Disusun Oleh:
42190328
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan penyertaan-Nya
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan referat dengan judul “Fistulektomi Peri
Anal Letak Rendah dan Letak Tinggi”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat, kekuatan dan penyertaan
Klampok yang telah membimbing kami dengan baik dan memotivasi kami untuk
3. dr. Pudji Sri Rasmiati, Sp.B., FINACS, MPH selaku Dosen Pembimbing Klinik
4. Keluarga yang selalu memberi semangat, doa, dan dukungan baik moril maupun
telah menjadi keluarga dan selalu memberikan rasa kebersamaan dan dukungan.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
pelaksanaan dan penyelesaian beban ilmiah ini baik dalam bentuk doa maupun
dukungan.
ii
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada referat ini
sehingga kritik dan saran sangat diharapkan dalam menulis referat yang lebih baik.
Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dan perkembangan ilmu
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………….......……………...….. i
Kata Pengantar…………………………………………….......……………...….. ii
Daftar Isi…………………………………………….......……………...……...….. iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………. 2
DAFTAR PUSTAKA……...……...……...……...……...……...……...……..…. 11
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Fistulektomi peri anal sendiri dibagi menjadi fistulektomi peri anal letak
rendah dan fistulektomi perianal letak tinggi, berdasarkan lokasi dari fistulanya.
Fistulektomi peri anal letak tinggi dilakukan apabila letak bukaan fistula
internalnya berada di atas ano-rectal ring, sedangkan fistulektomi peri anal letak
rendah dilakukan apabila letak pembukaan fistula internalnya berada dibawah
ano-rectal ring (Sheikh, 2015).
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur dari fistulektomi peri anal letak rendah dan letak tinggi?
3. Apa alat dan bahan yang perlu dipersiapkan untuk dilakukan prosedur
fistulektomi peri anal letak rendah dan letak tinggi?
1.3 Tujuan
3. Untuk mengetahui alat dan bahan yang perlu dipersiapkan dalam prosedur
fistulektomi peri anal letak rendah dan letak tinggi?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
1
Berdasarkan klasifikasi standar oleh Milligan Morgan, fistula perianal
diklasifikasikan menjadi: (Bhat, 2019)
- Fistula Subkutan
- Fistula Letak Rendah (paling sering) - Ujung fistula terbuka di dalam lubang anus
(anal canal) di bawah ano-rectal ring.
- Fistula Submukosa
- Fistula Letak Tinggi - Ujung fistula terbuka di dalam lubang anus (anal canal)
pada atau di atas dari ano-rectal ring.
- Fistula pelvi-rectal
Pada fistula letak rendah jalur/ lintasan fistula tidak melewati sfingter atau melewati
sedikit sfingter dan relatid lebih dekat terhadap kulit, seperti fistula superfisial, low
intersphincteric fistula, dan low trans-sphincteric fistula. Pada fistula letak rendah
biasanya lebih mudah di tatalaksana karena tidak ada faktor-faktor yang mempersulit
atau kondisi tertentu yang mendasari sehingga dapat dilakukan fistulotomi dan lebih
2
jarang menimbulkan inkontinensia. Sedangkan pada fistula letak tinggi, lintasan atau
jalur fistula melewati beberapa muscle, sehingga alurnya menjadi lebih kompleks dan
lebih jauh dari kulit. Seperti pada high intersphincteric fistula, high trans-sphincteric
fistula, suprassphincteric fistula, dan fistula ekstrasfingter sehingga pembukaan dari
fistula akan menyebabkan kerusakan dara sfingter ani dan menyebabkan
inkontinensia. Fistula-fistula tersebut juga disebut dengan kompleks fistula (Simpson,
2012).
Alat dan bahan yang digunakan untuk tindakan pembedahan (fistulektomi), meliputi:
(Tsikitis, 2020).
Alat :
- Seton (elastik atau sutura)
- Fistula Probe
- Diathermy or Blade
3
Beberapa alat tambaha dapat digunakan pada kondisi-kondisi khusus (fibrin glue or
plug, bioprosthetic plug).
Bahan :
- Anestesi lokal atau anestesi umum
- Metyhelen blue
- Hidrogen Peroksida
4
- Fi stula dengan
bukaan
eksternalnya
berada di area anterior dari garis transverse anal maka fistula langsung
memasuki saluran anus secara radial
- Fistula dengam bukaan eksternalmya berada di area posterior dari garis
transverse anal maka biasanya fistula memiliki lintasan yang melengkung ke
garis tengah posterior (mungkin merupakan jenis fistula sepatu kuda), dan
multiple external opening yang terhubung dengan satu bukaan internal.
- Fistula dengan bukaan eksternalnya berjarak ≥ 3cm maka kemungkinan
terdapat perluasan dari fistula (complex fistula).
