Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PENGGUNAAN ALKOHOL DAN KENALAN REMAJA

Oleh
Kelompok II :

1. Elsya Mayang Sari 6. Hazipa Yuerfa


2. Elvira Yuliani 7. Jhoni Harius Putra
3. Febrawati Fajlynd 8. Kurnia Nengsih
4. Keken Erva Nanda 9. Fitria Sarah Saskia
5. Gustia Marda Putri 10. Lara Julianti

Dosen Pengampuh :
Ns. Welly, M.Kep

PRODI KEPERAWATAN
STIKes ALIFAH PADANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
seluruh rahmat dan nikmatnya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah Karya Ilmiah yang berjudul “Askep Penggunaan Alkohol dan
Kenakalan Remaja”. Penulis sadar masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki
dalam membuat makalah ini.

Walaupun demikian penulis sudah berusaha dengan maksimal demi


kesempurnaan penyusunan makalah ini baik dari hasil kegiatan diskusi dalam
penyusunan makalah ini. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan
bagi penulis guna untuk kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

Dapat kesempatan ini, penulis haturkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

1. Ns. Welly, M.Kep, selaku Dosen Mata Psikososial .


2. Orang tua kami yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
3. Semua pihak yang tidak dapat kami rinci satu persatu yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Dimana pihak yang telah mendukung penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Penulis berharap semoga laporan ini bisa bermanfaat serta dapat membantu
bagi perkembangan STIKes Alifah Padang.

Padang, 12 Desember 2020

Peyusun,
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan..................................................................................................2

1. Tujuan Umum.................................................................................................2

D. Manfaat Penulisan................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................3

A. pengertian keluarga ...........................................................................................3

B. Askep keluarga tentang penggunaan alkohol dan kenakalan remaja .................8

BAB III PENUTUP...................................................................................................12

A.Kesimpulan.........................................................................................................13

B.Saran....................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keberadaan geng motor di Kota Bandung semakin meresahkan masyarakat


terkait aksi-aksi kekerasan dan kriminal yang mereka tampilkan seperti tawuran
antar geng, perampokan dengan kekerasan, pengrusakan tempat umum, bahkan
penganiayaan hingga menyebabkan kehilangan nyawa. Aktivitas yang penuh resiko
dan melanggar hukum yang kerap kali dilakukan ini menjadi alasan kekhawatiran
banyak pihak terutama para orang tua dan penyelenggara dunia pendidikan
mengingat sebagian besar dari mereka yang terlibat dalam geng motor termasuk
dalam kategori usia remaja.
Sebagai kota yang sedang mewujudkan diri menjadi kota jasa dan kota
pendidikan, maka keberadaan geng motor di Kota Bandung dapat memperburuk
citra kota. Dengan demikian tindakan-tindakan menyimpang yang dilakukan geng
motor yang pelakunya sebagian besar adalah anak muda harus segera ditangani
secara serius. Masalah ini tidak hanya tanggung jawab pihak penegak hukum terkait
aksi kriminal mereka, melainkan semua pihak yang berhubungan baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan lingkungan mereka, dalam hal ini termasuk
sekolah atau penyelenggara pendidikan dan orang tua.
Perlu dicari penyebab masalah dari keterlibatan remaja dalam geng motor.
Mengidentifikasi penyebab masalah dan potensi untuk memecahkan masalah
sebaiknya dilakukan sebagai upaya untuk merumuskan jalan keluar. Yang seringkali
terlihat dan terekspose di media adalah hanya seputar gambaran tindakan-tindakan
kekerasan dan agresivitas mereka sehingga hal ini lebih menunjukan permasalahan
yang sudah terjadi, termasuk upaya pihak kepolisian dalam menangkap tindakan
kekerasan yang dilakukan mereka. Diperlukan upaya untuk mengidentifikasi motif
atau latar belakang mereka terlibat dalam aktivitas geng ini. Selain itu dengan
melihat bahwa keberadaan geng motor ini tidak melulu sebagai penyimpangan,
maka perlu juga dilakukan identifikasi potensi atau sumber yang bisa dijadikan
bahan untuk pemecahan masalah.
Merebaknya aksi kekerasan dari remaja yang tergabung dalam kumpulan pengendara

bermotor atau yang lazim disebut sebagai “geng motor” di wilayah Kota Bandung saat ini

sudah menjurus pada tindakan anarkis dan kriminal. Berbagai peristiwa tindak kekerasan

yang dilakukan oleh anggota geng motor tersebut semakin menunjukan eskalasi yang justru

meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini sangat memprihatinkan sebab tindakan brutal dan

cenderung kriminal ini justru dilakukan oleh generasi muda yang notabene-nya adalah

pelajar.

1.2 Tujuan

Bagaimana askep keluarga yang berhubungan dengan alkohol dan kenakalan remaja?

1.3 Manfaat

Agar mahasiswa mampu mengetahui askep keluarga yang berhubungan dengan alkohol

dan kenakalan remaja.

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih orang

yang hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau

adopsi, tingga bersama dan saling menguntungkan, empunyai tujuan

bersama, mempunyai generasi peneus, saling pengertian dan saling

menyayangi. (Murray & Zentner, 1997) dikutip dari (Achjar, 2010)

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh

perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada didalamnya

terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai

tujuan bersama. (Friedman, 1998)

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

Keluarga adalah unit terkecil dari mastarakat yang terdiri dari dua orang

atau lebih dengan ikatan perkawinan, kelahiran atau adopsi yang tinggal di

satu tempat/ rumah, saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran

masing-masing dan mempertahankan suatu kebudayaan.

8
2. CIRI-CIRI KELUARGA

a. Menurut Robert Iver dan Charles Horton yang di kutip dari (Setiadi,

2008)

1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan

2) Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan

hubungan perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.

3) Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur)

termasuk perhitungan garis keturunan.

4) Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh

anggota-anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk

mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

5) Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah

tangga.

b. Ciri keluarga Indonesia (Setiadi, 2008)

1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat

gotong royong.

2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.

3) Umumnya dipimpim oleh suami meskipun proses pemutusan

dilakukan secara musyawarah.

3. STRUKTUR KELUARGA

Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :


a. Pola dan proses komunikasi

1) Pola interaksi keluarga yang berfungsi :

a) bersifat terbuka dan jujur.

b) selalu menyelesaikan konflik keluarga.

c) berfikiran positif.

d) tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.

2) Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :

a) Karakteristik pengirim

Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa

yang

disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan

menerima

umpan balik.

b) Karakteristik penerima

Siap mendengarkan, memberi umpan balik, dan melakukan

validasi.

b. Struktur Peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai

dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi

atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya

sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini
tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik.

Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi

kebutuhan anggota keluarga yang lain, sedangkan orang tua

mereka entah kemana atau malah berdiam diri di rumah.

c. struktur kekuatan

kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari

individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah

perilaku orang lain kearah positif

ada beberapa macam tipe struktur kekuatan :

1) Legimati power

Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama

bahwa

dalam suatu keluarga satu orang mempunyai hak untuk

mengontrol

tingkah laku anggota keluarga yang lain.

