Anda di halaman 1dari 20

MANUSIA DAN PENDIDIKAN

( Ditulis Guna Memenuhi Tugas Pada Matkul Filsafat Pendidikan


Islam)

Oleh :

Rahmad Syah Dewa : F. 1810285


Dosen : Ust. Dr. H. Asmil Ilyas, MA

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR

2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulilah adalah kalimat pertama yang pantas saya ucapkan. Nikmat


yang diberikan-Nya, tak pernah berhenti dan terus mengalir layaknya sumber
mata air. Termasuk kita bisa berkumpul di tempat ini merupakan bentuk salah satu
nikmat yang nyata. “Bersyukurlah maka akan aku tambahkan, dan apabila kalian
kufur maka adzabku sangat pedih.” Itulah kalimat-Nya. Tuhan pemilik Arsy,
siapa lagi kalau bukan Allah SWT. Bagi saya kalimat itu menjadi mizan demi
meningkatkan ketakwan.

Dan tak lupa pula sholawat beriring salam tercurah limpahkan kepada sang
proklamator Islam, yang membawa panji kedamaian, yang syafaatnya sangat
dinantikan di hari kemudian, tak lain dan tak bukan ialah Nabi Muhammad Saw.
Berkatnyalah kita bisa merasakan bahwa lampu itu terang.

Selanjutnya saya sampaikan terimakasih yang tiada terhingga kepada para


guru, dosen dan teman-teman. Tanpa kalian sadari sudah banyak ilmu yang saya
dapatkan dari kalian. Untuk itu, selanjutnya mohon maaf apabila dalam penulisan
banyak kekeliruan dan kekurangan. Saran, masukan serta kritikan saya harapkan.

Akhirnya, hanya kepada Allah jualah do’a disampaikan. Semoga penulisan


ini bisa menjadi sebuah hal yang bermanfaat bagi saya khususnya, dan umumnya
kepada kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bogor, 10 Maret 2020.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Manusia ........................................................................................................ 3
1. Pengertian Manusia .................................................................................. 3
2. Penciptaan Manusia .................................................................................. 5
3. Tujuan, Kedudukan dan Tugas Manusia .................................................. 6
4. Potensi Manusia ....................................................................................... 8
B. Pendidikan .................................................................................................. 10
1. Pengertian Pendidikan Islam .................................................................. 10
2. Tujuan Pendidikan Islam ........................................................................ 11
3. Urgensi Pendidikan Islam ...................................................................... 12
C. Implikasi Manusia Terhadap Pendidikan ................................................... 13
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15
A. Kesimpulan ................................................................................................ 15
B. Kritik dan Saran ......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ratusan penelitian diselenggarakan, lebih banyak lagi artikel ditulis, dan tak
terhitung diskusi dibuat orang untuk menguraikan benang kusut teori, sistem, dan praktik
Pendidikan di negeri kita. Tetapi, sepertinya kita masih banyak berputar-putar di ranah
tempat kita memulai. Perbedaan pandangan terasa berlarut-larut, tak jarang berkembang
hingga memuncak menjadi debat kusir. Sebagai akibatnya, kekacauan dan kerancauan pun
melanda semua aspek wilayah Pendidikan, termasuk konten, strategi pengajaran, maupun
penilaian (assessment) Pendidikan. Oleh karena itu, tampaknya yang kita perlukan tak
kurang dari suatu diskusi mendasar tentang pengertian Pendidikan dan juga manusia.

