Nursyamsi Amalia k012192033 Ringkasan Buku MSDM
Nursyamsi Amalia k012192033 Ringkasan Buku MSDM
Oleh :
NURSYAMSI AMALIA K012192033
A. Pendahuluan
Sumber daya manusia kesehatan yaitu berbagai jenis tenaga kesehatan klinik
maupun nonklinik yang melaksanakan upaya medis dan intervensi kesehatan
masyarakat. Sumber daya manusia kesehatan (SDM Kesehatan) merupakan
tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan. Pendidikan, dan pelatihan,
serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna
mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
B. Profesional Kesehatan
Profesional kesehatan terdiri dari: dokter, perawat, dokter gigi, apoteker,
dokter mata, psikolog, praktisi nonphysician, seperti asisten dokter dan praktisi per
awat; administrator kesehatan, dan profesional kesehatan lainnya yang terdiri dari
fisioterapi medis dan radiografer, pekerja sosial, pendidik kesehatan, dan tenaga
pendukung lainnya. Para profesional kesehatan yang diwakili oleh masing-
masing asosiasi professional.
Profesional kesehatan bekerja di berbagai organisasi kesehatan termasuk di
rumah sakit, di puskesmas, organisasi managed care (MCOs), organisasi kesehatan
mental, perusahaan farmasi, laboratorium, lembaga penelitian, dan sekolah
kedokteran, keperawatan, dan profesi kesehatan lainnya
Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secaraaktif dan profesional di
bidang kesehatan, berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu
memerlukan upaya kesehatan. Ada 2 bentuk dan cara penyelenggaraan SDM kesehatan,
yaitu :
1. Tenaga kesehatan, yaitu semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di
bidang kesehatan berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu
memerlukan upaya kesehatan.
2. SDM Kesehatan yaitu tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan,
pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan
saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
Pelayanan kesehatan yang berkualitas akan menghasilkan kesehatan yang
maksimal untuk masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari sarana dan prasarana serta
kompetensi sumber daya manusia. Untuk mendukung pencapaian pelayanan kesehatan
yang baik diberikan oleh tenaga kesehatan yang profesional. Alasan utama untuk
peningkatan ketersediaan profesional kesehatan antara lain karena faktor:
perkembangan teknologi ;
spesialisasi ;
cakupan asuransi kesehatan ;
penuaan penduduk, dan
proliferasi berbagai pengaturan pelayanan kesehatan.
Perilaku profesional tenaga kesehatan dicerminkan dari profesionalismenya,
enam unsur profesionalisme yang harus dimiliki adalah alturisme (alturism),
akuntabilitas (accountability), keunggulan (exellence), tugas atau kewajiban (duty),
kehormatan dan integritas (honor and integrity), menghormati orang lain (respect to
others)(Sandjaya, 2014)
C. Peran Profesional Kesehatan
Tujuan SDM Kesehatan, secara khusus bertujuan untuk menghasilkan sumber
daya manusia kesehatan yang memiliki kompetensi sebagai berikut :
1. Mampu mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang promosi kesehatan dengan cara menguasai dan memahami
pendekatan, metode dan kaidah ilmiahnya disertai dengan ketrampilan
penerapannya didalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia
kesehatan.
2. Mampu mengidentifikasi dan merumuskan pemecahan masalah pengembangan dan
pengelolaan sumber daya manusia kesehatan melalui kegiatan penelitian.
3. Mengembangkan/meningkatkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan
ketajaman analisis permasalahan kesehatan,merumuskan dan melakukan
advokasi program dan kebijakan kesehatan dalam rangka pengembangan dan
pengelolaan sumber daya manusia kesehatan.
D. Tantangan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Secara terperinci dapat digambarkan perkembangan dan hambatan situasi
sumber daya kesehatan sebagai berikut:
1. KetenagaanTenaga kesehatan merupakan bagian terpenting didalam peningkatan
pelayanan kesehatan di Kabupaten Tangerang, peningkatan kualitas harus
menjadi prioritas utama mengingat tenaga kesehatan saat ini belum sepenuhnya
berpendidikan D-III serta S-1 sedangkan yang berpendidikan SPK serta
sederajat minim terhadap pelatihan tehnis, hal ini juga berkaitan dengan globalisasi
dunia dan persaingan terhadap kualitas ketenagaan harus menjadi pemicu.