2) Referent power

Kekuasan yang dimilikiorang-orang tertentu terhadap orang

lain karena

identifikasi positif terhadap mereka,seperti identifikasi positif

seorang

anak dengan orang tua (role mode).


3) Reward power

Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan

diterima oleh

seseorang dari orang yang mempunyai pengaruh karena

kepatuhan

seseorang. Seperti ketaatan anak terhadap orang tua.

4) Coercive power

Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum

dengan

paksaan,ancaman, atau kekerasan bila mereka tidak mau taat.

5) Affectif power

kekuasaan yang diberikan melalui

manipulasi dengan memberikan atau tidak memberikan afeksi

atau

kehangatan, cinta kasih misalnya hubungan seksual pasangan

suami

istri.

d. Nilai-nilai keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang

secara
sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu

budaya.

Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi

perkembangan norma

dan peraturan. Norma adalah perilaku yang baik, menurut

masyarakat

berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah

kumpulan dari

pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan

dengan tujuan

untuk menyelesaikan masalah.

4. TIPE KELUARGA

Dalam (Murwani, 2007) di sebutkan beberapa tipe keluarga yaitu :

a. Tipe Keluarga Tradisional

1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri

dari ayah, ibu dan anak-anak.

2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di

tambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan,

saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari

suami dan istri tanpa anak.


4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu

orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini

dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.

5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri

seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian

tinggal kost untuk bekerja atau kuliah)

b. Tipe Keluarga Non Tradisional

1) The Unmarriedteenege mather

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan

anak dari hubungan tanpa nikah

2) The Stepparent Family

Keluarga dengan orang tua tiri.

3) Commune Family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada

hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber

dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi

anak dengan melelui aktivitas kelompok atau membesarkan

anak bersama.
4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family

Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan

tanpa melelui pernikahan.

5) Gay And Lesbian Family

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama

sebagaimana suami – istri (marital partners).

6) Cohibiting Couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan

karena beberapa alas an tertentu.

7) Group-Marriage Family

Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga

bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu

termasuk sexual dan membesarkan anaknya.

8) Group Network Family

Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup

bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling

menggunakan barang – barang rumah tangga bersama,

pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya.


9) Foster Family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga

atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua

anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan

kembali keluarga yang aslinya.

10) Homeless Family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan

yang permanent karena krisis personal yang dihubungkan

dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

11) Gang.

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang

muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang

mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan

criminal dalam kehidupannya.

5. FUNGSI KELUARGA

Menurut Friedman (1986) mengidentifikasi lima fungsi keluarga,

sebagai berikut:

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal

keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif


berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan

melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan

kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga

saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat

dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam

keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan

fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan

konsep diri positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam

melaksanakan fungsi afektif adalah :

1) Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima,

saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih

sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka

kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat,

yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling

mendukung. Hubbungan intim didalam keluarga merupakan modal

dasar dalam memeberikan hubungan dengan orang lain diluar

keluarga/ masyarakat.

2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan

mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu


mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan

tercapai.

3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan

sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga

dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada

berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus

mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-

anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang

tuanya.

Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan

kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau

masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak

dapat terpenuhi.

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar

berperan dalam lingkungan sosial.

Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan

tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru

lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang ada di

sekitarnya Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi


dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan

penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu

dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota

keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.

c. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan

menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu

perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada

pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan

keturunan.

d. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan

makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita

lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri,

hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan

praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan

kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan

keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status


kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan

pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga

yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakana tugas

kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

6. TUGAS KELUARGA DALAM BIDANG KESEHATAN

Menurut Freedman (1981) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang

kesehatan yang harus dilakukan, yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak

langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka

apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan

erjadinya, perubahan apa yang terjadi dan beberapa besar

perubahannya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera

melakukan tindakan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau


bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya

meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.

c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat

membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

Perawatan ini dapat dilakukan tindakan dirumah apabila keluarga

memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama

atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjjutan agar

masalah yang lebih parah tidak terjadi.

d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)

7. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

Menurut Duval (1985) dalam Setiadi (2008), membagi keluarga dalam 8

tahap perkembangan, yaitu:

a. Keluarga Baru (Berganning Family)

Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas

perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :

1) Membina hubungan intim yang memuaskan.

2) Menetapkan tujuan bersama.


3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok

social.

4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.

5) Persiapan menjadi orang tua.

6) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan

menjadi orang tua).

b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).

Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan

krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua

dinyatakan 17 % tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :

1) Suami merasa diabaikan.

2) Peningkatan perselisihan dan argument.

3) Interupsi dalam jadwal kontinu.

4) Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.

Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :

1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan

kegiatan).

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua

terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).

4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.


5) Konseling KB post partum 6 minggu.

6) Menata ruang untuk anak.

7) Biaya / dana Child Bearing.

8) Memfasilitasi role learning angggota keluarga.

9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah

Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak

pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak

sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan

keluarga pada saat ini adalah :

1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.

2) Membantu anak bersosialisasi.

3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi.

4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.

5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.

6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.

d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan

lingkungan lebih luas.

2) Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.


3) Menyediakan aktivitas untuk anak.

4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak.

5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan

kesehatan anggota keluarga.

e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang

dan brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa

muda dan mulai memiliki otonomi).

2) Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orange tua.hindari

perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.

4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota

keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota

keluarga.

f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).

Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri

dan menerim,a kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber

yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek.

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalh :


1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

2) Mempertahankan keintiman.

3) Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.

4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian

anaknya.

5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.

6) Berperan suami – istri kakek dan nenek.

7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak –

anaknya.

g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat

social dan waktu santai.

2) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.

3) Keakrapan dengan pasangan.

4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.

5) Persiapan masa tua/ pension.

h. Keluarga Lanjut Usia.

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.

2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.


3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.

4) Melakukan life review masa lalu.

8. PERAN PERAWAT DALAM ASUHAN KEPERAWATAN


KEPERAWATAN KELUARGA

Setiadi (2008) mengatakan dalam pemberian asuhan keperawatan

kesehatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh

perawat antara lain adalah

a. Pengenal kesehatan (health monitor)

Perawat membantu keluarga untuk mengenal penyimpangan dari

keadaan normal tentang kesehatannya dengan menganalisa data secara

objektif serta membuat keluarga sadar akan akibat masalah dalam

perkembangan keluarga.

b. Pemberian pelayanan pada anggota keluarga yang sakit, dengan

memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit

c. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan

keluarga, yaitu berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan

keluaraga baik secara berkelompok maupun individu.

d. Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu

mudah dijangkau oleh keluarga dan membantu mencarikan jalan

pemecahannya.

e. Pendidik kesehatan, yaitu merubah perilaku keluarga dan perilaku

tidak sehat menjadi perilaku sehat.


f. Penyuluh dan konsultan, yang berperan dalam memberikan petunjuk

tentang asuhan keperawatan dasar dalam keluarga.

Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga perawat

tidak dapat bekerja sendiri, melainkan bekerja sama secara tim dan bekerja

sama dengan profesi lain untuk mencapai asuhan keperawatan keluarga

dengan baik.

9. PRINSIP PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA

Setiadi (2008) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu

diperhatikan dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga yaitu :

a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.

b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat

sebagai tujuan utama.

c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai

peningkatan kesehatan keluarga.

d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan

peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan

keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.

e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan

preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.


f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga

memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk

kepentingan kesehatan keluarga.

g. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga

secara keseluruhan.

h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan

Keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan

masalah dengan menggunakan proses keperawatan.

i. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan

keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan

kesehatan dasar atau perawatan dirumah.

j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.

Keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang

kesehatan antara lain adalah :

1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan

masalah :

a) Tingkat sosial ekonomi yang rendah.

b) Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah

kesehatan sendiri.

c) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga

dengan penyakit keturunan.


2) Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu :

a) Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).

b) Menderita kekurangan gizi (anemia).

c) Menderita hipertensi.

d) Primipara dan Multipara.

e) Riwayat persalinan atau komplikasi

3) Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :

a) Lahir prematur (BBLR).

b) Berat badan sukar naik.

c) Lahir dengan cacat bawaan.

d) ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.

e) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam

bayi dan anaknya.

4) Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota


keluarga

a) Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba

untuk digugurkan.

b) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga

dan sering timbul cekcok dan ketegangan.

c) Ada anggota keluarga yang sering sakit

d) Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai,

lari meninggalkan rumah.


10. TINJAUAN MENGENAI KENAKALAN REMAJA

Terdapat banyak keterangan mengenai alasan remaja melakukan


kenakalan, salah satu diantaranya disebut Teori Pilihan (Siegel&Senna, 1997).
Dengan teori ini,seseorang terlibat pada aktifitas kenakalan karena hal tersebut
akan memberi manfaat dan menguntungkan, serta merasa bahwa kenakalan
tersebut relatif tanpa resiko dan tidak khawatir akan mendapat hukuman.
Kenakalan remaja berkaitan erat pula dengan sikap antisosial (sosiopatis)
di kalangan remaja ditunjukan dengan rendahnya rasa bersalah, kekhawatiran, dan
seringkali melawan hak orang lain. Hal ini seringkali menyebabkan mereka tidak
mampu menjalin hubungan baik dengan orang lain.
11. TINJAUAN MENGENAI PENGERTIAN GENG

Geng diartkan sebagai sekelompok anak muda yang secara kolektif terlibat
dalam perilaku kenakalan (Siegel&Senna, 1997). Dalam geng juga terdapat
struktur dan organisasi seperti adalanya pemimpin geng, pembagian kerja, aturan,
ritual, dan kepemilikan (seperti daerah teritori dan senjata). Malcom Klein dalam
Siegel menyebutkan, ada dua faktor yang menjadi inti konsep ‘geng remaja’
yaitu:
1. Anggota geng memiliki identitas yang menunjukan statusnya sebagai
anggota geng, menggunakan pembendaharaan kata, pakaian, tanda-tanda,
warna, dan simbol-simbol tertentu. Anggota geng memposisikan diri
terpisah dari masyarakat dan dianggap sebagai kesatuan yang berbeda
dari anggota masyarakat. Sekali mereka mendapatkan label geng,
anggota geng serta merta akan menerima label itu dan menciptakan
kebanggan dari status yang dilabelkan tersebut.
2. Ada semacam komitmen untuk melakukan aktivitas kriminal, meskipun
anggota geng yang melakukan aktivitas kriminal menggunakan sebagian
besar waktunya pada aktivitas-aktivitas non krimininal.

Geng merupakan sebuah transformasi dari klik (cliques) yang terdiri dari
sekumpulan orang yang satu sama lain dapat memberi dukungan, jaminan,
perlindungan, arah, dan status. Klik ini menyediakan basis social dan emosional
anggotanya untuk melakukan aktivitas-aktivitas anti sosial termasuk tindakan-
tindakan kriminal, atau penggunaan narkoba.

12. RELASI REMAJA DAN KELOMPOK GENG

Pada awal perkembangannya, anak lebih banyak dipengaruhi oleh orang


tuanya. Seiring tingkat petumbuhan dan kedewasaan anak, meskipun pengaruh
dari orang tua masih lebih besar, namun pada usia 8 hingga 14 tahun, pola
pertemanan mulai berkembang hingga mencapai pembentukan teman sebaya yang
stabil. Kuantitas serta variasi pertemanan jauh lebih berkembang pada saat anak
memasuki masa remaja. Teman kemudian lebih memiliki pengaruh yang besar
dalam pengambilan keputusan remaja dibanding orang tua. Pada awal masa
remaja mereka mulai memiliki dukungan emosional dari teman sebaya, saling
berbagi rasa. bertukar aktivitas, dan kepentingan hingga pada perkembangan
berikutnya proses relasi di dalam kelompok pertemanan berakibat pada adanya
sosialisasi nilai diantara mereka. Masalah kemudian muncul saat nilai kelompok
berbeda atau bertentangan dengan nilai masyarakat yang lebih besar. Fenomena
geng motor memperlihatkan bahwa nilai kelompok berbeda dan bertengangan
dengan nilai masyarakat secara umum. Kebutuhan remaja untuk terlibat dalam
kelompok sebaya ini akan beresiko jika remaja mengidentifikasi nilai-nilai
kelompok yang bersifat antisosial atau destruktif.
13. Penyebab Penyimpangan Perilaku Remaja