Pasal 31 ayat 3 Undang-Undang Dasar yang telah diamandemen maupun UU


Sisdiknas 2003, sesungguhnya telah dengan jernih menetapkan bahwa segenap proses
Pendidikan haruslah ditujukan untuk pengembangan keseluruhan manusia demi mencapai
kesejahteraan hidup, baik secara fisik, mental, dan spiritual dan bukan hanya melahirkan
warga negara yang baik (good citizens) apalagi sekedar membangun Angkatan kerja yang
kompetitif. Karena sejatinya Pendidikan sesuai dengan amanah UUD dilaksanakan guna
meningkatkan potensi peserta didik agar mampu menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Bagir, 2020)

Pada dasarnya manusia juga lah yang akan menjalankan proses Pendidikan itu
dan manusia jugalah yang akan mengalami proses Pendidikan itu. Untuk itu sangat penting
untuk mengetahui mengenai konsep dasar Manusia dan Pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah dan memberikan ruang lingkup pembahsan saya
memberikan beberapa rumusan masalah, di antaranya:

1. Apa yang dimaksud dengan Manusia?


2. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan?

1
3. Bagaimana Implikasi manusia terhadap Pendidikan?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan yang ingin saya dapatkan dari pembahasan ini, di
antaranya:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan manusia.


2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan.
3. Untuk mengetaui bagaimana implikasi manusia terhadap
pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manusia
1. Pengertian Manusia
Socrates (470-399 SM) mengatakan bahwa belajar yang
sebenarnya ialah belajar tentang manusia. Menurutnya, hakikat manusia
ialah makhluk yang ingin mengetahui segalanya. Adapun Plato (salah
seorang murid Socrates) mengungkapkan bahwa hakikat manusia itu ada
dua yaitu rasio dan kesenangan. Namun di kesempatan lain ia
menambahkan bahwa jiwa manusia memiliki tiga elemen, yaitu roh, nafsu,
dan rasio. Berdasarkan tiga unsur hakikat manusia, Plato membagi
manusia menjadi tiga kelompok. Pertama, manusia yang didominasi oleh
rasio yang Hasrat utamanya meraih pengetahuan; kedua, manusia yang
didominasi roh yang Hasrat utamanya ialah meraih reputasi, dan ketiga,
manusia yang didominasi nafsu yang Hasrat utamanya pada materi. (Tafsir,
2012)

Selanjutnya (Tafsir, 2012), menurut Rene Descrates (1596-1650)


sejalan dengan pendapat Plato yang menekankan rasio pada manusia.
Sehingga berpendapat manusia ialah makhluk bebas. Berbeda dengan John
Locke (1623-1704) padanya terkenal teori tabula rasa yang menyebutkan
bahwa jiwa manusia itu saat dilahirkan laksana kertas bersih kemudian
diisi dengan pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam hidupnya.
Adapun Imanuel Kant (1724-1804) mengatakan bahwa manusia itu adalah
makhluk rasional, manusia itu bertindak berdasarkan moral, manusia
bertindak bukan hanya kepentingan diri sendiri.

Namun penjelasan terbaik tentang hakikat manusia ialah penjelasan


dari pencipta manusia itu sendiri. Pendapat M. Quraish Shihab ada tiga
kata yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia, yaitu
Insan, Basyar, dan Bani Adam serta Zuriyat Adam. Kata basyar terambil

3
dari kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan
indah. Dari akar kata yang sama, lahir kata basyarah yang berarti kulit.
Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda
dengan kulit binatang yang lain. Al-Qur’an menggunakan kata ini
sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsana
untuk menunjukan manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya
dengan manusia seluruhnya. (Shihab, 2014)

ٌ‫ى أَنَّ َما ٓ إِ َٰلَ ُه ُك ْم إِ َٰلَهٌ َٰ َو ِحد‬


َّ َ‫قُ ْل إِنَّ َما ٓ أَن َ۠ا بَش ٌَر ِمثْلُ ُك ْم يُو َح َٰ ٓى إِل‬

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu,


yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu
adalah Tuhan yang Esa". (QS. Al-Kahfi: 110)

Kata Insan terambil dari akar kata uns yang berarti jinak, harmonis,
dan tampak. Kata al-Insan disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 73 kali
yang disebut dalam 43 surat. Kata al-Insan dapat menunjukkan pada
proses kejadian manusia, baik proses penciptaan Adam maupun proses
manusia yang bertahap secara dinamis dan sempurna di dalam rahim. Kata
al-Insan tidak hanya menunjuk pada dimensi mental tetapi juga dimensi
fisik.

