Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Proyek
1. Latar Belakang Proyek
Perkembangan Investasi yang cepat sangat menjadi perhatian,
khususnya dalam bidang Teknik Sipil dan Bangunan. Daerah Khusus
Ibukota Jakarta merupakan salah satu kota yang memiliki pergerakan
Industri Pembangunan dengan sangat cepat dan pesat di Indonesia. PT.
Lippo Karawaci, Tbk merupakan salah satu perusahaan bisnis berbasis
properti yang sedang melangsungkan pembangunan hunian mixed-used
building yang bekerja sama dengan PT. Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk
proyek yang sedang dikerjakan yaitu Holland Village dan bertempat di
Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Holland Village merupakan integrated development project yang
yang berdiri diatas lahan seluas 4,6 hektar (Ha), dengan nilai proyek
mencapai Rp. 5.000.000.000.000 (Lima Triliun Rupiah). Proyek ini terdiri
dari 2 menara Apartemen, Podium / mall, Rumah Sakit, Office Tower,
Hotel dan Sekolah. Holland Village memiliki akses yang sangat strategis
karena terletak di persimpangan besar Cempaka Putih, disamping jalan Tol
Wiyoto Wiyono, serta daerah yang padat dan ramai.

2. Tujuan Proyek
Tujuan Pembangunan Holland Village antara lain yaitu :
1. Menciptakan SDM yang maju dan unggul.
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya Kota
Jakarta.
3. Menjadikan sarana investasi prospektif bagi para investor yang
menginginkan nilai tambah di wilayah Cempaka Putih Jakarta.
4. Menciptakan sinergi strategis dengan vendor, mitra bisnis, dan
klien.

1
2

3. Manfaat Proyek
Manfaat Proyek Holland Village adalah :
1. Memudahkan masyarakat sekitar Jakarta khususnya Cempaka
Putih Jakarta Pusat menjadi tempat hang-out dimana
didalamnya terdapat kafe, resto, dan bookstore.
2. Menyediakan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang
kesehatan, pendidikan, pusat perbelanjaan dan hunian serta
perkantoran bagi para pebisnis.
3. Menjadikan pelopor dalam dalam pengembangan metode kerja,
peralatan, dan teknologi serta sistem manajemen terintegrasi.

4. Biaya Proyek
Biaya anggaran pembangunan proyek Holland Village Cempaka
Putih dengan nilai kontrak kurang lebih sebesar Rp. 5.000.000.000.000.-
(Lima Triliun Rupiah). Total anggaran biaya pembangunan struktur yang
telah dikeluarkan oleh PT. Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk dalam proyek
Holland Village Cempaka Putih dari periode bulan November 2018- Juli
2019 sudah mencapai Rp. 326.000.000.000 (Tiga Ratus Dua Puluh Enam
Milyar Rupiah). Jumlah anggaran biaya tersebut tidak termasuk material
besi dan beton yang disediakan oleh owner berdasarkan kesepakatan
tender.
Proses pengerjaan struktur proyek Holland Village ini sudah
mencapai 79% dan seperti yang sudah disampaikan sebelumnya,
pengerjaan struktur mengalami keterlambatan sebesar 3,8% dari yang
sudah dijadwalkan. Keterlambatan pengerjaan struktur terjadi karena
adanya hambatan dalam ketersediaan material yang dijanjikan owner baik
itu dari pembesian maupun pengecoran.

5. Deskripsi Proyek
Holland Village Cempaka Putih Jakarta adalah Kawasan Superblok
(Konsep penataan ruang di perkotaan yang memaksimalkan fungsi lahan)
3

seluas 4,6 Hektar (Ha) persembahan dari Lippo Group yang mengungsung
concept 9 in 1. Concept 9 in 1 yang dimaksud terdiri dari 2 buah Tower
Apartemen, Office Tower, 200 suites of luxurious Hotel and Resort,
Shopping Mall and Entertainment Area, Hospital, Sekolah International,
Green Lush Garden, Convention Hall for Word’s Best Event, dan Travel
in style with Helicopter service.
Data Informasi Proyek Holland Village Cempaka Putih oleh PT.
Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk :
 Project Title : Holland Village Cempaka
Putih
 Project Location : Jl. Letjen Suprapto,
Cempaka Putih, Jakarta Pusat
 Client : PT. Trimitra Multi Sukses
Selaras
 Principal Architect : DP Architect PTE LTD
 Architecture Consultant : Quadratura Indonesia
 Hospital Architecture : Global Rancang Selaras
 MEP Consultant : Gradian Mitra Karsa
 QS Consultant : Arcadis
 Total Floor Area : ± 315.896 m²
 Total Site Project Area : ± 40.500 m²
 Structure Sistem :
- Under : Pondasi Raft, Pile Caps, Slab On Ground,
Beam, GWT, STP, dan Pit Lift
- Vertikal : Shear Wall, Core Wall, dan Kolom
- Horizontal : Pelat dan Balok.
 Floor Level :
- Mall, Parking Area : 16 Stories (B3 FL – 13 FL)
- Hospital : 3 Stories (13 FL – 15 FL)
- Office : 24 Stories (13 FL – 36 FL)
4

- Apartement 1 : 39 Stories (6 FL – 44 FL)


- Apartement 2 : 39 Stories (6 FL – 44FL)
Pekerjaan Struktur :
 Beton Readymix
 Bekisting : Konvensional
 Besi Beton : U – 50 (Raft Foundation)
: U – 40 (Upper Structure)
 Floor Hardener : 3 Kg/m², 5Kg/m²
Berikut gambar Tampak Depan Proyek Holland Village Cempaka
Putih Jakarta :

Gambar 1. Tampak Depan Proyek Holland Village


Sumber: PT. Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk
5

6. Lokasi Proyek
Proyek Holland Village Terletak di Jalan Letjen Suprapto,
Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Gambar 2. Lokasi Proyek Holland Village


Sumber: PT. Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk

Pada Site Proyek Holland Village terdapat 3 (Tiga) gerbang akses


masuk ke dalam proyek dimana pada gerbang 1 digunakan untuk akses
masuk TM (Truk Mixer) disamping gedung Hospital. Gerbang 2
digunakan untuk akses masuk dan keluar Karyawan / Pekerja PT. Nusa
Konstruksi Enjiniring, Tbk, akses masuk TM (Truk Mixer) disamping
gedung Office, dan akses masuk truk pengantar pembesian. Gerbang 3
berfungsi untuk akses masuk dan keluar pengawas owner, akses masuk
TM (Truk Mixer), dan truk pengantar pembesian disamping Apartement 1
dan Apartement 2.

7. Hubungan Kerja Pengelola Proyek


Hubungan kerja pengelola proyek Holland Village Cempaka Putih
ini adalah sebagai berikut :
6

1. Pemilik Proyek (owner)


Pemilik proyek (owner) adalah seseorang atau instansi yang
memiliki proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain
yang mampu melaksanakannya sesuai dengan perjanjian kontrak kerja.
Pada proyek ini yang menjadi owner adalah PT. Lippo Karawaci, Tbk.
Tugas pemilik proyek (owner) berdasarkan dokumen kontrak
adalah:
1) Menyediakan lahan sebagai tempat pelaksanaan proyek
2) Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan
proyek
3) Mengadakan kegiatan administrasi proyek
4) Menandatangani semua surat perintah kerja dan surat perjanjian
dengan kontraktor
5) Menerima hasil pekerjaan yang telah selesai dan menyetujui
atau menolak hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan gambar
bestek dan mengesahkan dokumen pembayaran kepada
kontaktor pelaksana
6) Mendapatkan kapasitas proyek telah selesai dengan jadwal dan
anggaran yang telah disepakati.
Wewenang pemilik proyek berdasarkan dokumen kontrak adalah:
1) Menentukan dan mengangkat manajemen konstruksi, perencana
serta pelaksana proyek
2) Membuat Surat Perintah Kerja (SPK)
3) Meminta pertanggungjawaban kepada para pelaksana proyek
atas hasil pekerjaan konstruksi
4) Menyetujui atau menolak perubahan-perubahan pekerjaan serta
pekerjaan tambah dan pekerjaan kurang
5) Memiliki tanggung jawab pada semua unsur terkait sebelum
masa pemeliharaan habis bila terjadi kerusakan sebagaimana
ditetapkan bersama.
7

