Oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirahim
Dan tak lupa pula sholawat beriring salam tercurah limpahkan kepada sang
proklamator Islam, yang membawa panji kedamaian, yang syafaatnya sangat
dinantikan di hari kemudian, tak lain dan tak bukan ialah Nabi Muhammad Saw.
Berkatnyalah kita bisa merasakan bahwa lampu itu terang.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ratusan penelitian diselenggarakan, lebih banyak lagi artikel ditulis, dan tak
terhitung diskusi dibuat orang untuk menguraikan benang kusut teori, sistem, dan praktik
Pendidikan di negeri kita. Tetapi, sepertinya kita masih banyak berputar-putar di ranah
tempat kita memulai. Perbedaan pandangan terasa berlarut-larut, tak jarang berkembang
hingga memuncak menjadi debat kusir. Sebagai akibatnya, kekacauan dan kerancauan pun
melanda semua aspek wilayah Pendidikan, termasuk konten, strategi pengajaran, maupun
penilaian (assessment) Pendidikan. Oleh karena itu, tampaknya yang kita perlukan tak
kurang dari suatu diskusi mendasar tentang pengertian Pendidikan dan juga manusia.
Pada dasarnya manusia juga lah yang akan menjalankan proses Pendidikan itu
dan manusia jugalah yang akan mengalami proses Pendidikan itu. Untuk itu sangat penting
untuk mengetahui mengenai konsep dasar Manusia dan Pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah dan memberikan ruang lingkup pembahsan saya
memberikan beberapa rumusan masalah, di antaranya:
1
3. Bagaimana Implikasi manusia terhadap Pendidikan?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan yang ingin saya dapatkan dari pembahasan ini, di
antaranya:
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manusia
1. Pengertian Manusia
Socrates (470-399 SM) mengatakan bahwa belajar yang
sebenarnya ialah belajar tentang manusia. Menurutnya, hakikat manusia
ialah makhluk yang ingin mengetahui segalanya. Adapun Plato (salah
seorang murid Socrates) mengungkapkan bahwa hakikat manusia itu ada
dua yaitu rasio dan kesenangan. Namun di kesempatan lain ia
menambahkan bahwa jiwa manusia memiliki tiga elemen, yaitu roh, nafsu,
dan rasio. Berdasarkan tiga unsur hakikat manusia, Plato membagi
manusia menjadi tiga kelompok. Pertama, manusia yang didominasi oleh
rasio yang Hasrat utamanya meraih pengetahuan; kedua, manusia yang
didominasi roh yang Hasrat utamanya ialah meraih reputasi, dan ketiga,
manusia yang didominasi nafsu yang Hasrat utamanya pada materi. (Tafsir,
2012)
3
dari kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan
indah. Dari akar kata yang sama, lahir kata basyarah yang berarti kulit.
Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda
dengan kulit binatang yang lain. Al-Qur’an menggunakan kata ini
sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsana
untuk menunjukan manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya
dengan manusia seluruhnya. (Shihab, 2014)
Kata Insan terambil dari akar kata uns yang berarti jinak, harmonis,
dan tampak. Kata al-Insan disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 73 kali
yang disebut dalam 43 surat. Kata al-Insan dapat menunjukkan pada
proses kejadian manusia, baik proses penciptaan Adam maupun proses
manusia yang bertahap secara dinamis dan sempurna di dalam rahim. Kata
al-Insan tidak hanya menunjuk pada dimensi mental tetapi juga dimensi
fisik.
َٰ ُ سنَ ِمن
ٍ سلَلَ ٍة ِمن ِط
ين ِ ْ َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا
َ َٰ ٱْلن
Jika itu ditinju lebih jauh dan dianalisis secara mendalam, maka
penggunaan kata al-Insan mengandung dua dimensi yaitu dimensi tubuh
(dengan berbagai unsurnya) dan dimensi spiritual (ditiupkan roh-Nya
kepada manusia).