َٰ ُ ‫سنَ ِمن‬
ٍ ‫سلَلَ ٍة ِمن ِط‬
‫ين‬ ِ ْ ‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا‬
َ َٰ ‫ٱْلن‬

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu


saripati (berasal) dari tanah. (QS. Al-Mukminun: 12)

Jika itu ditinju lebih jauh dan dianalisis secara mendalam, maka
penggunaan kata al-Insan mengandung dua dimensi yaitu dimensi tubuh
(dengan berbagai unsurnya) dan dimensi spiritual (ditiupkan roh-Nya
kepada manusia).

Kata Bani Adam digunakan karena manusia merupakan keturunan


Nabi Adam as. Manusia dan nabi pertama yang diciptakan Allah swt,

4
Adam as dijuluki sebagai Abu Basyar (nenek moyang manusia). Menurut
Thabathaba’i sebagaimana dikutip oleh Ramayulis, penggunaan kata Bani
Adam menunnjukkan pada arti manusia secara umum. Dalam hal ini,
setidaknya ada tiga aspek yang dikaji, yaitu pertama, anjuran untuk
berbudaya sesuai ketentuan Allah, diantaranya berpakaian guna menutup
aurat. Kedua, mengingatkan keturunan Adam agar jangan terjerumus pada
bujuk rayu syeitan yang mengajak pada keingkaran. Ketiga,
memanfaatkan semua yang ada di alam semesta dalam rangka ibadah dan
mentauhidkan-Nya.

2. Penciptaan Manusia
Al-Qur’an menggambarkan manusia diciptakan dari diri yang satu,
Adam as. Lalu Allah menciptakan permpuan, yaitu Hawa, dan dari
keduanya berkembang biaklah manusia.

‫ث ِم ْن ُه َما‬ َّ ‫اس ٱتَّقُوا َربَّ ُك ُم ٱ َّلذِى َخلَقَ ُكم ِمن نَّ ْف ٍس َٰ َو ِح َدةٍ َو َخلَقَ ِم ْن َها زَ ْو َج َها َو َب‬ ُ َّ‫َٰ َيٓأَيُّ َها ٱلن‬
‫ع َل ْي ُك ْم َر ِقيبًا‬ َّ ‫ام ۚ ِإ َّن‬
َ َ‫ٱّللَ َكان‬ َ َ‫ٱّللَ ٱلَّذِى ت‬
َ ‫سا ٓ َءلُونَ ِبِۦه َو ْٱْل َ ْر َح‬ َّ ‫سا ٓ ًء ۚ َوٱتَّقُوا‬ ً ‫ِر َج ًال َك ِث‬
َ ‫يرا َو ِن‬

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah


menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-
laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,
dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)

Selanjutnya Al-Qur’an juga menginformasikan bahwa ada dua


macam proses penciptaan manusia yaitu penciptaan manusia secara
primordial (adat atau budaya), yaitu berkaitan dengan penciptaan manusia
pertama, yakni Adam as.

ٓ َٰ
ٍ ُ‫ص ٍل ِم ْن َح َمإٍ َّم ْسن‬
‫ون‬ َ ‫َو ِإ ْذ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َملَئِ َك ِة ِإنِى َٰ َخ ِل ٌق بَش ًَرا ِمن‬
َ َٰ ‫ص ْل‬

5
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk,”
(QS. Al-Hijr: 28)

Dan proses penciptaan seluruh manusia sebagai generasi Adam as.