Dilihat pada proyek Holland Village Cempaka Putih, PT. Lippo


Karawaci, Tbk sebagai owner telah melaksanakan tugas dan
wewenang sebagaimana telah tercantum dalam dokumen kontrak
diatas.
2. Konsultan Perencana
Konsultan perencana berupa perorangan atau instansi berbadan
hukum sebagai pihak yang merencanakan dan menyalurkan id eke
dalam sebuah gambar yang sesuai dengan apa yang sudah disepakati
baik dalam teknis maupun dengan administrasi dengan pemilik proyek
(owner). Konsultan perencana yang terlibat dalam proyek Holland
Village ini yaitu: Architecture Consultan (Quadratura Indonesia) dan
Hospital Architecture (Global Rancang Selaras).
Tugas konsultan perencana berdasarkan dokumen kontrak adalah :
a. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar
rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, hitungan struktur, dan
rencana anggaran biaya.
b. Membuat time schedule pekerjaan.
c. Menjelaskan item–item yang kurang di mengerti oleh
konsultan pengawas dan kontraktor saat akan melakukan
pembangunan.
d. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
e. Melakukan koordinasi dengan konsultan pengawas dan
kontaktor serta owner mengenai sesuatu yang berkaitan dengan
pelaksanaan proyek dilapangan.
f. Melaksanakan kunjungan berkala ke proyek.
g. Menerima pembayaran.
3. Kontraktor
Kontraktor atau pelaksana proyek merupakan suatu badan yang
ditunjuk oleh pemilik proyek, dapat ditunjuk secara langsung atau
melalui tender. Dalam prosesnya pihak kontraktor akan terhubung
secara langsung dengan konsultan perencana maupun konsultan
8

pengawas untuk mempermudah pekerjaan di Lapangan. Kontraktor


struktur utama yang terlibat dalam proyek Holland Village adalah PT.
Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk.
Tugas kontraktor berdasarkan dokumen kontrak adalah:
a. Melaksanakan pembangunan yang telah diberikan oleh owner,
sesuai dengan apa yang telah dirancang oleh konsultan
perencana.
b. Membuat time schedule pekerjaan.
c. Menyediakan material, tenaga kerja dan peralatan sesuai
dengan jadwal yang ada.
d. Menyediakan alat–alat untuk keselamatan kerja dilapangan.
e. Menyediakan tenaga kerja yang akan melakukan pekerjaan
yang diminta oleh owner.
f. Membuat data pengeluaran dan pemasukan yang diterima oleh
kontraktor.
g. Membuat gambar dan merivisi ulang gambar yang telah dibuat
oleh konsultan perencana sesuai dengan keadaan dilapangan
yang ada.
4. Sub Kontraktor
Sub Kontraktor yang terlibat dalam proyek Holland Village ini
yaitu: PT. Indonesia Pondasi Raya sebagai bagian gali tanah, PT.
AMK bagian penyedia material Bekisting, PT Trocone Indah pada
bagian pondasi bore pile dan pit lift, PT. Adhimix RMC Indonesia
bagian beton.

8. Struktur Organisasi Proyek Holland Village


Struktur Organisasi Proyek merupakan salah satu hal yang paling
penting dalam sebuah proyek, terlebih sebuah proyek besar tentu struktur
organisasi sangat dibutuhkan. Untuk mengkoordinir dan mengelola
perusahaan, diperlukan unsur-unsur yang terhimpun dalam suatu
organisasi proyek Holland Village Cempaka Putih Jakarta. Berikut ini
9

adalah struktur organisasi PT. Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk pada


Proyek Holland Village Cempaka Putih Jakarta.
Struktur Organisasi Proyek Holland Village Cempaka Putih :

PROJECT MANAGER

Ir. Tony Rahmat S

DEPUTY PM

Adi Indrianto
KEUANGAN

Dewi Sulistyowati

ENGINEERING

KOORDINATOR ENGINEERING QUALITY CONTROL

Darwisyah Abduh Achmad Syarif

DRAFTER
Mohammad Ichsan

SPVQHSE
SURVEY
Lasiyanto
Asep Hermawan

Gambar 3. Struktur Organisasi Proyek Holland Village


Sumber: PT. Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk

Berdasarkan struktur organisasi di atas, maka PT Nusa Konstruksi


Enjiniring, Tbk menetapkan tugas masing-masing unsur struktur. Dari
struktur organisasi tersebut, yang terlibat dalam proyek pembangunan
Holland Village adalah :
a. Project Manager
Project manager merupakan penanggung jawab proyek yang
mewakili perusahaan dalam berbagai permasalahan yang berkaitan
dengan pemilik dan konsultan proyek. Dalam pembangunan proyek
Holland Village selaku project manager adalah Ir. Tony Rahmat S.
10

PROJECT MANAGER
Ir. Tony Rahmat S
Tugas project manager adalah:
1) Mengadakan koordinasi seluruh kegiatanDEPUTY
proyekPMdengan Owner,
Adi Indrianto
KEUANGAN
Konsultan dan Subkon/Supplier. Dewi Sulistyowati

2) Membuat rencana anggaran proyek. ENGINEERING

3) Memeriksa schedule pelaksanaan proyek.


MGR ENGINEERING QUALITY CONTROL
Darwisyah Abduh Achmad Syarif
4) Mengkoordinir para engineer untuk pengawasan pelaksanaan di
DRAFTER
lapangan dan mengadakan rapat koordinasi internal.
Mohammad Ichsan

5) Menghadiri rapat koordinasi


SURVEY dengan owner dan konsultan. SPV QHSE
Asep Hermawan Lasiyanto
b. Deputy Project Manager (DPM)
Deputy Project Manager merupakan wakil dari project manager
yang bertugas dalam mengendalikan jalannya proyek di lapangan,
DPM bertanggung jawab kepada project manager yang mempunyai
tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
1) Menguasai detail dan spesifikasi teknis kontrak sebagai acuan
dalam pelaksanaan proyek.
2) Membantu project manager menyusun bahan/materi rencana mutu
proyek.
3) Menyiapkan detail materi penyusunan rencana anggaran proyek.
4) Menyusun schedule mingguan/bulanan berdasarkan master
schedule kontrak kerja, menjamin pelaksanaan sehari – hari di
lapangan sesuai schedule yang dibuat.
5) Menjamin tersedianya tenaga kerja, material, dan alat yang
memadai.
6) Menjamin tersedianya gambar kerja untuk dilaksanakan oleh
mandor/sub kontraktor.
7) Menjamin dana tersedianya pembayaran upah/opname mandor.
8) Menyiapkan detail materi laporan bulanan bersama project
manager.
11

c. Keuangan
Keuangan/administrasi merupakan proses pengurusan atau
penyelenggaraan, penyediaan dan penggunaan uang dalam setiap
usaha kerjasama.
Tugas keuangan adalah :
1) Pembuatan laporan keuangan atau laporan kas bank proyek,
laporan pergudangan, laporan bobot prestasi proyek, daftar hutang
dan lain-lain.
2) Membuat dan melakukan verifikasi bukti-bukti pekerjaan yang
akan dibayar oleh owner sebgai pemilik proyek.
d. Koordinator Engineering
Koordinator engineering merupakan wakil dari pimpinan proyek
yang bertugas membantu pimpinan proyek dalam mengendalikan
jalannya proyek di lapangan. Koordinator engineering bertanggung
jawab kepada deputy project manager yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut :
1) Menyeleksi dan menyimpan semua data dan dokumen yang
diperlukan.
2) Melaksanakan kegiatan seleksi suplier dan sub kontraktor.
3) Melaksanakan kegiatan pembelian barang, jasa sub kontraktor, dan
mandor.
4) Melaksanakan maintenance alat berat.
5) Mengelola dan membuat shop drawing.
6) Membuat contract review pekerjaan tambah kurang.
7) Membuat as built drawing dan perencanaan biaya pemeliharaan.
8) Mengelola dokumentasi proyek.
9) Perencanaan metode pelaksanaan (construction method).
10) Perencanaan gambar kerja (shop drawing).
11) Perencanaan mutu.
12) Pemilihan sub kontraktor.
12

e. Quaality Control (QC)


Quality Control mempunyai tugas mengawasi seluruh metode
pelaksanaan lapangan yang dikeluarkan oleh production project
manager dan mengawasi mutu pelaksanaan pekerjaan. QC berdiri
secara independen dan didalam melaksanakan tugasnya selalu
berhubungan dengan konsultan pengawas. QC bertanggung jawab
kepada project manager yang mempunyai tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut :
1) Membuat laporan harian dan mingguan.
2) Check list untuk struktur dan finishing.
3) Melakukan pengetesan material.
4) Memonitor hasil pengetesan material.
5) Membuat management review.
6) Pengambilan foto atau data.
f. Drafter
Drafter adalah orang yang bekerja membuat gambar, yaitu
membuat atau menyiapkan gambar kerja teknik dari proses design
menjadi gambar kerja terjemahan sehingga gambar tersebut dapat
dengan jelas dan mudah dimengerti orang lain dan mudah dalam
proses pembentukan obyek gambar tersebut.
Tugas drafter adalah :
1) Membuat gambar akhir pekerjaan/asbuilt drawing.
2) Membuat detailed drawing berdasarkan detailed design.
3) Mengisi DID (Data Induk Dokumen) dan mendistribusikan
gambar.
g. Survey
Pelaksana survey bertanggung jawab kepada koordinator lapangan
yang mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
1) Bertanggung jawab kepada pekerjaan yang berhubungan marking.
2) Mengontrol elevasi atau center line.
3) Pengawasan balok dan kolom.
13

