Anda di halaman 1dari 1

1.

Tata cara penyerahan urusan-urusan dari pemerintahan pusat kedaerah berdasarkan undang-
undang Nomor 1 Tahun 1945, sebagai berikut:
Pemerintah melimpahkan kewenangan kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan kepada
instansi vertical, dengan cara menugasi daerah berdasar asas tugas pembantuan. Instansi
vertical yang dimaksud dibentuk setelah mendapat persetujuan dari Gubernur. Pembentukan
instansi vertical untuk melaksanakan urusan pemerintahan absolut dan dilakukan oleh
kementerian yang nomenklaturnya secara tegas disebutkan dalam UUD Negara Republik
Indonesia tahun 1945 tidak memerlukan persetujuan dari gubernur penugasan oleh pemerintah
pusat kepada daerah berdasarkan asas tugas pembantuan. Kemudian Gubernur menyerahkan
secara nyata urusan pemerintah kabupaten kepada Bupati/ walikota melakukan pengkajian dan
evaluasi terhadap jenis urusan yang akan diserahkan kepada desa dengan mempertimbangkan
aspek letak geografis, kemampuan personil, kemampuan keuangan, efisiensi dan efektivitas.
Setelah itu, Bupati/ walikota menyerahkan urusan daerah kecamatan,kelurahan, dan desa
kepada masing-masing bagian wilayah yang dilaksanakan secara serentak.

2. Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah menurut undang-undang Nomor 5
tahun 1974 dalam hal pembiayaan yang bersumber dari pemerintah pusat (APBN) mencakup
pemberian wewenang dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah, pembagian sumber
keuangan, sejalan dengan pembagian urusan dan tata cara penyelenggaraan urusan tersebut
dan pengaturan mengenai prinsip pengelolaan hubungan keuangan pemerintah pusat dan
daerah masing-masing otonomi daerah. Keuangan pemerintah pusat dan daerah yang
bersumber dari APBN hanya jika kegiatan yang dilaksanakan tersebut diamanatkan dalam
peraturan perundang-undangan tentang APBN. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk mencapai
kebutuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian,
dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
3. ---

4. Konsep pengawasan ini adalah pengawasan terhadap produk-produk hukum yang dibuat oleh
pemerintah daerah. Pengawasan ini dilakukan oleh pemerintah bukan lantas dilihat sebagai
pengekang terhadap kebebasan pemerintah daerah dalam membuat peraturan dan kebijakan
daerah, karena pemerintah ingin pemerintah daerah tetap dalam koridor NKRI yang mana
walaupun pemerintah daerah diberikan kewenangan dan kebebasan untuk mengurus sendiri
rumah tangga pemerintahannnya namun tak lantas pemerintah daerah bebas tanpa batas.
Pengawasan pemerintah terhadap perda dilakukan agar kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
daerah tidak bertentangan dengan kepentingan umumdan peraturan yang lebih tinggi.
Pengawasan pemerintah terhadap perda diaktualisasikan dalam bentuk pengujian perda yang
dilakukan oleh pemerintah yang kemudian disebut dengan executive review dan kemudian
belanjut pada mekanisme pembatalan perda apabila dinilai bertentangan.

Anda mungkin juga menyukai