atau utang yang timbul, dan pengakuannya melibatkan dua
faktor: (a) telah terealisasi (realized) atau dapat direalisasi (realizable) dan (b) telah
terhimpun (earned), yang kadang-kadang faktor (a) dan kadang-kadang faktor (b)
menjadi pertimbangan yang lebih penting. Pendapatan dan keuntungan dianggap
terealisasi kalau produk (barang atau jasa), atau aktiva-aktiva lainnya ditukarkan
dengan kas atau klaim terhadap kas. Pendapatan dan keuntungan dapat direalisasi
apabila aktiva terkait yang diterima atau dimiliki segera dapat ditukarkan menjadi
sejumlah kas atau klaim tertentu terhadap kas.
Pengakuan pendapatan didasarkan pada penggabungan dua faktor tersebut di atas.
Namun, praktik akuntansi memilih saat penjualan sebagai saat mengakui pendapatan,
karena saat penjualan menunjukkan: (1) telah selesainya proses penghimpunan
pendapatan, dan (2) telah terealisasinya pendapatan. Itulah pedoman umum
pengakuan pendapatan.
Namun demikian, terdapat perkecualian pengakuan pendapatan untuk industri
atau perusahaan tertentu, yaitu:
1. Saat selesainya produksi
Barang yang telah selesai diproduksi dapat langsung diakui sebagai
pendapatan, jika barang tersebut mempunyai kondisi:
a. siap untuk dijual dengan harga yang sudah pasti, dan
b. jumlah biaya pemasarannya tidak signifikan.

Produk yang dapat dikategorikan dalam jenis ini, di Amerika Serikat, adalah
logam mulia. Produk pertanian, tambang, dan lain-lainnya juga dapat diakui
pendapatannya pada saat selesai produksi dengan syarat perusahaan tidak
mampu menentukan taksiran harga pokoknya yang wajar. Dalam semua hal,
harga jual harus dikurangi dengan taksiran biaya pemasaran.

2. Secara Proporsional selama Tahap Produksi dan Prestasi Proporsional


Untuk barang atau jasa yang diproduksi atau dijual berdasarkan kontrak yang
telah ditetapkan di muka, maka pendapatan dapat diakui selama masa
penyelesaian kontrak. Hal ini tentu saja untuk kontrak yang melebihi satu
periode akuntansi. Dasar pengakuan pendapatan yang digunakan adalah
metode “persentase penyelesaian dan prestasi proporsional.”
Metode ini menurut standar akuntansi yang berlaku di Indonesia
digunakan oleh perusahaan kontraktor yang mengerjakan proyek-proyek
konstruksi yang jangka waktu penyelesainnya lebih dari satu periode
akuntansi. Pendapatan ataupun laba diakui pada beberapa titik waktu selama
siklus produksi atau dasar persentase pekerjaan yang telah diselesaikan. Jadi,
15

pengakuan pendapatan ataupun laba tidak perlu menunggu sampai selesainya


proyek. Cara di atas disebut metode persentase penyelesaian (percentage of
completion), dan dianjurkan apabila taksiran tahap penyelesaian proyek dapat
ditentukan.

3. Saat Diterimanya Pembayaran


Apabila terdapat ketidakpastian yang cukup besar dalam kolektabilitas
(kemampuan tertagih) piutang yang timbul dari penjualan barang/jasa, maka
pengakuan dapat ditunda sampai saat pembayaran diterima. Dalam hal ini,
proses terhimpunnya pendapatan sebenarnya telah selesai secara substansial.
Akan tetapi, rendahnya tingkat kolektibilitas piutang tidak mampu memenuhi
kriteria realisasi. Ketidakpastian yang besar dalam kolektabilitas piutang
biasanya berkaitan dengan belum berpindahnya hak atas barang sampai
dilunasinya seluruh harga, sehingga terdapat kemungkinan pembatalan
transaksi penjualan yang telah dilakukan. Pengakuan pendapatan pada saat
pembayaran (kas) dijumpai pada penjualan cicilan (angsuran) jangka panjang.

Pengakuan Biaya dan Kerugian


Biaya adalah aliran keluar atau penggunaan lain suatu aktiva atau timbulnya utang
(atau kombinasi dari keduanya) dalam rangka pengiriman atau pemproduksian
barang, pemberian jasa, atau pelaksaan aktivitas lain yang merupakan kegiatan utama
yang masih berlangsung dari entitas tersebut. Meskipun definisi biaya di atas jelas,
kita masih menjumpai kesulitan untuk menentukan aliran keluar yang akan
ditandingkan dengan pendapatan sekarang dan dilaporkan sebagai biaya dilaporkan
rugi/laba.
Memang terdapat aliran keluar yang dapat dikaitkan secara langsung dengan
pendapatan, seperti harga pokok penjualan. Akan tetapi, terdapat juga aliran keluar
yang hanya dapat dikaitkan secara tidak langsung dengan pendapatan, seperti
penyusutan gedung administrasi dan peralatan kantor. Dan masih ada lagi aliran
keluar yang tidak dibebankan sebagai biaya periode sekarang, karena terkait dengan
pendapatan periode mendatang dan oleh sebab itu masih diakui sebagai aktiva di
neraca. Apabila potensi jasa di masa mendatang telah berakhir, barulah aliran keluar
tersebut dihubungkan dengan pendapatan sekarang dan dilaporkan sebagai biaya.

Dari kesulitan di atas dalam menandingkan biaya dengan pendapatan,


ditempuhlah tiga metode berikut.

1. Menghubungkan sebab dan akibat (direct matching)


Aliran keluar atau penggunaan lain suatu aktiva yang mempunyai kaitan
langsung untuk memperoleh pendapatan ditandingkan secara langsung. Harga
pokok penjualan, biaya pengiriman, dan komisi penjualan merupakan jenis
kategori ini.
Aliran keluar atau penggunaan lain suatu aktiva yang mempunyai kaitan
langsung dengan pendapatan, baik yang sudah terjadi maupun yang akan
terjadi tetapi cukup pasti, dapat langsung ditandingkan dengan pendapatan.
Contoh yang akan terjadi adalah taksiran kerugian piutang usaha tak tertagih.
Apabila piutang yang berasal dari penjualan kredit tahun sekarang
diperkirakan tidak tertagih, maka kerugian tak tertagihnya piutang tersebut
16

diakui sebagai biaya tahun sekarang. Dengan kata lain, ia ditandingkan secara
langsung dengan pendapatan tahun sekarang karena piutang tersebut berasal
dari penjualan tahun sekarang.

2. Alokasi yang sistematis dan rasional (systematic and rational allocation)


Prinsip ini digunakan apabila terdapat kesulitan untuk menghubungkan biaya
secara langsung dengan pendapatan atau periode tertentu. Prinsip ini
digunakan untuk menandingkan harga perolehan aktiva yang mempunyai
masa manfaat lebih dari satu periode. Oleh karena masa manfaat aktiva
tersebut lebih dari satu periode, maka penandingannya berdasar pada alokasi
secara sistematis dan rasional.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah depresiasi dan amortisasi. Harga
pokok aktiva tetap berwujud, misalnya, dialokasikan ke periode-periode yang
menikmatinya dengan metode garis lurus.

3. Pengakuan segera (immediate recognition)


Aliran keluar atau penggunaan lain suatu aktiva boleh jadi tidak mempunyai
kaitan langsung dengan pendapatan. Namun ia jelas dikorbankan dalam
rangka memperoleh pendapatan. Misalnya adalah biaya administrasi, gaji
pegawai kantor, biaya iklan dan biaya penjualan. Untuk biaya-biaya seperti
itu, pengakuannya adalah segera, yakni diakui/dilaporkan sebagai biaya pada
periode dikeluarkannya biaya tersebut.
Pengakuan segera juga berlaku untuk biaya penelitian dan pengembangan.
Hal ini didasarkan pada ketidakpastian manfaat di masa mendatang. Di
samping itu, transaksi yang kejadiannya incidental juga diakui sebagai biaya
dengan segera. Meskipun tidak mempunyai kaitan langsung dengan
pendapatan, hal-hal berikut harus diakui dengan segera sebagai kerugian:
kerusakaan akibat gempa bumi, kerugian penjualan aktiva tetap, dan kerugian
dari penghentian peralatan.

D. MELAPORKAN LABA

Setelah menetapkan kriteria pendapatan dan biaya, langkah selanjutnya adalah


menyajikan dua komponen tersebut dalam satu laporan. Bentuk laporan tersebut tidak
distandarkan. Anatomi laporan rugi/laba terdiri dari pos-pos yang diklasifikasi sebagai
berikut:
1. Laba/Rugi dari Operasi yang Masih Berlangsung,
2. Operasi yang Diberhentikan,
3. Pos Luar Biasa,
4. Pengaruh Kumulatif Perubahan Prinsip Akuntansi.

Pos-pos yang temasuk dalam klasifikasi Laba/Rugi dari operasi yang masih
berlangsung adalah sebagai berikut:

Pendapatan Operasi
1. pendapatan dari operasi pokok (biasanya cukup disebut pendapatan),
2. pendapatan di luar operasi pokok (biasa disebut pendapatan lain-lain),
17

3. keuntungan (gain).
Biaya Operasi
1. Harga Pokok Penjualan (untuk perusahaan dagang dan manufakturnya),
2. Biaya Pemasaran,
3. Biaya pemasaran dan umum,
4. Biaya di luar operasi pokok (biasa disebut biaya lain-lain),
5. Kerugian (loss),
6. Pajak penghasilan.

Dalam melaporkan pos-pos yang membentuk laba/rugi dari operasi yan masih
berlangsung, terdapat dua metode: metode satu tahap (single step) dan metode
bertahap (multiple step).
Dalam laporan rugi/laba satu tahap, hanya terdapat satu kelompok pendapatan
dan kelompok biaya. Laba adalah pendapatan dikurangi biaya. Cara ini disebut satu
tahap karena hanya terdapat satu kali pengurangan untuk memperoleh laba bersih,
tanpa memisahkan antara operasi pokok dan operasi bukan pokok. Akan tetapi,
sebagai variasi dari bentuk satu tahap, pajak penghasilan diletakkan secara terpisah
dari pos-pos biaya sebagai pos terakhir untuk menunjukkan hubungannya dengan laba
sebelum pajak. Keuntungan utama laporan rugi/laba satu tahap adalah kemudahan
untuk menyajikan dan tidak adanya implikasi apapun bahwa satu jenis pendapatan
atau biaya memperoleh prioritas lebih dari lainnya. Dengan demikian dapat
dihilangkan masalah-masalah klasifikasi.
Laporan rugi/laba untuk PT PERSADA di Paparan 2-1 merupakan contoh
sederhana laporan rugi/laba satu tahap.

Paparan 2-1: Laporan Rugi/Laba Satu Tahap


PT PERSADA
Laporan Rugi/Laba
Periode 1/1 - 31/12 1994
PENDAPATAN
Penjualan (bersih) Rp 22.974.000
Pendapatan bunga Rp 696.000
Pendapatan sewa kantor yang menganggur Rp 1.500
Keuntungan penjualan investasi saham Rp 117.000

Rp 23.788.500
BIAYA
Harga pokok penjualan Rp 10.899.000
Biaya administrasi dan umum Rp 4.000.000
Biaya pemasaran Rp 3.995.000
Biaya bunga Rp 555.000
Kerugian penjualan aktiva tetap Rp 333.000
Rp 19.782.000

LABA SEBELUM PAJAK DARI OPERASI YANG MASIH BERLANGSUNG Rp 4.006.500


Pajak penghasilan Rp 600.975
LABA SESUDAH PAJAK DARI OPERASI YANG MASIH BERLANGSUNG Rp 03.405.525
18

Dalam laporan rugi/laba bertahap, laporan rugi/laba dibagi dalam beberapa


bagian, dan dilaporkan beberapa subtotal yang mencerminkan tingkat profitabilitas
yang berbeda-beda. Laba dari operasi utama dipisahkan dari laba di luar operasi
utama. Pendapatan dan biaya dari operasi utama dipisahkan dari pendapatan dan biaya
di luar operasi utama. Keuntungan dan kerugian dikelompokkan sebagai pos dari
usaha bukan utama. Laporan rugi/laba untuk PT PERSADA di Paparan 2-2
merupakan contoh sederhana laporan rugi/laba bertahap. Adapun laporan rugi/laba
yang lengkap (sudah dimasukkan operasi yang diberhentikan, pos luar biasa, dan
pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi) dicontohkan di Paparan 2-3,
dengan melanjutkan contoh laporan rugi/laba bertahap di Paparan 2-3. penjelasan
masing-masing pos laporan rugi/laba secar lengkap adalah sebagai berikut.

Paparan 2-3: Laporan Rugi/Laba Bertahap

PT PERSADA
Laporan Rugi/Laba
Periode 1/1 - 31/12 1994

Penjualan Bersih Rp 22.974.000


(-) Harga Pokok Penjualan Rp 10.899.000

LABA BRUTO Rp 12.075.000


(-) Biaya Administrasi dan Umum Rp 4.000.000
Biaya Pemasaran Rp 3.955.000
Rp 07.995.000
LABA USAHA UTAMA Rp 04.080.000

Pendapatan Lain-lain dan Keuntungan


Pendapatan Bunga Rp2. 696.000
Keuntungan Penjualan Investasi Saham Rp2. 117.000
Pendapatan Sewa Kantor yang Menganggur Rp2.001.500
Rp 00.814.500
Biaya Lain-lain dan Kerugian
Biaya Bunga Rp2. 555.000
Kerugian Penjualan Aktiva Tetap Rp2 .333.000
Rp 00.888.000
RUGI DI LUAR USAHA UTAMA Rp 00.073.500

LABA SEBELUM PAJAK DARI OPERASI YANG MASIH BERLANGSUNG Rp 04.006.500


Pajak Penghasilan Rp 00.600.975

LABA SESUDAH PAJAK DARI OPERASI YANG MASIH BERLANGSUNG Rp 03.405.525

Penjualan Bersih. Penjualan bersih adalah jumlah penjualan selama satu periode
pelaporan dikurangi potongan penjualan dan retur penjualan pada periode yang sama.
Dalam pos ini tidak boleh dimasukkan penjualan produk atau jasa dari segmen yang
sudah diberhentikan. Semua pendapatan dan biaya (selisihnya rugi atau laba) dari
19

segmen yang diberhentikan harus dilaporkan terpisah sebagaimana contoh di


Paparan 2-3.

Paparan 2-3: Laporan rugi/laba bertahap: contoh lengkap

PT PERSADA
Laporan Rugi/Laba
Periode 1/1 - 31/12 1994

Penjualan Bersih Rp 22.974.000


(-) Harga Pokok Penjualan Rp 10.899.000

LABA BRUTO Rp 12.075.000


(-) Biaya Administrasi dan Umum Rp 4.000.000
Biaya Pemasaran Rp 3.995.000 Rp 07.995.000

LABA USAHA UTAMA Rp 04.080.000


Pendapatan Lain-lain dan Keuntungan
Pendapatan Bunga Rp 696.000
Keuntungan Penjualan Investasi Saham Rp 117.000
Pendapatan Sewa Kantor yang Menganggur Rp 001.500 Rp 0.814.500
Biaya lain-lain dan Kerugian
Biaya Bunga Rp 555.000
Kerugian Penjualan Aktiva Tetap Rp 333.000 Rp 0.888.000

RUGI DI LUAR USAHA UTAMA Rp 00.073.500

LABA SEBELUM PAJAK DARI OPERASI YANG MASIH BERLANGSUNG Rp 04.006.500


Pajak Penghasilan Rp 00.600.975

LABA SESUDAH PAJAK DARI OPERASI YANG MASIH BERLANGSUNG Rp 03.405.525

OPERASI YANG DIBERHENTIKAN


Kerugian dari Operasi yang Diberhentikan Rp (850.000)
Kerugian Pelepasan Segmen yang Diberhentikan Rp (425.000)

POS-POS LUAR BIASA


Kerugian akibat kebakaran (setelah dikurangi klain ganti rugi
dari perusahaan asuransi dan penghematan pajak) Rp (170.000)

PENGARUH KUMULATIF PERUBAHAN PRINSIP AKUNTANSI


Pengaruh kumulatif penyusutan aktiva tetap dari garis lurus
menjadi saldo menurun ganda (setelah penghematan pajak) Rp (255.000)

LABA BERSIH Rp 01.705.525

Laba per lembar saham dari laba sesudah pajak dari Operasi yang masih berlangsung* Rp340,55
*) Diasumsikan jumlah saham biasa yang beredar 10.000 lembar.

Harga Pokok Penjualan. Harga pokok yang melekat pada sediaan barang
dagangan yang telah dijual. Oleh karena itu, harga pokok penjualan ditandingkan
secara langsung terhadap penjualan.
Biaya Administrasi dan Umum. Biaya administrasi dan umum meliputi biaya
gaji, biaya depresiasi perlengkapan dan peralatan yang dipakai oleh bagian
administrasi dan umum, biaya telepon, dan biaya bahan habis pakai.
20

Biaya Pemasaran. Meliputi biaya gaji salesman, komisi penjualan, biaya iklan,
biaya angkut penjualan, biaya depresiasi perlengkapan dan peralatan yang dipakai di
Bagian Pemasaran, dan biaya bahan habis pakai.
Pendapatan Lain-lain dan Kerugian. Bagian ini meliputi pos yang diidentifikasi
dengan aktivitas perusahaan yang bukan utama, tetapi yang tidak tergolong pos-pos
luar biasa. Misalnya pendapatan sewa, pendapatan bunga dan pendapatan dividen
yang diperoleh perusahaan nonkeuangan, dan keuntungan dari penjualan aktiva tetap.
Biaya Lain-lain dan Kerugian. Bagian ini meliputi pos yang diidentifikasi
dengan aktivitas perusahaan yang bukan utama (pokok), tetapi yang tidak tergolong
pos-pos luar biasa. Misalnya biaya sewa, biaya bunga (bagi perusahaan
nonkeuangan), dan kerugian dari penjualan investasi surat berharga.
Operasi yang Diberhentikan. Pemberhentian segmen operasi adalah
memberhentikan salah satu segmen utama perusahaan atau anak perusahaan. Dalam
laporan laba/rugi, rugi atau laba dari segmen yang sudah diberhentikan dilaporkan
dalam pos ini setelah diperhitungkan pajak. Dalam pos ini dimasukkan juga kerugian
atau keuntungan dari pelepasan aktiva-aktiva segmen diberhentikan.