4) Pengawasan dinding.
5) Marking stek finishing.
6) Memberi informasi apabila terjadi ketidaksesuaian gambar
terhadap lapangan.
h. SPV QHSE
SPV QHSE (Supervisor Quality Health Safety Environment)/safety
manager adalah orang yang ditunjuk oleh project manager untuk
melaksanakan kebijakan keselamatan, kesehatan kerja, dan
Lingkungan (K3L) di dalam proyek. Tugas dan tanggung jawab SPV
QHSE adalah sebagai berikut :
1) Menytiapkan dokumen – dokumen safety pada tahap tender
pelaksanaan K3L.
2) Membuat surat kebijakan K3L.
3) Membuat struktur organisasi K3L.
4) Menyiapkan peraturan safety, spanduk, poster, kotak obat, sarana
safety, Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Alat Perlindungan Diri
(APD), prosedur erection, dan lain – lain.
5) Melaksanakan kegiatan safety seperti tool box, meeting safety.
6) Membuat laporan safety seperti laporan kecelakaan, laporan
investigasi, dan penilaian K3L sub kontraktor.

B. Sistematika Penulisan
Laporan praktek lapangan industri ini terdiri dari 3 (tiga) bab yang
secara garis besar berisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Bab I merupakan pendahuluan yaitu menjelaskan seputar keberadaan
proyek yang terdiri dari deskripsi proyek: latar belakang proyek, tujuan
dan manfaat proyek, biaya proyek, lokasi proyek, hubungan kerja
pengelola proyek, struktur organisasi Proyek Holland Village dan
sistematika penulisan laporan.
2. Bab II merupakan laporan kegiatan lapangan yaitu menjelaskan tentang
proses pelaksanaan proyek, pelaksanaan kegiatan lapangan, dan tahap
14

pengawasan dan pelaksanaan kegiatan lapangan di Proyek Holland Village


Cempaka Putih Jakarta.
3. Bab III penutup yaitu menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari hasil
kegiatan pengalaman lapangan industri (PLI) di Proyek Holland Village
Cempaka Putih Jakarta.
15

BAB II
LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN

A. Proses Pelaksanaan Proyek


Proses pelaksanaan proyek di mulai dengan serangkaian proses dan
tahapan yang dilakukan oleh owner yang bertujuan untuk menemukan
kontraktor yang akan menjadi pelaksana di lapangan. Setelah itu, barulah
tahap pelaksanaan proyek dimulai yang akan sejalan dengan tahap
pengawasan. Berikut akan dijelaskan untuk setiap tahapan:
1. Tahap Pra pelaksanaan
Tahap pra-pelaksanaan merupakan tahap awal yang harus dilakuka
n pada saat akan dimulainya pengerjaan proyek konstruksi. Hal ini bertuju
an agar proyek konstruksi dapat berjalan lancar sesuai dengan sasaran dan
tujuan yang direncanakan. Beberapa tahap yang dilakukan dalam
pelaksanan proyek, yaitu:
a. Perancangan
Perancangan adalah penggambaran, perencanaan, pembuatan
sketsa dan persiapan atau program secara detail untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan pembangunan. Tujuan dari tahap perancangan
ini adalah untuk melengkapi penjelasan proyek dan menentukan tata
letak, rancangan gambar, metode konstruksi dan taksiran biaya agar
mendapatkan persetujuan dari pemilik proyek dan pihak berwenang
yang terlibat serta untuk mempersiapkan informasi pelaksanaan yang
diperlukan, termasuk gambar rencana dan spesifikasi serta untuk
melengkapi semua dokumen tender.
b. Proses Tender atau Pelelangan
Tender atau pelelangan merupakan suatu proses pengajuan
penawaran yang bertujuan untuk menyeleksi, mendapatkan, dan
menetapkan suatu perusahaan yang pantas dan layak untuk
mengerjakan suatu paket pekerjaan oleh kontraktor yang akan
dilaksanakan di lapangan sesuai dengan dokumen tender. Tender atau
16

pelelangan terdiri dari beberapa jenis, yaitu pelangan umum,


pelelangan terbatas, pemilihan langsung dan pengadaan langsung.
1) Pelelengan Umum
Pelelengan umum adalah metode pemilihan penyediaan
barang, pekerjaan konstruksi atau jasa lainnya yang dilakukan
secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media
massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum
sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan
memenuhi kualifikasi dapat mengikuti.
2) Pelelangan Terbatas
Pelelangan terbatas, dapat dilaksanakan apabila dalam hal
jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini
terbatas, yaitu untuk pekerjaan yang kompleks, dengan cara
mengumumkan secara luas melalui media massa dan papan
pengumuman resmi dengan mencantum penyedia barang atau jasa
yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan kepada
penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.
3) Pemilihan Langsung
Pemilihan langsung yaitu pemilihan penyedia barang/jasa
yang dilakukan dengan membandingkan sebanyak – banyaknya
penawaran sekurang – kurangnya 3 penawaran dari penyedia
barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan
negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus diumumkan
minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan
umum dan bila memungkinkan melalui internet. Pemilihan
langsung dapat dilaksanakan manakala metoda pelelangan umum
atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya
pelelangan.
4) Pengadaan Langsung
Pengadaan langsung adalah pelaksanaan barang dan jasa
yang dilakukan diantara kontraktor golongan ekonomi lemah
17

tanpa pelelangan umum, pelelangan terbatas, maupun pemilihan


langsung. Pengadaan sampai dengan lima juta rupiah dapat
dilakukan tanpa Surat Perintah Kerja (SPK), sedangkan
pengadaan yang bernilai di atas lima juta rupiah sampai dengan
lima belas juta rupiah dilakukan dengan surat perintah kerja.
Proses tender pada Proyek Holland Village ini dilakukan oleh quantity
surveyor. Tender ini berdasarkan gambar tender dan spesifikasi teknis
yang dibuat oleh konsultan perencana dan telah disetujui owner.
Kemudian gambar yang telah disetujui tersebut dikirim ke quantity
surveyor dan setelah itu quantity surveyor membuat bill of item dan
bill of quantity yang kemudian akan diberikan ke kontraktor –
kontraktor yang mengikuti tender.

Prosedur dan proses pelelangan dapat dijelaskan dibawah ini:

1) Prakualifikasi
Untuk mengidentifikasi kemampuan dan ruang lingkup
pekerjaan, maka diperlukan prakualifikasi badan-badan atau
organisasi seperti konsultan perencana, pengawas maupun
pemborong. Yang dimaksud dengan kemampuan dapat dijabarkan
seperti modal kerja, jumlah tenaga ahli, jumlah peralatan,
pengalaman kerja dan fasilitas kerja. Ruang lingkup pekerjaan
meliputi bidang-bidang keahlian pekerjaan yg dikuasai oleh badan
badan tersebut.
2) Pengumuman Lelang
Cara yang dipakai untuk mengumumkan pelelangan sebuah
proyek biasanya memakai iklan di media massa yang ditujukan
kepada publik seperti misalnya lewat surat kabar, majalah teknis
profesi dan sebagainya. Bila proyeknya bersifat internasional,
maka iklannya dibuat dalam bahasa inggris dan juga lewat bantuan
kedutaan asing yang ada.
18