ْ ُّ‫ ث ُ َّم َخلَ ْقنَا ٱلن‬. ‫ين‬ ْ ُ‫ ث ُ َّم َج َع ْل َٰنَهُ ن‬. ‫ين‬ َٰ ُ ‫سنَ ِمن‬
َ‫طفَة‬ ٍ ‫طفَةً فِى قَ َر ٍار َّم ِك‬ ٍ ‫سلَلَ ٍة ِمن ِط‬ ِ ْ ‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا‬
َ َٰ ‫ٱْلن‬
‫ظ َم لَحْ ًما ث ُ َّم أَنشَأ ْ َٰنَهُ خ َْلقًا‬َ َٰ ‫س ْونَا ْٱل ِع‬
َ ‫ظ ًما فَ َك‬َ َٰ ‫ضغَةَ ِع‬ ْ ‫ضغَةً فَ َخلَ ْقنَا ْٱل ُم‬ ْ ‫علَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْٱل َعلَقَةَ ُم‬ َ
. َ‫سنُ ْٱل َٰ َخ ِلقِين‬ َ ْ‫ٱّللُ أَح‬
َّ َ‫ارك‬ َ َ‫َءاخ ََر ۚ فَتَب‬

“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu


saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu
kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
Pencipta yang paling baik.” (QS. Al-Mu’minun: 12-14)

3. Tujuan, Kedudukan dan Tugas Manusia


a. Tujuan Manusia

ِ ‫نس إِ َّل ِليَ ْعبُد‬


‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْٱل ِج َّن َو‬
َ ‫ٱْل‬
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Ayat di atas menjelaskan bahwa tujuan penciptaan manusia di
muka bumi ini adalah untuk beribadah. Ibadah di sini tidaklah
dipahami dalam pengertian yang sempit, tetapi dalam pengertiannya
yang luas. Seluruh aktivitas manusia dalam kehidupan ini adalah
ibadah, manakala aktivitas tersebut ditujukan semata-mata hanya
untuk mencari ridha Allah Swt.

6
b. Kedudukan Manusia
1) Menjadi Khalifah
Islam menempatkan manusia di muka bumi ini sebagai
khalifah. Kata khalifah menurut Ahmad (al-Maraghi, 1971) dalam
Tafsir al-Maraghi Juz 1 bermakna sebagai pemimpin yang
hakikatnya sebagai pengganti Allah untuk melaksanakan titah-Nya
di muka bumi ini. Selain itu makna khalifah juga dapat dimaknai
sebagai pemimpin yang diberi tugas untuk memimpin diri sendiri
dan makhluk lainnya. Kepemimpinan yang harus dilaksanakan
manusia sebagai khalifah adalah untuk menjaga, merawat,
memelihara, mendayagunakan serta memakmurkan alam semesta
guna kepentingan manusia secara keseluruhan.
Tujuan manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam terlahir
kedunia ini tidak lain adalah untuk menjadi pemimpin atau
khalifah, hal ini telah ditegaskan dalam Firman allah dalam surat
Hud ayat 61:

‫شأ َ ُكم‬ َ ‫ٱّللَ َما لَ ُكم ِم ْن ِإ َٰلَ ٍه‬


َ ‫غي ُْر ۥهُ ۖ ه َُو أَن‬ َ َٰ ‫َو ِإلَ َٰى ثَ ُمودَ أَخَا ُه ْم‬
َّ ‫ص ِل ًحا ۚ قَا َل َٰيَقَ ْو ِم ٱ ْعبُدُوا‬
ِ ‫ِمنَ ْٱْل َ ْر‬
ٌ‫ض َوٱ ْستَ ْع َم َر ُك ْم فِي َها فَٱ ْستَ ْغ ِف ُروهُ ث ُ َّم تُوب ُٓوا ِإلَ ْي ِه ۚ ِإ َّن َر ِبى قَ ِريبٌ ُّم ِجيب‬
“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh.
Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak
ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari
bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu
mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya,
Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi
memperkenankan (doa hamba-Nya)"
Dari keterangan ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Allah
swt telah memberikan mandat kepada manusia untuk menjadi
penguasa yang mengatur tatanan bumi dan segala isinya. Inilah
kekuasaan yang bersifat umum yang diberikan Allah kepada