Hal yang tidak dapat dimasukkan dalam operasi yang diberhentikan meliputi:
a. Pemberian salah satu dari tiga pabrik yang memproduksi barang yang sama,
b. Mengeliminasi bagian dari suatu lini bisnis, dan
c. Memindahkan fungsi produksi atau fungsi pemasaran dari satu lokasi ke lokasi
lainnya.

Pos luar biasa. Pos luar biasa adalah kejadian atau transaksi yang (1) tidak sering
(tak berulang) dan (2) tidak biasa (atau tidak berkaitan dengan operasi normal). Dua
kriteria “tidak sering” dan “tidak biasa” harus terpenuhi agar sesuatu pos dapat
diklasifikasi sebagai pos luar biasa. Sebagai contoh adalah kerugian karena kebakaran
dan gempa bumi. Terjadinya kebakaran atau gempa bumi --yang mengakibatkan
kerugian-- adalah sesuatu yang tidak diharapkan (abnormal atau tidak biasa) dan tidak
sering. Sesuatu peristiwa yang tidak sering terjadi, tetapi secara normal dapat
diharapkan terjadi, tidak termasuk pos luar biasa. Sebagai contoh adalah kerugian
yang diderita dari penjualan aktiva tetap. Penjualan aktiva tetap memang terjadi
secara tidak rutin, tetapi kejadian itu berifat normal dalam dunia usaha. Jadi, kalau
salah satu dari dua syarat di atas tidak terpenuhi, maka suatu kejadian tidak boleh
dianggap sebagai pos luar biasa.
Ada dua buah contoh kejadian/transaksi yang tidak termasuk pos luar biasa, yaitu:
(1) kerugian atau keuntungan dari penjualan tanah yang semula untuk tujuan ekspansi
dan (2) penghapusan aktiva tetap karena mengalami keusangan teknologi. Contoh
tersebut tidak boleh diartikan bahwa yang tidak termasuk pos luar biasa hanya dua
kejadian itu. Akan tetapi masih banyak contoh lainnya seperti:

1. penghapusan piutang, sediaan, peralatan, dan aktiva tetap tidak berwujud,


2. keuntungan/kerugian dari pertukaran valuta asing, termasuk di dalamnya
akibat dari devaluasi dan ataupun revaluasi,
3. keuntungan/kerugian dari penjualan segmen bisnis,
4. keuntungan/kerugian dari penjualan peralatan yang digunakan dalam bisnis,
dan
21

5. penyesuaian asas himpun (accrual) pada kontrak jangka panjang.

Pengaruh Kumulatif Perubahan Prinsip Akuntansi


Standar akuntansi menghendaki penerapan prinsip akuntansi secara konsisten pada
setiap periode. Namun, perubahan prinsip akuntansi dapat dibenarkan jika
diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan informasi yang lebih
relevan dan andal. Kadang-kadang yang mengharuskan perubahan prinsip akuntansi
adalah lembaga penyusun prinsip, seperti Ikatan Akuntansi Indonesia (di Indonesia)
dan FASB (di Amerika). Apabila prinsip yang baru harus ditaati, maka manajemen
tidak punya pilihan kecuali menggunakannya dan meninggalkan prinsip yang telah
digunakan sebelumnya.
Pelaporan pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi tergantung pada pihak
yang menyebabkan perubahan prinsip. Apabila perubahan prinsip akuntansi
diharuskan oleh lembaga penyusun prinsip, maka cara melaporkan perubahan tersebut
diatur oleh lembaga itu, manajemen harus mengikutinya. Akan tetapi, apabila
perubahan prinsip akuntansi didasarkan pada keputusan manajemen, maka
implementasinya tergantung pada keputusan manajemen. Sebagai umpama,
manajemen menghendaki untuk mengubah metode depresiasi yang semula garis lurus
menjadi saldo menurun, khusus untuk aktiva tetapnya yang baru (akan) dibeli. Pada
kasus seperti ini, tidak ada jurnal apapun yang diperlukan pada periode perubahan
prinsip. Namun, apabila manajemen menghendaki penerapan perubahan prinsip
tersebut untuk seluruh aktiva tetapnya yang selama ini digunakan, maka diperlukan
jurnal di periode perubahan untuk menyesuaikannya. Laporan-laporan keuangan
untuk pos-pos pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi.

E. LAPORAN PERUBAHAN LABA DITAHAN

Laporan perubahan laba ditahan menyajikan laba ditahan awal periode ditambah laba
bersih periode berjalan dan rekening-rekening yang menambah atau dikurangi rugi
bersih periode berjalan dan rekening-rekening yang menguranginya. Laporan
perubahan modal disajikan oleh perusahaan yang berbentuk perseroan. Pada
perusahaan perseorangan, firma, dan persekutuan laporan yang identik dengan
laporan perubahan laba ditahan adalah laporan perubahan modal.

Terdapat dua bentuk penyesuaian untuk laba ditahan, yakni:


1. penyesuaian periode yang lalu (jika terjadi kesalahan dalam suatu periode dan
baru diketemukan di periode sekarang), dan
2. penyesuaian sebagai akibat dari perubahan prinsip akuntansi (apabila
pengaruh perubahan prinsip akuntansi dilaporkan secara retrospektif
22

Paparan 2-4: Laporan Perubahan Laba Ditahan

PT PERSADA
Laporan Perubahan Laba Ditahan
Periode 1/1 - 31/12 1995

Laba Ditahan, 1 Januari 1995 Rp 0.859.770


(+) Penyesuaian Periode Lalu:
Koreksi terhadap Sediaan yang Dicatat terlalu rendah Rp 0.045.000

Laba Ditahan setelah Disesuaikan Rp 0.904.770


(+) Laba Bersih Tahun Berjalan Rp 1.705.525
Rp 2.610.295
(-) Pembayaran Dividen Rp 0.300.000

Laba Ditahan, 31 Desember 1995 Rp 2.310.295

F. ELEMEN-ELEMEN LABA KOMPREHENSIF DAN PELAPORANNYA

Laba komprehensif adalah:


“perubahan dalam ekuitas suatu perusahaan tertentu selama satu periode dari
transaksi dan kejadian lainnya serta keadaan-keadaan lain dari sumber selain
pemilik. Laba komprehensif meliputi seluruh perubahan dalam ekuitas selama
satu periode, kecuali perubahan-perubahan yang berasal dari investasi oleh
pemilik dan distribusi kepada pemilik.”

Komponen laba komprehensif terdiri dari:


1. laba bersih menurut laporan rugi/laba tahun berjalan sebelum pos pengaruh
kumulatif perubahan prinsip akuntansi,
2. ditambah atau dikurangi perubahan nilai aktiva pada akhir tahun, seperti: (1)
koreksi nilai sediaan yang terlalu rendah, dan (2) koreksi depresiasi dan atau
apresiasi mata uang asing.

Paparan 2-5 adalah contoh laporan laba komprehensif


PT PERSADA
Laporan Laba Komprehensif
Periode 1/1 - 31/12 1995

Laba Bersih menurut Laporan rugi/laba 1995 Rp (1.705.525)


(+) Pengaruh Kumulatif Perubahan Prinsip Akuntansi (metode sediaan) Rp (0.255.000)

Laba Bersih sebelum pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi Rp (1.960.525)


Penyesuaian:
(+) Penyesuaian Periode Lalu (keroksi terhadap
23

Sediaan yang dicatat terlalu rendah) Rp (45.000)


(-) Penyesuaian Depresiasi/Apresiasi Mata
Uang Asing Rp (80.000) Rp (0.135.000)

Laba Komprehensif Rp (1.925.525)


KEGIATAN BELAJAR III
LAPORAN POSISI KEUANGAN

A. PENGANTAR

“Laporan Posisi Keuangan” sering disebut Neraca. Neraca melaporkan aktiva, utang,
dan modal pemilik pada tanggal tertentu. Aktiva merupakan sumber-sumber ekonomi
yang diharapkan memberi manfaat ekonomis di masa mendatang, seperti kas, sediaan,
asuransi dibayar di muka, perlengkapan, tanah, bangunan, dan hak paten. Utang
merupakan hak kreditor terhadap aktiva perusahaan, dan oleh karena itu merupakan
kewajiban bagi perusahaan untuk melunasinya pada tanggal tertentu di masa yang
akan datang. Adapun modal pemilik adalah hak pemilik atas aktiva perusahaan. Hak
pemilik sama dengan aktiva bersih perusahaan atau merupakanselisih antara aktiva
dan utang. Hak ini timbul dari investasi oleh pemilik, bertambah karena laba, dan
berkurang karena rugi dan distribusi ke pemilik. Berbesa dengan utang, hak pemilik
tidak harus dilunasi pada tanggal tertentu. Hak pemilik menunjukkan hak atas aktiva
setelah hak kreditor.
Berdasarkan klasifikasi aktiva dan utang yang akan dibahas kemudian di bab ini,
neraca berguna antara lain untuk menaksir likuiditas dan solvabilitas. Likuiditas
adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban utang lancar,
sedangkan solvabilitas adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua
utang pada saat jatuh tempo. Neraca juga menunjukkan komposisi aktiva, utang, dan
proporsi relatif sumber pendanaan (perbandingan antara utang, modal disetor, dan
laba ditahan).
Neraca, menurut akuntansi tradisional, adalah laporan historis yang menyajikan
hasil kumulatif dari semua transaksi masa lalu suatu perusahaan, yang diukur
berdasarkan nilai historis (historical cost).

B. KLASIFIKASI

Elemen-elemen neraca diklasifikasikan untuk memudahkan analisis dan interpretasi


data keuangan. Informasi yang memenuhi kebutuhan investor dan kreditor antara lain
adalah likuiditas dan solvabilitas. Klasifikasi elemen-elemen neraca yang digunakan
di buku ini adalah sebagaimana tertuang di paparan 3-1. pada paparan tersebut,
aktiva digolongkan menjadi aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap dan
aktiva lain-lain. Klasifikasi tersebut sangat bermanfaat untuk investor dan kreditor
antara lain untuk menilai likuiditas dan solvabilitas seperti telah dijelaskan
sebelumnya.
24

Paparan 3-1: Klasifikasi Elemen-elemen Neraca

AKTIVA
Aktiva Lancar:
Kas
Surat Berharga
Piutang Usaha
Sediaan
Sewa Masih Harus Diterima

Investasi Jangka Panjang:


Investasi pada Saham Biasa
Investasi pada Obligasi

Aktiva Tetap:
Tanah
Bangunan
Peralatan
Goodwill

Aktiva Lain-lain:
Mesin yang Belum Digunakan
Bangunan Masih dalam Proses

UTANG DAN MODAL PEMILIK


Utang Lancar:
Utang Wesel Usaha
Utang Usaha
Utang Pajak Penghasilan
Gaji Terutang
Utang Jaminan Purna Jual

Utang Jangka Panjang:


Utang Hipotek
Utang Obligasi

Modal Pemegang Saham:


Modal Saham Prioritas
Agio Saham Prioritas
Modal Saham Biasa
Agio Saham Biasa
Laba Ditahan

C. AKTIVA LANCAR

Aktiva lancar meliputi kas dan sumber-sumber ekonomi lainnya yang dapat dicairkan
menjadi kas, dijual, atau habis dipakai dalam rentang waktu satu tahun sejak tanggal
neraca atau selama satu siklus kegiatan normal perusahaan, mana yang lebih panjang.
25

Termasuk aktiva lancar, antara lain, adalah kas, surat berharga, piutang usaha,
sediaan, asuransi dibayar di muka.
Siklus operasi normal adalah waktu yang dibutuhkan bagi kas untuk diubah
menjadi sediaan, sediaan menjadi piutang, dan piutang pada akhirnya menjadi kas.
Apabila siklus operasi normal melebihi satu tahun, maka lancar atau tidaknya aktiva
mengikuti siklus operasi normal tersebut. Namun demikian, terdapat perkecualian
untuk hal tertentu --seperti pembatasan penggunaan. Kas yang dibatasi
penggunaannya, misalnya untuk melunasi utang jangka panjang atau untuk membeli
aktiva tetap, tidak diklasifikasi aktiva yang tidak berkaitan dengan siklus normal,
dasar yang dipakai untuk mengklasifikasi lancar atau tidaknya aktiva tersebut adalah
selalu periode satu tahun. Misalnya, piutang wesel yang berasal dari penjualan aktiva
tetap diklasifikasi sebagai aktiva lancar jika ia jatuh tempo tidak lebih dari satu tahun,
dan bukan sebagai aktiva lancar jika ia jatuh tempo 15 bulan meskipun siklus operasi
normal adalah, misalnya, 16 bulan.
Seperti yang digambarkan oleh Paparan 3-2, siklus operasi normal perusahaan
adalah waktu yang dibutuhkan oleh kas untuk berubah menjadi sediaan, sediaan
berubah menjadi piutang, dan selanjutnya piutang berubah menjadi kas. Tentu saja,
siklus operasi normal akan lebih pendek jika perusahaan menjual secara tunai
dibandingkan apabila perusahaan menjual dengan cara kredit. Siklus operasi normal
untuk usaha dagang relatif lebih pendek ketimbang siklus operasi normal untuk
perusahaan manufaktur.

Paparan 3-2: Siklus Operasi Normal

KAS SEDIAAN

PIUTANG
USAHA

Aktiva lancar dilaporkan di neraca sesuai urutan likuiditasnya, yaitu cepatnya


dikonversi menjadi kas. Kas dilaporkan lebih dahulu daripada surat berharga. Surat
berharga dilaporkan lebih dahulu dari pada piutang usaha. Adapun sediaan dilaporkan
setelah piutang usaha, karena likuiditasnya lebih lambat ketimbang piutang usaha.
Penilaian terhadap aktiva lancar berbeda-beda, bergantung pada jenisnya. Kas
dinilai sebesar nilai nominal. Surat berharga dinilai dengan nilai terendah antara harga
pokok historis dan harga pasar. Piutang usaha dinilai sebesar nilai realisasi bersih.
26

Sediaan dinilai dengan nilai terendah antara harga pokok historis dan harga pasar.
Yang dimaksud dengan harga pasar pada kalimat terakhir ini adalah harga pokok
pengganti sekarang (current replacement cost). Paparan 3-3 adalah ontoh penyajian
aktiva lancar di neraca.

Paparan 3-3: Penyajian Aktiva Lancar

Aktiva Lancar

Kas Rp 07.000
Surat Berharga (harga pokok historis) Rp 21.000
(-) Cadangan Penurunan Nilai Surat Barharga Rp 1.000 Rp 20.000
Piutang Wesel Rp 1.500
Piutang Usaha Rp 40.000
(-) Cadangan Piutang Tak Tertagih Rp 800
Nilai Realisasi Bersih Rp 32.900

Sediaan Barang Dagangan (harga pokok historis) Rp 16.000


(-) Cadangan Penurunan Nilai Sediaan Rp 1.200 Rp 14.800
Premi Asuransi Dibayar di Muka Rp 1.500

Jumlah Aktiva Lancar Rp 84.000

Dalam kelompok aktiva lancar di atas, terdapat rekening Cadangan Penurunan


Nilai Surat Berharga sebagai pengurangan rekening Surat Berharga; rekening
Cadangan Piutang Tak Tertagih sebagai pengurangan rekening Piutang Usaha; dan
rekening Cadangan Penurunan Nilai Sediaan sebagai pengurangan rekening Sediaan
Barang Dagangan. Rekening yang dilaporkan sebagai pengurangan rekening lainnya
disebut rekening kontra.

D. INVESTASI JANGKA PANJANG

Investasi jangka panjang adalah penyertaan di perusahaan lain dalam jangka waktu
labih dari satu tahun untuk memperoleh pendapatan tetap (berupa bunga dari
obligasi), pendapatan tidak tetap (berupa dividen dari saham), atau untuk menguasai
perusahaan lain. Seperti aktiva lancar, investasi jangka panjang juga merupakan
aktiva yang dapat direalisasi menjadi kas. Akan tetapi, pencairannya menjadi kas
diharapkan tidak dalam 1 tahun. Investasi jangka panjang umumnya berbentuk saham
(biasa atau prioritas) dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan lain.
Saham atau obligasi sendiri yang ditarik kembali dari peredaran tidak boleh
dimasukkan sebagai investasi jangka panjang, melainkan sebagai pengurang modal
saham atau utang oblgasi. Saham atau obligasi perusahaan lain diklasifikasi sebagai
aktiva lancar apabila tujuan penyertaannya adalah untuk memanfaatkan kas yang
sementara menganggur dan terdapat kehendak manajemen untuk mencairkannya
kembali apabila timbul kembali kebutuhan kas atau modal kerja.

E. AKTIVA TETAP
27

Aktiva tetap adalah sumber ekonomi, baik yang mempunyai wujud fisik ataupun
tidak, yang digunakan secara aktif dalam operasi normal perusahaan, dan tidak
dimasukkan untuk dijual kembali dalam rangka untuk memperoleh pendapatan.
Aktiva tetap dibedakan menjadi aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak
berwujud. Termasuk dalam aktiva tetap berwujud antara lain adalah tanah, bangunan,
kendaraan, dan peralatan. Kecuali tanah, aktiva tetap berwujud adalah subyek
penyusutan. Aktiva tetap berwujudkan dilaporkan di neraca dengan mengurutkan
sesuai kekekalannya. Tanah misalnya, dilaporkan lebih dahulu dari bangunan.
Bangunan dilaporkan lebih dulu dari peralatan. Aktiva tetap berwujud dinilai sebesar
nilai bukunya. Cara penyajiannya adalah harga pokok historis dikurangi penyusutan
kumulatifnya.
Aktiva tetap tidak berwujud adalah hak-hak istimewa atau kondisi dan posisi yang
menguntungkan perusahaan dalam memperoleh pendapatan. Aktiva tetap tidak
berwujud dapat diperoleh dengan membeli dari pihak luar atau dengan
mengembangkannya sendiri. Terdapat aktiva tetap tidak berwujud yang hanya
dimiliki apabila perusahaan membeli perusahaan lain dengan harga lebih tinggi
daripada harga pasar wajar dari aktiva neto perusahaan yang dibeli. Aktiva demikian
disebut goodwill. Harga pokok aktiva tetap tidak berwujud dialokasikan ke periode-
periode yang menerima menfaatnya. Alokasi aktiva tetap tidak berwujud ke periode-
periode yang menerima manfaat disebut amortisasi, seperti halnya penyusutan yang
diterapkan pada aktiva tetap berwjud. Aktiva tetap tidak berwujud dilaporkan di
neraca sebesar nilai bukunya, yaitu harga pokok historis dikurangi dengan amortisasi
kumulatifnya. Paparan 3-5 adalah contoh penyajian aktiva tetap.