Fistulektomi
Pada fistulektomi dibuat insisi berupa lubang kunci di atas saluran fistula dan
melingkari lubang atau bukaan eksternal, kemudia insisi diperdalam melalui jaringan
subkutan untuk mengeksisi jalur dari fistula. Fistulektomi dapat lebih cocok
digunakan pada fistula perianal letak tinggi. Pasien yang direncanakan untuk
menerima fistulektomi umumnya diberikan seton terlebih dahulu untuk menandakan
lokasi fistula (selama 12 minggu). Pada fistulektomi, jalur fistula yang ditemukan
akan dieksisi sampai hanya jaringan sehat yang tersisa. Eksisi pada fistulektomi akan
menyisakan jaringan otot sfingter. Setelah jalur fistul dieksisi, akan dilakukan
rekonstruksi primer sfingter dengan sutura (Seyfried, 2018).
Dengan menggunakan anestesi umum atau anestesi spinal, pasien diposisikan
kedalam posisi lithotomy kemudian dilakukan inspeksi dan identifikasi dari bukaan
eksternal fistula dan mendeteksi bukaan internal dari fistula setelah itu . probe akan
dilewatkan melalui bukaan ekternal dari fistula hingga mencapai bukaan internal yang
5
terasa seperti indurasi. Kemudian fistula dibuka sepanjang probe menggunakan pisau.
Jalur atau jaringan fibrosa bersamaan dengan jaringan garanulasi yang tidak sehat dan
bukaan dari fistula ikut dieksisi. Kemudian spesimen tersebut dikirim ke laboratorium
patologi klinik untuk dilakukan pemeriksaan histopatologi. Setelah dilakukan
tindakan pasien akan diberikan antibiotik, antinyeri, dan obat-obat laksatif. Tingkat
rekurensi dari tindakan fistulektomi ini rendah. Apabila dilakukan fistulektomi
perianal pada fistula letak rendah maka tidak menyebabkan inkontinensia rektal
(Bhat, 2019).
6
Fistulotomi
7
2.5. Komplikasi
Dua komplikasi utama yang dapat terjadi adalah kekambuhan dan inkontinensia.
Penyebab utama dapat terjadinya kekambuhan, termasuk pada preoperasi yaitu karena
fistula tertentu atau buruknya dalam mengindentifikasi jalur fistula dan
pembukaannya, sedangkan pada operasi karena teknik pembedahan yang buruk, dan
penyebab pasca operasi karena penyembuhan luka pasca operasi yang buruk (Elsebai,
2016). Terjadinya kekambuhan fistula-in-ano lebih tinggi pada pasien-pasien obesitas,
perokok, dan mereka yang memiliki riwayat pembedahan di area anus sebelumnya.
Anatomi dari fistula seperti multiple fistula tract, high transphincteric fistula, abses
tapal-kuda juga berhubungan dengan tingginya risiko dari fitula-in-ano. Kekambuhan
dari fistula perianal ini biasa terjadi pada satu tahun pertama pengobatan (Carr, 2020).
8
Selain itu, perdarahan pasca operasi atau tindakan juga lebih dapat terjadi pada
pasien dengan fistulektomi dibandingkan pada pasien dengan fistulotomy. Risiko
infeksi paska operasi pada pasien dengan fistulotomi lebih rendah dibandingkan
pasien dengan fistulektomi. Meningkatnya risiko infeksi post-op pada pasien dengan
fistulektomi dapat terjadi karena berhubungan dengan prosedur pembedahannya
dimana eksisi yang lebar pada saluran fistula dan pembentukan luka yang relatif lebih
besar merupakan faktor predisposisi terjadinya infeksi (Sheikh, 2015).
9
BAB III
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
Bhat, M Ssiram. (2019) SRB’s Manual of Surgery. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publisher.
Carr, Stephanie, Afonso L. Velasco. (2020) Fistula In Ano. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.
Sheikh, Irfan Ali, Irfan Shukr, M. Shoaib H., M. Misbah R., Noman K., Saad A.
(2015) Fistulotomy vs Fistulectomy in The Treatment of Simple Low Anal
Fistula of Male Patients. Pak Armed Forces Med J; (65)6. pp: 798-802.
Simpson JA, Banerjea A, Scholefield JH. (2012) Management of Anal Fistula. BMJ:
British Medical Journal. 345: pp. 1-9.
Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. (2017) Sabiston Textbook of
Surgery: The Biological Basis of Modern Surgical Practice. 20 ed. Elsevier; pp.
1406-1409.
Tozer P, Phillips RKS. (2014) Fistulotomy and Lay Open Technique. In:Abcarian H,
editor. Anal Fistula: Principles and Management. New York, NY: Springer New
York. pp. 53-64.
11