3) Penjelasan Pekerjaan
Penjelasan pekerjaan dilakukan dengan pengadaan
pertemuan atau rapat. Pertemuan ini diadakan untuk tatap muka
antara para peminat pekerjaan atau calon kontraktor dengan pihak
pemilik. Dalam hal ini pemilik diwakili oleh konsultan perencana
atau konsultan manajemen. Pembicaraan berkisar kepada dua
bidang yaitu bidang administratif dan bidang teknis proyek.
Pada bidang administratif dijelaskan akan persyaratan-
persyaratan yang tercantum dalam dokumen tender seandainya
terdapat hal hal yang masih meragukan misalnya tentang syarat-
syarat pelelangan, bentuk surat penawaran, referensi bank, NPWP
dan lain-lain. Pada bidang teknis proyek dijelaskan antara lain
modifikasi baru atau ukuran ukuran gambar yang tidak cocok
dengan yang tertulis dalam spesifikasi teknis pelaksanaan, gambar-
gambar konstruksi yang sulit dimengerti atau dibaca serta
kesalahan-kesalahan tulis yang terjadi.
Hasil dari pertemuan ini dibuatkan berita acara penjelasan
(aanwijzing) dan ditanda tangani oleh dua wakil dari calon peserta
pekerjaan, tergantung dari peraturan pelelangan setempat.
Dokumen berita acara ini kemudian menjadi bagian yang mengikat
sebagai dokumen tender tambahan (addendum).
4) Pembukaan Tender
Pada hari yang telah ditentukan, semua calon peserta
membawa penawarannya dan dimasukkan ke dalam kotak
pelelangan yang telah disediakan dan dilakukan sebelum tender
dibuka. Pada jam yang telah ditentukan dimana pemasukan surat-
surat penawaran dinyatakan ditutup, barumasing-masing amplop
penawaran dibuka satu persatu dihadapan yang hadir. Rekanan
yang ikut dalam penawaran pekerjaan pemborongan ini diharuskan
untuk memberikan jaminan tender kepada pemilik proyek. Pada
19

dasarnya jaminan ini merupakan pernyataan bahwa mereka


sungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan ini dan bilamana
mereka mengundurkan diri, maka jaminan tender tersebut akan
masuk ke kantong Pemilik. Besarnya jaminan berkisar 1 % - 3 %
dari biaya total pekerjaan fisik proyek.
5) Proses Evaluasi Tender
Pada proyek-proyek yang besar, kadang-kadang terdapat
data penawaran yang meragukan dan umumnya calon kontraktor
dimintai keterangan secara tertulis (clarification letters). Jangka
waktu evaluasi bisa memakan waktu beberapa hari atau lebih.
Sistem evaluasi bisa bermacam-macam caranya dan umumnya cara
yang banyak dipakai yaitu dengan cara sistem bobot atau sistem
skoring.
6) Penetapan dan Penunjukan
Untuk proyek-proyek pemerintah, berdasarkan hasil
evaluasi diatas, maka Panitia pelelangan menetapkan calon-calon
pemenang yang diusulkan kepada instansi yang berwenang, yang
kemudian menetapkan pemenangnya. Dari hasil keputusan
pemenang tadi, panitia Pelelangan mengumumkan hasilnya. Bila
tidak ada sanggahan atau penolakan atau apabila se-mua sanggahan
telah dijawab maka tugas panitia Pelelangan telah selesai.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pada proyek Holland Village ini terdiri atas
lima tahapan pekerjaan yaitu:
a. Pekerjaan Tanah
1) Pembentukan muka tanah
2) Pekerjaan galian tanah
3) Urugan dan pemadatan tanah
b. Pekerjaan Struktur
1) Fondasi Raft, pile caps, slab on ground, dan pit lift.
2) Beton
20

3) Besi, wiremesh,
4) Waterproofing integral (dag)
5) Shear wall, core wall dan kolom
6) Pelat dan balok
c. Perkerjaan Arsitektur
1) Pasangan dinding bata ringan
2) Finishing dinding
3) Finishing lantai
4) Pekerjaan plafon
5) Pintu dan jendela
6) Pekerjaan sanitair
7) Pekerjaan dinding partisi
8) Pekerjaan atap bitumen (rangka baja)
d. Pekerjaan Plumbing
1) Pekerjaan instalasi pemipaan air bersih
2) Pekerjaan isntalasi pipa air kotor, air bekas dan pipa ventilasi
3) Pekerjaan instalasi pemipaan air hujan
4) Pekerjaan sumur resapan
5) Pekerjaan floor drain
e. Pekerjaan Provisional Quantity
1) Pekerjaan pit lift dan sumpit (galian, beton, besi, bekisting)
2) Pekerjaan ramp (beton, besi, bekisting)
3) Besi pelat lantai
3. Tahap Pengawasan
Kegiatan pengawasan pelaksanaan konstruksi bangunan meliputi
pengawasan biaya, mutu, dan waktu pembangunan pada tahap pelaksanaan
kontruksi serta pemeriksaan kelayakan fungsi bangunan. Dalam
pelaksanaan pengawasan proyek Holland Village dilakukan langsung oleh
PT Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk.
21

4. Material
Material merupakan bahan-bahan yang digunakan pada proyek
yang sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan pada bestek dan mudah
diperoleh. Pada proyek Holland Village beberapa bahan bangunan yang
digunakan selama melakukan PLI sebagai berikut:
a. Baja Tulangan
Semua besi beton/tulangan yang digunakan sesuai dengan
gambar dipakai mutu baja U-40 (ulir) untuk diameter besar dari
13 mm dan U-24 untuk diameter kecil dari 12 mm. Besi tulangan
memiliki ukuran yang penuh, sesuai dengan gambar. Besi tulangan
ini bebas dari karat, lemak nabati maupun hewani.
Gambar berikut ini adalah gambar baja tulangan yang
digunakan pada proyek Holland Village.

Gambar 4. Baja Tulangan


Sumber: Dokumentasi Proyek
22

b. Kawat
Kawat berfungsi sebagai pengikat rangkaian tulangan
ataupun pengikat tulangan yang memanjang lurus dengan tulangan
yang memutar disekeliling rangkaian tulangan pada pekejaan kolom,
plat lantai dan pemasangan sengkang extra pada balok.
c. Semen
Semen merupakan bahan yang digunakan sebagai perekat
antar material satu dan lainnya. Selain itu semen juga digunakan
untuk pekerjaan finishing dan arsitektural. Dalam proyek ini semen
yang digunakan dalam pekerjaan finishing adalah semen tipe 1.
d. Pipa PVC
PVC adalah pipa yang terbuat dari plastik dan beberapa
kombinasi lainnya. Memiliki sifat yang tahan lama dan tidak
gampang dirusak. PVC ini paling sering digunakan dalam sistem
instalasi air dan pelindung kabel. Di proyek ini pipa PVC digunakan
sebagai pipa air bekas, pipa air kotor, dan pipa air hujan.
e. Beton Decking
Beton decking atau tahu beton adalah beton atau spesi yang
dibentuk sesuai dengan ukuran selimut beton yang diinginkan. Beton
decking berfungsi untuk membuat selimut beton sehingga besi
tulangan akan selalu diselimuti beton yang cukup, sehingga
didapatkan kekuatan maksimal dari bangunan yang dibuat.

Gambar 5. Beton Decking


Sumber: Dokumentasi Proyek
23

f. Waterstop
Waterstop adalah bahan yang terbuat dari plastik yang
berfungsi sebagai sambungan pada beton supaya air tidak meresap
dan tidak bocor, waterstop biasanya disebut juga sebagai
pemberhentian air.

Gambar 6. Waterstop
Sumber: Dokumentasi Proyek

5. Peralatan
Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan proyek
Holland Village adalah sebagai berikut:
a. Theodolit
Di dalam proyek ini theodolit berguna untuk menentukan
koordinat dalam penentuan titik duga dan marking untuk titik letak
kolom, mengetahui elevasi, posisi dalam pembangunan konstruksi.
24

Gambar 7. Theodolit
Sumber: Dokumentasi Proyek
b. Levelling
Levelling adalah suatu operasi untuk menentukan beda
tinggi antara dua titik di permukaan tanah. Pada proyek Holland
Village levelling digunakan untuk melihat kedataran atau elevasi
pengecoran di setiap lantai pekerjaan.

Gambar 8. Levelling
Sumber: Dokumentasi Proyek
25

c. Bak Ukur
Bak ukur merupakan alat untuk mengetahui kedataran suatu
posisi dalam proses survey, pada proyek Holland Village bak ukur
digunakan pada proses pengecoran.

Gambar 9. Bak Ukur


Sumber: Dokumentasi Proyek
d. Truck
Truck berfungsi sebagai pengangkut barang-barang dan
memindahkan barang dalam muatan yang cukup besar. Selain itu
truk ini sangat berguna dalam lingkungan proyek.
e. Truck Mixer
Truck mixer adalah truk yang membawa muatan beton
ready mix dari tempat beton dibuat, untuk memudahkan membawa
dalam muatan banyak dan lebih menghemat waktu nantinya dalam
pengecoran.
26

Gambar 10. Truk Mixer


Sumber: Dokumentasi Proyek
f. Concrete Pump
Concrete pump berfungsi untuk menyalurkan beton ready
mix dari truck mixer ke tempat yang tidak bisa dijangkau dengan
lebih efisien dan mudah.

Gambar 11. Concret Pump


Sumber: Dokumentasi Proyek
27

g. Tower Crane
Tower crane adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengangkat material bantu secara vertikal dan horizontal ke suatu
tempat yang tinggi pada ruang gerak terbatas.

Gambar 12. Tower Crane


Sumber: Dokumentasi Proyek
h. Concrete Bucket
Concrete bucket adalah tempat pengangkutan beton dari
truck mixer concrete sampai ke tempat pengecoran. Setelah
dilakukan pengetesan slum dan telah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan, maka beton dari truck mixer concrete dituangkan
kedalam concrete bucket, kemudian pengangkutan dilakukan dengan
bantuan tower crane.
28

Gambar 13. Concrete Bucket


Sumber: Dokumentasi Proyek
i. Scaffolding
Scaffolding atau perancah adalah struktur yang disusun
sedemikian rupa dan bersifat sementara yang berfungsi untuk
menyangga manusia dan material konstruksi atau perbaikan gedung
dan bangunan-bangunan besar lainnya. Biasanya perancah berbentuk
suatu sistem modular dari pipa atau tabung logam, meskipun juga
dapat menggunakan bahan-bahan lain.

Gambar 14. Scaffolding


Sumber: Dokumentasi Proyek
29

B. Pelaksanaan Kegiatan Lapangan


Pelaksanaan kegiatan lapangan atau sering juga disebut dengan
Praktek Lapangan Industri (PLI) dilakukan pada proyek Holland Village
Cempaka Putih. Kegiatan PLI bertujuan untuk menambah wawasan dan
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat di perkuliahan, serta untuk
mengoptimalkan pengalaman-pengalaman baru yang diperoleh di lapangan.
Pelaksanaan PLI dilakukan pada tanggal 24 Juni sampai 16 Agustus
2018 dengan jam kerja pukul 08.00 s.d 17.00 WIB setiap Senin sampai
Jum’at. Pada pelaksanaan PLI ini, dapat melihat secara nyata bagaimana
pengamalan ilmu yang biasanya diterima di kelas atau kampus, kini
dilaksanakan langsung di lapangan. Hal pertama yang dilakukan saat PLI
adalah perkenalan dengan konsultan pengawas, kontraktor, para pekerja, serta
lingkungan sekitar proyek atau disebut dengan pengenalan area proyek.
Karena PLI hanya dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat ± 40 hari
atau 8 minggu, maka proses pelaksanaan proyek yang dapat dijelaskan antara
lain:
1. Safety Induction
Safety induction adalah sebuah latihan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja yang diberikan kepada pekerja baru, kontraktor baru
ataupun para tamu yang baru pertama kali datang di lokasi
perusahaan/proyek tersebut. Tujuan safety induction ini adalah untuk
mengkomunikasikan bahaya – bahaya keselamatan dan kesehatan kerja
umum yang terdapat selama pekerjaan/kunjungan mereka sehingga
mereka bisa sadar serta bisa melakukan tindakan pengendalian
terhadap bahaya tersebut.
2. Safety Talk
Safety talk adalah pertemuan yang dilakukan rutin antara
supervisor dengan para pekerja atau karyawan untuk membicarakan
hal – hal tentang K3, entah tentang isu terbaru, regulasi, prosedur
kerja, alat pelindung diri, potensi bahaya, dan lain – lain. Dalam
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), safety
30

talk merupakan program K3 yang wajib disusun oleh setiap perusahaan


yang menerapkan SMK3 tersebut.
Pada proyek Holland Village Cempaka Putih safety talk rutin
dilakukan seminggu sekali yaitu pada hari selasa pukul 07.30 WIB.
Safety talk sangat penting dilakukan perusahaan sebagai upaya untuk
melindungi pekerja dari cedera dan meminimalisasi bahkan
menghindari kecelakaan kerja, sehingga kerugian fatal pada peralatan
kerja maupun pekerja dapat dihindarkan. Pada dasarnya safety talk
bertujuan untuk menginformasikan bahaya yang terdapat dalam suatu
pekerjaan dan cara mengantisipasinya. Topik yang paling sering
dibahas biasanya mengenai peringatan untuk mengutamakan
keselamatan diri dengan cara mengenakan Alat Pelindung Diri (APD)
dan peralatan sesuai dengan pekerjaan.

Gambar 15. Safety Talk


Sumber: Dokumentasi Proyek
3. Mengamati Pekerjaan Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang
memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur
tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga
keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya lantai yang bersangkutan dan juga runtuh
total seluruh struktur. Mutu beton yang digunakan pada pekerjaan
31

kolom yaitu K-450 – K-550, sedangkan untuk lantai kerja dengan


menggunakan mutu K-300. Mutu baja pada pekerjaan ini untuk
tulangan ulir yaitu fy= 400.
Pekerjaan kolom melibatkan beberapa kegiatan antara lain
adalah penentuan as kolom, penulangan kolom, pemasangan bekisting
kolom, pengecoran kolom, dan pembongkaran bekisting kolom.
a. Penentuan As Kolom
Titik–titik pada as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan
pengukuran dan pematokan yang dilakukan saat marking. Marking
yaitu berupa titik-titik atau garis yang digunakan sebagai dasar
penentuan letak kolom. Cara penentuan as-as kolom pada lantai
adalah dengan menggunakan alat theodolite, yaitu dengan
menentukan letak as awal dan kemudian dibuat as – as yang lain
dengan mengikuti jarak yang telah disyaratkan dalam perencanaan
awal. Letak as-as ini harus selalu dikontrol karena ada
kemungkinan satu dan lain hal as-as tersebut berubah dari yang
telah dibuat. Garis bantu berupa marking lurus pada plat lantai
membantu dalam penentuan as kolom ini. Marking ini
menggunakan benang yang bertinta hitam (sipatan) sehingga saat
disentuhkan ke plat akan membentuk garis hitam.

Gambar 16. As Kolom


Sumber: Dokumentasi Proyek
32

b. Pembuatan Tulangan Kolom


Langkah pekerjaan pembuatan tulangan kolom adalah sebagai
berikut:
1) Tulangan dengan ukuran sesuai pada gambar kerja (shop
drawing) di pesan oleh pihak logistik ke lokasi proyek sesuai
dengan kebutuhan pelaksanaan di lapangan.
2) Pemotongan tulangan dilakukan dengan bar cutter dan
pembengkokan tulangan dilakukan secara manual dengan
menggunakan alat bar bending. Pembengkokan tulangan
dilakukan sesuai dengan ketentuan gambar detail tulangan.
Untuk sengkang pembengkokan pengait dengan sudut 135º,
panjang tulangan yang diperlukan adalah sepanjang keliling
tulangan ditambah dengan panjang pengait sebesar 5 kali
diameter tulangan.
3) Pemotongan tulangan utama dilakukan sepanjang tinggi kolom
perlantai bangunan ditambah dengan panjang penyaluran
tulangan untuk keperluan penyambungan tulangan.
Penyempitan bagian bawah tulangan sepanjang penyaluran
dilakukan untuk memudahkan penyambungan tulangan kolom
tiap lantai. Pengikatan tulangan sengkang dengan tulangan
utama kolom dilakukan dengan menggunakan kawat bendrat.

Gambar 17. Pembuatan Kolom


Sumber: Dokumentasi Proyek
33

c. Pemasangan Tulangan Kolom


Tulangan utama kolom yang digunakan pada proyek ini
bervariasi, sesuai dengan gambar rencana dari konsultan
perencana. Diantaranya tahapan pekerjaan pembesian kolom antara
lain:
1) Pemasangan tulangan untuk kolom dikerjakan diluar area
bangunan.
2) Pekerjaan yang pertama dilakukaan untuk pembuatan tulangan
kolom adalah, pemasangan tulangan pada keempat sudut
sengkang, lalu diikat dengan kawat bendrat. Setelah itu
sengkang-sengkang disusun dengan jarak-jarak yang telah
ditentukan.
3) Kemudian ditambah tulang-tulang yang dibutuhkan dan diikat
di- setiap persilangan dengan kawat bendrat sebanyak 5 helai
kawat agar pengikatan kuat.
4) Setelah pembuatan sengkang selesai, tulangan untuk kolom
diangkat menggunakan tower crane ke area yang akan
dipasang kolom, dan diarahkan oleh operator pekerja dan juga
tukang besi untuk penyambungan/pemasangan tulangan
kolom.
5) Selanjutnya tulangan yang telah terpasang diikat kembali
dengan kawat bendrat agar tulangan yang di bawah
menyambung dengan tulangan lantai atas, dan ada pengelasan
untuk penyambungan tulangan pada keadaan tertentu, tujuanya
agar tulangan lebih kuat dan sanggup untuk menahan beban.
6) Pada bagian luar penulangan kolom diberi tahu beton atau
beton deking, tujuanya untuk selimut beton.
34