Untuk melihat faktor penyebab remaja berperilaku menyimpang diperlukan


sudut pandang yang komprehensif mengingat sumber-sumber masalah dapat
berasal dari aspek-aspek yang luas dan saling mempengaruhi. Beberapa
pandangan yang bersifat parsial seperti faktor individu, keluarga, teman sebaya,
komunitas dan masyarakat perlu diintegrasikan sebagai upaya melacak akar
persoalan yang jika menggunakan analisa parsial tidak memadai. Cara kita
mengindentifikasi penyebab perilaku menyimpang akan mempengaruhi strategi
penanganannya. Dengan demikian perlu mengkategorikan penyebab masalah dari
mulai faktor yang bersifat individual sampai kelompok dan lingkungan komunitas
yang lebih besar. Mc. Withers et al., 2007 ; Siegel et al., 2006 ; dan Russel 200 et
al, 2001, mengelompokan berbagai penyebab remaja berperilaku menyimpang
atau beresiko yang didasarkan pada faktor individu, keluarga, teman sebaya,
sekolah, dan komunitas/masyarakat, seperti yang diuraikan di bawah ini,
Faktor individu, terdiri dari penyebab fisik seperti riwayat sakit kronis,
kelahiran prematur, bobot kelahiran yang rendah, kecelakaan saat melahirkan.
Aspek psikososial dan perilaku mencakup kelekatan yang kurang dengan orang
tua, tidak memiliki keterampilan memecahkan masalah, tidak memiliki
kemampuan empati, ketidakmampuan mengendalikan diri, keterasingan,
kesulitan dalam belajar, harga diri dan motivasi yang rendah, penggunaan Napza,
aspirasi dan prestasi akademik yang rendah, tingkah laku agresif.
Faktor keluarga, terdiri dari struktur keluarga mencakup ketidakutuhan
keluarga, keterpisahan dari keluarga dan ukuran keluarga yang terlalu besar.
Fungsi keluarga mencakup kelemahan dalam pengelolaan kontrol dan
pengawasan, gangguan hubungan antara orang tua dan anak, keterlantaran anak,
kekerasan terhadap anak, kekerasan dalam keluarga, pengabaian atau penolakan
dari orang tua, ada model/contoh keluarga yang berperilaku anti sosial, mobilitas
orang tua yang tinggi, dan pengasuhan orang yang psikopat. Status sosial ekonomi
keluarga, mencakup pendapatan dan tingkat pendidikan orang tua yang rendah,
dan orang tua yang menganggur.
Faktor teman sebaya, terdiri dari remaja yang berteman dengan sebaya
yang menyimpang, penolakan dari teman sebaya, dan berteman dengan orang
dewasa yang anti social. Faktor sekolah, terdiri dari organisasi sekolah yang
mencakup kebijakan dan pelaksanaan kebijakan yang rigid, disiplin yang represif,
kelas yang besar, sekolah yang besar tanpa substruktur. Aspek kurikulum
mencakup pelajaran yang tidak menarik atau tidak disukai, tidak adanya
partisipasi dalam pengambilan keputusan, strategi pembelajaran yang pasif,
penilaian yang mendominasi adalah penilaian yang hanya berdasarkan persaingan
akademik (ada yang kalah dan menang). Suasana sekolah mencakup budaya
sekolah yang tidak mendukung misi pendidikan, hubungan murid-guru yang
negatif, ketidakberfungsian konselor sekolah, ketiadaan partisipasi siswa,
kurangnya hubungan antara orang tua dan sekolah, miskinnya pengembangan
profesionalisme staf.
Faktor komunitas dan kemasyarakatan, terdiri dari kemiskinan yang
ekstrem, ada norma anti sosial di masyarakat, lingkungan masyarakat yang kacau
dan tidak harmonis, tingkat kriminalitas yang tinggi, adanya akses pada senjata
api, konsentrasi teman sebaya yang nakal tinggi, dan status etnik minoritas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perilaku agresif yang cenderung merusak (destruktif) yang sering terjadi saat ini,
terutama tindak kekerasan yang dilakukan oleh remaja yang tergabung dalam
keanggotaan geng motor, bukanlah perilaku yang muncul secara spontan tanpa
penyebab. Dalam penelitian ini menggali mengenai berbagai motivasi atau faktor
keluarga sebagai penyebab individu/remaja tergabung dalam suatu komunitas
yaitu geng motor yang kemudian memunculkan sikap yang agresif. Berikut adalah
uraiannya. Faktor keluarga terdiri dari struktur keluarga, fungsi keluarga, dan
status sosial-ekonomi keluarga anggota geng motor.
Fungsi keluarga yang tidak berjalan dengan menjadi faktor yang lebih
jelas sebagai penyebab remaja masuk dalam kelompok geng motor dibanding
dengan faktor lainnya. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Laub & Sampson (1997) yaitu bahwa kualitas kehidupan keluarga termasuk
pengawasan, kelekatan dengan orang tua, dan disiplin merupakan faktor yang jauh
lebih menentukan dalam memprediksi perilaku menyimpang atau tidak dibanding
faktor struktur keluarga. Lemahnya fungsi keluarga lebih banyak pada sisi
kurangnya perhatian, pengabaian, dan persoalan kontrol.
Responden yang berpendapat tentang keutuhan keluarga anggota geng
motor lebih menunjukan kondisi keluarga yang kurang utuh, meskipun ukuran
keluarga mereka termasuk kecil. Besar atau kecilnya ukuran keluarga ternyata
tidak merupakan faktor yang mempunyai efek besar terhadap dorongan remaja
untuk masuk dalam kelompok geng motor. Impact negatif justru turun dari fungsi
keluarga yang lagi ideal untuk perkembangan anak.
Pada persoalan mengatur, seringkali pendekatan oang tua dianggap tidak
tepat oleh anak remaja. Orang tua yang tidak mengembangkan relasi dialog
dengan mereka cenderung gagal dalam menerapkan aturan. Banyak anak yang
merasa banyak aturan di rumah yang menekan mereka. ”ya mengekang ada,
karena orang tua banyak aturan jadi bikin kesel juga,beda kalau pas masuk genk
motor bebas lah gak ada aturan.” (GM 1 Bandung 14 Juli 2011). Demikian yang
dikatakan salah satu anggota geng motor terkait aturan di rumah yang diterapkan
orang tuanya. Kondisi komunikasi keluarga yang diktator ternyata memang tidak
baik, akan tetapi kontrol yang terlalu lemah pun bisa membuat anak merasa bebas
tanpa aturan yang membatasi.
Sejalan dengan sistem kontrol keluarga terhadap perilaku anak, ternyata
keharmonisan hubungan dalam keluarga juga berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Terbukti dengan pernyataan dari responden yang
menunjukan bahwa hubungan yang tidak harmonis antara remaja dengan
keluarganya. seseorang akan merasa nyaman apabila dihargai dalam
lingkungannya begitupun sebaiknya, ketika seseorang merasa tidak dihargai
dalam satu lingkungan dia akan mencari lingkungan yang lebih nyaman walaupun
negatif.
Faktor lainnya adalah kurangnya perhatian orang tua terhadap anak dan
lebih sibuk bekerja yang dapat menyita waktu bersama pekerjaannya
dibandingkan berkumpul di rumah. Orang tua yang terlalu sibuk mulai tidak
mengetahui kebiasaan-kebiasaan anak-anak mereka dan begitupun
sebaliknya, hal ini dikarenakan tidak ada waktu bagi mereka untuk
bersama. Jawaban yang muncul dari responden pun ternyata menunjukan
bahwa memang latar belakang orang tua responden adalah orang yang
sibuk dalam kerja.
Mengenai keadaan ekonomi keluarga, nampaknya status ekonomi
bukanlah faktor penyebab utama dari seorang remaja memasuki kelompok
geng motor. Beberapa anggota geng memiliki orang tua dengan status
PNS, pegawai BUMN, ada pula yang anggota dewan. Dengan demikian
faktor kemiskinan bukan penentu utama mereka memasuki kelompok geng
motor.
Mengidentifikasi potensi atau kekuatan yang dimiliki anggota geng
motor penting dilakukan karena faktor-faktor kekuatan dari kelompok
yang bermasalah seringkali terabaikan dibanding mengidentifikasi
keluasan masalahnya sehingga upaya pemberian perlakuan pada
penyandang masalah dalam rangka penyelesaian lebih kental
menggunakan cara pandang patologis. Resiko efek buruk labeling,
perspesi kelompok bermasalah sebagai kelompok yang sakit dan tidak bisa
diperbaiki lagi adalah sekian dari resiko absennya mengidentifikasi potensi
ini. Dibalik pemberitaan dan pengetahuan yang miring, dibalik itu mereka
memiliki ide-ide potensial yang dapat dijadikan sebagai kekuatan untuk
keluar dari masalah. Mereka ternyata juga melakukan counter pada idea-
idea anti social dan kriminal.
Peran orang tua terbatas hanya ketika anak berada dirumah, oleh
karena itu lembaga-lembaga juga perlu memeperhatikan perkembangan
anak. Sekolah diharapkan mampu memahami apa persolan psikososial
siswa dan mendeteksi sejak awal kecenderungan perilaku siswa yang
menyimpang sehingga upaya pencegahan untuk tidak terlibat kegiatan
kriminal bisa dilakukan. Kemampuan staf sekolah dalam mendeteksi