2. Pembiayaan KesehatanPembiayaan terhadap pelayanan kesehatan menjadi salah
satu faktor utama didalam peningkatan pelayanan kesehatan, baik untuk belanja
modal maupun belanja barang. Didalam upaya peningkatan pembiayaan
terhadap sektor kesehatan dianggarkan melalui dana APBN, APBD Provinsi
dan Kabupaten, serta sumber lainnya.
3. Sarana Kesehatan DasarKomponen lain didalam sumber daya kesehatan yang
paling penting adalah ketersedian sarana kesehatan yang cukup secara
jumlah/kuantitas dan kualitas bangunan yang menggambarkan unit sarana
pelayanan kesehatan yang bermutu baik bangunan utama, pendukung dan
sanitasi kesehatan lingkungan. Pembangunan sarana kesehatan harus dilengkapi
dengan peralatan medis, peralatan nonmedis, peralatan laboratorium beserta
reagensia, alat pengolah data kesehatan, peralatan komunikasi, kendaraan roda empat
dan kendaraan roda dua
E. Tatanan SDM dalam Kesehatan
1. Upaya Perencanaan SDM Kesehatan
Penyusunan rencana kebutuhan SDM Kesehatan dilakukan dengan
memperhatikan kebutuhan SDM Kesehatan yang diutamakan, baik dalam upaya
kesehatan primer maupun upaya kesehatan sekunder serta tersier.
2. Upaya Pengadaan SDM Kesehatan
Upaya pengadaan SDM Kesehatan adalah dengan melaksanakan
pendidikan dan pelatihan SDM Kesehatan. Standar pendidikan tenaga kesehatan
dan pelatihan SDM Kesehatan mengacu kepada standar pelayanan dan standar
kompetensi SDM Kesehatan dan perlu didukung oleh etika profesi SDM
Kesehatan tersebut. Pemerintah dengan melibatkan organisasi profesi dan
masyarakat menetapkan standar kompetensi dan standar pendidikan yang
berlaku secara nasional. Pemerintah bertanggungjawab mengatur pendirian
institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan tenaga kesehatan yang
dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan
3. Upaya Pendayagunaan SDM Kesehatan
Pemerintah Pusat bekerjasama dengan Pemerintah Daerah melakukan
upaya penempatan tenaga kesehatan yang ditujukan untuk mencapai pemerataan
yang berkeadilan dalam pembangunan kesehatan. Dalam rangka penempatan
tenaga kesehatan untuk kepentingan pelayanan publik dan pemerataan,
pemerintah melakukan berbagai pengaturan untuk memberikan imbalan material
atau non material kepada tenaga kesehatan untuk bekerja di bidang tugas
atau daerah yang tidak diminati, seperti daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah
perbatasan, pulau-pulau terluar dan terdepan, serta daerah bencana dan rawan
konflik (Depkes RI, 2009).
4. Upaya Pembinaan dan Pengawasan SDM Kesehatan
Pembinaan penyelenggaraan pengembangan dan pemberdayaan SDM
Kesehatan di berbagai tingkatan dan atau organisasi memerlukan komitmen
yang kuat dari pemerintah dan dukungan peraturan perundang-undangan
mengenai pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan tersebut.
Pembinaan dan pengawasan praktik profesi bagi tenaga kesehatan profesi
dilakukan melalui sertifikasi, registrasi, uji kompetensi dan pemberian lisensi
bagi tenaga kesehatan yang memenuhi syarat (Depkes RI, 2009).
BAB II
ANALISIS DAN DESAIN PEKERJAAN
A. Pengertian Rekrutmen
Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan hal yang penting
dalam pencapaiaan tujuan. Umumnya pimpinan perusahaan mengharapkan
kinerja yang baik dari masing-masing karyawan dalam mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh perusahaan. Perusahaan menyadari bahwa Sumber Daya Manusia
(SDM) merupakan modal dasar dalam proses pembangunan perusahaan bahkan
nasional, oleh karena itu kualitas SDM senantiasa harus dikembangkan dan
diarahkanagar tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Salah
satu aktivitas dalam pengelolaan SDM adalah rekrutmen dan seleksi. Rekrutmen
merupakan serangkaian aktivitas untuk mencari dan memikat pelamar kerja
dengan motivasi, kemampuan, keahlian dan pengetahuan yang diperlukan guna
menutupi kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian
B. Tujuan Rekrutmen
Adapun tujuan dari rekrutmen yaitu:
1. Untuk memikat sekumpulan besar pelamar kerja sehingga organisasi akan
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk melakukan pemilihan
terhada calon-calon pekerja yang diangggap memenuhu standar kualifikasi
organisasi.