Gambar 18. Pemasangan Kolom


Sumber: Dokumentasi Proyek
d. Pemasangan Bekisting Kolom
Setelah tulangan kolom dipasang dan bekisting telah selesai
dikerjakan, maka langkah selanjutnya yaitu pemasangan bekisting.
Bekisting yang digunakan untuk kolom menggunakan sistem
grider peri, yang mana beskiting distel di luar area dan disesuaikan
dengan dimensi kolom, yang dapat digunakan kembali untuk
pembuatan kolom selanjutnya. Urutan pemasangan bekisting
kolom adalah:
1) Pemindahan bekisting ke lokasi yang telah disiapkan.
2) Tempatkan bekisting kolom pada posisi kolom yang akan dicor
dengan tepat.
3) Cek posisi vertikal bekisting terhadap as kolom sehingga tidak
terjadi kemiringan bekisting kolom. Pemasangan unting-unting
pada kedua sisi bekisting berfungsi untuk mengecek posisi
vertikal bekisting.
35

Gambar 19. Pemasangan Bekisting Kolom


Sumber: Dokumentasi Proyek
e. Pengecoran Kolom
Pengecoran kolom dilakukan dengan mengunakan concrete
bucket. Urutan pengecoran kolom adalah sebagai berikut :
1) Concrete bucket disiapkan dengan terlebih dahulu dibersihkan
agar mempermudah pelaksanaan pengecoran
2) Beton dituang ke dalam bak concrete bucket yang berisi beton
ready mix dari truck mixer selama proses pengangkutan beton
dari tempat penuangan beton ke lokasi pengecoran
3) Pemindahan beton ini dilakukan dengan bantuan concrete
pump atau concrete bucket karena lokasi tempat ready mix
tidak dapat menjangkau tempat pengecoran
4) Pada lokasi pengecoran, beton dibawa dengan concrete bucket
menggunakan bantuan tower crane sehingga sampai pada
tempat yang akan dilakukan pengecoran dan dibantu oleh
pekerja
5) Penuangan beton harus dilakukan dengan ketentuan berikut ini:
a) Beton harus dituang sedekat-dekatnya dengan tujuan akhir
untuk mencegah terjadinya pemisahan bahan-bahan akibat
pemindahan adukan di dalam cetakan
36

b) Pemadatan tiap titik dengan menggunakan concrete


vibrator. Tujuan pemadatan dilakukan untuk mengeluarkan
gelembung – gelembung udara yang terjebak didalam
adukan semen yang timbul pada saat penuangan beton.
Penggetaran beton harus dilakukan dengan baik, agar
menghasilkan mutu beton yang sesuai dengan yang
diinginkan. Kesalahan dalam penggetaran beton akan
mengakibatkan penurunan mutu beton. Penggeteran beton
perlu dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Alat penggetar sebisa mungkin dimasukkan ke dalam
adukan beton, penggetaran dengan sudut yang lebih
besar akan menyebabkan pemisahan agregat
(2) Harus dijaga agar alat penggetar tidak mengenai
bekisting atau bagian beton yang mulai mengeras, maka
posisi vibrator dibatasi maksimum 5 cm dari bekisting
atau bagian beton yang mulai mengeras, oleh karena itu
posisi vibrator dibatasi maksimum 5 cm dari bekisting
(3) Penggetaran dihentikan apabila adukan beton mulai
kelihatan mengkilap.
37

Gambar 20. Pengecoran Kolom


Sumber: Dokumentasi Proyek
f. Pembongkaran Bekisting Kolom
Pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah waktu beton
mulai mengeras. Pada proyek Holland Village bekisting kolom
dibongkar setelah 8 jam dari pengecoran terakhir, jika
pembongkaran bekisting kolom dilakukan sebelum waktu
pengikatan pada beton menjadi sempurna maka akan terjadi
kerusakan/cacat pada beton tersebut. Proses pembongkaran
bekisting kolom adalah sebagai berikut :
1. Pembongkaran dilakukan terlebih dahulu melepas tulangan
pengikat pada bekisting kolom yang ditanam saat pengecoran
plat lantai serta mengendorkan semua baut.
2. Kemudian bekisting kolom tersebut diangkat dan dipindahkan
ke tempat yang telah disediakan, proses pengangkatan ini
haruslah dilakukan dengan sangat hati-hati untuk mencegah
38

cacatnya hasil pengecoran, dan bekisting kolom dipindahkan


menggunakan bantuan tower crane.

Gambar 21. Pembongkaran Bekisting Kolom


Sumber: Dokumentasi Proyek

4. Mengamati Pekerjaan Balok dan Pelat Lantai


Pekerjaan balok dan pelat lantai merupakan pekerjaan beton
bertulang dengan bidang arah horizontal dengan beban yang bekerja
tegak lurus pada struktur tersebut. Pekerjaan balok dan pelat lantai
dilaksanakan setelah pekerjaan kolom selesai. Pekerjaan balok dan
pelat lantai meliputi beberapa kegiatan antara lain penentuan as balok
dan pelat lantai, pembuatan bekisting balok dan pelat lantai,
pemasangan bekisting balok dan pelat lantai, pembesian balok dan
pelat lantai, pengecoran balok dan pelat lantai, dan pembongkaran
bekisting balok dan pelat lantai.
a. Penentuan Elevasi Balok dan Plat Lantai
Penentuan elevasi balok dan plat lantai harus dilakukan secara
cermat dan teliti, agar menghasilkan elevasi yang sama dalam
39

pembuatan balok dan plat lantai. Penentuan ini dilakukan dengan


mengukur dari kolom atau dinding.
Ada beberapa langkah untuk menentukan elevasi balok dan
plat lantai:
1) Mengukur ketinggian dari dasar kolom dan diberi kode pada
kolom tersebut.
2) Kemudian dengan menggunakan waterpass, kolom yang lain
juga diberi kode elevasi dari permukaan lantai.
3) Dari kode tersebut, diukur sesuai tinggi yang ditentukan sesuai
dengan gambar sebagai elevasi dasar bekisting balok.
4) Kemudian dari dasar bekisting balok tersebut diukur setinggi
ketinggian balok sebagai elevasi dasar bekisting plat lantai.
b. Pembuatan Bekisting Balok dan Plat lantai
Pelaksanaan pekerjaan bekisting balok dan plat lantai yang
pertama dilakukan adalah Penyusunan scaffolding sebagai
penyangga terhadap lantai di bawahnya. Sebelum scaffolding
didirikan, buatlah dasaran (base) yang cukup rata dan kokoh.

Gambar 22. Pemasangan Scaffolding


Sumber: Dokumentasi Proyek
Setelah sejumlah scaffolding berdiri, dilanjutkan dengan
hollow aluminium untuk penyangga viber dan skywood diatasnya,
40

pada proyek Holland Village papan bekisting yang digunakan yaitu


viber dan skywood berbeda dengan proyek – proyek yang lain
banyak yang menggunakan triplek. Setelah semua penyangga
terpasang dengan baik, sebelumnya tulangan balok terlebih dahulu
dipasang dengan menjangkarkan ujungnya pada tulangan kepala
kolom kemudian dilanjutkan dengan pemasangan viber atau
skywood sebagai tahapan akhir bekisting.

