Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Keluarga adalah sebagai sebuah sistem sosial kecil yang terdiri atas

suatu rangkaian bagian yang sangat saling bergantung dan dipengaruhi baik oleh

struktur internal maupun eksternalnya (Friedman, 2010). Keluarga terdiri atas

sekelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan atau

hubungan sedarah dan ikatan adopsi. Anggota keluarga biasanya hidup

bersama-sama dalam satu rumah tangga atau jika mereka hidup secara

terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga sebagai rumah mereka yang

berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lainnya dalam peran-peran sosial

keluarga (Burgess. 1963 dalam Mubarak, 2011).

Keluarga menjadi point penting dalam upaya mencapai kesehatan masyarakat

secara optimal karena memiliki keterkaitan dengan masalah kesehatan, memiliki

fungsi utama dalam masyarakat dan lembaga yang menyangkut kehidupan

masyarakat.Peran keluarga sebagai kelompok dapat melakukan aktivitas

pencegahan, memelihara, menimbulkan, memperbaiki ataupun mengabaikan

masalah kesehatan yang ada di dalam kelompok /keluarga.Keluarga berperan

sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya,

yang berarti keluarga menjadi faktor penentu sehat-sakitnya anggota keluarga,

yang akan berdampak pada munculnya berbagai masalah kesehatan anggota

keluarga.
Salah satu yang menjadi masalah kesehatan keluarga adalah kebutuhan nutrisi

pada keluarga. Gizi sangat penting bagi manusia, terutama untuk pertumbuhan.

Daam keluarga, yang sangat membutuhkan gizi yang cukup adalah anak-anak dan

ibu hamil. Pada ibu hamil gizi sangat dibutuhkan untuk ibu dan janin.

Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru suatu periode

pertumbuhan. Kondisi kesehatan dimasa lampau sekaligus keadaan kesehatan ibu

saat ini merupakan landasan suatu kehidupan baru. Nutrisi merupakan suatu dari

faktor yang ikut berpengaruh terhadap hasil akhir kehamilan. Status nutrisi

dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga membuat ibu hamil berisiko misalnya;

kemiskinan, kurangnya pengetahuan tentang nutrisi yang diperlukan, lingkungan

yang kurang menguntungkan, kebiasaan makanan yang tidak lazim, serta

kesehatan yang buruk akan berpengaruh terhadap status gizi ibu hamil dan

pertumbuhan serta perkembangan janinnya.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan, 50 persen atau

satu dari dua ibu hamil di Indonesia tidak tercukupi kebutuhan gizinya. Padahal,

gizi selama kehamilan menjadi salah satu faktor penting untuk kualitas fisik dan

kecerdasan anak di masa depan.

Kurangnya gizi pada masa kehamilan dapat menyebabkan beberapa resiko,

salah satunya ialah bayi berat lahir rendah (BBLR). Berdasarkan Riskesdas 2013,

persentase balita usia 0-59 bulan dengan BBLR mencapai 10,2%. Bayi dikatakan

BBLR jika berat lahirnya kurang dari 2500 gram. Dampak BBLR membuat organ

tubuh bayi dan fungsinya kurang sempurna, pertumbuhan lamban, kecerdasan

yang kurang, serta berpotensi mengalami gangguan mental dan fisik.


Ibu hamil dengan status gizi buruk perlu mendapatkan perawatan khusus agar

risiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah dapat dihindari. Konstributor

utama mortalitas bayi di Amerika Serikat adalah 75% diakibatkan oleh karena

berat badan bayi rendah waktu lahir. Tindakan pencegahan yang sangat

dibutuhkan berhasil baik adalah perawatan kehamilan yang berkualitas tinggi

kepada ibu hamil melalui konseling gizi yang diberikan dengan baik dan spesifik

untuk tiap individu. Terutama kurang gizi yang diderita ibu hamil trimester kedua

dan ketiga, sangat berpengaruh pada berat bayi nya saat lahir.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan perubahan yang terjadi selama masa

hamil,banyak nutrien diperlukan dalam jumlah yang lebih besar dari pada jumlah

yang dibutuhkan wanita dewasa normal,karena semua sistem organ utama ibu

hamil memungkinkan perkembangan janin serta keshatan ibu yang optimal (Siti

fauziah dan Sutejo,2012).

Bila berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badannya selama

hamil kurang dari normal, maka sibayi akan beresiko lahir dengan berat

badan yang kurang atau berat bayi lahir rendah (BBLR). Bayi dengan

BBLR akan terganggu perkembangan fisik maupun kecerdasannya.(Indriyani,

Diyan, 2013).

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memiliki keterampilan dan pengalaman dalam menerapkan

ilmu pengetahuan dan teknologi secara interdisiplin sehingga mampu melakukan


komunikasi interprofesional, kerjasama sebagai tim kesehatan dan manajemen

konflik.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data umum karakteristik

penduduk meliputi : usia, jenis kelamin, hubungan dalam keluarga, status

perkawinan, agama, pendidikan, dan pekerjaan masyarakat Kabupaten

Indragiri Hulu, Kecamatan Pasir Penyu.

b. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data 12 indikator keluarga

sehat.

c. Mahasiswa mampu menentukan nilai Indeks Keluarga Sehat (IKS) seluruh

sasaran.

d. Mahasiswa mampu melakukan intervensi dengan lintas profesi yang

berbeda terhadap masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Indragiri

Hulu, Kecamatan Pasir Penyu .

1.3 Manfaat

Manfaat dari kegiatan PKN IPE terhadap mahasiswa adalah menambah

wawasan, ketrampilan, serta pengalaman dalam melakukan kerja sama dengan

lintas profesi yang berbeda dalam melakukan pemecahan masalah kesehatan.

Sedangkan manfaat terselenggaranya PKN IPE ini terhadap masyarakat adalah

meningkatkan indeks kesehatan keluarga melalui kegiatan intervensi kesehatan

yang dilakukan oleh mahasiswa seluruh jurusan Poltekkes Kemenkes Riau untuk

menerapkan keterampilan secara interprofesional di lingkungan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai