Siwalan
Siwalan
lainnya merupakan wilayah perairan laut. Desa ini terbilang kompleks karena letak desa ini
sangat berimbang ke utara ada perairan laut lepas sedangkan ke selatan pegunungan dimana
petani melakukan bercocok tanam.
Dari keseluruhan luas wilayah daratannya, tanah di desa Panaongan masih didominasi
oleh lahan perkebunan kelapa, cabai, tembakau dan jagung. Luasnya wilayah perkebunan kelapa,
cabai, tembakau dan jagung menjadi potensi tersendiri bagi perekonomian desa beserta
masyarakatnya mengingat salah satu komoditi utama yang dihasilkan oleh desa ini adalah
kelapa, cabai, tembakau dan jagung, dll.
Dalam hal potensi usaha, Desa ini memiliki banyak penghasil gula aren, rengginang,
terasi dan Petis. Tidak dipungkiri lagi bahwa desa ini sangat kompleks dengan daratan atau
pegunungan dan perairan lautnya yang menghasilkan perikanan laut yang sangat luas. Selain itu,
keadaan alam desa Panaongan yang sangat mendukung untuk pertumbuhan pohon jati yang juga
merupakan tumbuhan endemik desa ini. Hal ini tentu saja tidak lupa dimanfaat oleh masyarakat
sekitar untuk membudidayakan dan memasarkan tanaman tersebut. Untuk lebih jelasnya
mengenai potensi desa yang ada di desa Panaongan, berikut akan di jelaskan.
Konon lima abad yang lalu berdirilah sebuah pesantren di tepi pantai utara bagian barat Keraton
Sumenep, di desa kecil ini pesantren yang disesepuhi oleh beberapa Syekh, Ulama, dan Kyai.
Sebagian besar dari sesepuh ini berasal dari luar pulau Jawa. Para sesepuh pesantren tersebut
yang sangat berperan dalam terbentuknya sejarah Desa Panaongan ini.
Nama Desa Panaongan berasal dari Bahasa Madura yang berarti ( pangaopan) dalam
Bahasa Indonesia memiliki arti sebagai tempat berteduh.
Beberapa tahun kemudian, maka mulailah dibentuk pemerintahan untuk mengurusi Desa
Panaongan ini, pemerintahan di desa ini terbentuk setelah mencapai mufakat atas musyawarah
yang melibatkan tokoh masyarakat desa pada saat itu yang diambilkan dari nama Panaongan.
Adapun nama-nama sesepuh yang pernah menjadi kepala pemerintahan di Desa
Panaongan :
1. Asta Buju’ Panaongan
· SYEKH AL ARIF ABU SAID
Sejak tahun 1796 sampai dengan 1820
· NYAI UMMU NANTI
Sejak tahun 1820 sampai dengan 1828
· NYAI SARIMI
Memimpin pada tahun 1847
2. Seorang Ulama
KYAI SYAFI’IE
Beliau memerintah selama 43 tahun saat berusia 55 tahun. Kyai Syafi’ie juga di kebumikan di
Asta Buju’ Panaongan
3. Ulama
KYAI MUHAMMAD ALI
Tak jauh berbeda dengan Kyai Syafi’ie, Kyai Muhammad Ali juga memerintah Desa Panaongan
selama 43 tahun pada saat beliau berusia 50 tahun.
4. Kepala Desa Pertama
Ini adalah kali pertama Desa Panaongan menggunakan nama kepala desa sebagai pemimpin
pemerintahan di desanya. Beliau menjabat sebagai kepala desa sejak tahun 1943 sampai dengan
1954, beliau bernama P. MUALLIM
5. Kepala Desa Kedua
MASTURYA
Beliau memerintah Desa Panaongan pada saat berusia 46 tahun. Namun, beliau hanya
memerintah selama satu tahun yakni pada tahun 1955-1956. Ini dikarenakan beliau memiliki
masalah dalam hal pemerintahan
6. Kepala Desa Ketiga
H. MOH. ALI
Beliau memerintah Desa Panaongan saat berusia 54 yahun. Beliau menjabat sebagai kepala desa
selama 32 tahun lamanya yakni sejak tahun 1956 sampai dengan 1988
7. Kepala Desa Keempat
IMAMUL WATHANI
Beliau memerintah Desa Panaongan pada usia 52 tahun, beliau menjabat sebagai kepala desa
selama 8 tahun yakni pada tahun 1990 sampai dengan 1998
8. Kepala Desa Kelima
AGUS SALAM
Beliau memerintah Desa Panaongan pada usia 43 tahun, beliau menjabat sebagai kepala desa
selama 8 tahun, yakni sejak tahun 1998 sampai dengan 2006
9. Kepala Desa Keenam
AMIRUSADI
Beliau memerintah desa Panaongan pada usia yang relatif muda, yakni pada usia 30 tahun.
Beliau adalah kepala desa yang aktif memerintah Desa Panaongan sejak tahun 2008 smpai
dengan sekarang.
Peduli Pendidikan, KKN 61 UTM Lakukan Kegiatan Belajar Mengajar di SDN 01
Panaongan dan SDN 04 Panaongan
“Selain itu kami membuka tangan selebar – lebarnya, jika suatu saat
mahasiswa atau lulusan Universitas Trunojoyo Madura untuk mengajar di SDN
04 Panaongan ,” ucapnya.
Kegiatan belajar mengajar ini, anggota KKN 61 UTM dibagi menjadi 2 kelompok.
1 kelompok harus menuju ke SDN 01 Panaongan. Sedangkan kelompok
satunya harus menuju ke SDN 04 Panaongan. Untuk SDN 01 Panaongan terdiri
dari Wiya, Uroh, Ufah, Firda dan Baihaqi. Sedangkan untuk SDN 04 Panaongan
terdiri dari Juli, Anjad, Tiwi, Winona, Ajeng dan Hanan.
Kegiatan Belajar Mengajar di SDN 01 Panaongan dan SDN 04 Panaongan.
Kita tahu bukan bahwa tanggal 17 agustus merupakan tanggal yang penting bagi seluruh warga
Indonesia. Bagaimana tidak pasalnya pada tanggal tersebut Indonesia dinyatakan bebas dari
penjajahan, oleh karena itu seluruh warga Indonesia berupaya menyambutnya dengan semeriah
mungkin serta dengan penuh suka cita.
Setiap tanggal 17 agustus dapat kita lihat jalan-jalan akan dipenuhi dengan bendera merah putih,
bukan hanya jalan saja tapi di depan rumah-rumah pun akan dipasang hiasan-hiasan serta
bendera merah putih.
Sebagai bentuk suka cita dalam menyambut hari kemerdekaan ada berbagai kegiatan yang sering
kita ketahui dan berbeda-beda pula di setiap daerahnya, misal seperti di selenggarakannya
upacara bendera, pentas seni dan budaya, serta adanya berbagai lomba permainan-permainan
daerah yang sejak dulu kita ketahui bisa meramaikan acara 17 Agustus-an.
Semangat warga Desa Panaongan dalam menyambut hari kemerdekaan pada tahun ini(2018),
berbagai perlombaan dilaksanakan untuk memeriahkan semarak 17 Agustus, lomba-lomba
tersebut diantaranya:
Kegiatan perlombaan ini bertujuan untuk membentuk jiwa bersaing kompetitif , menjadi ajang
aktualisasi dan unjuk bakat diri , serta sebagai sarana dinamisasi bagi anak-anak sebagaimana
kita ketahui bahwa di Era modern ini anak-anak disibukkan dengan permainan yang ada
di Gadgetsehingga mereka jarang beraktifitas fisik dan perlahan-lahan mulai meninggalkan
permainan tradisional.
Oleh karena itu, kami kelompok KKN 35 UTM mempunyai inisiatif untuk mengadakan berbagai
macam lomba kemerdekaan sebagai daya juang karang taruna. Selain itu adanya perlombaan ini
juga dapat menanamkan semangat cinta tanah air dan membangun semangat kebangsaan bagi
anak-anak di Desa Poteran.
Acara tersebut dihadiri oleh beberapa elemen dari kecamatan termasuk perwakilan perangkat-
perangkat desa yang bersangkutan. Pelaksanaan KKN tersebut dilakukan selama 26 hari dan kemudian
akan berakhir serentak pada tanggal 26 Juli 2019 dengan penarikan mahasiswa KKN di kecamatan
setempat.
Salah satu acara pembukaan yang terjadi di Desa Panaongan, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten
Sumenep ini dihadiri oleh beberapa elemen kecamatan, perwakilan dari masing-masing desa dan
seluruh kelompok KKN UTM yang ada di Pasongsongan yang terdiri dari 2 desa terpilih oleh lppm yaitu
Desa Panaongan dan Desa Pasongsongan.
Pada pelaksanaannya acara tersebut dipimpin langsung oleh bapak apel dan didampingi oleh pihak
LPPM dan Dosen Pembimbing Lapangan.