Gambar 23. Pemasangan Bekisting Viber dan Skywood


Sumber: Dokumentasi Proyek
c. Penulangan Balok dan Plat Lantai Beton Bertulang
Pada pelaksanaan penulangan balok dilakukan sebagai berikut:
1) Menyiapkan tulangan balok sesuai shop drawing.
2) Pemasangan tulangan balok pada elevasi yang telah
ditentukan dari kode elevasi pada kolom. Tidak lupa pula
dengan memperhitungkan tebal selimut beton maksimal 5
cm.
3) Tulangan dan sengkang yang telah dipasangkan dengan jarak
yang ditentukan.
41

Gambar 24. Pemasangan Tulangan Balok


Sumber: Dokumentasi Proyek
Tahapan pekerjaan tulangan pelat lantai antara lain:
1) Menyiapkan tulangan sesuai shop drawing, lalu dibawa ke
lokasi pelat lantai rencana.
2) Pekerjaan tulangan dikerjakan satu arah terlebih dahulu,
yang pertama dikerjakan arah vertikal semua sampai
tersusun rapi kemudian dilanjutkan dengan arah horizontal,
lalu diikat tulangan dengan kawat bendrat.
3) Jarak antara tulangan atas dengan tulangan bawah diberi
cakar ayam agar tulangannya tidak menempel.
4) Untuk menjaga agar besi tulangan tidak menempel dengan
bekisting maka diberi beton decking atau tahu beton,
berbentuk bulat dengan ketebalan 3 cm untuk pelat yang
ada di lapangan.
42

Gambar 25. Pemasangan Tulangan Pelat Lantai


Sumber: Dokumentasi Proyek
d. Pengecoran Balok dan Plat Lantai
Sebelum proses pengecoran dilaksanakan, maka perlu
dilakukan hal-hal seperti di bawah ini:
1) Pemeriksaan Penulangan
Pekerjaan penulangan harus sudah selesai dan diperiksa
sebelum pelaksanaan pengecoran. Pemeriksaan pemasangan
tulangan dimaksudkan untuk mengetahui ukuran, ketepatan
letak dan jumlah tulangan, serta pengaitan antar tulangan
sehingga akan terbentuk konstruksi beton yang sesuai dengan
spesifikasi. Pemeriksaan ini berkaitan dengan:
a) Pemeriksaan jumlah dan ukuran tulangan utama baik pada
bagian tumpuan maupun lapangan
b) Pemeriksaan jumlah, jarak, dan posisi sengkang
c) Pemeriksaan penyambungan tulangan
d) Pemeriksaan kekuatan kawat bendrat
e) Pemeriksaan beton decking atau tahu beton
f) Tulangan harus bebas dari karat serta sisa material lain yang
dapat mengurang daya rekatan.
2) Pemeriksaan Bekisting
43

Posisi dan kondisi bekisting harus dicek lagi apakah sudah


sesuai dengan yang direncanakan. Bekisting harus lurus sesuai
dengan as – as nya, tegak dan tidak bocor. Bekisting juga harus
kuat, terpasang dengan kokoh agar tidak bergeser ketika
pengecoran karena getaran dan tekanan adukan beton selama
proses pengecoran cukup kuat dan banyak beban diatasnya.
Mengingat pentingnya pemeriksaan ini dilakukan oleh
Pengawas pelaksana dan Supervisor serta dari pihak owner,
maka tidak boleh ditunda sampai mendekati waktu
pengecoran. Pemeriksaan ini meliputi:
a) Ukuran bekisting (lebar dan tinggi).
b) Kemungkinan elevasi tidak tepat, pengecekan menggunakan
waterpass.
c) Kemungkinan tidak tegak lurus terhadap bidang horizontal
maupun vertikal.
d) Kebersihan lokasi pengecoran, sehingga pembersihan
permukaan bekisting serta tulangan harus benar-benar
dijaga. Untuk membersihkan kotoran yang ringan
menggunakan compressor. Sedangkan untuk kotoran yang
bersifat berat seperti potongan kawat bendrat atau logam
lainnya menggunakan potongan magnet yang didekatkan
sehingga menempel dan diambil.
e) Pemeriksaan sambungan bekisting.
f) Pemeriksaan perkuatan bekisting.
g) Jarak tahu beton atau beton deking.
3) Pelaksanaan pengecoran balok dan pelat lantai adalah sebagai
berikut:
a) Untuk pelaksanaan pengecoran balok, pelat lantai
digunakan concrete pump yang menyalurkan beton ready
mix dari truck mixer ke lokasi pengecoran, dengan
44

menggunakan pipa pengecoran yang disambung


menggunakan klem.
b) Pengecoran dilakukan dengan sistem penyebaran.
c) Setelah beton disebarkan maka beton dipadatkan dengan
concrete vibrator dengan maksud agar terbentuk beton yang
benar-benar padat, proses penggetaran tidak boleh terlalu
lama, bila adukan beton sudah terlihat agak mengeluarkan
air (air semen sudah memisah dengan agregat) maka
vibrator dipindahkan ke titik yang lain.
d) Setelah itu adukan diratakan dengan kayu perata/roskam
sesuai dengan tinggi yang sudah ditentukan.

Gambar 26. Pengecoran Balok dan Pelat Lantai


Sumber: Dokumentasi Proyek
e. Proses Curing Lantai Setelah Pengecoran
Proses curing lantai merupakan kegiatan yang dilakukan
setelah pengecoran balok dan pelat lantai. Curing lantai dilakukan
selama durasi tertentu atau beton mulai sedikit mengeras yang
dimaksudkan untuk memastikan terjaganya kondisi yang
diperlukan untuk proses reaksi senyawa kimia yang terkandung
dalam campuran beton. Proses curing lantai dilakukan
menggunakan selang dan air biasa yang bertujuan untuk perawatan
45

beton dan menjaga beton supaya beton tidak terlalu cepat


kehilangan air atau sebagai tindakan menjaga kelembaban beton
dan suhu beton.

Gambar 27. Proses Curing Lantai


Sumber: Dokumentasi Proyek
f. Pembongkaran Bekisting Balok dan Pelat
Pembongkaran bekisting balok dan pelat lantai dapat dilakukan
apabila beton sudah cukup umur. Umur beton minimal 14 hari
dengan bantuan pendukung. Pembongkaran dimulai dengan
mengendurkan jack base atau U-head jack pada susunan
scaffolding penyangga bekisting balok dan kolom. Kemudian
dilanjutkan dengan pelepasan hollow aluminium dan diakhiri
dengan pelepasan penyangga bekisting viber atau skywood yang
menempel pada beton. Pembongkaran tersebut biasanya
menggunakan alat linggis untuk mempermudah pengerjaannya.
46

Gambar 28. Pembongkaran Bekisting


Sumber: Dokumentasi Proyek
5. Melakukan Pengecekan Tulangan Kolom
Proyek Holland Vilage Cempaka Putih memiliki kolom yang
berbeda – beda pada setiap bangunan gedungnya, oleh karena itu
sangat perlu dilakukan pengecekan tulangan kolom setelah dipasang
dan sebelum dilakukan pemasangan bekisting kolom, gunanya untuk
memastikan bahwa tulangan kolom yang dipasang sudah sesuai
dengan shop drawing atau sesuai dengan perencanaan yang sudah
ditentukan. Pengecekan tulangan kolom dilakukan oleh pelaksana
lapangan atau seorang QC (Quality Control), disini praktikan
ditugaskan atau dipercaya untuk membantu tugas seorang QC untuk
mengecek tulangan kolom pada bangunan podium/mall.
Pengecekan tulangan kolom tersebut meliputi :
1) Pemeriksaan jumlah dan ukuran tulangan utama kolom.
2) Pemeriksaan jumlah, jarak, dan posisi sengkang.
3) Pemeriksaan jumlah besi sepihak pada kolom.
4) Pemeriksaan panjang overlapping kolom dan penjangkaran
pada tulangan.
5) Pemeriksaan kekuatan bendrat.
47

6) Pemeriksaan beton decking (tebal selimut beton) maksimal


5cm.
7) Pemeriksaan ukuran sepatu kolom untuk pasangan bekisting
kolom.

Gambar 29. Pengecekan Tulangan Kolom


Sumber: Dokumentasi Proyek
6. Melakukan Pengecekan Tulangan Balok dan Pelat Lantai
Proses pengecekan tulangan balok dan pelat lantai dilakukan
setelah pemasangan tulangan balok dan pelat lantai selesai dikerjakan
oleh pekerja/tukang. Pengecekan tulangan balok dan pelat lantai ini
meliputi :
1) Pengecekan jumlah dan ukuran tulangan utama balok apakah
sesuai dengan shop drawing atau perencanaan yang sudah
ditetapkan.
2) Pengecekan jumlah dan ukuran sengkang serta sepihak.
3) Pengecekan dimensi balok arah vertikal dan horizontal.
4) Pengecekan kekuatan bendrat.
5) Pengecekan beton decking (selimut beton) 3cm.
6) Pengecekan jarak tulangan pelat lantai.
7) Pengecekan ukuran tulangan pelat lantai.
48

Gambar 30. Pengecekan Tulangan Balok dan Pelat Lantai


Sumber: Dokumentasi Proyek
7. Mengamati Pengujian Slump (Slump Test)
Uji slump adalah suatu uji/metode yang digunakan untuk
menentukan konsistensi atau kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak)
dari campuran beton segar (fresh concrete) untuk menentukan tingkat
workabilitynya. Kekakuan dalam suatu campuran beton menunjukkan
berapa banyak air yang digunakan. Untuk itu uji slump menunjukkan
apakah campuran beton kekurangan, kelebihan, atau cukup air.
Slump test dapat dilakukan di laboratorium maupun dilapangan.
Hasil dari uji slump beton yaitu nilai slump, nilai yang tertera
dinyatakan dalam satuan internasional (SI) dan mempunyai standar.
Berikut ini tahapan uji slump :
1) Basahi cetakan kerucut dan plat dengan kain basah.
2) Letakkan cetakan diatas plat.
3) Isi 1/3 cetakan dengan beton segar, padatkan dengan batang
logam sampai merata dengan menusukkannya, pastikan
besi menyentuh dasar, lakukan 25 – 30 x tusukan.
49

4) Isi 1/3 bagian berikutnya (menjadi terisi 2/3) dengan hal


yang sama sebanyak 25 – 30 x tusukan, pastikan besi
menyentuh lapisan pertama.
5) Isi 1/3 akhir seperti tahapan nomor 4.
6) Setelah selesai dipadatkan, ratakan permukaan benda uji,
tunggu sampai 1/2 menit.
7) Cetakan diangkat perlahan tegak lurus ke atas.
8) Ukur nilai slump dengan membalikkan kerucut
disebelahnya menggunakan perbedaan tinggi rata – rata dari
benda uji.
9) Toleransi nilai slump dari beton segar ± 2 cm.
10) Jika nilai slump sesuai dengan standar, maka beton dapat
digunakan.

