Askep Kista Ovarium
Askep Kista Ovarium
MAHASISWA :
NURLAELA FAIZA
A2R16039
Kistoma adalah tumor berupa kantong berisi cairan atau setengah cairan (Mardiana,
2000). Ovarium adalah organ dalam reproduksi wanita yang menghasilkan sel telur atau
ovum (Prawiroharjo, 1999). Berdasarkan pengertian tersebut dapat di ambil kesimpulan
1 | STIKES HAH 2016
kistoma ovari merupakan jaringan yang terdapat pada organ ovarium yang dapat
mengganggu fungsi normal dari ovarium maupun saluran reproduksi lainya.
B. Etiologi
Penyebab dari kista ovari sampai saat ini belum jelas di ketahui tetapi ada kista lain
yang di sebabkan karena radang dan akibat dari komplikasi tumor yang lain (Prawiroharjo,
1999), antara lain :
1. Kista Folikel. Kista ini berasal dari folikel de graf yang tidak sampai ber-ovulasi
namun tubuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah
tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim melainkan
menjadi kista.
2. Kista Korpus Luteum. Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil
dan menjadi korpus albikans kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus
luteum porsistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista
dan berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua.
3. Kista Teka Lutein. Kista ini biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju,
tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon koriongonadrotopin yang berlebihan dan
dengan hilangnya mola atau koreokarsinoma, ovarium mengecil spontan.
4. Kista Inkulsi Germinal. Kista ini menjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-
bagian kecil dari epitel germinatikum pada permukaan ovarium.
5. Kista Endometrium. Kista ini akibat dari peradangan endometrium yang berlokasi
di ovarium.
6. Kista Stein Lavental. Kista ini kiranya di sebabkan oleh gangguan keseimbangan
hormonal.
7. Kistoma Ovari Simplek. Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai, sering kali bilateral dan dapat menjadi besar, di duga bahwa kista ini suatu jenis
kistodenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubungan dengan adanya
tekanan cairan di dalam kista.
8. Kistadenoma Ovari Musinosim. Asal kista ini belum jelas di ketahui dengan pasti,
ada penulis yang berpendapat bahwa kista ini dari epitel germinatikum.
9. Kistadenoma Ovari Serosum. Kista ini berasal dari epitel germinatikum
(permukaaan Ovarium).
10. Kista Dermoid. Kista ini di duga berasal dari sel telur melalaui proses
partogenesis.
C. Tanda dan Gejala
Banyak tumor ovarium tidak menunjukan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium
yang kecil, sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin atau
komplikasi tumor-tumor tersebut (Prawiroharjo, 1999). Pertumbuhan tumor ovarium dapat
F. Pathway
G. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan infasi kuman patogen pada luka
3. Gangguan konstipasi berhubungan dengan efek anestesi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi
6. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
7. Kurang perwatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas
H. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan (Kathryn,
1995). Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi :
Manajemen Nyeri :
Observasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
2. Resiko infeksi berhubungan dengan infasi kuman patogen pada luka (Tucker,
1999). Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
3. Gangguan konstipasi berhubungan dengan efek anestesi (Tucker, 1999).
Tujuan : Pasien mengalami depekasi dalam tiga-empat hari setelah pembedahan.
Intervensi :
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (Tucker,
1999). Tujuan : Pasien dapat malakukan kembali.
Intervensi :
Manajemen energi :
Observasi
Monitor lokasi dari ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi (Doengoes, 2000).
Tujuan : Mengutarakan pemahaman proses penyakit.
Intervensi :
6. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan (Doengoes, 2000).
Tujuan : Devisit volume cairan tidak terjadi.
Intervensi :
7. Kurang perwatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas (Carpeneto,
1999). Tujuan : Perawatan diri terpenuhi.
Intervensi :
I. Daftar Pustaka
1. Berman, A,. Snyder. S, & Fradsen, G. (2016). Kozier & Erbs Fundamental of nursing
(10th ed.). USA: Pearson Education
2. Dougherty, L. & Lister. S (2015). Mnual of Clinical Nursing Procedures (9th ed.). UK:
The Royal Mardsen NHS Foundation Trust.
3. Ignatavicus & Workman (2016). Medical Surgical Nursing, Patient-Centered
Collaborative care (8th ed.). St Louis: Mosby Elseiver.