Paparan 3-5: Penyajian Aktiva Tetap


Aktiva Tetap:
Tanah (harga pokok historis) Rp 14.000
Bangunan (harga pokok historis) Rp 24.000
(-) Penyusutan Bangunan Kumulatif Rp 12.000 Rp 12.000

Peralatan (harga pokok historis) Rp 36.000


(-) Penyusutan Peralatan Kumulatif Rp 06.000 Rp 30.000

Kendaraan (harga pokok historis) Rp 45.000


(-) Penyusutan Kendaraan Kumulatif Rp 28.000 Rp 17.000

Goodwill (nilai buku) Rp 03.000


Hak Paten (nilai buku) Rp 01.000

Jumlah Aktiva Tetap Rp 77.000

F. AKTIVA LAIN-LAIN

Aktiva lain-lain adalah aktiva-aktiva yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aktiva
lancar, investasi jangka panjang, dan aktiva tetap (berwujud dan tidak berwujud).
Misalnya, bangunan yang masih dalam proses konstruksi dan mesin pabrik yang
28

belum digunakan. Dua aktiva tetap ini tidak dapat dikelompokkan sebagai aktiva
lancar, karena tidak dikonversi menjadi kas, dijual atau habis dipakai dalam 1 tahun
(siklus operasi normal). Dua aktiva ini juga tidak dapat dikelompokkan sebagai
investasi jangka panjang, karena bukan penyertaan di perusahaan lain. Kedua aktiva
ini juga tidak dapat dikelompokkan sebagai aktiva tetap, karena belum dimanfaatkan
secara aktif dalam operasi normal perusahaan.
Aktiva lain-lain tidak disusut atau diamortisasi. Aktiva lain-lain dilaporkan
sebesar harga pokok. Paparan 3-6 adalah contoh penyajian aktiva lain-lain.

Paparan 3-6: Penyajian Aktiva Lain-lain


Bangunan masih dalam proses konstruksi Rp 23.000
Masin pabrik belum digunakan Rp 17.000

Jumlah Aktiva Lain-lain Rp 40.000

G. UTANG LANCAR

Utang Lancar adalah kewajiban yang diharapkan akan dilunasi dengan menggunakan
aktiva lancar, atau dengan menciptakan utang lancar yang baru, dalam waktu satu
tahun atau satu siklus operasi normal, mana yang lebih panjang. Pada umumnya,
utang yang akan diselesaikan dalam waktu satu tahun, dikelompokkan sebagai utang
lancar. Utang lancar meliputi, antara lain, utang usaha (dagang), utang wesel, utang
bank jangka pendek, utang pajak penghasilan, utang pajak penghasilan karyawan,
biaya yang dibayar di belakang, dan pendapatan yang diterima di muka. Utang lancar
juga meliputi utang jangka panjang yang jatuh tempo pada periode berjalan, dengan
syarat utang tersebut akan dilunasi dengan aktiva lancar atau menciptakan utang
lancar.
Urutan penyajian utang lancar secara logis adalah sesuai dengan kecepatan jatuh
temponya. Jadi, utang lancar yang jatuh emponya lebih cepat dilaporkan lebih dulu.
Namun, jumlah relatif utang dapat juga menjadi dasar untuk mengurutkan penyajian
utang lancar, dalam arti bahwa utang yang jumlahnya relatif besar dilaporkan lebih
dulu. Khusus untuk utang wesel dilaporkan paling atas mendahului utang usaha tanpa
memperhatikan jumlahnya. Barulah setelah itu, disajikan utang lancar dengan urutan
besarnya jumlah relatif.

Paparan 3-7: Penyajian Utang Lancar

Utang Lancar:
Utang Wesel Rp 21.000
Utang Usaha Rp 11.000
Utang Bank Rp 10.000
Utang Pajak Penghasilan Rp 08.000
Utang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo di Tahun Berjalan Rp 06.100
Gaji Masih Harus Dibayar Rp 05.000
Sewa Diterima di Muka Rp 02.000
Utang Garansi Purna Jual Rp 00.900
29

Jumlah Utang Lancar Rp 64.000

H. UTANG JANGKA PANJANG

Utang jangka panjang adalah kewajiban yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu
lebih dari satu tahun atau satu siklus operasi normal. Kebanyakan utang yang
diklasifikasi sebagai utang jangka panjang adalah utang wesel bank, utang obligasi,
utang hak guna-sewa (lease), dan utang hipotik. Pengungkapan tambahan biasanya
diperlukan untuk utang jangka panjang, karena kebanyakan utang jangka panjang
adalah subyek berbagai perjanjian dan pembatasan untuk melindungi para kreditor.
Utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam siklus operasi tahun berjalan
diklasifikasikan sebagai utang lancar apabila pelunasannya menggunakan aktiva yang
termasuk dalam klasifikasi aktiva lancar. Jika, apabila penyelesaian utang jangka
panjang yang jatuh tempo dalam siklus operasi tahun berjalan adalah dengan
menggunakan aktiva tetap atau menciptakan utang jangka panjang yang baru, maka
utang tersebut tetap atau menciptakan utang jangka panjang yang baru, maka utang
tersebut tetap diklasifikasi sebagai utang jangka panjang.

Paparan 3-8: Penyajian Utang Jangka Panjang


Utang Jangka Panjang:
Utang Wesel Bank Rp 03.000.000
Utang Hipotik Rp 03.750.000
Utang Hak Guna-Sewa Rp 04.100.000
Utang Obligasi Rp 10.000.000

Jumlah Utang Jangka Panjang Rp 20.850.000

I. MODAL PEMILIK

Modal pemilik adalah sisa hak pemilik atas aktiva neto perusahaan. Aktiva neto
adalah total aktiva dikurangi dengan total utang. Nama untuk menyebut modal
pemilik bervariasi sesuai dengan bentuk perusahannya. Pada dasarnya, perusahaan
dibedakan dalam tiga kategori.

Perusahaan Perseorangan
Dalam perusahaan perseorangan hanya terdapat satu klasifikasi modal pemilik, yakni
modal yang menunjuk pada nama pemiliknya. Misalnya, dalam perusahaan
perseorangan yang dimiliki oleh Tn. Gayus terdapat satu rekening modal pemilik
dengan nama Modal Tn. Gayus. Adapun pengambilan sementara atas aktiva
perusahaan oleh Tn. Gayus ditampung dalam rekening Prive Tn. Gayus.

Paparan 3-9: Penyajian modal pemilik perusahaan perseorangan


30

Modal Pemilik:
Modal Tn. Gayus Rp 30.000.000

Firma dan Persekutuan Komanditer


Pada perusahaan firma dan persekutuan komanditer terdapat beberapa rekening modal
pemilik, tergantung pada jumlah penanaman modal dari para sekutunya. Untuk setiap
sekutu disediakan satu rekening modal dengan menunjuk pada nama yang
bersangkutan. Sebagaimana pada perusahaan perseorangan, pengambilan harta atau
utang-piutang perusahaan masing-masing sekutu ditampung dalam rekening Prive
masing-masing sekutu. Khusus untuk persekutuan komanditer ini terdapat sekutu
pasif, yakni sekutu yang hanya andil menyetor modal saja, dan sekutu aktif yang
mengelola usaha persekutuan. Saldo rekening modal masing-masing sekutu tersebut
mengihktisarkan investasi dan perubahannya, serta bagian laba atau rugi setiap
sekutu. Oleh karena itu rekening modal mencerminkan modal sekutu per individu.

Paparan 3-10: Penyajian modal pemilik persekutuan komanditer


Modal Pemilik
Modal Tn. Edmon Rp 30.000.000
Modal Tn. Raja Erizman Rp 30.000.000
Modal Nn. Sundari Rp 30.000.000
Jumlah Modal Pemilik Rp 90.000.000

Perseroan Terbatas
Perseroan terbatas merupakan salah satu bentuk usaha yang berbadan hukum. Artinya,
secara yuridis perusahaan berdiri sendiri terlepas dari pemiliknya. Tandasnya,
perusahaan memiliki harta, utang dan modalnya sendiri yang terpisah dari harta, utang
dan modal pemiliknya. Modal pemilik perseroan terbatabs (PT) disebut modal
pemegang saham. PT menarik dana dari pemilik dengan mengeluarkan saham.
Dengan demikian, bagi pemegang saham, kepemilikan saham berarti ikut memiliki
perusahaan. Kepemilikannya proporsional dengan perbandingan relatif saham yang
dipegang terhadap jumlah keseluruhan modal yang beredar.
Penyajian modal pemegang saham di neraca mengacu pada modal disetor dan
modal yang berasal dari laba operasi perusahaan. Modal disetor terdiri dari modal
saham (yang dilaporkan sebesar nilai nominalnya) dan agio saham (yang merupakan
kelebihan jumlah yang disetor oleh pemegang saham di atas nilai nominalnya). Laba
ditahan menunjukkan laba kumulatif yang tidak dibagikan sebagai dividen.
Beberapa pengungkapan membantu kreditor dan investor untuk menaksir
kemampuan jangka panjang perusahaan untuk mendanai secara internal atas
operasinya. Jika modal disetor relatif besar terhadap total modal pemilik, hal ini
berarti perseroan telah dibelanjai dari sumber luar perusahaan, yaitu dari emisi saham.
Penjelasan lebih lanjut atas modal pemegang saham disajikan dalam sub bab “Modal
Perseroan Terbatas”.

Paparan 3-11: Penyajian modal pemegang saham perseroan terbatas


Modal Pemegang Saham:
31

Modal saham biasa Rp 030.000.000


Agio modal saham biasa Rp0 20.000.000
Laba ditahan Rp 100.000.000

Jumlah Modal Pemegang Saham Rp 150.000.000

J. MODAL PERSEROAN TERBATAS

Modal Perseroan Terbatas (PT) umumnya dilaporkan dalam bagian-bagian sebagai


berikut.

Modal Saham
Rekening modal saham digunakan untuk melaporkan jumlah nilai nominal saham
yang telah dikeluarkan, apabila bernilai nominal. Apabila saham diterbitkan dengan
nilai nominal, maka jumlah total nilai nominal saham yang telah terjual dilaporkan
dalam rekening “Modal Saham.” Kelebihan nilai jual di atas nilai nominal saham
ditampung dalam rekening “Agio Saham.” Sebaliknya, saham yang terjual dibawah
nilai nominal ditampung dalam rekening “disagio Saham,” sebagaimana akan
dijelaskan nanti. Jika saham tidak mempunyai nilai nominal atau nilai yang
ditetapkan, maka rekening modal saham digunakan untuk menampung seluruh harga
yang terjadi. Dengan kata lain, apabila sahamnya tidak bernilai nominal, maka tidak
terdapat agio/disagio.
Apabila perusahaan menerbitkan saham prioritas di samping saham biasa maka
saham prioritas dilaporkan secara terpisah dari modal saham biasa. Saham prioritas
adalah saham yang mempunyai hak preferensi dengan menerima lebih dahulu
pembagian laba setiap tahunnya dan pembagian aktiva perusahaan pada saat likuidasi.
Adapun saham biasa adalah saham yang mempunyai hak residu terhadap pembagian
laba setiap tahunnya dan pembagian aktiva perusahaan pada saat likuidasi.

Agio Saham
Agio saham adalah rekening yang digunakan untuk menampung kelebihan nilai jual
saham di atas nilai nominal. Agio saham juga menggambarkan transaksi-transaksi lain
dari penjualan saham. Misalnya, penjualan kembali saham treasury pada harga yang
lebih tinggi ketimbang harga perolehannya. Di neraca, rekening agio saham disajikan
sebagai penambah rekening modal saham. Rekening yang mempunyai sifat demikian
disebut rekening penambah (adjunct account).

Disagio Saham
Disagio saham adalah rekening yang digunakan untuk menampung kelebihan nilai
nominal di atas nilai jual saham. Disagio saham juga menggambarkan transaksi lain
dari penjualan saham. Misalnya, penjualan kembali saham treasury pada harga yang
lebih rendah ketimbang harga pokoknya. Di neraca, rekening disagio saham disajikan
sebagai pengurang rekening modal saham. Rekening yang mempunyai sifat demikian
disebut rekening pengurang (contra account) yang merupakan kebalikan dari
rekening penambah.

Laba Ditahan
32

Laba ditahan merupakan rekening yang digunakan untuk menampung laba yang tidak
dibagi dari tahun ke tahun secara kumulatif. Perlu diketengahkan disini bahwa laba
ditahan bukan merupakan jumlah kas yang tersedia untuk pembayaran dividen. Laba
ditahan tidak berasal dari setoran, melainkan dari laba operasi yang tidak dibagikan
kepada pemegang saham.

Paparan 3-12: Penyajian modal pemilik perseroan terbatas


Modal Pemegang Saham
Modal Saham Prioritas (diotoritasi 20.000
lembar; beredar 2.500 lembar; nominal per
lembar Rp 1.500) Rp 3.750.000
Modal Saham Biasa (diotorisasi 100.000
lembar, beredar 50.000 lambar; nominal per
lembar Rp 150) 7.500.000
Agio Saham Biasa 5.100.000
Jumlah Modal Disetor Rp 16.350.000
Laba Ditahan Rp 9.304.000
(-) Kerugiaan Penurunan Nilai Investasi Jangka
Panjang--Saham (yang bersifat temporer) 37.000 9.267.000
Jumlah Modal Pemegang Saham Rp 25.617.000

K. BENTUK NERACA
Neraca dapat disajikan dalam dua bentuk sebagai berikut.
1. Bentuk Rekening (skontro)
Dalam bentuk ini, aktiva disajikan pada sisi kiri, sedangkan utang dan modal
pemilik pada sisi kanan. Paparan 3-13 adalah contoh penyajian neraca dalam
bentuk skontro.
2. Bentuk Laporan (stafel)
Pada bentuk stafel, aktiva, utang dan modal pemilik disajikan vertikal. Aktiva
dilaporkan paling atas, modal pemilik dilaporkan paling bawah, dan utang di
tengah-tengah antara aktiva dan modal pemilik paparan 3-14 adalah contoh
penyajian neraca dalam bentuk stafel.
Paparan 3-13: Neraca bentuk skontro
AKTIVA UTANG DAN MODAL
Aktiva Lancar Utang Lancar:
Kas Rp 10 Utang Wesel Rp 140
Surat Berharga 200 Utang Usaha 100
Piutang Usaha 250 Utang Pajak Penghasilan 80
Sediaan 300 Gaji Terutang 20

Sewa Masih Harus Diterima 100 Utang Jaminan Purna Jual 10


Rp 860 Rp 350
Investasi Jangka Panjang: Utang Jangka Panjang:
Investasi pada Saham Biasa Rp 75 Utang Hipotik Rp 210
Investasi pada Obligasi 35 Utang Obligasi 180
Rp 110 Rp 390
Aktiva Tetap: Modal Pemegang Saham:
Tanah Rp 270 Modal Saham Prioritas Rp 10
Bangunan 300 Agio Saham Prioritas 20
Peralatan 130 Modal Saham Biasa 40
Goodwill 40 Agio Saham Biasa 50
Laba Ditahan 765
33

Rp 740 Rp885
Aktiva Lain-lain:
Mesin yang Belum Digunakan Rp 5
Bangunan Masih dalam Proses 10
Rp 15
Jumlah Aktiva Rp 1.725 Jumlah Utang dan Modal Rp 1.725

Paparan 3-14: Neraca bentuk stafel


AKTIVA
Aktiva Lancar:
Kas Rp 10
Surat Berharga 200
Piutang Usaha 250
Sediaan 300
Sewa masih harus diterima 100 Rp 860

Investasi Jangka Panjang:


Investasi pada Saham Biasa Rp 75
Investasi pada Obligasi 35 110

Aktiva Tetap:
Tanah Rp 270
Bangunan 300
Peralatan 130
Goodwill 40 740

Aktiva Lain-lain:
Mesin yang Belum Digunakan Rp 5
Bangunan Masih dalam Proses 10 15

Jumlah Aktiva Rp 1.725

UTANG DAN MODAL


Utang Lancar:
Utang Wesel Rp 140
Utang Usaha 100
Utang Pajak Penghasilan 80
Gaji Terutang 20
Utang Jaminan Purna Jual 10 350

Utang Jangka Panjang:


Utang Hipotik Rp 210
Utang Obligasi 180 390

Modal Pemegang Saham:


Modal Saham Prioritas Rp 10
Agio Saham Prioritas 20
Modal Saham Biasa 40
Agio Saham Biasa 50
Laba Ditahan 765 885
Jumlah Utang dan Modal Rp 1.725

L. PENGUNGKAPAN TAMBAHAN
34

Tidak semua informasi yang relevan bagi pemakai laporan keuangan dilaporkan di
tubuh neraca. Metode akuntansi yang digunakan, misalnya, tidak dilaporkan di
dalamnya. Padahal, informasi demikian juga sangat penting, di samping jumlah
rupiah dan nama rekening.
Terdapat tiga metode yang umum dipakai untuk mengungkapkan informasi
tambahan, yaitu:
1. penjelasan dalam tanda kurung di tubuh laporan keuangan,
2. catatan atas laporan keuangan, dan
3. tabel terpisah yang merupakan pelengkap laporan keuangan yang pokok.

Jika dapat disisipkan di tubuh neraca, maka informasi tambahan sebaiknya diletakkan
dalam tanda kurung. Memang, cara pengungkapan demikian dapat menarik perhatian
pemakai laporan keuangan. Tanda kurung dan informasi tambahan pada paparan 3-
15 merupakan penerapan ketentuan ini. Contoh yang lebih lanjut dapat dilihat pada
pos aktiva lancar di penjelasan terdahulu (lihat paparan 3-3), yang terdapat komentar
dalam kurung atas penilainnya.
Apabila terlalu kompleks, maka informasi tambahan lebih baik diungkapkan di
catatan atas laporan keuangan. Dalam beberapa hal, catatan yang dimasukkan daftar
atau tabel yang rinci sangat berguna bagi pamakai. Untuk masing-masing kasus, data
yang sama dapat diungkapkan dalam catatan.