4
Adam as dijuluki sebagai Abu Basyar (nenek moyang manusia). Menurut
Thabathaba’i sebagaimana dikutip oleh Ramayulis, penggunaan kata Bani
Adam menunnjukkan pada arti manusia secara umum. Dalam hal ini,
setidaknya ada tiga aspek yang dikaji, yaitu pertama, anjuran untuk
berbudaya sesuai ketentuan Allah, diantaranya berpakaian guna menutup
aurat. Kedua, mengingatkan keturunan Adam agar jangan terjerumus pada
bujuk rayu syeitan yang mengajak pada keingkaran. Ketiga,
memanfaatkan semua yang ada di alam semesta dalam rangka ibadah dan
mentauhidkan-Nya.
2. Penciptaan Manusia
Al-Qur’an menggambarkan manusia diciptakan dari diri yang satu,
Adam as. Lalu Allah menciptakan permpuan, yaitu Hawa, dan dari
keduanya berkembang biaklah manusia.
ث ِم ْن ُه َما َّ اس ٱتَّقُوا َربَّ ُك ُم ٱ َّلذِى َخلَقَ ُكم ِمن نَّ ْف ٍس َٰ َو ِح َدةٍ َو َخلَقَ ِم ْن َها زَ ْو َج َها َو َب ُ ََّٰ َيٓأَيُّ َها ٱلن
ع َل ْي ُك ْم َر ِقيبًا َّ ام ۚ ِإ َّن
َ َٱّللَ َكان َ َٱّللَ ٱلَّذِى ت
َ سا ٓ َءلُونَ ِبِۦه َو ْٱْل َ ْر َح َّ سا ٓ ًء ۚ َوٱتَّقُوا ً ِر َج ًال َك ِث
َ يرا َو ِن
ٓ َٰ
ٍ ُص ٍل ِم ْن َح َمإٍ َّم ْسن
ون َ َو ِإ ْذ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َملَئِ َك ِة ِإنِى َٰ َخ ِل ٌق بَش ًَرا ِمن
َ َٰ ص ْل
5
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk,”
(QS. Al-Hijr: 28)
ْ ُّ ث ُ َّم َخلَ ْقنَا ٱلن. ين ْ ُ ث ُ َّم َج َع ْل َٰنَهُ ن. ين َٰ ُ سنَ ِمن
َطفَة ٍ طفَةً فِى قَ َر ٍار َّم ِك ٍ سلَلَ ٍة ِمن ِط ِ ْ َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا
َ َٰ ٱْلن
ظ َم لَحْ ًما ث ُ َّم أَنشَأ ْ َٰنَهُ خ َْلقًاَ َٰ س ْونَا ْٱل ِع
َ ظ ًما فَ َكَ َٰ ضغَةَ ِع ْ ضغَةً فَ َخلَ ْقنَا ْٱل ُم ْ علَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْٱل َعلَقَةَ ُم َ
. َسنُ ْٱل َٰ َخ ِلقِين َ ْٱّللُ أَح
َّ َارك َ ََءاخ ََر ۚ فَتَب
6
b. Kedudukan Manusia
1) Menjadi Khalifah
Islam menempatkan manusia di muka bumi ini sebagai
khalifah. Kata khalifah menurut Ahmad (al-Maraghi, 1971) dalam
Tafsir al-Maraghi Juz 1 bermakna sebagai pemimpin yang
hakikatnya sebagai pengganti Allah untuk melaksanakan titah-Nya
di muka bumi ini. Selain itu makna khalifah juga dapat dimaknai
sebagai pemimpin yang diberi tugas untuk memimpin diri sendiri
dan makhluk lainnya. Kepemimpinan yang harus dilaksanakan
manusia sebagai khalifah adalah untuk menjaga, merawat,
memelihara, mendayagunakan serta memakmurkan alam semesta
guna kepentingan manusia secara keseluruhan.