7
manusia sebagai khalifah yakni untuk memakmurkan kehidupan di
bumi.
2) Mengabdi Kepada Allah

ِ ‫نس إِ َّل ِليَ ْعبُد‬


‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْٱل ِج َّن َو‬
َ ‫ٱْل‬
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Dari keterangan ayat diatas menyatakan bahwa apa yang
harus dilakukan manusia ketika terlahir kepermukaan bumi ini
adalah hanya untuk mengabdi kepada allah. Dalam konteks ibadah
dapat dimaknai bahwa segala aktifitas yang dilakukan manusia
dalam keseharianya harus disandarkan dengan tujuan ibadah.
Segala bentuk pengabdian harus disertai dengan niat dan tujuan
hanya karena allah.
Makna ibadah tidak saja dapat diartikan dalam bentuk ritual
keagamaan yang bersifat wajib saja, namun secara mendalam,
konteks ibadah merupakan bentuk perlakuan dan perbuatan
manusia yang disandarkan dengan niat dan tujuan hanya untuk
mengabdi kepada allah semata.
c. Tugas Manusia
Sebagai Khalifah di muka bumi, maka tugas manusia adalah
memakmurkan kehidupan di muka bumi. (Nasir, 2010)

4. Potensi Manusia
Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa manusia memiliki fitrah. Fitrah
ialah potensi. Potensi manusia itu ialah sebagai berikut:

a. Sebagai makhluk sosial, artinya manusia itu membawa sifat


ingin bermasyarakat.

ۚ ‫ارفُ ٓوا‬
َ َ‫شعُوبًا َوقَبَآئِ َل ِلتَع‬ ُ َّ‫َٰيَٓأَيُّ َها ٱلن‬
ُ ‫اس إِنَّا َخلَ ْق َٰنَ ُكم ِمن ذَك ٍَر َوأُنثَ َٰى َو َجعَ ْل َٰنَ ُك ْم‬
‫ير‬
ٌ ِ‫ع ِلي ٌم َخب‬ َّ ‫ٱّلل أَتْقَ َٰى ُك ْم ۚ إِ َّن‬
َ َ‫ٱّلل‬ ِ َّ َ‫إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِعند‬

8
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)
b. Sebagai makhluk yang ingin beragama, karena itu Pendidikan
agama dan lingkungan beragama perlu disediakan bagi manusia.

ۚ ‫ٱْل ْس َٰلَ َم دِينًا‬ِ ْ ‫ضيتُ لَ ُك ُم‬ َ ُ‫ ْٱليَ ْو َم أَ ْك َم ْلتُ لَ ُك ْم دِينَ ُك ْم َوأَتْ َم ْمت‬..
ِ ‫علَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِى َو َر‬
.‫ور َّر ِحي ٌم‬ ٌ ُ‫غف‬ َّ ‫غي َْر ُمتَ َجانِفٍ ِ ِْلثْ ٍم ۙ َفإِ َّن‬
َ َ‫ٱّلل‬ َ ‫ط َّر فِى َم ْخ َم‬
َ ‫ص ٍة‬ ُ ‫ض‬ ْ ‫فَ َم ِن ٱ‬
“…pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,
dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-
ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa
terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al Maidah: 3)
c. Manusia itu mencintai wanita dan anak-anak.
d. Manusia itu mencintai harta benda yang banyak dan emas dan
perak.
e. Mencintai kuda-kuda pilihan
f. Mencintai ternak dan sawah lading
َ‫ط َرةِ ِمن‬ َ ‫ير ْٱل ُمقَن‬ ِ ‫سا ٓ ِء َو ْٱلبَنِينَ َو ْٱلقَ َٰنَ ِط‬ َ ِ‫ت ِمنَ ٱلن‬ َّ ‫اس حُبُّ ٱل‬
ِ ‫ش َه َٰ َو‬ ِ َّ‫ُزيِنَ ِللن‬
ِ‫ث ۗ َٰذَلِكَ َم َٰتَ ُع ْٱل َحيَ َٰوة‬ ِ ‫س َّو َم ِة َو ْٱْل َ ْن َٰعَ ِم َو ْٱل َح ْر‬
َ ‫ض ِة َو ْٱل َخ ْي ِل ْٱل ُم‬َّ ‫ب َو ْٱل ِف‬ ِ ‫ٱلذَّ َه‬
ِ ‫ٱّللُ ِعندَهۥُ ُح ْسنُ ْٱل َمـَٔا‬
‫ب‬ َّ ‫ٱلدُّ ْنيَا ۖ َو‬
“ Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-
anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah

9
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran: 14)

Selain fitrah atau potensi di atas manusia juga memiliki fitrah-


fitrah yang positif yaitu mengajak kepada kebaikan.

َ‫ص ِل ًحا َوقَا َل إِنَّنِى ِمنَ ْٱل ُم ْس ِل ِمين‬


َ َٰ ‫ع ِم َل‬ ِ َّ ‫عا ٓ إِلَى‬
َ ‫ٱّلل َو‬ َ ْ‫َو َم ْن أَح‬
َ َ‫سنُ قَ ْو ًل ِم َّمن د‬

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang


menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
"Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS.
Fusshilat: 33)

B. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan secara harfiah berasal kata didik, yang mendapat
awalan pen akhiran an. berarti perbuatan (hal, cara dan sebagainya)
mendidik. Kata lain ditemukan peng (ajar) an berarti cara (perbuatan dan
sebagainya) mengajar atau mengejarkan. Kata lain yang serumpun adalah
mengajar berarti memberi pengetahuan atau pelajaran. Kata pendidikan
berarti education (inggris), kata pengajaran berarti teaching (inggris).
Pengertian (Muzakir, 2006) dalam bahasa Arab kata pendidikan
(Tarbiyah)–pengajaran (Ta’lim) yang berasal dari ‘allama dan rabba.
Dalam hal ini kata tarbiyyah lebih luas konotasinya yang berarti
memelihara, membesarkan, medidik sekaligus bermakna mengajar
(‘allama). Terdapat pula kata ta’dib yang ada hubungannya dengan kata
adab yang berarti susunan.

Pendidikan (Arifin, cetakan kelima April 2011) secara teoritis


mengandung pengertian “memberi makan” (opvoeding) kepada jiwa anak
didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah, juga sering diartikan
dengan “menumbuhkan” kemampuan dasar manusia. Sedangkan
Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa

10
secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta
perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam
ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.

2. Tujuan Pendidikan Islam


Tujuan pendidikan Islam terkait erat dengan tujuan penciptaan
Manusia sebagai khalifah allahdan sebagai Hamba Allah. Dalam rangkaian
tujuan pendidikan Islam, Prof. H.M. Arifin, M.Ed. berpendapat bahwa
menurut tugas dan fungsi manusia secara filosofis, tujuan pendidikan bisa
dibedakan menjadi 3 diantaranya (Arifin, cetakan kelima April 2011):

a. Tujuan Individual yang menyangkut individu, melalui proses


belajar dengan tujuan mempersiapkan dirinya dalam kehidupan
dunia dan akhirat.
b. Tujuan social yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat
sebagai keseluruhan, dan dengan tingkah laku masyarakat
umumnya serta perubahan-perubahan yang diinginkan pada
pertumbuhan pribadi, pengalaman dan kemajuan hidupnya.
c. Tujuan professional yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu,
seni profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam masyarakat.

Adapun (Prof. Dr. H. Abudin Nata, cetakan ketiga 2016)


berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam sesungguhnya melekat pada
cita-cita dan tujuan jangka panjang ajaran Islam itu sendiri, yaitu
mewujudkan rahmat bagi seluruh ummat manusia. Sesuai dengan firman
Allah SWT dalam:

QS. Al-Anbiya ayat 107.