Tipe-tipe informasi tambahan berikut ini umumnya diungkapkan dalam catatan


atas laporan keuangan, yaitu:
1. kebijakan akuntansi, seperti metode depresiasi aktiva tetap berwujud, metode
amortisasi aktiva tetap tidak berwujud, metode penentuan harga pokok
sediaan, dan sebagainya,
2. informasi tambahan, baik numeric maupun deskriptif, untuk mendukung
jumlah tertentu atas laporan keuangan, seperti rincian surat-surat berharga,
rincian simpanan giro bank milik perusahaan, dan sebagainya,
3. informasi tentang elemen-elemen yang tidak dilaporkan di tubuh laporan
keuangan yang pokok, karena tidak memenuhi kriteria pengakuan, namun
dipandang signifikan bagi pemakai laporan keuangan untuk pengambilan
keputusan, dan
4. informasi pelengkap yang disyaratkan oleh lembaga pasa modal, seperti
BAPEPAM (Indonesia) dan SEC (Amerika), serta lembaga penyusun standar
akuntansi, seperti IAI (Indonesia) dan FASB (Amerika).
Paparan 3-15: Penyajian informasi tambahan di neraca

dalam tanda kurung:


Sediaan (MPKP Perpetual) Rp 900

di catatan atas laporan keuangan:


Sediaan (catatan 8) Rp 900

Catatan 8: sediaan dinilai berdasar terendah antara harga perolehan atau harga pasar, harga perolehan
Rp 1.100
35

M. PERISTIWA KEMUDIAN

Meskipun disajikan untuk periode tertentu, laporan keuangan biasanya diterbitkan


beberapa minggu atau kadang-kadang beberapa bulan setelah berlalunya tanggal
neraca atau periode pelaporan. Peristiwa-peristiwa penting sudah barang tentu sangat
mungkin terjadi selama “periode kemudian.” Yang dimaksud dengan periode
kemudian adalah periode antara tanggal neraca sampai dengan tanggal diterbitkannya
laporan keuangan. Peristiwa yang terjadi selama periode kemudian disebut “peristiwa
kemudian (subserqeunt events).” Pada dasarnya peristiwa kemudian dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu:

1. peristiwa kemudian yang mempengaruhi jumlah rupiah yang dilaporkan di


laporan keuangan, dan
2. peristiwa kemudian yang tidak mempengaruhi jumlah rupiah yang dilaporkan
di laporan keuangan, namun seharusnya diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.

Tipe pertama dari peristiwa kemudian biasanya memberikan informasi tambahan


yang mempengaruhi jumlah-jumlah rupiah yang dimasukkan di laporan keuangan.
Jumlah-jumlah yang dilaporkan dalam beberapa rekening berikut mencerminkan
taksiran nilai yang diharapkan, seperti cadangan kerugian piutang, utang garansi,
utang pajak penghasilan dan sebagainya. Taksiran-taksiran ini semula didasarkan
pada informasi yang tersedia pada tanggal dibuatnya taksiran. Apabila peristiwa
kemudian menunjukkan bahwa keadaan yang diasumsikan pada waktu membuat
taksiran telah berubah, maka haruslah dilakukan perubahan jumlah rupiah yang akan
dilaporkan di laporan keuangan.
Tipe kedua dari peristiwa kemudian tidak menunjukkan perbedaan dalam
keadaan per tanggal neraca, tetapi merupakan suatu peristiwa yang dipandang sangat
signifikan, sehingga pengungkapan peristiwa tersebut sangat relevan bagi pemakai
laporan keuangan. Peristiwa kemudian demikian ini biasanya hanya akan
mempengaruhi laporan keuangan periode/tahun berikutnya. Oleh karena itu, peristiwa
kemudian tipe kedua ini mempengaruhi keputusan yang sedang dibuat oleh para
pemakai laporan keuangan.
Kebakaran yang menghabiskan sediaan perusahaan, akuisisi perusahaan lain,
penjualan (pengeluaran) saham dan obligasi dalam jumlah yang signifikan, dan
kerugian piutang yang penyebabnya setelah tanggal neraca adalah contoh peristiwa
kemudian yang termasuk dalam tipe kedua.

N. KETERBATASAN NERACA

Tanpa mengabaikan keunggulan-keunggulan yang dimilikinya, neraca memiliki


keterbatasan-keterbatasan.
Pertama, neraca tidak mencerminkan nilai pasar aktiva dan utang perusahaan, karena
neraca disusun dengan menggunakan prinsip harga pokok hitoris.
Kedua, neraca tidak menggambarkan daya beli yang sama, karena neraca disusun
dengan menganggap bahwa nilai uang adalah stabil.
36

Ketiga, neraca tidak dapat dibanding-bandingkan dari period ke periode untuk


perusahaan yang sama atau perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain dalam
periode yang sama. Hal-hal yang menyebabkan kesulitan dalam membandingkan dan
menganalisis nilai potensial neraca, yaitu:

1. judul dan klasifikasi rekening berbeda-beda antara perusahaan yang satu


dengan perusahaan lainnya,
2. beberapa perusahaan menyediakan klasifikasi yang lebih rinci daripada
perusahaan lain, dan
3. beberapa perusahaan yang mempunyai transaksi yang serupa melaporkannya
dengan cara yang berbeda.

Keempat, neraca dipandang tidak lengkap dalam hal yang lain, misalnya dalam
pengukuran aktiva sumber daya manusia (SDM). SDM tersebut tidak dicantumkan di
neraca hanya karena jasa potensial di masa yang akan datang tidak dapat diukur
dalam satuan moneter, meskipun SDM sebenarnya memenuhi definisi aktiva.
Kewajiban potensial atas pencemaran udara sebagai akibat eksternalitas usaha
perusahaan juga tidak dicantumkan di neraca. Jadi, tidak seluruh aktiva dan kewajiban
perusahaan tercermin di neraca.
37

KEGIATAN BELAJAR IV
LAPORAN ALIRAN KAS

A. PENGANTAR
Informasi tentang sumber dan penggunaan dana adalah salah satu di antara tujuan
utama pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang digunakan untuk memenuhi
tujuan tersebut adalah laporan aliran kas, yang oleh FASB diatur dalam SFAS No. 95
dan IAI dalam PSAK No. 2. Laporan aliran kas, baik di AS maupun di Indonesia,
merupakan laporan yang relatif beru lahir atau baru diatur. Embrio yang akhirnya
menjadi laporan aliran kas adalah laporan perubahan posisi keuangan, yang terkenal
dengan nama laporan dana.
Disebutkan dalam SFAS No. 95 bahwa tujuan utama laporan aliran kas adalah
untuk menyajikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pembayaran kas
sebuah perusahaan selama satu periode. Adapun memorandum diskusi FASB
menyatakan bahwa informasi aliran kas merupakan suatu pengungkapan pelengkap
yang bermanfaat, sebab informasi tersebut:
1. menyajikan umpan-balik pada aliran kas sesungguhnya,
2. membantu menentukan hubungan antara laba akuntansi dan aliran kas,
3. menyajikan informasi tentang kualitas laba,
4. meningkatkan komparabilitas informasi di laporan keuangan,
5. membantu dalam menaksir fleksibilitas dan likuiditas, serta
6. membantu dalam memprediksi aliran kas di masa mendatang.

Butir-butir 1 s/d 6 berkaitan dengan keterbatasan akuntansi yang berdasarkan pada


hak dan kewajiban (akrual). Laporan aliran kas melengkapi laporan rugi/laba dan
laporan posisi keuangan (neraca). Dilengkapinya laporan rugi/laba dan neraca dengan
laporan aliran kas berarti bahwa dua laporan tersebut tidak informatif tanpa laporan
aliran kas.

B. KLASIFIKASI ALIRAN KAS


Laporan aliran kas adalah laporan yang menyajikan informasi tentang perubahan kas
selama satu periode. Termasuk dalam pengertian kas adalah uang tunai yang benar-
benar ditangan dan yang disimpan di giro bank, ditambah setara kas. Yang dimaksud
dengan setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid, yang segera
dapat dikonversikan menjadi sejumlah kas tertentu, dan jatuh temponya begitu singkat
sehingga risiko perubahan nilainya tidak signifikan kalau terjadi perubahan tingkat
bunga.
Umumnya, investasi yang mempunyai jatuh tempo mula-mula sekitar tiga bulan
ke bawah dapat dimasukkan sebagai setara kas. Yang dimaksud dengan jatuh tempo
mula-mula adalah jatuh tempo mula-mula bagi entitas yang memiliki investasi itu.
38

Surat berharga jatuh tempo tiga bulan yang dibeli tiga bulan yang lalu termasuk
sebagai setara kas. Akan tetapi, surat berharga yang dibeli tiga tahun lalu yang akan
jatuh tempo tiga bulan setelah tanggal neraca bukanlah setara kas. Investasi pada
saham biasa juga tidak termasuk setara kas karena tidak ada tanggal jatuh tempo dan
nilainya mudah berubah.
Aliran kas dikelompokkan menjadi tiga golongan, yakni aktivitas operasi
(operating), aktivitas investasi (investing) dan aktivitas pembelanjaan (financing).
Aktivitas investasi meliputi pemberian dan penagihan pinjaman, pembelian dan
penjualan surat tanda utang dan saham perusahaan lain, tanah, gedung pabrik, mesin
produksi, dan aktiva produktif lainnya, yakni aktiva yang digunakan untuk
memproduksi barang atau jasa.
Aktivitas pembelanjaan (pendanaan) meliputi pemerolehan sumber ekonomi
dari pemilik (pemegang saham), pemberian dividen atau distribusi lainnya kepada
pemilik, dan penarikan kembali saham yang telah beredar; meminjam uang (misalnya
mengeluarkan surat utang obligasi perusahaan) dan membayar kembali jumlah yang
dipinjam (misalnya menarik kembali obligasi yang telah beredar); dan memperolah
dan membayar sumber-sumber lainnya yang diperolah dari kreditor pada kredit
jangka panjang.
Aktivitas operasi meliputi seluruh transaksi dan peristiwa lain yang tidak
termasuk dalam aktivitas investasi dan pembelanjaan. Aktivitas operasi umumnya
meliputi pemproduksian dan penyerahan barang atau jasa. Aliran kas dari aktivitas
operasi umumnya adalah dampak kas dari transaksi-transaksi dan peristiwa lain yang
diperhitungkan dalam penentuan laba bersih.
Perhatikanlah bahwa aktivitas investasi dan pembelanjaan yang dilaporkan di
tubuh laporan aliran kas adalah aktivitas yang melibatkan kas. Aktivitas investasi dan
pembelanjaan yang tidak mempengaruhi kas, seperti pembelian aktiva tetap dengan
mengeluarkan saham atau obligasi tidak dilaporkan di tubuh laporan aliran kas. Akan
tetapi, karena informasi tersebut relevan dengan pengambilan keputusan, maka ia
harus diungkapkan di catatan atas laporan keuangan atau di skedul yang menyertai
laporan keuangan.

C. PELAPORAN
Di tubuh laporan aliran kas, disajikan saldo kas dan setara kas awal periode; kas dan
setara kas yang diperolah dari dan digunakan untuk aktivitas operasi, aktivitas
investasi dan aktivitas pembelanjaan selama satu periode; dan saldo kas dan setara kas
akhir periode. Paparan 4.1. adalah format umum Laporan Aliran Kas.
Aktivitas operasi merupakan bagian yan paling kompleks. Sebagai mana telah
kita ketahui, laporan rugi/laba dan neraca mendasarkan pada asas himpun, sedangkan
laporan aliran kas menggunakan asas kas. Oleh karena akuntansi menggunakan asas
himpun, padahal laporan aliran kas menggunakan asas kas, maka penyususnan
laporan aliran kas relatif lebih sulit ketimbang penyusunan laporan rugi/laba dan
neraca. Penyusunan laporan aliran kas membutuhkan pengubahan asas himpun
menjadi asas kas.

Paparan 4.1: Format Umum Laporan Aliran Kas


Kas dan setara kas dari:
Aktivitas Operasi xxx
Aktivitas Investasi xxx
39

Aktivitas Pembelanjaan xxx


Kenaikan (penurunan) Kas dan Setara Kas xxx
Kas dan setara kas awal periode xxx
Kas dan setara kas akhir periode xxx

Terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk menyajikan aliran kas dari
aktivitas operasi, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode tidak
langsung lebih disukai oleh perusahaan-perusahaan, sebab penyusunannya relatif
lebih mudah. Di samping itu, perusahaan yang memilih metode langsung terpaksa
bekerja dua kali, sebab apabila menggunakan metode langsung, perusahaan masih
diwajibkan menentukan dan melaporkan jumlah yang untuk aliran kas neto dari
aktivitas operasi secara tidak langsung. Jadi, akhirnya perusahaan harus menyajikan
metode langsung dan tidak langsung. Yang demikian tidak terjadi apabila perusahaan
memilih metode tidak langsung. Perusahaan yang memilih metode langsung tidak
perlu merekonsiliasi ke metode langsung. Perhatikanlah contoh laporan aliran kas
yang disusun dengan metode langsung di paparan 4.2 dan contoh laporan aliran kas
dengan metode tidak langsung di paparan 4.3.

Paparan 4.2: Contoh laporan aliran kas metode langsung

Perusahaan Monetari
Laporan Aliran Kas
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 19x1
Aliran Kas dari Aktivitas Operasi:
Diterima dari pelanggan 1.400.000
Untuk membayar pemasok atas pembelian sediaan (800.000)
Untuk membayar gaji pegawai dan manajer (400.000)
Dari dividen tunai 3.000
Dari bunga investasi obligasi 8.000
Untuk membayar bunga utang obligasi (35.000)
Untuk membayar PPh (45.000)
Dari perusahaan asuransi sebagai ganti rugi 2.000
Untuk membayar tuntutan pelanggaran hak paten (5.000)
Kas bersih disediakan oleh aktivitas operasi 128.000

Aliran Kas dari Aktivitas Investasi:


Dari penjualan peralatan kantor 90.000
Dari pendiskontoan wesel dari penjualan peralatan 220.000
Untuk membeli tanah (1.600.000)
Untuk membangun kantor direksi (1.250.000)
Kas bersih digunakan untuk aktivitas investasi (2.540.000)

Aliran Kas dari Aktivitas Pembelanjaan:


Dari pinjaman bank jangka panjang 1.500.000
Untuk membayar pokok pinjaman jangka panjang (160.000)
Dari pengeluaran surat utang obligasi 600.000
Dari emisi saham biasa 800.000
Untuk membayar dividen tunai (340.000)
Kas bersih dari aktivitas pembelanjaan 2.400.000
40

Penurunan bersih dalam kas dan setara kas (12.000)


Kas dan setara kas pada awal tahun 100.000
Kas dan setara kas pada akhir tahun 88.000

Rekonsiliasi laba bersih ke kas bersih yang diterima dari aktivitas operasi:
Laba bersih 1.060.000
Penyesuaian untuk merekonsiliasi laba bersih ke kas
bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi
Depresiasi dan amortisasi 505.000
Kerugian piutang 300.000
Keuntungan penjualan peralatan bagian pemasaran (150.000)
Kerugian penjualan peralatan kantor 25.000
Kenaikan piutang usaha (330.000)
Penurunan sediaan 25.000
Kenaikan biaya dibayar di muka (450.000)
Penurunan utang usaha dan utang biaya operasi (1.000.000)
Kenaikan utang bunga dan utang PPh 60.000
Kenaikan utang operasi lainnya 83.000
Total penyesuaian (932.000)
Kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi 128.000

Paparan 4.3: Contoh laporan aliran kas metode tidek langsung


Perusahaan Monetari
Laporan Aliran Kas
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 19x1
Aliran Kas dari Aktivitas Operasi:
Laba bersih 1.060.000
Penyesuaian untuk merekonsialiasi laba bersih ke kas
bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi
Depresiasi dan amortisasi 505.000
Kerugian piutang 300.000
Keuntungan penjualan peralatan bagian pemasaran (150.000)
Kerugian penjualan peralatan kantor 25.000
Kenaikan piutang usaha (330.000)
Penurunan sediaan 25.000
Kenaikan biaya dibayar di muka (450.000)
Penurunan utang usaha dan utang biaya operasi (1.000.000)
Kenaikan utang bunga dan utang PPh 60.000
Kenaikan utang operasi lainnya 83.000
Total penyesuaian (932.000)
Kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi 128.000
Aliran Kas dari Aktivitas Investasi:
Dari penjualan peralatan kantor 90.000
Dari pendiskontoan wesel dari penjualan peralatan 220.000
Untuk membeli tanah (1.600.000)
Untuk membangun kantor direksi (1.250.000)
Kas bersih digunakan untuk aktivitas investasi (2.540.000)
Aliran Kas dari Aktivitas Pembelanjaan:
Dari pinjaman bank jangka panjang 1.500.000
Untuk membayar pokok pinjaman jangka panjang (160.000)
41

Dari pengeluaran surat utang obligasi 600.000


Dari emisi saham biasa 800.000
Untuk membayar dividen tunai (340.000)
Kas bersih dari aktivitas pembelanjaan 2.400.000
Penurunan bersih dalam kas dan setara kas (12.000)
Kas dan setara kas pada awal tahun 100.000
Kas dan setara kas pada akhir tahun 88.000

D. PROSES PENYUSUNAN

Sebagaimana telah disebutkan di muka, penyusunan laporan aliran kas adalah relatif
lebih sulit. Alasannya bahwa jurnal dan rekening-rekening buku besar yang dihasilkan
dari proses akuntansi mendasarkan pada asas himpun, padahal laporan aliran kas
menggunakan asas kas. Sub-bab ini menjelaskan dengan singkat proses penyusunan
laporan aliran kas dengan memanfaatkan neraca komparatif dan laporan rugi/laba
serta data yang dikompilasi dari catatan akuntansi. Penjelasan di sub-bab ini
didasarkan pada neraca komparatif dan perubahan pos-posnya di Paparan 4.4,
laporan rugi laba di Paparan 4.5, dan informasi lain yang menyertainya.

