DOGMATIKA 1
Dosen Pengampu:
Di
S
U
S
U
N
Oleh:
Nama : 1. Adelsi Kase
2. Alesri Kmio
3. Katrina Kaka Ndaha
NIM : 0213-1-01-19
Prodi : PAK
Kejadian 1:26-27 berbicara tentang manusia (termasuk laki-laki dan perempuan) yang
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. “Gambar” (Ibr. Tselem) digunakan untuk patung dan
model kerja. Secara tidak langsung dikatakan bahwa di dalam diri manusia terdapat pencerminan
sesuatu yang berkaitan dengan sifat dasar Allah. “Rupa” (Ibr. Demuth) digunakan untuk pola,
bentuk, atau ukuran yang adalah sesuatu seperti Allah pada diri mereka. Kata ini menyatakan
secara tidak langsung ada sesuatu seperti Allah pada diri kita. Kedua kata ibrani itu menyetakan
secara tak langsung bahwa perkembangan lebih jauh umat manusia adalah mungkin. Dengan
kata lain, Adam dan Hawa tidak langsung diciptakan sesuai dengan potensi yang ada dalam diri
mereka. Sekalipun ada kesempurnaan dalam penciptaan mereka, itulah kesempurnaan sebuah
kuntum, bukan kesempurnaan bunga atau buah. Akan tetapi, kita tidak akan sama seperti Allah,
karena kita selalu akan merupakan makluk yang terbatas, yang bergantung kepada Allah. Yesus
menyatakan dalam Yohanes 5:26, “sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam dirinya
sendiri, demikian juga diberikannya Anak mempunyai hidup dalam dirinya sendiri”,yaitu,
menurut hak dan sifatnya.
Gambar Allah di dalam diri kita terdiri atas gambar alamiah dan moral bukan fisik.
Tubuh kita terbuat dari debu tanah. Yesus tidak mempunyai rupa seperti manusia sebelum ia
dijelmakan (Filipi 2:5-7). Allah memperingatkan bangsa Israel untuk tidak membuat patung oleh
karena sifat dasarnya tidak mempunyai bentuk yang dapat dijadikan patung (Ul 4:15-19).
Akibatnya tidak ada patung yang bisa serupa dengan Allah, dan menyembah patung apa saja
adalah menyembah sesuatu yang bukan Allah.
Gambar moral mencakup kehendak dan lingkungan kebebasan yang dalamnya kita dapat
menjalankan kemampuan-kemampuan kita untuk menentukan nasib sendiri. Ini merupakan
bagian dari gambar yang memungkinkan adanya persekutuan dengan Allah dan komunikasi
dengan-Nya. Allah adalah kasih (1 Yoh 4:8), dan kita sanggup untuk mengasihi serta wajib
menunjukan kasih, pertama-tama kepada Allah (Ul 6:5), membalas kasih-Nya (1 Yoh 4:19), dan
kemudian kepada sesama kita, termasuk orang asing (Im 19:18,33:34; Ul 10:19; Mat 5:43-44;
Luk 10:27-32).Intelek kita memberi informasi kepada kehendak kita, dan untuk hal ini juga, kita
bertanggung jawab. Gambar moral dalam umat manusia juga merupakan sifat kepribadian kita
yang berhubungan dengan benarnya dan salahnya penggunaan kemampuan kita. Hal ini
memberikan sifat moral kepada kita dan menyediakan potensi yang dahsyat bagi kejahatan yang
hebat atau untuk kebaikan, kebenaran, dan kesician yang sejati. Pada mulanya Adam dan Hawa
diciptakan dengan hati yang benar-benar suci, bukan sekedar keadaan yang tidak berdosa.
Mereka mempunyai kecenderungan yang sungguh-sungguh kepada Allah dan ingin berjalan
serta berbicara dengan Dia. Setelah mereka jatuh, kecenderungan kepada Allah menjadi rusak,
berubah menjadi rasa benci yang kuat. Tetapi mengetahui Kristus, Allah telah menyediakan bagi
kita “manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah dalam kebenaran dan
kekudusan yang sesungguhnya” (Ef 4:24).
Pembahasaan