Bapak apel menghimbau kepada seluruh peserta kkn untuk melakukan yang terbaik apa yang diperoleh
dikampus dapat diimplementasikan kepada masyarakat setempat dan tentunya bermanfaat untuk
kemajuan desa tersebut.
Disamping itu bapak apel kecamatan menyampaikan untuk mengikuti kultur yang ada dimadura, “sebab
tradisi dan adat yang ada dimadura terutama pada masyarakat desa tentunya sangat berbeda dengan
dikota, kadang yang dianggap oleh masyarakat kota itu biasa dianggap tabu oleh masyarakat desa, jadi
kita harus menyesuaikan dengan kulture desa, sikap dan ucapan yang sopan“, Imbuhnya.
“Selama melakukan pengabdian masyarakat mahasiswa diharapkan dapat merubah desa menjadi maju
sekalipun perubahan itu tidak maksimal, setidaknya ada kemajuan sedikit dari masyarakat desa
tersebut”, Tuturnya.
Acara tersebut kemudian dilepas oleh bapak apel kecamatan selaku perwakilan dari bapak camat yang
berhalangan untuk hadir dan diakhiri dengan prosesi foto bersama seluruh elemen Kecamatan,
Perwakilan Desa, Perwakilan LPPM, Dosen Pembimbing Lapangan dan seluruh kelompok KKN yang ada
di Desa Panaongan.
Sebagian Kelompok KKN ada yang mengabadikan moment tersebut dengan berfoto bersama Dosen
Pembimbing Lapangan dan Perwakilan Aparat Desa, tidak ketinggalan juga dengan Kelompok KKN 61
yang mengabadikan moment tersebut dengan Dosen Pembimbing Lapangan dan Perwakilan Aparat
Desa. Berikut adalah moment-moment yang terekam oleh kamera kami.
SUMENEP- Desa Panaongan, Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep kaya akan potensi. Baik
potensi alam dan potensi unggulan hasil kreativitas dari masyarakatnya sendiri.
Hasil kreativitas masyarakat Panaongan Namanya "Rengginang" khas Desa Panaongan, yang dibuat oleh
keluarga Bapak Sahe Iskandar.
Produksi Rengginang ini hanya menggunakan dua tenaga kerja yang merupakan istri dan orang tua dari
Bapak Iskandar.
Proses produksinya pun cukup sederhana. Karena proses produksinya masih menggunakan alat
tradisional. seperti alat masak "Tomang" yang menggunakan kayu bakar dan "Soblukan" (penanak nasi
tradisional).
Langkah pertama yang dilakukan dalam proses pembuatan Rengginang yakni. mencuci ketan, kemudian
dimasak, setelah ketan setengah matang diangkat dan dicampuri bumbu yang terdiri dari: Bawang Putih,
Garam, Terasi, Petis, dan penyedap rasa secukupnya.
Setelah dicampuri bumbu ketan dimasak lagi hingga matang. Setelah matang, ketan dibiarkan terlebih
dahulu hingga setengah dingin.
Kemudian, ketan yang telah dicampuri bumbu dibentuk bulat-bulat seperti bentuk Rengginang pada
umumnya. Setelah berbentuk kemudian dijemur ditempat yang panas.
"Penjemurannya hanya satu hari bila cuacanya panas. Tapi kalau cuacanya musim hujan sekitar butuh
waktu tiga hari penjemuran," ungkap Bapak Iskandar menjelaskan kepada peserta kelompok KKN 61
saat disambangi dikediamannya. Jum'at (12/7/2019).
Kata dia (Bapak Iskandar, Red) hasil produksinya sudah diminati oleh masyarakat banyak hingga luar
pulau Madura.
"Mereka banyak pesen hingga sampai 500 biji dibawa ke Bali, Surabaya dan daerah-daerah lainnya,"
katanya.
Ia menjelaskan, setiap harinya memproduksi sekitar 15 kilogram. Dan untuk pemesanan mereka datang
langsung kerumahnya di Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep.
Akan tetapi, dalam penampilan kemasannya masih menggunakan bungkus yang sederhana. Dan belum
memiliki merek yang terdaftar sebagai HKI (Hak Kekayaan Intelektual). Sehingga tidak bisa pasarkan
ditempat pasar modern seperti mini market dan lain sebagainya.
Komposisi: Ketan, Garam, Terasi, Petis, Bawang putih, Penyedap rasa secukupnya.