Paparan 4.4: Neraca komparatif dan perubahan po-posnya


PT. Swarna Graha
Neraca Komparatif
per 31 Desember 1994 dan 1995
31 Des. 1994 31 Des. 1995 Kenaikan Penurunan
Aktiva
Kas dan setara kas Rp 300.000 Rp 500.000 Rp 200.000
Inv. Sementara--Saham 200.000 175.000 Rp 25.000
Piutang Usaha 800.000 1.800.000 1.000.000
Sediaan 1.700.000 1.500.000 200.000
Investasi Jangka Panjang 600.000 630.000 30.000
Peralatan (harga pokok) 2.000.000 5.200.000 3.200.000
Depresiasi Kumulatif (500.000) (1.000.000) (500.000)
Jumlah Aktiva 5.100.000 8.805.000

Utang dan Modal


Utang Usaha Rp 900.000 Rp 400.000 500.000
Utang Gaji 170.000 100.000 70.000
Utang PPh 0 40.000 40.000
Utang Jangka Panjang 2.500.000 4.000.000 1.500.000
Modal Saham 1.330.000 3.155.000 1.825.000
Laba Ditahan 200.000 1.110.000 910.000
Total Utang dan Modal 5.100.000 8.805.000
42

Paparan 4.5: Laporan Rugi/laba

PT. Swarna Graha


Laporan Rugi-Laba
Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 1995
Penjualan Rp 7.500.000
Harga Pokok Penjualan
Sediaan Awal Rp 1.700.000
(+) Pembelian Bersih 3.000.000
Tersedia untuk Dijual 4.700.000
(-) Sediaan Akhir 1.500.000 3.200.000
Laba Bruto 4.300.000
Biaya Gaji dan Upah 600.000
Depresiasi 780.000
Biaya Operasi Lainnya 900.000 2.280.000
Laba Operasi 2.020.000
Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap 50.000
Pendapatan Dividen 40.000
Biaya Bunga (300.000) (210.000)
Laba Sebelum Pajak Penghasilan 1.810.000
Pajak Penghasilan 181.000
Laba Bersih 1.629.000

Informasi Tambahan:
1. selama tahun 1995 dijual salah satu peralatan. Harga perolahan aktiva tetap
tersebut adalah Rp 300.000 dengan depresiasi kumulatif Rp 280.000.
2. selama tahun 1995 tidak terjadi pembelian investasi sementara dan penjualan
investasi jangka panjang.

Analisis terhadap Neraca Kumulatif dan Laporan Rugi/Laba serta informasi


tambahan untuk menentukan aliran kas dari operasi, investasi, dan pembelanjaan
adalah sebagai berikut.

E. AKTIVITAS OPERASI--METODE LANGSUNG

Rekening-rekening yang terkait dengan aktivitas operasi adalah:


No. Deskripsi Rekening Terkait
1 Kas dari pelanggan Piutang usaha dan penjualan
2 Kas untuk membayar sediaan dari Utang usaha dan pembelian
pemasok
3 Kas untuk membayar pegawai Utang gaji dan biaya gaji
4 Kas untuk membayar PPh Utang PPh dan PPh
5 Kas dari dividen tunai Piutang dividen dan pendapatan dividen
43

6 Kas untuk membayar bunga Utang bunga dan pendapatan bunga


7 Kas dari pendapatan bunga Piutang bunga dan pendapatan bunga

Analisis aliran kas masuk dan kas keluarnya adalah sebagai berikut:

Kas yang diterima dari pelanggan


Kas yang diterima dari pelanggan dihitung sebagai berikut:

Penjualan..................................... Rp 7.500.000
(-) Kenaikan Piutang................... 1.000.000
Jumlah......................................... Rp 6.500.000

Kenaikan piutang usaha menunjukkan kenaikan aktiva lancar selain kas. Hal ini
menunjukkan bahwa penerimaan kas dari pelanggan adalah lebih kecil ketimbang
panjualan yang dilaporkan di laporan rugi-laba sebesar kenaikan tersebut. Jadi, untuk
menghitung aliran kas dari operasi, kenaikan tersebut dikurangkan dari laba bersih.
Untuk memahami sepenuhnya mengapa jumlah ini dikurangkan dari laba bersih,
pelajarilah penerimaan kas pada kasus yang sedang kita bicarakan.
Pada akhir tahun 1994, PT. Swarna Graha melaporkan piutang usaha Rp 0,8 juta.
Saldo ini menunjukkan penjualan selama tahun 1994 yang belum diterima kasnya
sampai akhir tahun 1994. selama tahun 1995, penjualan yang terjadi adalah Rp 7,5
juta. Oleh karena itu, jumlah kas yang potensial diterima dari pelanggan di tahun 1995
adalah Rp 8,3 juta (Rp 0,8 juta + Rp 7,5 juta). Tetapi perhatikanlah bahwa saldo
piutang usaha akhir tahun 1995 dari pelanggan hanyalah Rp 6,5 juta (Rp 8,3 juta - Rp
1,8 juta). Dengan kata lain, selisih antara penjualan yang dilaporkan di laporan
laba/rugi dengan yang diterima tunai adalah Rp 1 juta, dan selisih ini tidak lain
merupakan kenaikan piutang usaha. Jadi, perubahan dalam piutang usaha dapat
digunakan untuk menyesuaikan pendapatan (penjualan) di laporan laba rugi yang
menggunakan asas akrual. Kenaikan piutang usaha mengurangi penjualan dan
penurunan piutang usaha menambah penjualan.

Kas yang dibayarkan kepada pemasok


Kas yang dibayarkan kepada pemasok dihitung sebagai berikut:

Pembelian Bersih......................... Rp 3.000.000


(+) Penurunan Utang Usaha........ 500.000
Jumlah......................................... Rp 3.500.000

Pada akhir tahun 1994, PT. Swarna Graha melaporkan utang usaha Rp 0,9 juta. Saldo
inin menunjukkan pembeliaan sediaan selama tahun 1994 yang belum dibayarkan
kasnya kepada pemasok sampai akhir tahun 1994. Selama tahu 1995, pembelian yang
terjadi adalah Rp 3 juta. Oleh karena itu, jumlah kas yang potensial dibayarkan
kepada pemasok di tahun 1995 adalah Rp 3,9 juta (Rp 0,9 juta + Rp 3 juta). Tetapi
perhatikanlah bahwa saldo utang usaha akhir tahun 1995 menunjukkan jumlah Rp 0,4
juta. Hal ini berarti bahwa jumlah kas yang dibayarkan di tahun 1995 kepada pemasok
hanyalah Rp 3,5 juta (Rp 3,9 juta - Rp 0,4 juta). Dengan kata lain, selisih antara
44

pembelian yang dilaporkan di laporan rugi-laba dengan yang dibayar tunai adalah Rp
0,5 juta, dan selisih ini tidak lain merupakan penurunan utang usaha. Jadi, perubahan
dalam utang usaha dapat digunakan untuk menyesuaikan pembelian di laporan rugi-
laba yang menggunakan asas akrual. Penurunan utang usaha menambah pembelian
dan kenaikan utang usaha mengurangi pembalian.

Kas yang dibayarkan kepada karyawan


Kas yang dibayarkan kepada karyawan dihitung sebagai berikut:

Biaya Gaji dan Upah................... Rp 600.000


(+) Penurunan Utang Gaji........... 70.000
Jumlah......................................... Rp 670.000

Pada akhir tahun 1994, PT. Swarna Graha melaporkan utang Rp 0,17 juta. Saldo ini
menunjukkan biaya gaji selama tahun 1994 yang belum dibayarkan kasnya kepada
para pegawai/karyawan sampai akhir tahun 1994. selama tahun 1995, biaya gaji yang
terjadi adalah Rp 0,6 juta. Oleh karena itu, jumlah kas yang potensial dibayarkan
kepada karyawan di tahun 1995 adalah Rp 0,77 juta (Rp 0,6 juta + Rp 0,17 juta).
Tetapi perhatikanlah bahwa saldo utang gaji akhir tahun 1995 menunjukkan jumlah
Rp 0,1 juta. Hal ini berarti bahwa jumlah kas yang dibayarkan di tahun 1995 kepada
karyawan adalah Rp 0,67 juta (Rp 0,77 juta - Rp 0,1 juta). Dengan kata lain, selisih
antara biaya gaji yang dilaporkan di laporan rugi-laba dengan yang dibayar tunai
adalah Rp 0,07 juta, dan selisih ini tidak lain merupakan penurunan utang gaji. Jadi,
perubahan dalam utang gaji dapat digunakan untuk menyesuaikan biaya gaji di
laporan rugi-laba yang menggunakan asas akrual. Penurunan utang gaji menambah
biaya gaji dan kenaikan utang gaji mengurangi biaya gaji.

Kas yang dibayarkan untuk biaya operasi lainnya


Kas yang dibayarkan untuk biaya operasi lainnya dihitung sebagai berikut:
Biaya Operasi Lainnya.......................................................... Rp 900.000
(+/-) Kenaikan/Penurunan Utang Biaya Operasi Lainnya.... 0
Jumlah................................................................................... Rp 900.000

Oleh karena tidak ada kenaikan/penurunan utang biaya operasi lainnya, maka jumlah
biaya operasi lainnya di laporan rugi/laba sama dengan jumlah kas yang dibayarkan
pada tahun sekarang. Seandainya ada kenaikan utang biaya, maka kenaikan itu
diperlakukan sebagai pengurang dan seandainya ada penurunan utang biaya, maka
penurunan itu diperlakukan sebagai penambah. Logikanya lihat penjelasan
sebelumnya.

Kas yang diterima dari dividen


Kas yang diterima dari dividen dihitung sebagai berikut:
Pendapatan Dividen............................................................... Rp 40.000
(+/-) Kenaikan/Penurunan Piutang Dividen.......................... 0
Jumlah................................................................................... Rp 40.000
45

Oleh karena tidak ada kenaikan/penurunan piutang dividen, maka jumlah pendapatan
dividen di laporan rugi/laba sama dengan jumlah kas yang diterima pada tahun
sekarang. Seandainya ada kenaikan piutang dividen, maka kenaikan itu diperlakukan
sebagai pengurang dan seandainya ada penurunan piutang, maka penurunan itu
diperlakukan sebagai penambah. Logikanya sama dengan logika pada perhitungan
jumlah kas yang diterima dari pelanggan.

Kas yang dibayar untuk biaya bunga


Kas yang dibayar untuk biaya bunga dihitung sebagai berikut:

Biaya Bunga.......................................................................... Rp 300.000


(+/-) Kenaikan/Penurunan Utang Biaya Bunga.................... 0
Jumlah................................................................................... Rp 300.000

Oleh karena tidak ada kenaikan/penurunan utang bunga, maka jumlah biaya bunga di
laporan rugi/laba sama dengan jumlah kas yang dibayarkan pada tahun sekarang.
Seandainya ada kenaikan utang biaya bunga, maka kenaikan itu diperlakukan sebagai
pengurang dan seandainya ada penurunan utang biaya bunga, maka penurunan itu
diperlakukan sebagai penambah. Logikanya sama dengan logika untuk menghitung
biaya gaji yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kas yang dibayarkan untuk PPh


Kas yang dibayarkan untuk PPh dihitung sebagai berikut:

PPh........................................................................................ Rp 181.000
(-) Kenaikan Utang PPh........................................................ 40.000
Jumlah................................................................................... Rp 141.000

Bacalah kembali logika untuk menghitung biaya gaji tunai yang dijelaskan
sebelumnya.

F. AKTIVITAS OPERASI--METODE TIDAK LANGSUNG

Sebagaimana terlihat di paparan 4.3, metode tidak langsung melaporkan aliran kas
dengan melakukan penyesuaian terhadap laba bersih yang dilaporkan di laporan rugi-
laba. Rekening-rekening yang digunakan untuk menyesuaikan adalah rekening-
rekening biaya tidak tunai (seperti depresiasi, amortisasi dan kerugian piutang),
keuntungan dan kerugian, kenaikan atau penurunan aktiva operasi lancar selain kas
dan setara kas, dan kenaikan serta penurunan utang operasi lancar selain kas. Pada
sub-bab ini dijelaskan logika dari masing-masing penyesuaian tersebut.

Depresiasi
Depresiasi aktiva tetap adalah biaya yang tidak memerlukan pengeluaran kas yang
dilaporkan di laporan rugi-laba. Sebutlah depresiasi adalah biaya tidak tunai. Untuk
memperoleh laba tunai, maka laba bersih yang menggunkan dasar akrual ditambah
dengan biaya depresiasi, yang dalam contoh PT Swarna Graha sebesar Rp 780.000.
Jika di contoh ini terdapat amortisasi aktiva tidak berwujud, maka perlakuannya sama
46

dengan perlakuan untuk depresiasi. Kenyataan bahwa perhitungan tunai adalah laba
bersih menurut laporan rugi-laba ditambah depresiasi dan amortisasi tidak boleh
diartikan bahwa depresiasi dan amortisasi adalah sumber kas. Perhatikanlah bahwa
penambahan tersebut tidak lain merupakan cara untuk mencari laba tunai dengan
mendasarkan pada laba bersih di laporan rugi-laba yang menggunakan dasar akrual.

Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap


Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap ditambah nilai buku aktiva tetap yang dijual
sama dengan jumlah kas yang diterima dari penjualan aktiva tetap. Di laporan aliran
kas, pos tersebut akan dilaporkan sebagai investasi, bukan aktivitas operasi. Oleh
karena pos keuntungan penjualan aktiva tetap telah diperhitungkan sebagai penambah
laba bersih, maka pos tersebut harus dieliminasi dengan cara mengurangkan pos
tersebut dari laba bersih. Di contoh PT Swarna Graha, besarnya keuntungan penjualan
aktiva tetap adalah Rp 50.000. Apabila dalam contoh ini terdapat kerugian penjualan
aktiva tetap, maka laba tunai dari aktivitas operasi adalah laba bersih ditambah
kerugian tersebut.

Perubahan Aktiva Operasi Lancar dan Utang Operasi Lancar


Semua kenaikan aktiva operasi lancar selain kas dan setara kas diperlakukan sebagai
pengurang laba bersih, dan semua penurunan aktiva operasi lancar selain kas dan
setara kas diperlakukan sebagai penambah laba bersih. Sebaliknya, kenaikan utang
operasi lancar diperlakukan sebagai penambah laba bersih, dan semua penurunan
utang operasi lancar diperlakukan sebagai pengurang laba bersih. Penjelasan berikut,
sesuai dengan pembicaraan sebelumnya, lebih diutamakan untuk menganalisis data
PT Swarna Graha.

Kenaikan Piutang Usaha


Kenaikan piutang usaha menunjukkan kenaikan aktiva lancar selain kas. Hal ini
menunjukkan bahwa penerimaan kas dari pelanggan adalah lebih kecil ketimbang
penjualan yang dilaporkan di laporan rugi/laba sebesar kenaikan tersebut. Jadi, untuk
menghitung aliran kas dari operasi, kenaikan tersebut dikurangkan dari laba bersih.
Untuk memehami sepenuhnya mengapa jumlah ini dikurangkan dari laba bersih,
pelajarilah penjelasan berikut.
Pada awal tahun 1995, PT Swarna Graha melaporkan piutang usaha Rp 0,8 juta.
Saldo ini menunjukkan penjualan selama tahun 1994 yang belum diterima kasnya
sampai akhir tahun 1994. selama tahun 1995, penjualan yang terjadi adalah Rp 7,5
juta. Oleh karena itu, jumlah kas yang potensial diterima dari pelanggan di tahun 1995
adalah Rp 8,3 juta (Rp 0,8 juta + Rp 7,5 juta). Tetapi perhatikanlah bahwa saldo
piutang usaha akhir tahun 1995 dari pelanggan hanyalah Rp 6,5 juta (Rp 8,3 juta - Rp
1,8 juta). Dengan kata lain, selisih antara penjualan yang dilaporkan di laporan
laba/rugi dengan yang diterima tunai adalah Rp 1 juta, dan selisih ini tidak lain
merupakan kenaikan piutang usaha. Oleh karena penjualan yang telah diterima kasnya
lebih kecil, maka laba tunai lebih kecil ketimbang laba yang dilaporkan di laporan
rugi-laba. Jadi, perubahan dalam piutang usaha dapat digunakan untuk menyesuaikan
laba bersih di laporan rugi-laba yang menggunakan asas akrual. Dari penjelasan ini,
maka disimpulkan bahwa kenaikan piutang usaha mengurangi laba bersih, sedangkan
penurunan piutang usaha menambah laba bersih.
47

Penurunan Sediaan dan Utang Usaha


Perubahan sediaan harus dipahami bersamaan dengan perubahan utang usaha karena
dua perubahan tersebut berkaitan dengan harga pokok penjualan (HPP) yang
dilaporkan di laporan rugi-laba. Data yang digunakan untuk contoh di sini adalah
penurunan sediaan dan penurunan utang usaha.
Penurunan utang usaha berarti bahwa pembayaran kas kepada pemasok lebih
besar ketimbang pembelian satu periode yang dilaporkan di laporan rugi-laba,
selisihnya adalah sebesar penurunan tersebut. Jumlah kas yang dibayarkan kepada
pemasok, oleh karena itu, sama dengan pembelian plus penurunan utang usaha.
Pembelian bersih (Rp 3 juta) ditambah utang usaha awal tahun 1995 (Rp 0,9 juta)
menghasilkan jumlah potensial (Rp 3,9 juta) yang akan dibayar kepada pemasok pada
tahun 1995. Oleh karena utang usaha akhir tahun 1995 adalah Rp 0,4 juta, maka
jumlah pembayaran tunai adalah Rp 3,5 juta. Dengan kata lain, pembelian tunai sama
dengan pembelian yang dilaporkan di laporan rugi-laba ditambah penurunan utang
usaha.
Ingatlah juga bahwa HPP = Sediaan Awal + Pembelian - Sediaan Akhir. Di
contoh kita, sediaan turun atau sediaan akhir lebih kecil dari pada sediaan awal. Hal
ini berarti bahwa HPP akrual (yang dilaporkan di laporan rugi-laba) lebih besar
daripada pembelian, dengan selisih sebesar penurunan sediaan tersebut. Jadi, untuk
mengkonversi HPP akrual ke HPP tunai, HPP akrual harus dikurangi penurunan
sediaan.
Pengaruh penyesuaian di atas diilustrasikan lebih jelas dengan menggunakan
angka-angka sesungguhnya dari PT Swarna Graha, berikut ini.