2. Tujuan pasca pengangkatan adalah penghasilan karyawan-karyawan yang
merupakan pelaksana-pelaksana yang baik dan akan tetap bersama dengan
perusahaan samai jangka waktu yang masuk akal
3. Upaya-upaya perekrutan hendaknya mempunyai efek luberan yakni citra
umum organisasi haruslah menanjak, dan bahkan pelamar-pelamar yang gagal
haruslah mempunyai kesan-kesan positif terhadap perusahaan.
C. Prinsip-prinsip Rekrutmen
Agar rekrutmen dapat terselenggara dengan efektif, maka perusahaan
perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1. Mutu karyawan yang akan direkrut harus sesuai dengan kebutuhan
perusahaan,
2. Jumlah karyawan yang dibutuhkan harus sesuai dengan jabatan yang
tersedia
D. Proses Rekrutmen
Proses rekrutmen dimulai dengan upaya menemukan calon karyawan yang
memiliki kemampuan dan sikap yang dibutuhkan oleh organisasi dan
mencocokkannya dengan tugas-tugas yang harus dijalankan. Menurut
Ivancevich, salah satu faktor yang memengaruhi tanggapan calon karyawan atau
pelamar terhadap langkah rekrutmen yang dilakukan adalah sikap mereka
terhadap tugas-tugas dan organisasi, yang didasarkan atas pengalaman sosial dan
pengalaman kerja yang mereka miliki
E. Interaksi Rekrutmen dengan Praktik Manajemen Sumber Daya Manusia
Rekrutmen merupakan proses komunikasi dua arah. Pelamar pelamar
menghendaki informasi yang akurat mengenai seperti apakah rasanya bekerja di
dalam organisasi bersangkutan. Organisa-organisasi sangat menginginkan
informasi yang akurat tentang seperti apakah pelamar-pelamar tersebut jika
kelak mereka jadi diangkat pegawai. Pelamar-pelamar maupun organisasi-
organisasi saling mengirimkan sinyal-sinyal tentang hubungan kepegawaian.
Pelamar-pelamar menunjukkan bahwa mereka adalah calon-calon yang memikat dan
harus mendapatkan tawaran-tawaran pekerjaan; pelamar-pelamar juga mencoba
meminta organisasi agar memberikan informasi guna menentukan apakah mereka
akan bergabung dengannya. Organisasi ingin menunjukkan bahwa mereka
merupakan tempat yang baik untuk bekerja; mereka ingin mendapatkan
sinyal-sinyal dari pelamar-pelamar yang memberikan gambaran sejujurnya nilai
potensial mereka kelak sebagai karyawan. Kendati biaya-biaya rekutmen
mungkin saja mahal, organisasi tidaklah selalu memandang rekrutmen secara
sistematis sebagaimana hal fungsi-fungsi sumber daya manusia lainnya seperti
seleksi. Namun demikian, arti penting aktivitas rekrutmen tampaknya semakin
semarak dewasa ini karena dua sebab. Pertama, mayoritas perusahaan
menganggap bahwa mereka akan menghadapi kekurangan-kekurangan
karyawan yang memiliki keahlian-keahlian yang dibutuhkan untuk pekerjaan-
pekerjaan modem. Kedua, perampingan bisnis dan langkah-langkah
penghematan biaya yang dilancarkan oleh banyak perusahaan dalam tahun-
tahun terakhir telah menyebabkan anggaran-anggaran rekrutmen yang semakin
kecil dibandingkan sebelumnya. Dengan demikian, para perekrut harus
mengetahui kiat-kiat baru dan lebih efektif biaya dalam upaya memikat pelamar-
pelamar yang berbobot
F. Sumber dan Metode dalam Proses Rekrutmen
Proses pelaksanaan rekrutmen dalam perusahaan pasti menerapkan suatu
metode didalamnya. Metode rekrutmen sendiri adalah suatu cara yang diterapkan
perusahaan dimana telah dipilih manakah yang paling tepat untuk diterapkan.