َ‫س ْلنَاكَ إِ َّل َرحْ َمةً ِل ْلعَالَ ِمين‬


َ ‫َو َما أَ ْر‬

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)


rahmat bagi semesta alam.”

11
Selanjutnya, tujuan pendidikan Islam. Prof. Dr. Ahmad Tafsir
dalam bukunya berpendapat bahwa tujuan pendidikan secara umum ialah
manusia baik. Dan secara umum pula diketahui bahwa bila setiap orang
sudah menjadi baik maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang
madani.

3. Urgensi Pendidikan Islam


Prof. H.M. Arifin, M.Ed. memberikan pandangan dasar yang
berhubungan dengan pengembangan teorisasi ilmu pendidikan Islam
mencakup permasalahan kependidikan pada garis besarnya dapat dianalisis
dari aspek-aspek konsepsional sebagai berikut:

a. Hakikat pendidikan Islam adalah proses membimbing dan


mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak didik agar
menjadi manusia dewasa sesuai tujuan pendidikan Islam.
b. Asas pendidikan Islam adalah asas perkembangan dan
pertumbuhan dalam peri kehidupan yang seimbang antara
kehidupan duniawi dan ukhrawi, jasmani dan rohani , antara
kehidupan materi dan mental spiritual. Asas-asas yang lain
dalam pelaksanaan operasional yang bisa dijadikan pegangan
dalam praktis sesuai pandangan teoritis antara lai seperti asas
adil dan merata, asas menyeluruh, dan asas integritas.
c. Modal dasar pendidikan Islam adalah kemampuan dasar
berkembang dari masing-masing pribadi manusia sebagai
karunia Tuhan.
d. Sasaran strategis pendidikan Islam adalah menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai agama dan nilai-nilai pengetahuan
secara mendalam dan luas dalam pribadi anak didik, sehingga
akan terbentuk dalam dirinya, siakap beriman dan bertakwa
dengan kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari.

12
e. Ruang lingkup pendidikan Islam mencangkup kegiatan-
kegiatan yang dilakukan secara konsisten dan
berkesinambungan dalam bidang lapangan hidup manusia.
f. Metode yang digunakan dalam proses pencapaian tujuan adalah
metode yang didasarkan atas pendekatan-pendekatan agama
(religious), kemanusian (humanity), dan ilmu pengetahuan
(scientific).

C. Implikasi Manusia Terhadap Pendidikan


Pendidikan merupakan gejala dan kebutuhan manusia. Dalam artian
bahwa bilamana anak tidak mendapatkan pendidikan, maka mereka tidak akan
menjadi manusia sesungguhnya dan tidak akan dapat memenuhi fungsinya
sebagai manusia yang berguna dalam hidup dan kehidupannya. Hanya
pendidikanlah yang dapat memnusiakan dan membudayakan manusia. (Tafsir,
2012)

Untuk mengembangkan potensi/kemampuan dasar, maka manusia


membutuhkan adanya bantuan dari orang lain untuk membimbing, mendorong,
dan mengarahkan agar berbagai potensi tersebut dapat bertumbuh dan
berkembang secara wajar dan secara optimal, sehingga kehidupannya kelak
dapat berdaya guna dan berhasil guna. Dengan begitu mereka akan dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Para ahli sependapat bahwa teori dan praktek kependidikan haruslah


berdasarkan konsepsi dasar tentang manusia. Berdasarkan beberapa uraian di
atas, ada beberapa implikasi urgen dalam hubungannya dengan pendidikan
Islam, yaitu (Nasir, 2010):

1. Konsep fitrah dalam Islam mengharuskan pendidikan Islam


bertujuan menguatkan hubungan antara manusia dan Allah,
sehingga kurikulum pendidikan haruslah menggiring manusia
kepada ketauhidan.