Sediaan Awal Rp 1.700.000


(+) Pembelian Bersih 3.000.000
Tersedia untuk Dijual 4.700.000
(-) Sediaan Akhir 1.500.000
Harga Pokok Penjualan Rp 3.200.000

HPP Rp 3,2 juta adalah HPP menurut dasar akrual. Untuk mengubahnya menjadi
dasar tunai, maka HPP tersebut harus ditambah penurunan utang usaha Rp 0,5 juta
dan dikurangi penurunan sediaan Rp 0,2 juta. HPP tunai, dengan demikian, adalah Rp
3,5 juta. Jadi, kalau kita bergerak dari laba bersih yang dilaporkan di laporan rugi-
laba, maka penurunan sediaan menambah laba bersih (dan sebaliknya), dan penurunan
utang usaha mengurangi laba bersih (dan sebaliknya).

Kenaikan Utang PPh


Kenaikan utang PPh menunjukkan bahwa PPh tunai tahun 1995 lebih kecil daripada
PPh yang dilaporkan di laporan rugi-laba. Jadi, laba tunai labih besar daripada laba
bersih yang dilaporkan di laporan rugi-laba, sebesar kenaikan tersebut. Jadi, kenaikan
utang PPh diperlakukan sebagai penambah laba bersih. Di contoh PT Swarna Graha,
kenaikan utang PPh adalah Rp 40.000.

Penurunan Utang Gaji


48

Penurunan utang gaji menunjukkan bahwa jumlah kas yang dibayarkan kepada
karyawan lebih besar ketimbang biaya gaji yang dilaporkan di laporan rugi-laba. Jadi,
laba tunai lebih kecil daripada laba bersih di laporan rugi-laba. Penurunan utang gaji
diperlakukan sebagai penambah laba bersih. Di contoh PT Swarna Graha, penurunan
utang gaji adalah Rp 70.000.

G. AKTIVITAS INVESTASI

Rekening-rekening neraca yang terkait dengan aktivitas investasi adalah Investasi


Sementara pada Saham, Investasi Jangka Panjang, dan Peralatan.

Investasi Sementara - Saham


Diketahui dari neraca komparatif bahwa penurunan Investasi Sementara--Saham
adalah Rp 25.000, sedangkan di laporan rugi-laba tidak terdapat keuntungan atau
kerugian dari penjualan investasi sementara. Jadi, harga jual investasi sementara yang
dijual adalah Rp 25.000. Sejumlah itulah kas yang diterima dari penjualan Investasi
Sementara--Saham.

Investasi Jangka Panjang


Diketahui dari neraca komparatif bahwa kenaikan Investasi Jangka Panjang adalah
Rp 30.000, sedangkan dari informasi tambahan diketahui tidak terdapat penjualan
investasi jangka panjang. Jadi, terdapat pembelian sejumlah Rp 30.000. Sejumlah
itulah kas yang dikeluarkan untuk membeli Investasi Jangka Panjang.

Peralatan
Dari informasi tambahan dapat diketahui bahwa nilai buku peralatan yang dijual
adalah Rp 20.000 (Rp 300.000 - Rp 280.000), sedangkan di Laporan Rugi/Laba
keuntungan penjualan aktiva tetap adalah Rp 50.000. Hal ini berarti bahwa jumlah kas
yang diterima dari penjualan peralatan adalah Rp 70.000. Berapakah kas yang
dikeluarkan untuk membeli peralatan? Berikut perhitungannya.

Harga perolehan peralatan awal tahun................... Rp 2.000.000


Harga perolehan peralatan yang dijual................... 300.000
Saldo harga perolehan setelah penjualan............... Rp 1.700.000
Saldo harga perolehan akhir tahun......................... 5.200.000
Kas yang Dikeluarkan untuk Membeli Peralatan... Rp 3.500.000

H. AKTIVITAS PEMBELANJAAN
Rekening-rekening neraca yang terkait dengan aktivitas pembelanjaan adalah Utang
Jangka Panjang, Modal Saham, dan Laba Ditahan. Kenaikan modal saham Rp
1.825.000 dan kenaikan utang jangka panjang Rp 1.500.000. Oleh karena pada
informasi tambahan tidak ada keterangan mengenai pengurangan utang jangka
panjang dan modal saham, maka disimpulkan bahwa selama tahun 1995 terdapat
emisi saham baru Rp 1.825.000 dan penarikan utang jangka panjang sebesar Rp
1.500.000. Adapun analisis rekening Laba Ditahan adalah sebagai berikut.
49

Saldo Awal............................................................. Rp 0.200.000


(+) Laba Bersih....................................................... 1.629.000
Saldo setelah ditambah laba bersih........................ Rp 1.829.000
Saldo Akhir............................................................ 1.110.000

Kas yang dikeluarkan untuk membayar dividen.... Rp 0.719.000

Jadi, jumlah kas yang diterima dari dan dikeluarkan untuk aktivitas pembelanjaan
adalah jumlah-jumlah dan dari pos-pos tersebut.
Dengan analisis di atas, Laporan Aliran Kas dengan metode langsung dan metode
tidak langsung dapat disajikan masing-masing seperti terlihat di Paparan 4.6 dan
Paparan 4.7.

Paparan 4.6: Laporan Aliran Kas--Metode Langsung


PT. Swarna Graha
Laporan Aliran Kas
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 1995
Kenaikan (Penurunan) dalam Kas dan Setara Kas

Aliran Kas dari Aktivitas Operasi:


Diterima dari pelanggan 6.500.000
Untuk membayar pemasok atas pembelian sediaan (3.500.000)
Untuk membayar gaji pegawai dan manajer (670.000)
Dari dividen tunai 40.000
Untuk membayar bunga (300.000)
Untuk membayar PPh (141.000)
Untuk membayar biaya operasi lainnya (900.000)
Kas bersih disediakan oleh aktivitas operasi 1.029.000

Aliran Kas dari Aktivitas Investasi:


Dari penjualan peralatan kantor 70.000
Dari penjualan investasi sementara - saham 25.000
Untuk membeli investasi jangka panjang (30.000)
Untuk membeli peralatan (3.500.000)
Kas bersih digunakan dalam aktivitas investasi (3.435.000)

Aliran Kas dari Aktivitas Pembelanjaan:


Dari pinjaman bank jangka panjang 1.500.000
Dari emisi saham biasa 1.825.000
Untuk membayar dividen tunai (719.000)
Kas bersih diterima dari aktivitas pembelanjaan 2.606.000
Kenaikan bersih dalam kas dan setara kas 200.000
Kas dan setara kas pada awal tahun 300.000
Kas dan setara kas pada akhir tahun 500.000

Rekonsiliasi laba bersih ke kas bersih yang diterima dari aktivitas operasi:

Laba bersih 1.629.000


Penyesuaian untuk merekonsiliasi laba bersih ke kas
bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi
Depresiasi 780.000
50

Keuntungan penjualan aktiva tetap (50.000)


Kenaikan piutang usaha (1.000.000)
Penurunan sediaan 200.000
Penurunan utang usaha (500.000)
Penurunan utang gaji (70.000)
Kenaikan utang PPh 40.000
Total penyesuaian (600.000)
Kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi 1.029.000

Paparan 4.7: Laporan Aliran Kas--Metode Tidak Langsung

PT. Swarna Graha


Laporan Aliran Kas
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 1995

Aliran Kas dari Aktivitas Operasi:


Laba bersih 1.629.000
Penyesuaian untuk merekonsiliasi laba bersih ke kas
bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi
Depresiasi 780.000
Keuntungan penjualan aktiva tetap (50.000)
Kenaikan piutang usaha (1.000.000)
Penurunan sediaan 200.000
Penurunan utang usaha (500.000)
Penurunan utang gaji (70.000)
Kenaikan utang PPh 40.000
Total penyesuaian (600.000)
Kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi 1.029.000

Aliran Kas dari Aktivitas Investasi:


Dari penjualan peralatan kantor 70.000
Dari penjualan investasi sementara - saham 25.000
Untuk membeli investasi jangka panjang (30.000)
Untuk membeli peralatan (3.500.000)
Kas bersih digunakan dalam aktivitas investasi (3.435.000)

Aliran Kas dari Aktivitas Pembelanjaan:


Dari pinjaman bank jangka panjang 1.500.000
Dari emisi saham biasa 1.825.000
Untuk membayar dividen tunai (719.000)
Kas bersih diterima dari aktivitas pembelanjaan 2.606.000
Kenaikan bersih dalam kas dan setara kas 200.000
Kas dan setara kas pada awal tahun 300.000
Kas dan setara kas pada akhir tahun 500.000
51

KEGIATAN BELAJAR V
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

A. RUANG LINGKUP
1.1. Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik.
Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang:
(a) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
(b) menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose
financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna
eksternal adalah pemilik
yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan
lembaga pemeringkat kredit.

1.2. Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:


(a) entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam
proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada regulator
pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar
modal; atau
b) entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk
sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan
atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana atau bank investasi.

1.3. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK
ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK
ETAP.

B. KONSEP DAN PRINSIP PERVASIF

Tujuan laporan keuangan


2.1 Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan,
kinerja keuangan dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh
siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk
memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam memenuhi tujuannya,
laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas
sumberdaya yang dipercayakan kepadanya.
52

Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan


Dapat dipahami
2.2. Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud
ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari
informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, kepentingan agar
laporan keuangan dapat dipahami tetapi tidak sesuai dengan informasi
yang relevan harus diabaikan dengan pertimbangan bahwa informasi
tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu .
Relevan
2.3. Agar bermanfaat, informasi harus relevan dengan kebutuhan pengguna
untuk proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kiniatau masa depan,
menegaskan, atau mengkoreksi,hasil evaluasi mereka di masa lalu.

Materialitas
2.4. Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat memengaruhi
keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.
Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai
dengan situasi tertentu dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau
kesalahan dalam mencatat (misstatement). Namun demikian, tidak
tepat membuat atau membiarkan kesalahan untuk menyimpang secara tidak
material dari SAK ETAP agar mencapai peyajian tertentu dari posisi keuangan,
kinerja keuangan atau arus kas suatu entitas.

Keandalan
2.5. Agar bermanfaat, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus andal.
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan bias,
dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar diharapkan dapat disajikan. Laporan keuangan tidak bebas dari bias
(melalui pemilihan atau penyajian informasi) jika dimaksudkan untuk
memengaruhi pembuatan suatu keputusan atau kebijakan untuk tujuan
mencapai suatu hasil tertentu.

Substansi mengungguli bentuk


2.6. Transaksi, peristiwa dan kondisi lain harus dicatat dan disajikan sesuai dengan
substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Hal ini untuk
meningkatkan keandalan laporan keuangan.

Pertimbangan Sehat
2.7. Ketidakpastian yang tidak dapat diabaikan meliputi berbagai peristiwa
dan keadaan yang dipahami berdasarkan pengungkapan sifat dan
penjelasan peristiwa dan keadaan tersebut dan melalui penggunaan
pertimbangan sehat dalam menyusun laporan keuangan. Pertimbangan sehat
53

mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan yang


diperlukan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan
tidak disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan
lebih rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak
memperkenankan pembentukan aset atau penghasilan yang lebih rendah atau
pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi. Singkatnya, pertimbangan
sehat tidak mengijinkan bias.

Kelengkapan
2.8. Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap
dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau
menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi
ditinjau dari segi relevansi.

Dapat Dibandingkan
2.9. Pengguna harus dapat memban dingkan laporan keuangan entitas antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.
Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar entitas
untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak
keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara
konsisten untuk suatu entitas, antar periode untuk entitas tersebut dan untuk
entitas yang berbeda. Sebagai tambahan, pengguna laporan keuangan harus
mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan, perubahan kebijakan akuntansi dan pengaruh
dampak perubahan tersebut.

Tepat Waktu
2.10. Agar relevan, informasi dalam laporan keuangan harus dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi para penggunanya. Tepatan waktu meliputi
penyediaan informasi laporan keuangan dalam jangka waktu
pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam
pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.
Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan secara relatif antara pelaporan
tepat waktu dan penyediaan informasi yang andal.Untuk mencapai
keseimbangan antara relevansi dan keandalan, maka pertimbangan utama adalah
bagaimana yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam
mengambil keputusan ekonomi.

Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat


2.11. Manfaat informasi seharusnya melebihi biaya penyediaannya. Namun
demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang
substansial. Biaya tersebut juga tidak perlu ditanggung oleh pengguna yang
menikmati manfaat. Dalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus
memahami bahwa manfaat informasi mungkin jugamanfaat yang dinikmati
oleh pengguna eksternal.
54

Posisi keuangan
2.12. Posisi keuangan suatu entitas terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas
pada suatu waktu tertentu. Unsur laporan keuangan yang berkaitan secara
langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban,
dan ekuitas. Unsur-unsur ini didefinisikan sebagai berikut:
(a) Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan
diharapkan akan diperoleh entitas.
(b) Kewajiban merupakan kewajiban masa kini entitas yang timbul dari
peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan
arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
(c) Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua
kewajiban.

2.13. Beberapa pos mungkin memenuhi definisi aset atau kewajiban namun
tidak dapat diakui sebagai aset atau kewajiban dalam neraca karena tidak
memenuhi kriteria pengakuan dalam paragraf 2.24-2.29. Khususnya,
harapan bahwa manfaat ekonomi di masa depan akan mengalir ke atau dari
dalam entitas harus cukup pasti untuk memenuhi kriteria probabilitas sebelum
suatu aset atau kewajiban diakui.

Aset
2.14. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi dari
aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak
langsung, terhadap aliran kas dan setara kas pada entitas. Arus kas tersebut
dapat terjadi melalui penggunaan aset atau pelepasan aset.

2.15. Beberapa aset, misalnya, aset tetap memiliki bentuk fisik. Namun demikian
bentuk fisik tersebut tidak esensial untuk menentukan eksistensi aset.
Beberapa aset adalah aset tidak berwujud.

2.16. Dalam menentukan eksistensi aset, hak milik tidak esensial. Misalnya,
properti yang diperoleh melalui sewa adalah aset jika entitas mengendalikan
manfaat yang diharapkan mengalir dari properti tersebut.

Kewajiban
B.17. Karakteristik esensial dari kewajiban (liability)adalah bahwa entitas mempunyai
kewajiban (obligation) masa kini untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu
dengan cara tertentu. Kewajiban dapat berupa kewajiban hukum dan kewajiban
konstruktif. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi
dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan. Kewajiban
konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari tindakan entitas ketika:

(a) oleh praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah dipublikasikan atau
pernyataan kini yang cukup spesifik, entitas telah memberikan indikasi
kepada pihak lain bahwa entitas akan menerima tanggung jawab tertentu;
dan
55

(b) akibatnya, entitas telah menimbulkan ekspektasi kuat dan sah kepada pihak
lain bahwa entitas akan melaksanakan tanggung jawab tersebut.

2.18. Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan pembayaran


kas, penyerahan aset lain, pemberian jasa, penggantian kewajiban tersebut
dengan kewajiban lain, atau konversi kewajiban menjadi ekuitas. Kewajiban
juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditur melepaskan
atau membatalkan haknya.

Ekuitas
2.19. Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua
kewajiban. Ekuitas mungkin disubklasifikasikan dalam neraca. Misalnya,
entitas yang berbentuk Perseroan Terbatas, subklasifikasi dapat meliputi
dana yang dikontribusikan oleh pemegang saham, saldo laba dan keuntungan
atau kerugian yang diakui secara langsung dalam ekuitas.
Kinerja keuangan
2.20. Kinerja keuangan adalah hubungan antara penghasilan dan beban dari entitas
sebagaimana disajikan dalam laporan laba rugi. Laba sering digunakan
sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar untuk pengukuran lain, seperti
tingkat pengembalian investasi atau laba per saham. Unsur-unsur laporan
keuangan yang secara langsung terkait dengan pengukuran laba adalah
penghasilan dan beban. Penghasilan dan beban didefinisikan lebih lanjut
sebagai berikut:
(a) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama
periode pelaporan dalam bentuk arus masuk atau peningkatan
aset, atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal
dari kontribusi penanam modal.
(b) Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama
suatu periode pelaporan dalam bentuk arus keluar atau penurunan
aset, atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak terkait dengan distribusi kepada penanam modal.

2.21. Pengakuan penghasilan dan beban dalam laporan laba rugi dihasilkan
secara langsung dari pengakuan dan pengukuran aset dan kewajiban.
Kriteria pengakuan penghasilan dan beban dibahas lebih lanjut dalam
paragraf 2.24-2.29

Penghasilan
2.22. Penghasilan (income) meliputi pendapatan(revenues) dan keuntungan (gains).
(a) Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas
yang bisa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, imbalan,
bunga, dividen, royalti dan sewa.
(b) Keuntungan mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi
penghasilan namun bukan pendapatan. Ketika keuntungan diakui dalam
laporan laba rugi, biasanya disajikan secara terpisah karena informasi mengenai
56

pos tersebut berguna untuk tujuan pengambilan keputusan ekonomi.

Beban
2.23. Beban mencakup kerugian dan beban yang timbul dalam pelaksanaan
aktivitas entitas yang biasa.
(a) Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang bisa meliputi,
misalnya, beban pokokpenjualan, upah, dan penyusutan. Beban tersebut
biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aset seperti kas dan setara
kas, persediaan, dan aset tetap.
(b) Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang mungkin,
atau mungkin tidak, timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang bisa. Ketika
kerugian diakui dalam laporan laba rugi, biasanya disajikan secara terpisah
karena pengetahuan mengenai pos tersebut berguna untuk tujuan
pengambilan keputusan ekonomi.

Pengakuan unsur-unsur laporan keuangan


2.24. Pengakuan unsur laporan keuangan merupakan proses pembentukan
suatu pos dalam neraca atau laporan laba rugi yang memenuhi
definisi suatu unsur dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
(a) ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos
tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas; dan
(b) pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

2.25. Kegagalan untuk mengakui pos yang memenuhi kriteria tersebut tidak dapat
digantikan dengan pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan atau
catatan atau materi penjelasan.

Probabilitas manfaat ekonomi masa depan


2.26. Konsep probabilitas digunakan dalam kriteria pengakuan mengacu kepada
pengertian derajat k etidakpastian bahwa manfaat ekonomi masa depan
yang terkait dengan pos tersebut akan mengalir ke atau dari dalam
entitas.Pengkajian derajat ketidakpastian yang melekat pada arus manfaat
ekonomi masa depan dilakukan atas dasar bukti yang terkait dengan kondisi
yang tersedia pada akhir periode pelaporan saat penyusunan laporan keuangan.
Penilaian itu dibuat secara individu untuk pos-pos yang signifikan secara
individual dan kelompok dari suatu populasi besar dari pos-pos yang
tidak signifikan secara individual.