Setiap perusahaan memiliki dan menerapkan metode yang berbeda-beda sesuai
dengan kebutuhannya. Metode rekrutmen akan berpengaruh besar terhadap
banyaknya lamaran yang masuk kedalam perusahaan. Menurut Hasibuan (2010)
metode rekrutmen calon karyawanbaru ada 2, yaitu metode tertutup dan metode
terbuka
BAB V
SELEKSI
A. Pengertian Seleksi
Seleksi karyawan adalah proses mengumpulkan dan mengevaluasi
informasi tentang pelamar kerja untuk menemukan seseorang yang tepat
untuk memperpanjang tawaran kerja kepadanya. Seluruh proses seleksi sebagian
besar adalah masalah prediksi tentang yang mana diantara sekumpulan pelamar
untuk suatu posisi lebih mungkin untuk mencapai "keberhasilan dalam
pekerjaan." Tentu saja, definisi sukses dalam pekerjaan tidak selalu mudah.
Prestasi kerja dapat didefinisikan dalam istilah kemahiran teknis, tetapi juga
dapat mencakup umur panjang di suatu posisi atau "kesesuaian" dengan
tujuan organisasi. Dengan demikian, mengevaluasi efektivitas proses seleksi tidak
hanya mencakup waktu yang dibutuhkan untuk mengisi posisi tapi juga
kinerja seseorang, masa kerja di organisasi, dan faktor lainnya.
B. Pentingnya Seleksi
Ada tiga alasan utama memilih karyawan yang tepat; Pertama
prestasi perusahaan sebagian bergantung pada bawahan, karyawan dengan
skill yang tepat akan mampunmelakukan pekerJaan yang jauh lebih baik untuk
perusahaan daripada karyawan yang tidak mempunyai keterampilan atau skill
yang sesuai untuk perusahaan tidak akan berprestasi secara positif. Kedua
hal ini penting karena merekrut dan memperkerjakan karyawan
membutuhkan biaya yang mahal. Ketigahal ini penting karena akan ada
dampak hukum dari memperkerjakan orang yang tidak berkompeten.
Contohnya dalam sebuah kasus seorang manajer apartmen memiliki kunci
cadagan kamar seorang wanita dan menyerang wanita itu dan Pengadilan
memutuskan pemilik apartmen dan Operatornya dalam memeriksa latar
belakang manajer itu dengan baik sebelum memperkerjakan dan
Kesalahanmemperkerjakan adalah memperkerjakan pekerja dengan latar
belakang yang dipertanyakan tanpa perlindungan yang tepat dan Kesalahan
memperkerjakan perlu digaris bawahi selagi kebutuhan untuk memikirkan apa
sebenarnya persyaratan dari pekerjaan itu
C. Proses/Tahap-Tahap
Seleksi Dalam proses seleksi,dikenal dua jenis pendekatan atau
filosofi, yakni sistem gugur dan sistem kompensasi. Pada pendekatan yang
pertama, seorang peserta mengikuti tahap seleksi satu demi satu secara
berjenjang. Jika tidaklulus pada satu tahap, maka peserta dinyatakan gugur
dan tdak dapat mengikuti tahapan seleksi berikutnya.
Pada sistem kompensasi, peserta mengikuti seluruh tahap
seleksiatau seluruh tes yang diberikan. Kelulusan peserta ditentukan dengan
mengevaluasi nilai atau hasil seluruh tahap atau tes itu. Nilai tinggi pada
satu tahap atau tes dapat mengkompensasi nilai rendah pada tahap atau tes yang
lain.
D. Mekanisme Pengambilan Keputusan Penerimaan
Penilaian kompetensi calon karyawan akan mendeskripsikan
kemampuan SDM sesuai dengan unit kerjanya. Adapunkompetensi itu
sendiri akan merupakan kombinasi dari pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan perilaku yang dimiliki calon karyawan agar dapat melaksanakan tugas
dan peran pada jabatan yang diduduki secara produktif dan professional.