36
kecenderungan perilaku siswa yang anti sosial sangat penting oleh karena
itu dibutuhkan staf sekolah yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
memadai untuk melakukan pembimbingan pada siswanya.

37
14. Penyalahgunaan Alkohol Pada Remaja

1. Pengertian

Penyalahgunaan adalah proses, cara, perbuatan

menyeleweng untuk melakukan sesuatu yang tidak sepatutnya atau

menggunakan sesuatu tidak sebagaimana mestinya (Salim dan

Salim, 2002).

Yanny (2001) menyatakan bahwa alkohol dapat diperoleh

dari hasil peragian atau fregmentasi oleh mikroorganisme (sel ragi)

dari gula, sari buah, bijibijian, madu, umbi-umbian dan getah

kaktuk tertentu. Proses peragian menghasilkan minuman dengan

kadar alkohol hingga 14 persen sedangkan proses penyulingan akan

mempertinggi kadar alkohol, bahkan hingga mencapai 100 persen.

Dampak dari penyalahgunaan alkohol

Menurut Suhardi (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

intensitas rendah tetap bisa menimbulkan disorientasi dan

selanjutnya dan penggangguran karena tidak mampu lagi bekerja

dengan tertib. Ada lebih dari 60 jenis penyakit yang merupakan efek

jangka panjang minum alkohol, yang fatal misalnya sirosis hati,

kanker hati, bunuh diri dan demensia.

Menurut Martono (2006) pengaruh alkohol antara lain:

a. Pengaruh segera alkohol setelah pemakaian

1) Kemampuan mengendarai motor terganggu, kehilangan

koordinasi, salah menilai, refleksi lambat.

38
2) Pusing, kulit menjadi merah, merasa gembira dan rileks

3) Perasaan dan ingatan menjadi tumpul

4) Dosis tinggi menyebebkan mabuk, bicara cedal, penglihatan

ganda, inveral tumpul, kendali diri berkurang, dan tidak

sadarkan diri.

b. Pengaruh jangka panjang

Terjadi “hangover” (pengaruh sisa) sehingga merasa mual, sakit

kepala, pencernaan terganggu, pikiran tidak jernih, seluruh tubuh

sakit, dehidrasi (kehilangan cairan).

c. Pengaruh pada system tubuh manusia

1) Susunan syaraf pusat : memperlambat fungsi otak yang

mengontrol pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat

menimbulkan kematian. Dapat menyebabkan hilangnya

memori (amnesia), sakit jiwa, kerusakan tetap pada otak dan

system syaraf.

2. Faktor eksternal individu atau faktor lingkungan

a. Faktor keluarga

Keluarga yang tidak harmonis dan suasana keluarga yang

tidak baik, tidak ada perhatian cinta dan kasih sayang, tidak

ada ketenangan membuat anak tidak nyaman di rumah dan

akibatnya anak mencari kesenangan di luar rumah atau di

lingkungan sekitarnya.

perkembangan jiwa anak. Di daerah hitam atau lampu merah,

39
anak akan menganggap kejahatan atau perbuatan asusila

adalah hal yang wajar. Terlebih lagi kalau sampai anak

berkelompok dengan orang- orang yang nakal, pasti anak

akan menjadi nakal pula.

3) Keadaan di sekolah

Sekolah adalah tempat para sebaya remaja bertemu dan

bergaul dengan leluasa. Banyak anak menjadi nakal akibat di

sekolah tidak dapat membina hubungan dengan anak yang

baik, akan tetapi malahan akrab atau mendapatkan teman

yang nakal sehingga anak menjadi nakal bersamanya.

4) Pendidikan

Selain ilmu pengetahuan anak juga perlu mendapatkan

pendidikan moral dan kepribadian, yang dasarnya di peroleh

dari keluarga dan di sekolah. Tidak pandai membawa diri,

dan awal dari sikap tidak bersahabat atau anti sosial.

40
PENGKAJIAN KELUARGA PADA KELUARGA Tn.P

A. DATA UMUM
( 18 Januari pukul 19.30 WIB )

1. Nama KK : Tn. R
2. Usia : 46 tahun
3. Alamat : Desa Selokerto TR 3 RW 1 Kec. Sempor, Kab.
Kebumen
4. Pekerjaan KK : Wiraswasta
5. Pendidikan KK : SD
6. Komposisi Keluarga
NO Nama Umur Jenis Kelamin Hub. Dg KK Pendidikan

1 Ny. W 46 th P Istri
SD
2 Sdr. T 24 th L Anak
STM
3 Sdr. N 21 th L Anak
STM
4 An. A 14 th L Anak
SD
5 An. R 11 th L Anak
SD
6 Ny. S 70 th P Nenek
Tidak sekolah

7. Genogram:

41
: Laki-laki hidup x : Sudah
meningggal

: Wanita masih hidup : Yang dikaji

: Dalam satu rumah

8. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. R adalah The Extended Family yaitu dalam satu rumah terdiri dari
ayah, ibu dan anak diatambah nenek.

Ditinjau dari segi ekonomi pada keluarga Tn. R tergolong sedang/cukup. Tn. R
bekerja dan Ny.W sebagai ibu rumah tangga dan bekerja dirumah dengan
membuka warung, maka penghasilan sedikit bisa untuk menutupi kebutuhan
sehari-hari maupun kebutuhan rumah tangga lainnya.

9. Budaya
Suku bangsa Jawa, bahasa sehari-hari yang digunakan bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia. Dalam keluarga tidak ada pantangan makanan, sangat menyukai
makanan manis.