Tujuan manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam terlahir
kedunia ini tidak lain adalah untuk menjadi pemimpin atau
khalifah, hal ini telah ditegaskan dalam Firman allah dalam surat
Hud ayat 61:
7
manusia sebagai khalifah yakni untuk memakmurkan kehidupan di
bumi.
2) Mengabdi Kepada Allah
4. Potensi Manusia
Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa manusia memiliki fitrah. Fitrah
ialah potensi. Potensi manusia itu ialah sebagai berikut:
ۚ ارفُ ٓوا
َ َشعُوبًا َوقَبَآئِ َل ِلتَع ُ ََّٰيَٓأَيُّ َها ٱلن
ُ اس إِنَّا َخلَ ْق َٰنَ ُكم ِمن ذَك ٍَر َوأُنثَ َٰى َو َجعَ ْل َٰنَ ُك ْم
ير
ٌ ِع ِلي ٌم َخب َّ ٱّلل أَتْقَ َٰى ُك ْم ۚ إِ َّن
َ َٱّلل ِ َّ َإِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِعند
8
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)
b. Sebagai makhluk yang ingin beragama, karena itu Pendidikan
agama dan lingkungan beragama perlu disediakan bagi manusia.
ۚ ٱْل ْس َٰلَ َم دِينًاِ ْ ضيتُ لَ ُك ُم َ ُ ْٱليَ ْو َم أَ ْك َم ْلتُ لَ ُك ْم دِينَ ُك ْم َوأَتْ َم ْمت..
ِ علَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِى َو َر
.ور َّر ِحي ٌم ٌ ُغف َّ غي َْر ُمتَ َجانِفٍ ِ ِْلثْ ٍم ۙ َفإِ َّن
َ َٱّلل َ ط َّر فِى َم ْخ َم
َ ص ٍة ُ ض ْ فَ َم ِن ٱ
“…pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,
dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-
ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa
terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al Maidah: 3)
c. Manusia itu mencintai wanita dan anak-anak.
d. Manusia itu mencintai harta benda yang banyak dan emas dan
perak.
e. Mencintai kuda-kuda pilihan
f. Mencintai ternak dan sawah lading
َط َرةِ ِمن َ ير ْٱل ُمقَن ِ سا ٓ ِء َو ْٱلبَنِينَ َو ْٱلقَ َٰنَ ِط َ ِت ِمنَ ٱلن َّ اس حُبُّ ٱل
ِ ش َه َٰ َو ِ َُّزيِنَ ِللن
ِث ۗ َٰذَلِكَ َم َٰتَ ُع ْٱل َحيَ َٰوة ِ س َّو َم ِة َو ْٱْل َ ْن َٰعَ ِم َو ْٱل َح ْر
َ ض ِة َو ْٱل َخ ْي ِل ْٱل ُمَّ ب َو ْٱل ِف ِ ٱلذَّ َه
ِ ٱّللُ ِعندَهۥُ ُح ْسنُ ْٱل َمـَٔا
ب َّ ٱلدُّ ْنيَا ۖ َو
“ Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-
anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
9
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran: 14)
B. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan secara harfiah berasal kata didik, yang mendapat
awalan pen akhiran an. berarti perbuatan (hal, cara dan sebagainya)
mendidik. Kata lain ditemukan peng (ajar) an berarti cara (perbuatan dan
sebagainya) mengajar atau mengejarkan. Kata lain yang serumpun adalah
mengajar berarti memberi pengetahuan atau pelajaran. Kata pendidikan
berarti education (inggris), kata pengajaran berarti teaching (inggris).
Pengertian (Muzakir, 2006) dalam bahasa Arab kata pendidikan
(Tarbiyah)–pengajaran (Ta’lim) yang berasal dari ‘allama dan rabba.
Dalam hal ini kata tarbiyyah lebih luas konotasinya yang berarti
memelihara, membesarkan, medidik sekaligus bermakna mengajar
(‘allama). Terdapat pula kata ta’dib yang ada hubungannya dengan kata
adab yang berarti susunan.