BAB VI
ORIENTASI DAN PENEMPATAN
A. Pengertian Orientasi
Orientasi adalah memperkenalkan para karyawan baru dengan peranan
atau kedudukan mereka, dengan organisasi dan dengan para karyawan lain.
orientasi memberikan informasi mengenai latar belakang kepada karyawan baru
yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan secara memuaskan, seperti informasi
perusahaan.Program ini bisa dimulai dari perkenalan singkat secara informal atau
dengan kursus formal yang panjang
B. Tipe Orientasi
Menurut Akmal (2016) konsep orientasi menjadi lima tipe, yaitu getting high,
getting balanced, getting secure, getting free, dan getting ahead. Lima tipe
orientasi karir memiliki karakteristik yang berbeda. Karyawan dengan tipe getting
high cenderung menyukai pekerjaan yang menarik, tantangan, dan kesempatan
dalam pengembangan diri. Karyawan tipe gettingbalancedadalah mereka yang
membutuhkan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Karyawan
tipe getting secure membutuhkan keamanan dalam pekerjaan dan cenderung
memiliki solidaritas serta tertib dalam bekerja. Karyawan dengan tipe getting
free adalah karyawan yang memerlukan otonomi dalam bekerja dan mencari
kebebasan. Sedangkan karyawan dengan tipe getting aheadadalah mereka yang
membutuhkan pengakuan dalam bekerja dan mencapai kemajuan melalui jajaran
organisasi. Tipe orientasi karir yang dimiliki karyawan menjadi faktor yang
menentukkan kesuksesan karir
C. Merencanakan, Mengemas, dan Mengevaluasi Program Orientasi
Program orientasi bisa dilakukan dalambentuk pengenalan ringkas dan
informal, dalam program orientasi topik-topik umumnya disampaikan kepada
pegawai baru adalah isu-isu organisasi, hak-hak dan fasilitas untuk karyawan,
perkenalan, tugas-tugas yang akan dijalankan. Tanggung jawab terhadap orientasi
dibagi antara bagian kepegawaian dan pengawas langsung. Bagian kepegawaian
biasanya memperkenalkan karyawan mengenai masalah dan manfaat organisasi
yang luas. Pengawas menangani pengenalan dan pelatihan di tempat kerja dan
membantu karyawan menyesuaikan dengan kelompok kerja. Bagian
kepegawaian dan pengawas perlu mengetahui beberapa kesulitan umum yang
dapat mengurangi suksesnya program orientas
D. awal Penempatan Karyawan
Langkah dalam menghasilkan sumber daya manusia yang terampil dan handal
perlu adanya suatu perencanaan dalam menentukan karyawan yang akan mengisi
pekerjaan yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan. Keberhasilan dalam
pengadaan tenaga kerja terletak pada ketepatan dalam penempatan karyawan,
baik penempatan karyawan baru maupun karyawan lama pada posisi jabatan baru.
E. Promosi
Promosi adalah perpindahan yang memperbesar authoritykaryawan ke
jabatan yang lebih tinggi di dalam satu organisasi sehingga kewajiban, hak,
status dan penghasilannya semakin besar(Priyono & Darma, 2016).
Promosi jabatan adalah memperbesar wewenang dan tanggung jawab ke
jabatan yang lebih tinggi dalam organisasi sehingga hak, status dan
penghasilan mereka akn besar. Kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam
mempromosikan karyawannya, yaitu: senoritas, kualifikasi pendidikan, prestasi
kerja, karsa dan daya cipta, tingkat loyalitas, kejujuran dan supelitas (Nugraha &
Surya, 2016).
F. Demosi
Organisasi perusahaan maupun organisasi non-profil selalu menuntut agar
setiap karyawan senantiasa melaksanakan tugasnya dengan baik. Jika karyawan
tidak melaksanakan pekerjaan dengan baik maka kemungkinan akan dilakukan
demosi atau pemberhentian. Ini karena perusahaan yang penting karyawan harus
bekerja dengan baik agar tujuan organisasi tercapai. Semuanya itu dapat terjadi
bila karyawan bekerja dengan seoptimal mungkin (Priyono & Darma, 2016).
Masalah”demotion”(penurunan pangkat) juga sering mempertimbangkan
unsur senioritas ini. Masalah ”demotion”, merupakan pemindahan seorang
karyawan kejabatan lain yang lebih rendah, dengan wewenang lebih rendah serta
gaji/upah lebih rendah pula.Demosi merupakan salah satu bentuk pendisiplinan
yang masih dipertanyakan unsur pendidikannya. Dengan kata lain demosi
sebenarnya merupakan bentuk hukuman terhadap karyawan yang tidak
mampu mengerjakan tugasnya
BAB VII
PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MANAJEMEN KOMPENSASIA.