42
10. Agama
Semua anggota keluarga menganut agama Islam, melakukan shalat setiap hari.
An. R sering menjadi mu’adzin di mushola desa.

11. Status sosial ekonomi keluarga


Tn. R bekerja dengan membuka bengkel mobil di depan rumahnya dengan
penghasilan yang tidak menentu. Ny. W bekerja dirumah membuka warung.
Penghasilan bersihnya jika sedang ramai mencapai Rp.30.000,00/ hari dan ketika
sepi hanya mendapat untung sekitar Rp.10.000,00/hari

12. Aktivitas rekreasi atau waktu luang keluarga


Untuk menghilangkan kejenuhan keluarga Tn. R melakukan kegiatan nonton TV
bersama dengan program acara komedi dan musik. An. R dan An. A juga
terkadang kumpul dengan teman- temanya untuk bermain. Minimal sebulan
sekali keluarga Tn.R rekreasi ke tempat wisata yang ada didaerahnya, dan yang
sering adalah rekreasi kepantai.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


13. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Keluarga Tn. R saat ini dengan adanya anak pertamanya yang berumur 24 tahun
yang telah bekerja di pabrik di Jakarta, keluarga Tn. R masuk tahapan
perkembangan keluarga dengan anak dewasa. Tn.R dan istrinya berusaha
mensosialisasikan anak-anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.

14. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tugas perkembangan keluarga Tn.R yang belum terpenuhi adalah Tn.R
mengatakan ingin anaknya bisa lulus sekolah dengan nilai yang memuaskan dan
menikahkan anak pertamanya, serta Tn.R juga mengatakan belum bisa menjadi
figure yang baik bagi anaknya.

15. Riwayat kelurga inti


Tn.R dan Ny.W berasal dari lingkungan yang sama, mereka menikah dengan
berpacaran dahulu sebelumnya. Keempat anaknya telah mendapatkan imunisasi
lengkap seperti dalam kartu menuju sehat yang di dapatkan dari fasilitas
kesehatan yang ada didaerah mereka tinggal.

43
Saat dikaji anggota keluarga Tn. R dalam keadaan sehat, kecuali Sdr. T dan Sdr.
N karena keduanya sedang bekerja di Jakarta.

16. Riwayat keluarga sebelumnya


Tn. R belum pernah mengalami penyakit yang serius dan belum pernah dirawat di
RS. Ny. W memiliki riwayat pernah dirawat di PKU muhammadiyah Gombong
dengan diagnose reumatik pada tahun 2000 tetapi sampai saat ini penyakitnya
terkadang kambuh.

C. Pengkajian Lingkungan
17. Karakteristik rumah
Rumah berlantai satu, tembok, jumlah ruangan ada 8 ruang dan satu ruang untuk
warung, setiap ruangan dan kamar ada jendela yang bisa di buka dan terang,
peletakan perabotan rumah diatur sesuai dengan tempat dan ukuran barang.
Kamar mandi ada satu dengan satu bak, jenis pembuangan limbah keluarga
dengan resapan di belakang rumah kurang lebih 5 meter. Sumber air bersih
memakai sumur air bersih, tidak berwarna, tidak berbau atau berasa. Keluarga
merasa nyaman tinggal dalam rumah. Lahan di samping rumah dipakai untuk
menjemur pakaian.

Denah Rumah Kelurga Tn.R

Ket :
1 2 3 4 1. Pekarangan
2. Kamar Tidur 1
3. Kamar Tidur 2
4. Kamar Tidur 3
9 5. Ruang Keluarga
6. Ruang Tamu
7. Kamar mandi dan WC
8. Warung dan Dapur
44 9. Bengkel
5 6

7 8

18. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Kebiasaan tetangga bangun pagi melakukan BAB di WC didalam rumah.
Pekerjaan tetangga bermacam-macam antara lain guru, pegawai swasta, bidan,
pedagang, perawat dan bengkel. Kerja bakti dilakukan satu RT stiap tiga bulan
sekali atau kalau ada acara khusus seperti adanya lomba kebersihan tingkat RT
tiap tahun pada bulan Agustus.

Kegiatan ronda malam untuk bapak-bapak dilakukan secara bergantian sesuai


jadwal

19. Mobilitas geografis keluarga


Keluarga Tn.R tinggal di wilayah tersebut sejak kecil. Tn.R jarang mengunjungi
rumah tetangga sekitar dengan alasan bekerja. Sedangkan Ny.W kesehariannya
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan membuka warung sehingga jarang keluar,
Ny. W keluar ketika belanja keperluan rumah saja. An.R dan An.A
kesehariannya bermain bersama dengan teman sebayanya pada sore hari.
Penampilan busana keluarga Tn.R cukup bagus karena dapat menyesuaikan
kondisi, situasi dan lingkungan

20. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

45
Waktu dipakai untuk berkumpul keluarga bila pulang bekerja pada sore hari dan
malam hari. Interaksi dengan masyarakat dilakukan Tn.R ketika pengajian dan
rapat RT. Sedangkan Ny.W sering mengikuti kegiatan arisan ibu-ibu RT, dan
pengajian dimasjid.

21. Sistem pendukung keluarga


Keluarga Tn.R ada fasilitas jaminan kesehatan masyarakat sebagai orang sehat
bila anaknya sakit diperiksakan ke Puskesmas atau dibawa ke rumah sakit, bila
sakitnya mendadak sementara di bawa ke bidan atau perawat terdekat.

D. Struktur Keluarga
22. Pola komunikasi keluarga
Keluarga selalu berkomunikasi terutama Tn.R menerapkan komunikasi terbuka,
bila ada anggota keluarga yang kurang benar mereka saling mengingatkan.

23. Struktur keluarga


Tn.R dan Ny.W saling mengisi dan Tn.R sebagai kepala keluarga diberi otoritas
untuk mengambil keputusan dalam mengendalikan perilaku di keluarganya,
sedang dalam mendidik anak-anak Tn.R dan Ny.W menyadari merupakan tugas
bersam. Namun terkadang ada sedikit masalah karena salah paham namun
diselesaikan dengan cara musyawarah.

24. Struktur peran


Tn.R sebagai sebagai kepala keluarga dapat penghasilan bulanan dari bekerja
sebagai pegawai tata usaha disalah satu sekolahan menengah didaerahnya. Ny.W
bekerja mumbuka warung. An.A dan An.R sebagai anak sekolah yang perlu
perhatian dari orang tua dan bimbingan, tingkat pemahaman kurang.

25. Nilai dan norma keluarga


Keluarga Tn.R sangat memperhatikan tentang kesehatan anggota keluarga
sehingga diterapkan perilaku yang dapat menjaga kesehatan keluarga. Dalam segi
nilai-nilai moral diterapkan berdasarkan agama yang dianut oleh keluarga yaitu
hidup yang diridhoi oleh Alloh SWT.