4. Linquist. R,. Snyder, M. & Tracy, M,F. (2014) Complementary/alternative Therapis in
Nursing (7th ed.). New York: Springer Publhsing Company, Inc.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009
Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Telp./Fax: 0355-
322738
Tulungagung 66224
Alamat E-mail : akperta@gmail.com
FORMAT PENGKAJIAN
DI KAMAR OPERASI
NO. MR : 213335
PRE OPERASI
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. D
Umur : 40 th
Jenis kelamin : Perempuan
Suku / bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Alamat : Ngunut, Tulungagung
Biaya oleh : BPJS
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
2. Tanda – tanda vital
Suhu : 36,9 0C
Nadi : 110x/ Menit
Respirasi : 21x/Menit
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Catatan : Tidak ada catatan
g. Sistem indokrin
Tidak ada sistem yang terganggu
h. Reproduksi
Pada sistem reproduksi terdapat benjolan pada ovarium
i. Psikososial
Interaksi pasien sebelum dilakukan tindakan operasi cukup baik
j. Spiritual
Pasien beragama islam dan selalu berdoa untuk kesembuhannya
D. PEMERIKASAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) : terlampir
Dengan keterangan terdapat kista ovarium dengan ukuran 12,3 x 8,4 cm
2. Pemeriksaan laboratorium : terlampir
E. ANALISA DATA PRE OPERASI
S E P
DS : Fisiologi : Nyeri
Mayor : - Inflamasi
- Mengeluh nyeri Fisik :
- Terpotong
Minor : - Prosedur operasi
- Px mengeluh pusing
TD : 120/80 mmHg
DO :
Mayor :
- Tampak meringis
- Gelisah
Minor :
- Frekwensi nadi
meningkat 99x/mnt
- Muka px nampak
pucat
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
G. INTERVENSI
1. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 15 mnt nyeri px berkurang
2. Kriteria Hasil :
a. Nyeri berkurang/menurun
b. Perilaku gelisah menurun
c. Keluhan pusing menurun
d. Frekuensi nadi menurun
e. Pucat menurun
f. Kontak mata membaik
3. Intervensi:
Manajemen Nyeri :
Observasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
H. IMPLEMENTASI
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
5. Memfasilitasi istirahat dan tidur
6. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
7. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
8. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
I. EVALUASI
S : px mengatakan merasa lebih tenang dan nyeri berkurang sedikit
O:
- keadaan umum lemah
- kegelisahan px berkurang
A:
- masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
INTRA OPERASI
POST OPERASI
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
C. INTERVENSI
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 15 menit nyeri berkurang dan pasien
nampak nyaman
Kriteria Hasil
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Sikap protektif menurun
4. Proses berfikir membaik
5. Fokus pada diri sendiri membaik
Intervensi :
Manajemen Nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi , frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Terapeutik
1. Sediakan materi dan pendidikan kesehatan
2. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan manfaat tehnik nafas
2. Jelaskan prosedur tehnik nafas
3. Anjurkan memposisikan tubuh senyaman mungkin
4. Anjurkan menutup mata dan berkonsentrasi penuh
5. Ajarkan melakukan inspirasi dengan menghirup udara melalui hidung secara perlahan
6. Ajarkan melakukan ekspirasi dengan menghembuskan udara melalui mulut mecucu secara
perlahan
7. Demonstrasikan menarik napas selama 4 dtk, menahan napas selama 2 dtk, dan
menghembuskan nafas selama 8 dtk
D. IMPLEMENTASI
Observasi
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi , frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Mengidentifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Terapeutik
1. Menyediakan materi dan pendidikan kesehatan
2. Memberikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
1. Menjelaskan tujuan dan manfaat tehnik nafas
2. Menjelaskan prosedur tehnik nafas
3. Menganjurkan memposisikan tubuh senyaman mungkin
4. Menganjurkan menutup mata dan berkonsentrasi penuh
5. Mengajarkan melakukan inspirasi dengan menghirup udara melalui hidung secara perlahan
6. Mengajarkan melakukan ekspirasi dengan menghembuskan udara melalui mulut
mecucu secara perlahan
7. Mendemonstrasikan menarik napas selama 4 dtk, menahan napas selama 2 dtk, dan
menghembuskan nafas selama 8 dtk
1. EVALUASI
S : px mengatakan nyeri berkurang dengan adanya bantuan tehnik nonfarmakologis
O : px nampak lemas karena masih terpengaruh obat anastesi
Fokus pasien pada diri sendiri nampak berkurang
Px nampak lebih mudah menggerakkan area nyeri
A : masalah teratasi bagaian
P : lanjutkan intervensi
TERIMAKASIH
SATUAN ACARA PENYULUHAN
III. Sasaran
Pasien yang dalam perawatan di ruang Bedah Sentral RSUD Dr. Iskak Tulungagung
Pengertian
Kista ovarium merupakan tumor jinak berupa kantong abnormal berisi cairan atau setengah cair
yang tumbuh dalam indung telur (ovarium). Indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi
cairan di dalam jaringan ovarium. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk
setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista fungsional akan mengkerut dan menyusut setelah
beberapa waktu (setelah 1-3 bulan).