A. Pengertian Kompensasi
Kompensasi sering juga disebut penghargaan dan dapat didefinisikan
sebagai setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai
balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada perusahaan. Kompensasi
sebagai segala sesuatu yang dikonstitusikan atau dianggapsebagai suatu balas
jasa atau ekuivalen. Bagi organisasi/perusahaan kompensasi berarti penghargaan
kepada para pekerja yang telah memberikan kontribusi dalam mewujudkan
tujuannya, melalui kegiatan yang disebut bekerja (Nawawi, 2003). Berdasarkan
beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa definisi kepuasan
kompensasi adalah sikap karyawan yang merasa senang atas besarnya jumlah
imbalan,baik dalam bentuk financial maupun non finansial sebagai balas jasa
untuk kerja mereka.
Kompensasi dapat diberikan ke dalam berbagai bentuk atau istilah,
antara lain: gaji, tunjangan dan bonus. Gaji adalah balas jasa dalam bentuk
uang yang diterima karyawan sebagai konsekuensi dari statusnya sebagai
seorang pegawai yang memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan
perusahaan/organisasi (Kadarisman, 2012). Tingkat gaji di perusahaan sangat
penting, karena mempengaruhi kemampuan organisasi memikat dan
mempertahankan karyawan yang kompeten dan posisi kompetitifnya di pasar produk.
Kebijakan tingkat gaji yang sehat dapat mencapai tiga tujuan, yaitu: memikat
suplai tenaga kerja yang memadai mempertahankan karyawan saat ini tetap
puas dengan tingkat kompensasi mereka, dan menghindari terjadinya tingkat
perputaran karyawan yang mahal (Kadarisman, 2012).
B. Tujuan Manajemen Kompensasi
Werther dan Davis (2003) menyatakan bahwa tujuanmanajemen
kompensasi adalah:
1) Memperoleh personel berkualitas Kompensasi perlu ditetapkan cukup tinggi
untuk menarik pelamar. Tingkat pembayaran harus tanggap terhadap
permintaan dan penawaran tenaga kerja di pasar kerja karena harus bersaing
untuk mendapatkan tenaga kerja.
2) Mempertahankan karyawan yang ada Pekerja dapat keluarapabila tingkat
konpensasi tidak kompetitif terhadap organisasi lain, dengan akibat
perputaran tenaga kerja tinggi. Dengan demikian, perlu
dipertimbangkan mana yang lebih baik dan menguntungkan antara
meningkatkan kompensasi dengan mencari pekerja baru dengan
konsekuensi harus melatih kembali pekerja baru.
3) Memastikan keadilan Manajemen kompensasi berusaha keras menjaga
keadilan internal dan eksternal. Keadilan internal memerlukan bahwa
pembayaran dihubungkan dengan nilai relatif pekerjaan sehingga
pekerjaan yang sama mendapatkan pembayaran sama. Keadilan eksternal
berarti membayar pekerja sebesar apa yang diterima pekerja yang setingkat
oleh perusahaan lain.
4) Menghadapi perilaku yang diinginkan Pembayaran harus memperkuat
perilaku yang diinginkan dan bertindak sebagai insentif untuk perilaku di
masa depan. Rencana kompensasi yang efektif menghargai kinerja, loyalitas,
keahlain dan tanggung jawab.
5) Mengawasi biaya Sistem kompensasi yang rasional membantu
organisasi memelihara dan mempertahankan pekerja pada biaya yang wajar.
Tanpa manajemen kompensasi yang efektif, pekerja dapat dibayar terlalu tinggi
atau terlalu rendah.
6) Mematuhi peraturan Sistem upah dangaji yang baik mempertimbangkan tantangan
legal yang dikeluarkan pemerintah dan memastikan pemenuhan pekerja.
7) Memfasilitasi saling pengertian Sistem manajemen kompensasi harus mudah
dipahami oleh spesialis sumber daya manusia, manajer operasi dan pekerja.
Dengan demikian, terbuka saling pengertian dan menghindari kesalahan
persepsi.