10
secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta
perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam
ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.
11
Selanjutnya, tujuan pendidikan Islam. Prof. Dr. Ahmad Tafsir
dalam bukunya berpendapat bahwa tujuan pendidikan secara umum ialah
manusia baik. Dan secara umum pula diketahui bahwa bila setiap orang
sudah menjadi baik maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang
madani.
12
e. Ruang lingkup pendidikan Islam mencangkup kegiatan-
kegiatan yang dilakukan secara konsisten dan
berkesinambungan dalam bidang lapangan hidup manusia.
f. Metode yang digunakan dalam proses pencapaian tujuan adalah
metode yang didasarkan atas pendekatan-pendekatan agama
(religious), kemanusian (humanity), dan ilmu pengetahuan
(scientific).
13
2. Sebagai makhluk “historis”, wakil Allah (khalifah) di bumi dan
sebagai hamba (;abid) Allah, maka manusia dibekali dengan
berbagai potensi. Dalam konteks ini, pendidikan Islam haruslah
berupaya mengembangkan segala potensi yang dimiliki manusia
secara maksimal. Pengembangan potensi ini tentunya diharapkan
dapat teraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam posisi
sebagai khalifah maupun sebagai hamba Allah.
3. Manusia adalah makhluk yang terdiri dari unsur materi dan non
materi. Maka konsep ini menghendaki konsep pembinaan manusia
meliputi pengembangan terhadap kedua unsur tersebut. Ini berarti
bahwa sistem pendidikan Islam haruslah dibangun berdasarkan
konsep integrasi antara pendidikan jasmaniyah, aqliyah dan
qalbiyah sehingga akan terbina manusia muslim yang sehat
fisiknya, cerdas intelektualnya dan suci hatinya. Konsep inilah
yang mampu mewujudkan pribadi-pribadi yang sempurna (insan
kamil).
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ada tiga kata yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia,
yaitu Insan, Basyar, dan Bani Adam serta Zuriyat Adam. Al-Qur’an
menggambarkan manusia diciptakan dari diri yang satu, Adam as. Lalu
Allah menciptakan permpuan, yaitu Hawa, dan dari keduanya berkembang
biaklah manusia. Selanjutnya Al-Qur’an juga menginformasikan bahwa
ada dua macam proses penciptaan manusia yaitu penciptaan manusia
secara primordial (adat atau budaya), yaitu berkaitan dengan penciptaan
manusia pertama, yakni Adam as. Dan proses penciptaan seluruh manusia
sebagai generasi Adam as. Adapun tujuan serta tugas penciptaan manusia
di muka bumi ini adalah untuk beribadah. Dan kedudukannya sebagai
khalifah serta hamba Allah.
2. Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian “memberi makan”
(opvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan
rohaniah, juga sering diartikan dengan “menumbuhkan” kemampuan dasar
manusia. Sedangkan Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim
yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan
serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran
Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Adapun
tujuan pendidikan Islam sesungguhnya melekat pada cita-cita dan tujuan
jangka panjang ajaran Islam itu sendiri, yaitu mewujudkan rahmat bagi
seluruh ummat manusia. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah
Al-Anbiya: 107.
3. Adapun implikasi manusia terhadap Pendidikan Untuk mengembangkan
potensi/kemampuan dasar, maka manusia membutuhkan adanya bantuan
dari orang lain untuk membimbing, mendorong, dan mengarahkan agar
berbagai potensi tersebut dapat bertumbuh dan berkembang secara wajar
dan secara optimal, sehingga kehidupannya kelak dapat berdaya guna dan
15
berhasil guna. Dengan begitu mereka akan dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
16
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H. (cetakan kelima April 2011). Ilmu Pendidikan Islam (Tinjaun Teoritis
dan Praktis berdasarkan pendekatan Interdisipliner). Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Prof. Dr. H. Abudin Nata, M. (cetakan ketiga 2016). Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta : Prenadamedia Group.
17