Jtptunimus GDL Anafitrian 7443 3 Babii PDF
Jtptunimus GDL Anafitrian 7443 3 Babii PDF
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
radikal bebas tanpa mengganggu fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari
radikal bebas.
Menurut Kartikawati (1999), terdapat tiga macam mekanisme kerja
antioksidan pada radikal bebas, yaitu:
a. Antioksidan primer yang mampu mengurangi pembentukan radikal bebas
baru dengan cara memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi
produk yang lebih stabil. Contohnya adalah superoskida dismutase (SOD),
glutation peroksidase, dan katalase yang dapat mengubah radikal
superoksida menjadi molekul air.
b. Antioksidan sekunder berperan mengikat radikal bebas dan mencegah
amplifikasi senyawa radikal. Beberapa contohnya adalah vitamin A
(betakaroten), vitamin C, vitamin E, dan senyawa fitokimia.
c. Antioksidan tersier berperan dalam mekanisme biomolekuler, seperti
memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas
B. Zat Gizi
Manusia mendapatkan gizi dari makanan yang mereka konsumsi yang
berasal dari hewani dan nabati. Antara lain karbohidrat, protein, dan lemak yang
disebut zat gizi makro, serta vitamin dan mineral yang disebut sebagai zat gizi
mikro. Juga diperlukan air dan mineral untuk memperlancar proses metabolisme.
Tubuh manusia memerlukan beraneka ragam zat gizi untuk mendapatkan angka
kecukupan gizi yang seimbang, jika kelebihan atau kekurangan salah satu zat gizi
tertentu dapat merugikan tubuh manusia, oleh karena itu maka perlu disusun
perencanaan pola makan yang benar. Makanan yang seimbang telah mengandung
zat pembangun, zat pengatur, dan zat tenaga (Almatsier, 2009).
Vitamin adalah suatu senyawa organik yang terdapat di dalam makanan
dalam jumlah yang sedikit. Vitamin dapat larut di dalam air dan lemak. Vitamin
yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K, dan yang larut dalam air
adalah vitamin B dan C (Dorland, 2006).
11
1. Vitamin A (Betakaroten)
Vitamin A memiliki peran sebagai antioksidan dengan cara
mendonorkan elektron dari atomnya kepada radikal bebas untuk berikatan
dengan elektron yang tidak berpasangan (tunggal) dari radikal bebas tanpa
menjadi radikal bebas baru (Kartawiguna, 1998). Vitamin A merupakan salah
satu jenis vitamin yang larut lemak. Vitamin A membantu menjaga
pertumbuhaan jaringan epitel, mata, rambut dan tulang. Selain itu juga
digunakan untuk pengobatan kelainan kukit seperti acne. Vitamin mempunyai
efek toksik jika digunakan secara berlebihan (Kamiensky, Keogh 2006).
a. Fungsi Vitamin A Sebagai Antioksidan
Betakaroten merupakan salah satu bentuk pigmen dari karoten
(carotenoid). Karoten berfungsi sebagai antioksidan, sedangkan
betakaroten merupakan salah satu bentuk senyawa karoten sebagai
penawar yang kuat untuk oksigen reaktif (suatu radikal bebas destruktif )
(Tim Redaksi Vitahealth, 2004). Ditambahkan oleh Esvandiary (2007)
bahwa beta karoten juga mampu menangkap oksigen reaktif dan radikal
peroksil lalu menetralkannya. Hidajat (2005) mengatakan bahwa
12
3. Vitamin E (Tokoferol)
Selain vitamin A, C dan vitamin E juga dikenal sebagai vitamin yang
berfungsi sebagai antioksidan. Vitamin E mampu bereaksi dengan lipid
peroksidase yang dibentuk dari asam lemak tak jenuh ganda yang bereaksi
dengan radikal bebas. Hasil dari reaksi vitamin E dengan lipid peroksidase
menghasilkan komponen tokoferoksil radikal yang tidak reaktif (Murray,
2003).
Vitamin E adalah substansi yang larut dalam lemak. Vitamin ini
merupakan antioksidan utama dalam semua membran seluler, dan melindungi
asam lemak tak jenuh terhadap peristiwa oksidasi. (Tuminah, 1999). Vitamin E
adalah vitamin yang larut dalam lemak dan dapat melindungi jantung, anteri,
dan komponen seluler untuk tetap melakukan oksidasi dan mencegah lisis sel
darah merah. Jika terdapat ketidakseimbangan garam, sekresi pancreas, dan
lemak, vitamin E diabsorbsi disaluran pencernaan dan disimpan di seluruh
jaringan, terutama liver, otot, dan jaringan lemak. 75% dari jumlah vitamin E
diekskresi di empedu dan sisanya melalui urin (Kamiensky, Keogh 2006).
Vitamin E terdiri atas beberapa macam diantaranya adalah α-tokoferol,
β-tokoferol, δ-tokoferol, dan γ-tokoferol. Komponen vitamin E yang paling
17
jenuh ganda dan komponen membran sel lain dari oksidasi radikal bebas
(Almatsier, 2009).
Agar tidak terjadi kerusakan sel oleh radikal bebas maka untuk
mencegah oksidasi/kerusakan oleh radikal bebas diperlukan sejumlah
antioksidan yang larut dalam lemak dan larut dalam air. Vitamin E
merupakan antioksidan yang larut dalam lemak. Antioksidan sendiri
bekerja secara sinergi untuk memunahkan radikal bebas tersebut (Muhillal,
2004).
Peroksidase lipida dan vitamin E, membrane sel terutama terdiri atas
asam lemak tidak jenuh ganda yang sangat mudah dioksidasi oleh radikal
bebas. Proses peroksidasi lipida dapat menyebabkan kerusakan dan dapat
dicegah bila semua radikal bebas dapat dipubahkan oleh antioksidan. Proses
ini dimlai oleh radikal bebas OH+ yang mengikat satu hydrogen dari asam
lemak tidak jenuh ganda/ALTJG:H, sehingga membentuk radikal ALTJG
(ALTJG´). ALTJG´ bereaksi dengan oksigen dan membentuk radikal bebas
peroksil (ALTJG:OO´), yang kemudian bereaksi dengan ALTJG:H lain
hingga membentuk suatu hidroksiperoksida (ALTJG:OOH) dan suatu
ALTJG´ lagi. Peranan biologik utama vitamin E aalah memutuskan rantai
proses peroksidasi lipida dengan menyumbangkan suatu atom hydrogen dari
gugus OH pada cincinnya ke radikal bebas, sehingga membentuk radikal
vitamin E yang stabil dan tidak merusak (Almatsier, 2009).
Sistem pertahanan antioksidan, bila vitamin E tidak berhasil
mencagah pembentukan ALTJG:OOH di dalam membran sel ada sistem
pertahanan lain yang berperan. ALTJG:OH dapat dilepaskan dari fosfolipida
oleh enzim fosfolipase A₂ dan dipunahkan di dalam sitoplasma sel oleh
enzim glutation peroksidase yang mengandung selenium. Jadi aktivitas
antioksidan vitamin E dan selenium melalui glutation peroksidase sangat erat
berkaitan satu sama lain. Enzim antioksidan penting lain adalah superoksida
19