8) Efisiensi administratif selanjutnya Program upah dan gaji harus dirancang
dapat dikelola secara efisien, meskipun tujuan ini merupakan pertimbangan
sekunder
C. Survei Upah dan Gaji Upah dan gaji
merupakan kompensasi sebagai kontra prestasi atas pengorbanan
pekerja, umumnya diberikan atas kinerja yang telah dilakukan berdasarkan
standar kinerja yang ditetapkan maupun disetujui bersama berdasarkan
personal kontrak. Upah dan gaji dapat dibayarkan atas pekerjaan dalam periode
tertentu, biasanya sebagai pembayaran bulanan. Namun untuk upah dapat lebih
bervaariasi tergantung dari jenis dan sifat pekerjaannya. Menurut waktunya,
upah dapat diberikan dalam ukuran harian, mingguan, dua mingguan
dansebagainya. Namun, upah dapat pula diberikan atas dasar prestasi atau
produksinya seperti pembayaran saling mendukung, kerja sama dan
pemecahan masalah kelompok dan kemudian tahap membayar insentif untuk
hasil tim; Perlu memastikan bahwa anggota tim melihat dengan jelas hubungan
antara pekerjaan mereka sendiri dengan hasil kerja tim ketika membayar hasil
kerja tim.
Skill based pay Skill based paymerupakan upah yang dibayar pada tingkat
yang diperhitungkan dan berdasar pada keterampilan dimana pekerja menguasai,
menunjukkan, dan berkembang dalam mewujudkan pekerjaan mereka (Gibson,
dkk, 2000). Skill based pay sering juga dinamakan knowledge based pay atau
multi based pay yang menghargai individu atas apa yang mereka ketahui tentang
bagaimana melakukan sesuatu. Pekerja dibayar untuk rentang, kedalaman dan
tipe keterampilan yang menunjukkan kemampuan. Keuntungan skill based pay
adalah memberikan motivasi kuat pada pekerja untuk mengembangkan
keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan, memperkuat rasa percaya diri,
dan tenaga kerja yang fleksibel.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Kompensasi
Faktor-faktor ini merupakan tantangan setiap perusahaan untuk
menentukan kebijaksanaan kompensasi untuk karyawan. Faktor-faktor tersebut
antara lain sebagal berikut (Notoatmodjo, 2009):
1) Produktivitas Perusahaan apa pun berkeinginan untuk memperoleh
keuntungan. Keuntungan ini dapat berupa material, maupun
keuntungan non material. Untuk itu perusahaan harus mempertimbangkan
produktivitas karyawannya dalam kontribusinya terhadap keuntungan
perusahaan
2) Kemampuan Untuk Membayar Pemberian kompensasi akan tergantung kepada
kemampuan perusahaan itu untuk membayar (ability to pay).
3) Kesediaan Untuk Membayar Kesedian untuk membayar akan
(willingness to pay) akan berpengaruh terhadap kebijaksanaan
pemberian kompensasi kepada karyawannya.
4) Permintaan Tenaga Kerja Banyak sedikitnya tenaga kerja di pasaran kerja
akan mempegaruhi sistem pemberian kompensasi.
5) Organisasi Karyawan Dengan adanya organisasi-organisasi karyawan akan
mempengaruhi kebijakan pemberian kompensasi.
6) Berbagai Peraturan dan Perundang-Undangan Dengan semakin baik sistem
pemerintahan, maka makin baik pula sistem perundang-undangan
termasuk di bidang perburuhan (karyawan) atau ketenagakerjaan.
Departemen Sumber Daya Manusia atau manajer sumber daya manusia
umumnya hanya memiliki otoritas staff, yaitu membantu manajermanajer operasi
perusahaan dalam upaya peningkatan dukungan sumber daya manusia, misalnya
melakukan analisis jabatan, melakukan rancangan pekerjaan yang lebih efektif,
pelaksanaaan pelatihan dan pengembangan, dan lain lain. Akan tetapi, untuk hal hal
tertentu, karena keahliannya dan untuk tujuan keseragaman departemen sumber
daya manusia,top manajemen dapat memberikan hak hak kepada departemen
SDM untuk memutuskan sesuatu, misalnya menentukan program program benefit
atau kesejahteraan
BAB X
PENILAIAN KINERJA