Keandalan pengukuran
2.27. Kriteria kedua untuk pengakuan suatu pos adalah adanya biaya atau nilai
yang dapat diukur dengan andal. Dalam banyak kasus, biaya atau nilai suatu pos
diketahui. Dalam kasus lainnya biaya atau nilai tersebut harus diestimasi.
Penggunaan estimasi yang layak merupakanbagian esensial dalam
penyusunan laporan keuangan tanpa mengurangi tingkat keandalan. Namun
demikian, jika estimasi yang layak tidak mungkin dilakukan, maka pos
tersebut tidak diakui dalam neraca atau laporan laba rugi.
57

2.28. Suatu pos yang pada saat tertentu tidak dapat memenuhi kriteria pengakuan
dapat memenuhi syarat untuk diakui di masa depan sebagai akibat dari peristiwa
atau keadaan yang terjadi kemudian.

2.29. Suatu pos yang gagal memenuhi kriteria pengakuan tetap perlu diungkapkan
dalam catatan, materi penjelasan atau skedul tambahan. Pengungkapan ini
dapat dibenarkan jika pengetahuan mengenai pos tersebut dipandang
relevan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi
keuangan suatu entitas oleh pengguna laporan keuangan.

Pengukuran unsur-unsur laporan keuangan


2.30. Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas
untuk mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan
keuangan. Proses ini termasuk pemilihan dasar pengukuran tertentu.

2.31. Dasar pengukuran yang umum adalah biaya historis dan nilai wajar:
(a) biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset pada saat
perolehan. Kewajiban dicatat sebesar kas atau setara kas yang diterima
atau sebesar nilai wajar dari aset non-kas yang diterima sebagai penukar
dari kewajiban pada saat terjadinya kewajiban.
(b) Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu
aset, atau untuk menyelesaikan suatu kewajiban, antara pihak-pihak yang
berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi
dengan wajar.

Prinsip pengakuan dan pengukuran berpengaruh luas(pervasif)


2.32. Persyaratan untuk pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban,
penghasilan dan beban dalam SAK ETAP didasarkan pada prinsip pervasif
dari Kerangka Dasar Penyajian dan Pengukuran Laporan Keuangan.
Dalam hal tidak ada suatu pengaturan tertentu dalam SAK ETAP untuk
transaksi atau peristiwa lain, paragraf 9.4 memberikan panduan untuk membuat
pertimbangan dan paragraf 9.5 menetapkan hirarki yang diikuti oleh entitas
dalam memutuskan kebijakan akuntansi yang sesuai dalam keadaan
tersebut. Pada tingkat kedua hirarki tersebut mensyaratkan entitas
untuk menggunakan prinsip pengakuan dan pengukuran pervasif yang
diatur dalam Bab ini.

Dasar akrual
2.33. Entitas harus menyusun laporan keuangan, kecuali laporan arus kas, dengan
menggunakan dasar akrual. Dalam dasar akrual, setiap pos-pos diakui
sebagai aset, kewajiban, ekuitas, penghasilan, dan beban (unsur-unsur laporan
keuangan) ketika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk pos-pos
tersebut.

Pengakuan dalam laporan keuangan


Aset
2.34. Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di masa
58

depan akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya
yang dapat diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika
pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak
mungkin mengalir ke dalam entitas setelah periode pelaporan berjalan.
Sebagai alternatif transaksi tersebut menimbulkan pengakuan beban dalam
laporan laba rugi.

Kewajiban
2.35. Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan
dapat diukur dengan andal.

Penghasilan
2.36. Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan
kewajiban. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat
ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau
penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
Beban
2.37. Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan
kewajiban. Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat
ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau
peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.

Laba atau rugi


2.38. Keuntungan atau rugi merupakan selisih aritmatika antara penghasilan
dan beban. Hal tersebut bukan merupakan suatu unsur terpisah dari laporan
keuangan, dan prinsip pengakuan yang terpisah tidak diperlukan.

2.39. Standar ini tidak mengijinkan pengakuan pos-pos dalam neraca yang tidak
memenuhi definisi aset atau kewajiban dengan mengabaikan apakah pos-
pos tersebut merupakan hasil dari penerapan matching concept.

Saling hapus
2.40. Saling hapus tidak diperkenankan atas aset dengan kewajiban, atau
penghasilan dengan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh SAK
ETAP.
(a) pengukuran nilai aset secara netto dari penilaian penyisihan bukan
merupakan saling hapus, misalnya penyisihan atas keusangan
persediaan dan penyisihan atas piutang tak tertagih.
(b) Jika aktivitas entitas yang biasa tidak termasuk membeli dan menjualan
aset tidak lancar, (termasuk investasi dan aset operasional), maka
entitas melaporkan keuntungan dan kerugian atas pelepasan aset dengan
mengurangi hasil penjualan dengan jumlah tercatat aset dan beban
penjualan yang terkait.
59

C. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Ruang lingkup
3.1 Bab ini menjelaskan penyajian wajar dari laporan keuangan yang
mematuhi persyaratan SAK ETAP, dan pengettian laporan keuangan yang
lengkap.

Penyajian wajar
3.2 Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyaratkan
penyajian jujur atas pengaruh transaksi,peristiwa dan kondisi lain yang sesuai
dengan definisi dan kriteria pengakuan atas aset, kewajiban, penghasilan
dan beban yang dijelaskan dalam Bab 2 Konsep dan Prinsip Pervasif.
Penerapan AK ETAP, dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan,
menghasilkan laporan keuangan yang wajar atas posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas entitas. Pengungkapan tambahan diperlukan ketika
kepatuhan atas persyaratan tertentu dalam SAK ETAP tidak memadai bagi
pemakai untuk memahami pengaruh dari transaksi tertentu,
peristiwa dan kondisi lain posis keuangan dan kinerja keuangan entitas.

Kepatuhan terhadap SAK ETAP


3.3 Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat
suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and
unreserved statement)atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan
keuangan. Laporan keuangan tidak boleh nyatakan mematuhi SAK ETAP
kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK ETAP.
Kelangsungan usaha
3.4 Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang
menggunakan SAK ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas
melanjutkan kelangsungan usaha. Entitas mempunyai kelangsungan
usaha kecual jika manajemen bermaksud melikuidasi entitas tersebut atau
menghentikan operasi, atau tidak mempunyai alternatif realistis kecuali
melakukan hal-hal tersebut. Dalam membuat penilaian kelangsungan usaha,
jika manajemen menyadari terdapat ketidakpastian yang material
terkait dengan peristiwa atau kondisi yang mengakibatkan keraguan
signifikan terhadap kemampuan entitas untuk melanjutkan usaha,
maka entitas harus mengungkapkan ketidakpastian tersebut. Ketika entitas
tidak menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha,
maka fakta tersebut harus diungkapkan, bersama dengan dasar
penyusunan laporan keuangan dan alasan mengapa entitas tidak
dianggap mempunyai kelangsungan usaha.

Frekuensi pelaporan
3.5 Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi
komparatif) minimum satu tahun sekali. Ketika akhir periode pelaporan entri
berubah dan laporan keuangan tahunan telah disajikan untuk periode yang
60

lebih panjang atau lebih pendek dari satu tahun, maka entitas mengungkapkan:
(a) fakta tersebut;
(b) alasan penggunaan untuk periode lebih panjang atau lebih pendek; dan
(c) fakta bahwa jumlah komparatif untuk laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, Laporan laba rugi dan saldo laba, laporan arus kas
dan catatan atas laporan keuangan yang terkait adalah tidak dapat
seluruhnya diperbandingkan.
Penyajian yang konsisten
3.6 Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode
harus konsisten kecuali:
(a) terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas atau
perubahan penyajian atau pengklasifikasian bertujuan menghasilkan
penyajian lebih baik sesuai kriteria pemilihan dan penerapan kebijakan
akuntansi.
(b) SAK ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian.
3.7 Jika penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan
diubah, maka entitas harus mereklasifikasi jumlah komparatif
kecuali jika reklasifikasi tidak praktis. Entitas harus mengungkapkan hal-
hal berikut jika jumlah komparatif direklasifikasi:
(a) sifat reklasifikasi;
(b) jumlah setiap pos atau kelompok dari pos yang direklasifikasi; dan
(c) alasan reklasifikasi.

3.8 Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis, maka entitas harus
mengungkapkan:
(a) alasan reklasifikasi jumlah komparatif tidak dilakukan; dan
(b) sifat penyesuaian yang telah dibuat jika jumlah komparatif
direklasifikasi.

Informasi komparatif
3.9 Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya
kecuali dinyatakan lain oleh SAK - ETAP (termasuk informasi dalam laporan
keuangan dan catatan atas laporan keuangan). Entitas memasukkan informasi
komparatif untuk informasi naratif dan deskriptif jika relevan untuk
pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

Materialitas dan agregasi


3.10 Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedangkan
yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau
fungsi yang sejenis.

3.11 Kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat suatu pos
dianggap material jika, baik secara individual maupun bersama-sama, dapat
memengaruhi pengguna laporan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Besaran dan sifat unsur tersebut harus dapat menjadi faktor penentu.

Laporan keuangan lengkap


61

3.11 Laporan keuangan entitas meliputi:


(a) neraca
(b) laporan laba rugi
(c) laporan perubahan ekuitas yang juga menunjukkan:
(i) seluruh perubahan dalam ekuitas, atau
(ii) perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi
dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;
(d) laporan arus kas; dan
(e) catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi
yang signifikan dan informasi penjelasan lainnya.

3.12 Jika entitas hanya mengalami perubahan ekuitas yang muncul dari laba atau
rugi, pembayaran dividen, koreksi kesalahan mendasar periode yang lalu, dan
perubahan kebijakan akuntansi selama periode laporan keuangan disajikan
maka entitas dapat menyajikan laporan atas penghasilan dan saldo laba
sebagai pengganti laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas.

3.13 Karena paragraf 3.12 mensyaratkan jumlah komparatif terhadap periode


sebelumnya untuk semua jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan
(apakah dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan
keuangan), suatu laporan keuangan lengkap berarti bahwa suatu entitas
harus menyajikan minimum dua dari setiap laporan keuangan yang disyaratkan
dan catatan atas laporan keuangan yang terkait.

3.14 Dalam suatu laporan keuangan lengkap, suatu entitasmenyajikan setiap


laporan keuangan dengan keunggulan yang sama.

3.15 Entitas dapat menggunakan judul untuk laporan keuangan selain yang digunakan
dalam Standar ini sepanjang tidak menyesatkan.

Identifikasi laporan keuangan


3.16 Entitas harus mengidentifikasikan secara jelas setiap laporan keuangan dan
catatan atas laporan keuangannya dan membedakan laporan keuangan
tersebut dari informasi lain dalam dokumen yang sama. Di samping itu,
informasi berikut ini disajikan dan diulangi, bilamana perlu, pada setiap
halaman laporan keuangan:
(a) nama entitas pelapor dan perubahan dalam nama tersebut sejak laporan
periode terakhir;
(b) cakupan laporan keuangan, apakah mencakup hanya satu entitas atau
beberapa entitas;
(c) tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, mana
yang lebih tepat bagi setiap komponen laporan keuangan;
(d) mata uang pelaporan, dan
(e) pembulatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.

D. NERACA
62

Tujuan
4.1 Neraca menyajikan aset, kewajiban dan ekuitas entitas pada suatu saat
tertentu.

Informasi yang disajikan dalam neraca


4.2 Neraca, minimal mencakup pos-pos berikut:
(a) kas dan setara kas;
(b) piutang usaha dan piutang lainnya;
(c) aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang ditunjukkan pada (a),
(b) dan (h));
(d) persediaan;
(e) aset tetap;
(f) aset tidak berwujud;
(g) aset biolojik;
(h) investasi yang dicatat dengan metode ekuitas;
(i) total aset tidak lancar yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual
dan aset yang dikelompokkan dalam aset yang akan dilepaskan
yang diklasifikasikan dimiliki untuk dijual sesuai dengan Bab 31
Operasi yang Dihentikan dan Aset yang Dimiliki untuk Dijual;
(j) utang usaha dan utang lainnya;
(k) kewajiban keuangan (kecuali jumlah dari (j) dan (n);
(l) aset dan kewajiban pajak kini;
(m) kewajiban yang termasuk dalam kelompok yang akan dilepaskan
yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual;
(n) Kewajiban diestimasi;
(o) hak minoritas, disajikan secara terpisah dalam ekuitas pemilik
saham induk; dan
(p) ekuitas yang terkait dengan pemilik saham induk.

4.3 Entitas harus menyajikan pos tambahan, judul dan subtotal dalam neraca jika
penyajian seperti itu relevan dalam rangka pemahaman terhadap posisi
keuangan entitas.

4.4 Standar ini tidak menentukan format atau urutan terhadap pos-pos yang
disajikan.

Perbedaan aset lancar dan tidak lancar dan kewajiban jangka pendek dan
jangka panjang
4.5 Entitas harus menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar, dan
kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang, sebagai suatu
klasifikasi yang terpisah dalam neraca sesuai paragraf 4.6-4.9, kecuali
jika penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi yang andal dan
lebih relevan. Apabila pengecualian tersebut diterapkan, semua aset dan
kewajiban harus
disajikan berdasarkan likuiditasnya.

Aset lancar
63

4.6 Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
(a) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan, dalam
jangka waktu siklus operasi normal entitas; atau
(b) dimiliki untuk diperdagangkan
(c) diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode
pelaporan; atau
(d) berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaannya dari
pertukaran atau digunakan untuk menyelesaikan kewajiban paling
lama duabelas bulan setelah periode pelaporan.

4.7 Entitas harus mengklasifikasikan semua aset lainnya sebagai tidak lancar.
Apabila siklus operasi normal entitas tidak dapat diidentifikasi dengan jelas,
siklus operasi diasumsikan 12 bulan.
Kewajiban jangka pendek
4.8 Entitas harus mengklasifikasikan kewajiban sebagai kewajiban jangka
pendek, jika:
(a) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
entitas;
(b) dimiliki untuk diperdagangkan
(c) kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu dua belas bulan setelah
periode pelaporan; atau
(d) entitas tidak memiliki alasan untuk menunda penyelesaian
kewajiban paling lama dua belas bulan setelah periode pelaporan.

4.9 Entitas harus mengklasifikasikan semua kewajiban lain sebagai kewajiban


jangka panjang.

Urutan pos dan format pos dalam neraca


4.10 Standar ini tidak menentukan format atau urutan terhadap pos-pos
yang akan disajikan. Paragraf 4.2 hanya menyediakan daftar pos-pos
yang berbeda baik sifat atau fungsinya untuk menjamin penyajian yang
terpisah dalam neraca. Sebagai tambahan:
(a) pos yang terpisah akan dibentuk apabila ukuran, sifat atau fungsi dari
pos atau agregasi terhadap pos-pos yang serupa membuat
penyajian terpisah menjadi relevan untuk memahami posisi keuangan
entitas; dan
(b) uraian yang digunakan dan urutan pos-pos atau agregasi terhadap
pos-pos yang sejenis mungkin diamandemen sesuai sifat entitas dan
transaksinya, untuk menyediakan informasi yang relevan dalam rangka
suatu pemahaman atas posisi keuangan entitas tersebut.

4.11 Pertimbangan apakah pos-pos tambahan disajikan secara terpisah adalah


didasarkan pada suatu penilaian dari:
(a) sifat dan likuiditas aset;
(b) fungsi aset dalam entitas; dan
(c) jumlah, sifat dan waktu kewajiban.
64

Informasi yang disajikan baik dalam neraca maupun dalam catatan atas
laporan keuangan
4.12 Entitas harus mengungkapkan, baik dalam neraca maupun dalam
catatan atas laporan keuangan, subklasifikasi berikut atas pos
yang disajikan terpisah:
(a) kelompok aset tetap sesuai Bab 16 Aset Tetap;
(b) jumlah piutang usaha, piutang dari pihak-pihak yang memiliki
hubungan istimewa, pelunasan dipercepat dan jumlah lainnya;
(c) kelompok persediaan sesuai Bab 12 Persediaan, seperti barang
dagangan, persediaan untuk produksi,bahan baku, barang dalam proses
dan barang jadi;
(d) cadangan imbalan kerja dan penyisihan lainnya; dan
(e) kelompok ekuitas, seperti tambahan modal disetor, premi saham, saldo
laba dan pos-pos penghasilan dan beban yang, seperti disyaratkan dalam
Standar ini, diakui secara langsung dalam ekuitas.

4.13 Entitas dengan modal saham harus mengungkapkan hal-hal berikut, baik
dalam neraca maupun dalam catatan atas laporan keuangan:
(a) untuk setiap kelompok modal saham:
(i) jumlah saham yang telah diotorisasi;
(ii) jumlah saham yang telah diterbitkan dan dibayar penuh dan
yang belum dibayar penuh;
(iii) nilai nominal per lembar saham, atau bahwa saham tidak memiliki
nilai nominal;
(iv) suatu rekonsiliasi jumlah saham beredar pada awal dan akhir
periode pelaporan;
(v) hak, preferensi dan pembatasan terhadap kelompok tersebut
termasuk pembatasan terhadap distribusi dividen dan penarikan
modal;
(vi) penyertaan dalam entitas lain yang dimiliki entitas atau entitas
anak atau entitas asosiasi;
(vii) saham yang disediakan untuk penerbitan berdasarkan opsi dan
perjanjian untuk menjual saham, termasuk jumlah dan ketentuannya;
dan
(b) suatu uraian setiap cadangan dalam ekuitas.

4.14 Entitas tanpa modal saham, seperti persekutuan atau wali amanat, harus
mengungkapkan informasi setara dengan yang disyaratkan dalam
paragraf 4.13(a), yang menunjukkan perubahan sepanjang periode untuk
setiap kategori ekuitas, dan hak, preferensi dan pembatasan untuk setiap
kategori ekuitas.

E. LAPORAN LABA RUGI

Tujuan
Laporan laba rugi menyajikan penghasilan dan beban entitas untuk suatu
65

periode.