46
E. Fungsi Keluarga
26. Fungsi afektif
Anggota keluarga yang tinggal dalam rumah itu saling mendukung dan saling
menyayangi, mencintai dan memiliki. Permasalahan keluarga dibicarakan
bersama-sama antara Tn.R dan Ny.W baik masalah ekonomi, dalam mendidik
anak saling mengisi. Anak-anak diajarkan untuk dapat menjadi anak yang takut
akan Tuhan dan hormat kepada orang yang lebih tua.

27. Fungsi sosialisasi


Baik Tn.R maupun Ny.W mampu menjalankan fungsi sosialnya. Kegiatan-
kegiatan di wilayahnya dapat diikutinya bila tidak bisa hadir selalu memberikan
alasan yang jelas, juga kegiatan keagamaan dapat diikuti dengan baik.

28. Fungsi perawatan kesehatan


Keluarga Tn.R mampu menyediakan kebutuhan sehari-hari, baik makanan,
pakaian, dan perlindungan serta merawat bila ada anggota keluarga yang sakit.
Tentang sehat sakit merupakan sesuatu yang harus disyukuri dan sebagai manusia
diberi akal dan kemampuan untuk berusaha bagaiman menjaga kesehatan .

Keluarga mengenal penyakit-penyakit seperti rematik, hipertensi dan batuk pilek


yang ringan. Untuk penyakit-penyakit atau masalah kesehatan yang mendetail
masih bertanya pada petugas kesehatan bila sedang periksa atau kalau ada
penyuluhan. Namun terkadang masih membiasakan pijat ditempat pijat
tradisional. Keluarga menjaga kesehatan dengan menjaga kebersihan alat-alat
yang dipakai untuk anaknya dan menyediakan bahan-bahan makanan yang baik
dan cocok untuk keluarga dan anak-anaknya.

Tn.R mengatakan khawatir terhadap penyakit rematik Ny.W suatu saat akan
kambuh dan harus dibawa ke RS meski sekarang penyakit rematik Ny.W hanya
kambuhan, saat kambuh biasanya keluarga membawanya kepuskesmas dan
terkadang ketempat terapi.Tn.R mengatakan khawatir terhadap anaknya
khususunya An.A dan An.R tentang pergaulan disekolahan dan lingkungan
tempat tinggal, Tn.R mengatakan takut anaknya terjerumus keperbuatan yang

47
tidak baik seperti miras dan tindakan criminal lainya karena terbawa teman-
temanya.

Keluarga sudah mengambil keputusan untuk menambah jam belajar sianak


dengan menyalurkan memberikan tambahan sesuai kemampuan Tn.R dan Ny.W

29. Fungsi Reproduksi


Keluarga Tn.R da Ny.W mempunyai empat orang anak, semua laki-laki. Metode
yang dipakai untuk mengendalikan jumlah keluarga ikut KB suntik sesuai anjuran
petugas kesehatan. Dan sudah tidak ingin punya anak lagi karena merasa sudah
cukup mempunyai empat orang anak.

30. Fungsi ekonomi


Dalam hal ekonomi keluarga Tn.R merasa mampu memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari dengan dibantu Ny.W baik pangan, sandang dan papan. Keluarga juga
mampu memanfaatkan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya maupun
dari perusahaan.

F. Stres dan Koping Keluarga


31. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
Jangka pendek yang dirasakan oleh keluarga Tn.R adalah kekhawatiran terhadap
pergaulan anaknya disekolahan dan dilingkungan tempat tinggal. An.A belum
bisa memilih teman yang baik dalam bergaul dan sering ikut-ikutan temanya
membolos sekolah dan merokok. Terkadang juga An.A saat bermain dengan
teman dilingkungan tempat tinggal pulang melebihi jam yang sudah ditentukan
Tn.R.

Jangka panjang adalah keinginan menikahkan anak pertamanya yang telah


bekerja di Jakarta.

32. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor dan strategi koping yang
digunakan
Keluarga Tn.R memberikan respon stressor yang ada dengan berdiskusi dengan
istrinya terutama keadaan keluarga yang berhubungan dengan pertumbuhan anak
dan pergaulan anak- anaknya.

48
G. Harapan Keluarga terhadap Perawat Berhubungan dengan Masalah yang
Dihadapi
Keluarga Tn.R merasa tersanjung, terbuka, dengan kunjungan sehingga dapat
memberi informasi yang lebih tentang perilaku sehat, apalagi menghadapi
pertumbuhan dan perkembangan serta pergaulan anaknya yang bertambah besar.

H. Pemeriksaan Fisik
1. Tn. R
Keadaan umum : Baik, tampak sehat

Tanda vital : TD: 120/90 mmHg, Nadi: 84 x/menit, RR: 20 x/mnt, suhu:
37oC

BB/TB : 75 kg / 165 cm

Rambut : Ikal, tidak ada ketombe, ada sedikit uban dan tidak rontok

Mata : Sclera tidak icteric, tidak anemis, penglihatan normal

Telinga : Tidak ada serumen, kanalis bersih, pendengaran normal

Hidung : Simetris, polip negative, tidak ada ingus

Mulut : Bersih,tidak ada tanda peradangan, gigi tidak ada caries

Dada : Simetris, ronchi negative, wheezing negative, suara jantung


normal

Abdomen : Datar, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, bising usus
positif.

Genitalia : Selalu dijaga kebersihannya, tidak haemoroid

Extremitas : Tidak ada edema, tidak ada nyeri pergerakan, gerakan


normal

Kulit : Sawo matang, tampak bersih

2. Ny.W
Keadaan umum : Baik, composmetis

49
Tanda vital : TD: 120/80 mmHg, nadi: 82 x/menit, RR: 18 x/mnt, suhu:
360C

BB/TB : 65 Kg/155 cm

Rambut : Lurus, tidak rontok, agak beruban

Mata : Tidak oedema, sclera tidak icteric, tidak anemis, penglihatan


normal

Telinga : Tidak ada serumen, kanalis bersih, pendengaran normal

Mulut : Bersih,tidak ada tanda peradangan, gigi tidak ada caries

Dada : Simetris, ronchi negative, wheezing negative, suara jantung


normal

Abdomen : Datar, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, bising usus
positif.

Genitalia : Selalu dijaga kebersihannya, tidak haemoroid

Extremitas : Tidak ada edema, tidak ada nyeri pergerakan, gerakan


normal

Kulit : Sawo matang, tampak bersih

3. Sdr.T : tidak terkaji


4. Sdr. N : tidak terkaji
5. An. A
Keadaan umum : Baik, composmetis

Tanda vital : TD: 115/80 Nadi: 84 x/menit, RR: 20 x/mnt, suhu: 36 0C

BB/TB : 45 kg / 167 cm

Rambut : Lurus, tidak rontok

Mata : Tidak oedema, sclera tidak icteric, tidak anemis penglihatan


normal

50
Telinga : Tidak ada serumen, kanalis bersih, pendengaran normal

Hidung : Simetris, polip negative, tidak ada ingus

Mulut : Bersih,tidak ada tanda peradangan, gigi tidak ada caries

Dada : Simetris, ronchi negative, wheezing negative, suara jantung


normal

Abdomen : Datar, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, bising usus
positif.

Genitalia : Selalu dijaga kebersihannya, tidak haemoroid

Extremitas : Tidak ada edema, tidak ada nyeri pergerakan, gerakan


normal

Kulit : Sawo matang, tampak bersih.

6. An.R
Keadaan umum : Baik, composmetis

Tanda vital : TD: - Nadi: 86 x/menit, RR: 20 x/mnt, suhu: 37 0C

BB/TB : 29 kg / 139 cm

Rambut : Lurus, tidak rontok

Mata : Tidak oedema, sclera tidak icteric, tidak anemis, penglihatan


normal

Telinga : Tidak ada serumen, kanalis bersih, pendengaran normal

Hidung : Simetris, polip negative, tidak ada ingus

Mulut : Bersih,tidak ada tanda peradangan, gigi tidak ada caries

Dada : Simetris, ronchi negative, wheezing negative, suara jantung


normal

Abdomen : Datar, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, bising usus
positif.

51
Genitalia : Selalu dijaga kebersihannya, tidak haemoroid

Extremitas : Tidak ada edema, tidak ada nyeri pergerakan, gerakan


normal

Kulit : Sawo matang, tampak bersih.

7. Ny. S (nenek)
Keadaan umum : Baik, composmetis

Tanda vital : TD: 140/80 Nadi: 80 x/menit, RR: 24 x/mnt, suhu: 36.5 0C

BB/TB : 45 kg / 155 cm

Rambut : Lurus, tidak rontok, beruban

Mata : Tidak oedema, sclera tidak icteric, tidak anemis, penglihatan


normal

Telinga : Tidak ada serumen, kanalis bersih, pendengaran normal

Hidung : Simetris, polip negative, tidak ada ingus

Mulut : Bersih,tidak ada tanda peradangan, gigi tidak ada caries

Dada : Simetris, ronchi negative, wheezing negative, suara jantung


normal

Abdomen : Datar, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, bising usus
positif.

Genitalia : Selalu dijaga kebersihannya, tidak haemoroid

Extremitas : Tidak ada edema, tidak ada nyeri pergerakan, gerakan


normal

Kulit : Sawo matang, tampak bersih.

I. Pengkajian Masalah Psikiatrik


Keluarga Tn.N merasa menjalani hidup ini dengan senang dan selalu mensyukuri
apa yang sudah diberikan oleh Alloh SWT. Bila ada masalah Tn. R dan Ny.W

52
berdiskusi bersama untuk mencari jalan keluar, bila belum ada jalan keluar mereka
meminta pendapat dari tokoh masyarakat yang dekat dengan rumah dan tidak lupa
dilakukan berdoa.

J. Aktifitas Kehidupan Sehari-hari


Makanan menjadi perhatian keluarga baik bahan makanan maupun cara
memasaknya. Kebutuhan cairan dalam keluarga selalu dicukupi. Eliminasi dalam
keluarga tidak menjadi masalah karena fasilitas sudah ada dalam rumah dan mereka
berusaha untuk memberikan perilaku sehat bagi anak-anaknya. Kebersihan rumah
tiap hari di sapu, pengepelan lantai satu hari sekali.

K. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA


1) Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

1. DO: Ketidakmampuan Resiko terjadi


keluarga merawat kekambuhan
- Kaki kanan pasien pegal-
anggota keluarga penyakit rematik
pegal
dengan masalah pada Ny.W
- BB: 75 Kg
penyakit rheumatic.
- TB: 165 Cm
DS:

 Ds : Tn. R mengatakan
khawatir terhadap penyakit
rheumatic Ny.W suatu saat akan
parah dan harus dibawa ke RS,
meski sekarang hanya kambuhan.

2 DO: Ketidakmampuan Resiko kenakalan


keluarga merawat remaja pada
- An. A sering keluar malam
anggota keluarga keluarga Tn.N
dan pulang pagi
dengan masalah pola khususnya An.A
- Rambut disemir pirang
asuh
DS:

53
 Tn.N khawatir terhadap
pergaulan anaknya
disekolahan dan
dilingkungan tempat tinggal.
 kekhawatiran An.A
terjerumus keperbuatan yang
tidak baik,bahkan miras dan
tindakan criminal lainya.
L. SKALA PRIORITAS
1. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah penyakit
rematik
KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN

Keluarga mengatakan
masalah adalah actual
1. Sifat masalah
sudah terjadi untuk itu
Aktual: 3
1 perlu tindakan
Resiko: 2 3/3x1=1 perawatan, sehingga
Potensial: 1 tidak berdampak pada
masalah lain.

Keluarga mengatakan
2. Kemungkinan
masalah belum berat,
masalah dapat diubah
dan membutuhkan
Mudah: 2 2
waktu untuk
Sebagian: 1 2/2x2=2 mengubah kebiasaan
Tidak dapat: 0 keluarga Tn.N

Keluarga mengatakan
3. Kemungkinan masalah dapat dicegah
masalah dapat dicegah 1 agar tidak lebih parah,
Tinggi: 3 dan membutuhkan
3/3x1=1
Cukup: 2 peran serta keluarga..
Rendah: 1

54
Keluarga mengatakan
bahwa masalah ini
4. Menonjolnya
adalah masalah yang
masalah
masih bisa ditangani
Segera: 2
1 0/2x1=0 sendiri oleh keluarga
Tidak segera: 1 Tn.R karena
Tidak dirasakan: 0 penyakitnya tidak
kritis.

Skor 4

2. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah pola asuh


KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN

Keluarga mengatakan

2. Sifat masalah sangat khawatir namun


2/3x1=2/3
Aktual: 3 1 masih selalu mengawasi
Resiko: 2
An.A dalam pergaulan
Potensial: 1
sehari- harinya.

Keluarga mengatakan
3. Kemungkinan kepribadian An. A masih
masalah dapat diubah
2 2/2x2=2 dapat diubah meski
Mudah: 2
Sebagian: 1 membuuhkan waktu
Tidak dapat: 0 lama.

Keluarga mengatakan

4. Kemungkinan masalah kenakalan An.


masalah dapat dicegah A bisa dicegah agar
1 3/3x1=1
Tinggi: 3
Cukup: 2 tidak lebih parah, dan
Rendah: 1 membutuhkan peran
serta keluarga.
2/2x1=1 Keluarga mengatakan
5. Menonjolnya 1 masalah ini harus
masalah segera diatasi supaya

55
tidak berakibat kepada
An.R dan berakibat
Segera: 2
Tidak segera: 1 buruk terhadap An.A
Tidak dirasakan: 0 karena cita- citanya
ingin jadi polisi.

Skor 4 2/3

2) Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Resiko kenakalan remaja pada keluarga Tn.N khususnya An.A berhubungan
dengan Ketidakmampuan keluarga dengan masalah pola asuh.

56

Anda mungkin juga menyukai