13
2. Sebagai makhluk “historis”, wakil Allah (khalifah) di bumi dan
sebagai hamba (;abid) Allah, maka manusia dibekali dengan
berbagai potensi. Dalam konteks ini, pendidikan Islam haruslah
berupaya mengembangkan segala potensi yang dimiliki manusia
secara maksimal. Pengembangan potensi ini tentunya diharapkan
dapat teraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam posisi
sebagai khalifah maupun sebagai hamba Allah.
3. Manusia adalah makhluk yang terdiri dari unsur materi dan non
materi. Maka konsep ini menghendaki konsep pembinaan manusia
meliputi pengembangan terhadap kedua unsur tersebut. Ini berarti
bahwa sistem pendidikan Islam haruslah dibangun berdasarkan
konsep integrasi antara pendidikan jasmaniyah, aqliyah dan
qalbiyah sehingga akan terbina manusia muslim yang sehat
fisiknya, cerdas intelektualnya dan suci hatinya. Konsep inilah
yang mampu mewujudkan pribadi-pribadi yang sempurna (insan
kamil).

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ada tiga kata yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia,
yaitu Insan, Basyar, dan Bani Adam serta Zuriyat Adam. Al-Qur’an
menggambarkan manusia diciptakan dari diri yang satu, Adam as. Lalu
Allah menciptakan permpuan, yaitu Hawa, dan dari keduanya berkembang
biaklah manusia. Selanjutnya Al-Qur’an juga menginformasikan bahwa
ada dua macam proses penciptaan manusia yaitu penciptaan manusia
secara primordial (adat atau budaya), yaitu berkaitan dengan penciptaan
manusia pertama, yakni Adam as. Dan proses penciptaan seluruh manusia
sebagai generasi Adam as. Adapun tujuan serta tugas penciptaan manusia
di muka bumi ini adalah untuk beribadah. Dan kedudukannya sebagai
khalifah serta hamba Allah.
2. Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian “memberi makan”
(opvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan
rohaniah, juga sering diartikan dengan “menumbuhkan” kemampuan dasar
manusia. Sedangkan Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim
yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan
serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran
Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Adapun
tujuan pendidikan Islam sesungguhnya melekat pada cita-cita dan tujuan
jangka panjang ajaran Islam itu sendiri, yaitu mewujudkan rahmat bagi
seluruh ummat manusia. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah
Al-Anbiya: 107.
3. Adapun implikasi manusia terhadap Pendidikan Untuk mengembangkan
potensi/kemampuan dasar, maka manusia membutuhkan adanya bantuan
dari orang lain untuk membimbing, mendorong, dan mengarahkan agar
berbagai potensi tersebut dapat bertumbuh dan berkembang secara wajar
dan secara optimal, sehingga kehidupannya kelak dapat berdaya guna dan

15
berhasil guna. Dengan begitu mereka akan dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

B. Kritik dan Saran


Demikian makalah ini saya buat. Saya menyadari bahwa makalah yang
saya susun ini jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca demi lebih baiknya penulisan
makalah yang selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua.

16
DAFTAR PUSTAKA

al-Maraghi, A. M. (1971). Tafsir al-Maraghi, Juz 1. Beirut, Libanon: Dar al-Fikr.

Arifin, H. (cetakan kelima April 2011). Ilmu Pendidikan Islam (Tinjaun Teoritis
dan Praktis berdasarkan pendekatan Interdisipliner). Jakarta: PT. Bumi
Aksara.

Bagir, H. (2020). Memulihkan Sekolah Memulihkan Manusia: Meluruskan


Kembali Falsafah Pendidikan Kita. Bandung: Mizan.

Muzakir, A. M. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group.

Nasir, Z. d. (2010). Filsafat Pendidikan Islam . (Bandung: Cita Pustaka Media


Perintis.

Prof. Dr. H. Abudin Nata, M. (cetakan ketiga 2016). Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta : Prenadamedia Group.

Shihab, M. Q. (2014). Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Tematik Atas Pelbagai


Persoalan Umat. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Tafsir, P. D. (2012). Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

17

Anda mungkin juga menyukai