5.2 Laporan laba rugi memasukkan semua pos beban dan penghasilan yang
diakui dalam suatu periode kecuali Standar ini mensyaratkan lain. Standar ini
memberikan perlakuan berbeda terhadap dampak perbaikan atas kesalahan
mendasar dan perubahan kebijakan akuntansi disajikan sebagai
enyesuaian terhadap periode yang lalu dan bukan sebagai bagian dari laba atau
rugi dalam periode terjadinya perubahan (lihat Bab 10 Kebijakan,
Estimasi dan Kesalahan Akuntansi); dan

Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi


5.3 Laporan laba rugi entitas disajikan sebagai jumlah pos-pos terpisah dalam
satu periode. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut:
(a) pendapatan;
(b) biaya-biaya keuangan;
(c) bagian dari laba atau rugi investasi dalam entitas asosiasi dan joint
ventures yang dihitung dengan menggunakan metode ekuitas;
(d) beban pajak;
(e) suatu jumlah total yang berisi (i) laba atau rugi setelah pajak dari
operasi yang dihentikan dan (ii) pengakuan keuntungan atau kerugian
setelah pajak yang diukur pada nilai wajar setelah dikurangi biaya penjualan
atau pelepasan aset atau kelompok yang dilepas dari operasi yang
dihentikan dan
(f) laba atau rugi.

5.4 Entitas mengungkapkan secara terpisah pos-pos berikut dalam laporan laba rugi
sebagai alokasi laba atau rugi periode berjalan:
(a) laba atau rugi yang diatribusikan kepada hak minoritas; dan
(b) laba atau rugi yang diatribusikan kepada pemilik ekuitas entitas induk

5.5 Entitas menyajikan pos terpisah tambahan, judul dan subtotal pada laporan
laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk lebih memahami kinerja
keuangan entitas.

5.6 Entitas tidak menyajikan atau mengungkapkan pos penghasilan dan beban
sebagai “pos luar biasa”, baik dalam laporan laba rugi maupun dalam
catatan atas laporan keuangan.

Informasi yang disajikan baik di laporan laba rugi atau catatan atas laporan
keuangan

5.7 Entitas mengungkapkan secara terpisah sifat dan jumlah komponen material
dari penghasilan dan beban. Pengungkapan tersebut meliputi:
(a) penghapusan persediaan pada harga jual dikurangi biaya penyelesaian dan
biaya untuk menjual, dan kebalikannya;
(b) penghapusan aset tetap pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual,
dan kebalikannya;
66

(c) restrukturisasi aktivitas entitas dan pemulihan penyisihan untuk


biaya restrukturisasi;
(d) pelepasan pos aset tetap;
(e) pelepasan investasi;
(f) operasi yang dihentikan;
(g) penyelesaian litigasi; dan
(h) pemulihan penyisihan.

Analisis beban
5.8 Entitas menyajikan suatu analisis beban dengan menggunakan suatu
klasifikasi berdasarkan sifat biaya atau fungsi biaya dalam entitas, mana yang
memberikan informasi yang lebih andal dan relevan.

Analisis menggunakan sifat beban


(a) Berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan dalam laporan laba rugi
berdasarkan sifatnya (contoh, penyusutan, pembelian bahan baku,
biaya transportasi, imbalan kerja dan biaya iklan), dan tidak dialokasikan
kembali antara berbagai fungsi dalam entitas.

Analisis menggunakan fungsi beban


(b) berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan sesuai fungsinya sebagai
bagian dari biaya penjualan atau, sebagai contoh, biaya aktivitas
distribusi atau aktivitas administrasi. Sekurang-kurangnya, entitas harus
mengungkapkan biaya penjualannya sesuai metode ini terpisah dari beban
lainnya.

5.9 Entitas dianjurkan untuk menyajikan analisis ini pada laporan laba rugi.
Ilustrasi laporan keuangan melengkapi Standar ini termasuk contoh-contoh
penyajian kedua analisis di atas.

5.10 Entitas yang mengklasifikasikan beban berdasarkan fungsi mengungkapkan


informasi tambahan berdasarkan sifat beban, termasuk penyusutan dan
beban amortisasi dan beban imbalan kerja.

F. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS DAN LAPORAN LABA RUGI DAN


SALDO LABA

Laporan perubahan ekuitas

Tujuan
6.1 Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu
periode, pos penghasilan dan beban yang diakui secara langsung dalam
ekuitas untuk periode tersebut, pengaruh perubahan kebijakan
akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui dalam periode tersebut, dan
67

(tergantung pada format laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh


entitas) jumlah investasi oleh, dan dividen dan distribusi lain ke, pemilik
ekuitas selama periode tersebut.

Informasi yang disajikan di laporan perubahan ekuitas


6.2 Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang ditunjukkan dalam
laporan:
(a) laba atau rugi untuk periode;
(b) setiap pos penghasilan dan beban beserta jumlahnya untuk periode
berjalan, sebagaimana disyaratkan oleh Standar ini, yang dibukukan
secara langsung dalam ekuitas;
c) total penghasilan dan beban untuk periode berjalan dihitung sebagai
jumlah dari (a) dan (b)), menggambarkan secara terpisah total
jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik ekuitas entitas induk dan
kepada pemegang hak minoritas; dan
(d) untuk setiap komponen ekuitas,pengaruh perubahan kebijakan akuntansi
dan koreksi kesalahan yang diakui sesuai Bab 10 Kebijakan,
Estimasi dan Kesalahan Akuntansi.

Informasi yang disajikan di laporan perubahan ekuitas


6.3 Entitas juga menyajikan, di laporan perubahan ekuitasatau di catatan atas
laporan keuangan:
(a) jumlah investasi oleh, dan dividen dan distribusi lain kepada, pemilik
ekuitas, yang menunjukkan secara terpisah penerbitan saham, transaksi
saham treasuri, dan dividen dan distribusi lain kepada pemilik ekuitas;
(b) saldo laba (akumulasi laba atau rugi) pada awal dan akhir periode
pelaporan dan perubahan selama periode; dan
(c) rekonsiliasi antara jumlah tercatat setiap jenis kontribusi ekuitas
dan pos penghasilan dan beban yang diakui secara langsung dalam
ekuitas (lihat paragraf 6.2(b)) pada awal dan akhir periode, dengan
tiap perubahan diungkapkan secara terpisah.

Laporan laba rugi dan saldo laba

Tujuan
6.4 Laporan laba rugi dan saldo laba menyajikan laba atau rugi entitas dan
perubahan saldo laba untuk suatu periode pelaporan. Paragraf 3.16
mengijinkan entitas untuk menyajikan laporan laba rugi dan saldo laba
menggantikan laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas jika perubahan
pada ekuitas hanya berasal dari laba atau rugi, pembayaran dividen, koreksi
kesalahan periode lalu, dan perubahan kebijakan akuntansi.

Informasi yang disajikan di laporan laba rugi dan saldo laba


6.5 Entitas menyajikan di laporan laba rugi dan saldo laba, pos-pos berikut
sebagai tambahan atas informasi yang disyaratkan dalam Bab 5 Laporan
Laba Rugi:
68

(a) saldo laba pada awal periode pelaporan;


(b) dividen yang diumumkan dan dibayarkan atau terutang selama
periode;
(c) penyajian kembali saldo laba untuk koreksi kesalahan periode lalu;
(d) penyajian kembali saldo laba atas perubahan kebijakan akuntansi;
dan
(e) saldo laba pada akhir periode pelaporan.

G. LAPORAN ARUS KAS

Tujuan
7.1 Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas
dan setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan
yang terjadi selama periode dari aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan.

7.2 Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek bukan untuk
tujuan investasi atau lainnya. Oleh karena itu, investasi umumnya
diklasifikasikan sebagai setara kas hanya jika akan segera jatuh tempo
dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal perolehan.
Cerukan bank pada umumnya termasuk aktivitas pendanaan sejenis
dengan pinjaman. Namun, jika cerukan bank dapat ditarik sewaktu-
waktu dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan kas
entitas, maka cerukan tersebut termasuk komponen kas dan setara kas.

informasi yang disajikan dalam laporanarus kas

7.3 Entitas menyajikan laporan arus kas yang melaporkan arus kas untuk suatu
periode dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan.

Aktivitas operasi
7.4 Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil
utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada
umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain dan kondisi yang
memengaruhi penetapan laba atau rugi. Contoh arus kas dari aktivitas operasi
adalah:

(a) penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa;


(b) penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain;
(c) pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;
(d) pembayaran kas kepada dan atas nama karyawan
(e) pembayaran kas atau restitusi pajak penghasilan kecuali jika dapat
diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas
pendanaan daninvestasi;
69

(f) penerimaan dan pembayaran kas dari investasi, pinjaman, dan kontrak
lainnya yang dimiliki untuk tujuan perdagangan, yang sejenis dengan
persediaan yang dimaksudkan untuk dijual kembali. Beberapa transaksi,
seperti penjualan peralatan pabrik, dapat menimbulkan keuntungan
atau kerugian yang dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi.
Tetapi, arus kas yang menyangkut transaksi semacam itu
merupakan arus kas dari aktivitas investasi.

Aktivitas investasi
7.5 Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan pengeluaran kas
sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan
pendapatan dan arus kas masa depan. Contoh arus kas yang berasal dari
aktivitas investasi adalah:
(a) pembayaran kas untuk memperoleh aset tetap (termasuk aset tetap
yang dibangun sendiri), aset tidak berwujud (termasuk biaya
pengembangan yang dikapitalisasi) dan aset jangka panjang lainnya;
(b) penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud dan aset
jangka panjang lainnya;
(c) pembayaran kas untuk perolehan instrumen ekuitas atau utang entitas
lain dan bunga dalam joint venture (selain pembayaran untuk
instrumen yang diklasifikasikan sebagai kas atau setara kas atau
dimiliki untuk tujuan perdagangan);
(d) penerimaan kas dari penjualan instrumen ekuitas atau instrumen utang
dari entitas lain dan bunga dari joint venture (selain penerimaan dari
instrumen yang diklasifikasikan sebagai setara kas atau dimiliki untuk
tujuan perdagangan);
(e) uang muka dan pinjaman yang dilakukan dengan pihak lain;
(f) penerimaan kas dari pembayaran kembali uang muka dan pinjaman
yang dilakukan dengan pihak lain;

Aktivitas pendanaan
7.6 Contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah:
(a) penerimaan kas dari penerbitan saham atau instrumen ekuitas
lainnya;
(b) pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau
menebus saham entitas;
(c) penerimaan kas dari penerbitan pinjaman, wesel, dan pinjaman jangka
pendek atau jangka panjang lainnya;
(d) pelunasan pinjaman; dan
(e) pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo kewajiban yang
berkaitan dengan sewa pembiayaan (finance lease).

Pelaporan arus kas dari aktivitas operasi


7.7 Entitas melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan
salah satu metode berikut ini:
70

(a) metode langsung, dengan metode ini kelompok utama dari


penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau
(b) metode tidak langsung, dengan metode ini laba atau rugi bersih
disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas,
penangguhan (deferral) atau akrual dari penerimaan atau pembayaran
kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan
atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.

7.8 Dalam metode tidak langsung, arus kas neto dari aktivitas operasi ditentukan
dengan menyesuaikan laba atau rugi dari dampak:
(a) perubahan persediaan dan piutang usaha serta utang usaha selama periode
berjalan;
(b) pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, keuntungan dan
kerugian valuta asing yang belum direalisasi, laba entitas asosiasi
yang belum dibagikan dan hak minoritas; dan
(c) semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau
pendanaan.

Pelaporan arus kas dari aktivitas investasi dan pendanaan


7.9 Sebagai alternatif, arus kas neto dari aktivitas operasi disajikan dengan
metode tidak langsung dengan menyajikan pendapatan dan beban yang
diungkapkan dalam laporan laba rugi serta perubahan dalam
persediaan, piutang usaha dan utang usaha selama periode.

bunga dan dividen


7.10 Entitas melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto
dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan
pendanaan. Jumlah agregat arus kas yang berasal dari akuisisi dan dari
pelepasan aentitas nak atau unit usaha lain disajikan secara terpisah dan
diklasifikasikan sebagai arus kas dari aktivitas operasi.

7.11 Entitas mengungkapkan secara terpisah arus kas dari bunga dan dividen yang
diterima dan dibayarkan (bunga yang dibayarkan meliputi jumlah yang
dikapitalisasi sesuai kebijakan akuntansi yang dipilih. Entitas
mengklasifikasikan arus kas secara konsisten antar periode sebagai
aktivitas operasi,investasi atau pendanaan.

7.12 Entitas mengklasifikasikan bunga yang dibayarkan dan bunga dan dividen yang
diterima sebagai arus kas operasi karena termasuk laba atau rugi. Sebagai
alternatif, bunga yang dibayarkan dan bunga dan dividen yang diterima dapat
diklasifikasikan sebagai arus kas pendanaan dan arus kas investasi, karena
merupakan biaya perolehan sumber daya keuangan atau hasil investasi.

Pajak penghasilan

7.13 Dividen yang dibayarkan dapat diklasifikasi sebagai arus kas pendanaan
karena merupakan biaya perolehan sumber daya keuangan. Sebagai
71

alternatif, dividen yang dibayarkan dapat diklasifikasikan sebagai komponen


arus kas dari aktivitas operasi karena dividen dibayarkan dari arus kas operasi.

Transaksi non kas


7.14 Entitas mengungkapkan secara terpisah arus kas yang berkaitan dengan
pajak penghasilan dan mengklasifikasikannya sebagai arus kas aktivitas
operasi kecuali jika secara spesifik dapat diidentifikasikan dengan
aktivitas pendanaan dan investasi. Jika arus kas pajak dialokasikan pada lebih
dari satu jenis aktivitas, maka jumlah keseluruhan pajak yang dibayar
harus diungkapkan.

Komponen kas dan setara kas


7.15 Entitas mengeluarkan dari laporan arus kas, transaksi investasi dan
pendanaan yang tidak memerlukan penggunaan kas atau setara kas.
Entitas mengungkapkan transaksi semacam itu dalam laporan
keuangan sehingga memberikan semua informasi yang relevan mengenai
aktivitas investasi dan pendanaan tersebut.

7.16 Banyak aktivitas investasi dan pendanaan yang tidak mempunyai dampak
langsung terhadap arus kas saat ini meskipun memengaruhi struktur aset dan
modal entitas. Tidak dimasukkannya transaksi bukan kas dalam laporan arus
kas adalah konsisten dengan tujuan laporan arus kas sebab transaksi
tersebut tidak memengaruhi arus kas dalam periode berjalan. Contoh
transaksi nonkas adalah:
(a) perolehan aset secara kredit atau melalui sewa pembiayaan;
(b) akuisisi entitas melalui emisi saham; dan
(c) konversi utang menjadi modal.

Pengungkapan lain
7.17 Entitas mengungkapkan komponen kas dan setara kas dan menyajikan
rekonsiliasi jumlah yang dilaporkan di laporan arus kas dengan pos yang sama
yang disajikan di neraca.
72

H. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Tujuan
8.1 Catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan
keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan
dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria
pengakuan dalam laporan keuangan.

Struktur
8.2 Catatan atas laporan keuangan harus:
(a) menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan
dan kebijakan akuntansi khusus yang digunakan, sesuai dengan
paragraf 8.5 dan 8.6;
(b) mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam Standar ini tetapi
tidak disajikan dalam laporan keuangan; dan
(c) memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam
laporan keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan.

8.3 Catatan atas laporan keuangan disajikan secara sistematis sepanjang


hal tersebut praktis. Setiap pos dalam laporan keuangan merujuk-silang ke
informasi terkait dalam catatan atas laporan keuangan.

8.4 Secara normal urutan penyajian catatan atas laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
(a) suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan SAK UKM (lihat paragraf 3.2);
(b) ringkasan kebijakan akuntansi siginfikan yang diterapkan (lihat
paragraf 8.5);
(c) informasi yang mendukung pos-pos laporan keuangan, sesuai
dengan urutan penyajian setiap komponen laporan keuangan dan urutan
penyajian pos-pos tersebut.
(d) pengungkapan lain, termasuk:
(i) kewajiban kontinjensi dan aset kontinjensi (lihat Bab 20
Penyisihan dan Kontinjensi) dan komitmen kontraktual yang tidak
diakui;
(ii) pengungkapan nonkeuangan;
(iii) jumlah dividen yang diusulkan atau diumumkan sebelum tanggal
penyelesaian laporan keuangan, yang diotorisasi untuk
diterbitkan tetapi tidak diakui sebagai distribusi kepada pemilik
ekuitas selama periode, dan jumlah dividen per saham terkait; dan
(iv) jumlah dividen preferen kumulatif yang tidak diakui.

Pengungkapan kebijakan akuntansi


8.5 Dalam ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan harus
mengungkapkan:
(a) Dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan
73

keuangan;
(b) kebijakan akuntansi yang dipilih untuk suatu peristiwa, transaksi,
atau kondisi lain dalam hal Standar ini mengijinkan pemilihan
kebijakan akuntansi; dan
(c) kebijakan akuntansi lain yang digunakan yang relevan untuk
memahami laporan keuangan.

Informasi mengenai pertimbangan (judgement)


8.6 Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan manajemen dalam proses
penerapan kebijakan akuntansi dan mempunyai pengaruh paling
signifikan terhadap jumlah yang diakui dalam laporan keuangan, harus
diungkapkan secara terpisah dari hal-hal yang melibatkan estimasi, dalam
ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan atau catatan atas laporan
keuangan lainnya (lihat paragraf 8.7).

Informasi mengenai sumber pokok ketidakpastian estimasi


8.7 Informasi mengenai asumsi-asumsi pokok tentang masa depan dan sumber-
sumber pokok lain untuk mengestimasi ketidakpastian pada akhir periode
pelaporan, yang mempunyai risiko signifikan yang menyebabkan adanya
suatu penyesuaian material terhadap jumlah tercatat aset dan kewajiban
dalam laporan keuangan tahun berikutnya, harus diungkapkan entitas dalam
catatan atas laporan keuangan. Terkait aset dan kewajiban tersebut, catatan
atas laporan keuangan harus memasukkan rincian tentang:
(a) sifat; dan
(b) jumlah tercatat pada akhir periode pelaporan.
74

DAFTAR PUSTAKA

Sugiri Slamet, dan Sumiyana 1996, Akuntansi Keuangan Menengah


Ikatan Akuntan Indonesia 2009: Standar Akuntansi Keuangan Untuk Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAKETAP)

Anda mungkin juga menyukai