Gambar 31. Slump Test


Sumber: Dokumentasi Proyek
8. Mengamati Pengujian Kuat Tekan Benda Uji (Beton)
Beton merupakan material yang banyak digunakan sebagai
bahan utama rumah tinggal, gedung bertingkat dan lain – lain. Untuk
mengetahui kualitas beton yang direncanakan maka perlu dicari berapa
kuat tekan betonnya. Oleh karena itu sangat perlu dilakukan test kuat
50

tekan beton. Beton akan mengalami pengerasan secara sempurna


setelah 28 hari sehingga pada hari – hari sebelumnya akan mempunyai
kuat tekan berbeda yaitu pada umur 3, 7, 14, 21, dan 28 hari.
Proyek Holland Village melakukan pengujian kuat tekan beton
pada umur 7, 14 dan 28 hari. Nilai kuat tekan beton sebelum 28 hari
dibuat oleh kontraktor berskala besar untuk keperluan laporan kualitas
beton kepada pemilik proyek bahwa beton yang digunakan dilapangan
mempunyai kuat tekan minimal sama dengan perencanaan.
Pengujian kuat tekan beton dapat dilakukan dengan membuat
benda uji berbentuk silinder ukuran diameter 15cm dengan tinggi
30cm, atau bisa juga menggunakan beton berbentuk kubus ukuran
15cm x 15cm. Pada proyek Holland Village ini menggunakan benda
uji silinder.

Gambar 32. Kuat Tekan Beton


Sumber: Dokumentasi Proyek
51

C. Temuan Menarik
Saat melaksanakan praktek lapangan industri (PLI) pada proyek
Holland Village Cempaka Putih, ada satu hal yang menjadi temuan menarik
yaitu penggunaan floor hardener pada proses pekerjaan setelah pengecoran,
dan penggunaan floor hardener ini hanya dipakai pada lantai – lantai tertentu.
Floor hardener adalah bahan sebagai pengeras dan pelicin lantai beton yang
terbuat dari beberapa campuran bahan, diantaranya : pasir, grading, semen,
silika, pigmen, dan lain – lain.
Material floor hardener berbentuk bubuk (powder) yang ditaburkan
pada beton basah yang kemudian dilakukan trowel finish, sehingga akan
dihasilkan permukaan yang lebih keras tetapi rata dan halus. Floor hardiner
biasanya digunakan pada lantai garasi, area parkir, area pergudangan, area
pabrik/industri, dan area – area yang membutuhkan lalu lintas. Konsumsi
kebutuhan material floor hardener disesuaikan dengan kondisi lalu lintas yang
ada dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Untuk kebutuhan lalu lintas rendah (misal : garasi dan gudang
kecil) konsumsi 3 kg/m².
2) Untuk kebutuhan lalu lintas menengah (misal : lantai area pabrik
dan area parkir) konsumsi 5 kg/m².
3) Untuk kebutuhan lalu lintas tinggi (misal : lantai pabrik yang
menggunakan alat berat) konsumsi 7 kg/m².
Floor hardener terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu :
1) Bahan Natural : bahan yang menyerupai/mirip dengan warna asli
(natural) semen/beton. Jenis ini harganya lebih rendah dari bahan
berwarna.
2) Bahan Berwarna : misal merah, hijau, kuning dan biru. Harganya
lebih tinggi dari bahan natural.
Pada proyek Holland Village jenis floor hardener yang dipakai
menggunakan bahan natural. Fungsi dari floor hardener adalah untuk
memperkuat permukaan lantai beton terhadap gesekan, khususnya beban berat
dan sedikit terhadap benturan.
52

Syarat – syarat penggunaan floor hardener, yaitu :


1) Pengecoran sistem lantai sebaiknya dengan sistem kotak catur lalu
dijidar kemudian diroskam untuk mendapatkan permukaan serata
mungkin. Bila air yang naik kepermukaan lantai sudah tidak
kelihatan lagi (telah setting time) penaburan floor hardener dapat
dilakukan.
2) Penaburan pertama 2/3 bagian dari dosis ditentukan, lalu diratakan
menggunakan roskam kayu.
3) Penaburan ke dua, 1/3 bagian lagi ditaburkan secara silang lalu
diroskam dengan kayu.
4) Setelah penaburan ke dua ± 1 jam dapat dimulai pemakaian mesin
trowel. Keuntungan pemakaian mesin trowel adalah hasil
pekerjaan akan lebih padat, lebih luas serta permukaan lebih halus,
dan waktu lebih singkat.
5) Setelah lantai selesai dikerjakan 2 – 3 jam lantai dapat di curing
compound untuk mencegah penguapan air beton, karena curing
akan menutup pori beton. Curing sangat membantu memudahkan
pembersihan lantai.

Gambar 33. Floor Hardener


Sumber: Dokumentasi Proyek
53

Gambar 34. Penaburan Floor Hardener


Sumber: Dokumentasi Proyek

Gambar 35. Pemerataan Menggunakan Mesin Trowel


Sumber: Dokumentasi Proyek
54

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktek Lapangan Industri (PLI), banyak
manfaat yang didapatkan selama berada di proyek Holland Village Cempaka
Putih Jakarta Pusat. Dari hasil pengamatan dalam pelaksanaan PLI di proyek
Holland Village Cempaka Putih Jakarta Pusat selama 8 minggu, maka secara
umum dapat disimpulkan beberapa hal penting yaitu :
1. Proyek Holland Village Cempaka Putih Jakarta Pusat terdiri dari 5
gedung yaitu Office, Hospital, Podium/Mall, Apartement 1 dan
Apartemen 2.
2. Pada proyek Holland Village banyak terdapat jenis kolom yang
berbeda – beda pada setiap gedungnya dan menariknya pada lantai
17 tepat ditengah – tengah apartemen 1 dan apartemen 2 terdapat
kolam renang.
3. Pelaksanaan pekerjaan dilapangan didasarkan/berpedoman pada
gambar bestek, apabila terjadi perubahan rencana gambar
dimintakan persetujuan owner melalui konsultan perencana dan
konsultan pengawas.
4. Proyek Holland Village selalu rutin melakukan pengujian kuat
tekan benda uji (beton) pada umur 7, 14 dan 28 hari untuk
mengetahui kekuatan dari beton tersebut.
B. Saran
Setelah melaksanakan Pengalaman Lapangan Industri (PLI), saran
yang dapat diberikan antara lain :
1. Kepada mahasiswa yang akan melaksanakan PLI selanjutnya
sebaiknya diperhatikan dengan serius segala proses pekerjaan yang
ada di lapangan.
2. Kontraktor pelaksana maupun pengawas harus lebih meningkatkan
pengawasan dan koreksi pelaksanaan pekerjaan, karena masih
55

banyak pekerja yang tidak memakai perlengkapan pengaman atau


alat pelindung diri (APD) saat melakukan pekerjaan.
56

DAFTAR PUSTAKA

PT. Nusa Kontruksi Enjiniring, Tbk. 2018. Dokumen Proyek Pembangunan


Holland Village . Jakarta: PT. Nusa Kontruksi Enjiniring, Tbk.

Jurusan Teknik Sipil FT UNP. 2014. Panduan Pengalaman Lapangan Industri


Jurusan Teknik Sipil UNP. Padang: Tim PLI Jurusan Teknik Sipil FT
UNP.

Rani, Iskandar G. 2009. Teknologi Beton Teori dan Praktek. Padang: Universitas
Negeri Padang.

Scott, John S. 1993. Kamus Lengkap Teknik Sipil. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai