A. Pendahuluan
dilakukan secara sembarangan. Dalam hal ini yang paling utama dalam
adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu, setiap
(agent of change).
Dan salah satu komponen operasional pendidikan sebagai sistem adalah kurikulum,
dimana ketika kata itu dikatakan, maka akan mengandung pengertian bahwa materi
yang diajarkan atau dididikkan telah tersusun secara sistematik dengan tujuan yang
hendak dicapai.
1
Asep Herry Hernawan, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Universitas Terbuka:
Jakarta, Cetakan I hal. 1-3.
1
pendidikan karena kurikulum menentukan proses pelaksanaan dan hasil daripada
rekonstruktivisme.
kajian tentang aliran filsafat, kita mengenal empat aliran filsafat, yaitu idealism,
tertentu, namun ada kalanya didukung oleh lebih dari satu akar filsafat.
filsafat pragmatism.
Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita kenalkan pada berbagai
dalam kurikulum.
2
Ornstein C. Allan & Hunkins P. Francis. (2004). Curriculum: Foundations, principles,
and issues. Fourth edition. Boston: Allyn and Bacon.
2
1. Perenialism
sekarang sebagai zaman yang kurang “sehat”, dan untuk mengembalikan kepada
keadan semula diperlukan “dokter” yang sudah terkenal. Aliran ini juga menganggap
dengan menunjuk kepada apa yang telah dihasilkan oleh zaman Yunani dan abad
menghendaki kembali pada jiwa yang menguasai peradaban skolastik Yunani dan
abad pertengahan, karena ia merupakan jiwa yang menuntun manusia hingga dapat
Dalam hal kurikulum, aliran ini menganggap hal yang terpenting dalam
kurikulum adalah isi (content) mata pelajaran-mata pelajaran yang tepat dan benar.
Oleh karena kondisi demikian, maka dalam pendidikan peran utama dipegang oleh
guru atau pendidik. Keaktifan dan kreatifitas subyek didik dikembangkan dengan
3
Anik Ghufran, Filsafat Pengembangan Kurikulum, Jurnal Fondasia Majalah Ilmiah
Fondasi Pendidikan, Vol. 1 No. 9/Th.VII, Maret 2008, hal. 9
3
Disamping itu, masih menurut aliran Perenialisme, pendidikan persekolahan
diusahakan sama bagi setiap orang, dimana peserta didik diajak untuk menemukan
kembali dan menginternalisasi kebenaran universal dan konstan dari masa lalu. Oleh
karena itu metode yang digunakan dalam kurikulum model aliran Perenialisme ini
adalah mengkaji terhadap buku-buku yang membahas peradaban Barat dan abad
pertengahan melalui membaca dan diskusi untuk menyerap dan menguasai fakta-
2. Essensialisme
pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannya
dalam kebudayaan, dan nilai-nilai inilah yang hendaknya sampai kepada manusia
Menurut teori Essentialist ini, tujuan pendidikan adalah sebagai perantara atau
pembawa nilai-nilai yang ada dalam “gudang” di luar ke dalam jiwa peserta didik,
tinggi. Disini peran guru atau pendidik memiliki peran yang sentral dalam
4
menyampaikan warisan budaya dan sejarah seputar inti pengetahuan yang
bersifat subject centered, dimana guru sebagai pusat pembelajaran yang lebih
mengembangkan mind peserta didik dan kesadaran akan dunia fisik sekitarnya.
3. Progresivisme
kemerdekaan kepada peserta didik dan menentang keras pendidikan tradisional, yang
Freud yang menganjurkan lebih banyak kebebasan untuk berekspresi bagi peserta
didik dan lingkungan yang lebih terbuka sehingga peserta didik dapat mengerahkan
4
Anik Ghufran, Filsafat Pengembangan Kurikulum..., hal. 9
5
energinya dengan cara yang efektif. Menurut aliran ini, peserta didik dianggap
sebagai makhluk yang dinamis, sehingga dia diberi kesempatan untuk menetukan
harapan dan tujuan mereka dan guru (pendidik) lebih berperan sebagai penasehat,
penunjuk jalan, dan rekan seperjalanan. Disini, guru bukanlah satu-satunya orang
yang paling tahu. Dengan demikian, pendidikan harus berpusat pada peserta didik
(child centered),tidak tergantung pada text book atau metode pengajaran tekstual.
kegiatan belajar yang dilakukan dengan metode tersebut diharapkan siswa dapat
menekankan pada "how to think" dan bukan pada "what to think". Oleh karena
5
Anik Ghufran, Filsafat Pengembangan Kurikulum..., hal. 11
6
kurikulum dibangun dari pengalaman personal dan sosial peserta didik. Hal demikian
dilakukan agar peserta didik memiliki keterampilan, alat dan pengalaman sosial
4. Rekonstruksionisme
muncul sebagai akibat dari penerapan ide-ide demokrasi dan tata ekonomi
kapitalisme yang menjurus pada individualisme dan laises faire. Dan masyarakat
adanya kesamaan.
potensi peserta didik sehingga menjadi cakap dan kreatif sekaligus mampu
masyarakatnya. Lebih jauh lagi, agar pendidikan dapat menyadari antara keterikatan
bisa disumbangkan bagi terbentuknya masyarakat baru. Dan, peran sekolah adalah
dengan menjadi perantara utama bagi perubahan sosial, politik, dan ekonomi dalam
ke 19, yang berwawasan pada tata kehidupan lebih maju dan modern. Aliran
7
filsafat ini menghendaki isi kurikulum dikembangkan alas dasar isu isu sosial
depan. Siswa dipersiapkan untuk dapat hidup di era kehidupan yang penuh
keragaman (many nations). Peran guru dan siswa dalam pembelajaran bisa
C. Penutup
8
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa filsafat memegang
filsafat, setiap aliran diatas memiliki orientasi yang berbeda-beda sehingga dalam
Menurut aliran Idealisme bahwa hakekat pendidikan adalah semangat ingin kembali
kepada warisan budaya masa silam yang agung dan ideal, sehingga pendidikan
desakan hati), yang berorientasi pada futuralistic, yakni sebuah pendidikan yang
pengalaman yang didasarkan atas kebutuhan dan minat peserta didik, terutama aspek
pikir, perasaan, motorik, dan pengalaman sosial, aliran Idealisme dan Pragmatisme,
sama-sama berguna bagi tumbuh kembang peserta didik di dunia pendidikan. karena
semua pendapat bisa saja benar. Pada pokoknya, melalui pendidikan tersebut, “ibarat
benih, potensi diri yang sifatnya masih laten diharapkan dapat bermanifestasi
Daftar Pustaka
6
Nyong Eka Teguh Iman Santosa, Filsafat Pendidikan Muhammadiyah Akhir Zaman,
Surabaya: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 2012, hal. 3
9
Asep Herry Hernawan, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Universitas
Terbuka: Jakarta, Cetakan I.
Nyong Eka Teguh Iman Santosa, Filsafat Pendidikan Muhammadiyah Akhir Zaman,
Surabaya: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 2012.
10