Macam-macam kisata ovarium
Kista ovarium dibagi menjadi empat, yaitu :
a. Kista Folikuler :
Kista yang terjadi dari folikel normal yang melepaskan ovum yang ada di dalamnya. Terbentuk
kantung berisi cairan atau lendir di dalam ovarium.
b. Kista Corpus Luteum
Kista jenis ini lebih jarang terjadi, ukurannya lebih besar dari kista fungsional. Kista ini timbul
karena waktu pelepasan sel telur terjadi perdarahan, dan lama-lama bisa pecah dan timbul
perdarahan yang terkadang perlu tindakan operasi untuk mengatasinya. Keluhan biasanya timbul
rasa sakit yang berat di rongga panggul.
c. Kista Teka Lutein
Kista jenis ini lebih jarang terjadi dan sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan di luar
kandungan (ektopik pregnansi). Kista ini akan hilang sendiri tanpa pengobatan atau tindakan begitu
kehamilan diluar kandungan dikeluarkan
d. Polikistik kista
Kista jenis ini banyak yang mengandung cairan jernih. Bisa timbul di kedua ovarium kiri dan kanan,
berhubungan dengan gangguan hormon dan gangguan menstruasi. Wanita yang mengandung
polikistik dapat diketahui antara lain :
1. Mengeluh darah menstruasi yang keluar sedikit (oligomennorhea)
2. Tidak keluar darah menstruasi (amenorrhea)
3. Tidak terjadi ovulasi
4. Mandul
5. Berjerawat
Kista ovarium dapat menjadi komplikasi serius selama kehamilan. Kista adalah kantung yang
tumbuh di dalam rahim. Kehamilan dengan kista ovarium jarang dijumpai. Pada kehamilan yang
disertai kistoma ovarii seolah-olah terjadi perebutan ruangan, dimana kehamilan makin membesar.
Oleh karena itu, kehamilan dengan kista dilakukan operasi untuk mengangkat kista tersebut pada
umur hamil 16 minggu. Bahaya melangsungkan kehamilan bersamaan dengan kista ovarii adalah
dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang akhirnya mengakibatkan abortus, kematian dalam
rahim. Pada kedudukan kista dipelvis minor, persalinan dapat terganggu dan memerlukan
18 | STIKES HAH
penyelesaian dengan jalan operasi seksio sesarea. Pada kedudukan kista ovarii di daerah fundus
uteri, persalinan dapat berlangsung normal, tetapi bahaya postpartum mungkin terjadi torsi kista
infeksi sampai abses. Oleh karena itu, segera setelah persalinan normal bila diketahui terdapat kista
ovarii dilakukan laparotomi untuk mengangkat kista tersebut.
Kista ovarium dapat tumbuh di dalam indung telur yang merupakan tempat yang paling
banyak ditumbuhi tumor. Tumornya berupa kistik, padat, kecil/besar dan berpengaruh pada
mekanisme kerja hormon. Tumor jenis ini bisa jinak atau ganas. Kista ovarium dapat tumbuh besar
dan menghambat pertumbuhan janin. Akibatnya, akan terjadi abortus/bayi lahir prematur. Pada
kasus ini, jika kondisi ibu baik, dokter akan mempertahankan kehamilan dengan cara melakukan
tindakan pemeriksaan dan perawatan secara intensif.
Umumnya, proses persalinan dilakukan dengan tindakan operasi. Dokter akan mengangkat
kista setelah persalinan selesai. Sebaliknya, jika kondisi ibu dan janin buruk, beberapa dokter tidak
akan mempertahankan kehamilan untuk menyelamatkan kondisi sang ibu.
19 | STIKES HAH
Gejala Kista Ovarium
Kanker Ovarium sebagian besar berbentuk tumor kistik (kista ovarium) dan sebagian kecil
berbentuk tumor padat. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala
dalam waktu yang lama. Bila gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik pada stadium
awal dapat berupa ganguan haid. Jika tumor sudah menekan rectum atau kandung kemih mungkin
terjadi konstipasi atau sering berkemih. Dapat juga terjadi peregangan atau penekanan daerah
panggul yang menyebabkan nyeri spontan atau nyeri pada saat bersenggama.
Pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya asites (penimbunan cairan
dalam rongga perut) penyebaran ke omentum (lemak perut), dan organ-organ didalam rongga perut
lainya seperti usus-usus dan hati seperti perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
gangguan buang air besar dan buang air kecil. Penumpukan cairan bisa juga terjadi pada rongga
dada akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak
nafas.
Karena sebagian besar dari kanker ovarium bermula dari suatu kista, maka apabila pada
seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus diakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium) kewaspadaan terhadap
kista yang bersifat ganas dilakukan pada keadaan :
a. Kista cepat membesar
b. Kista pada usia remaja atau pasca menopause
c. Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
d. Kista dengan bagian padat
e. Tumor pada ovarium
Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti tindakan USG dengan Doppler untuk
menentukan arus darah dan bahkan mungkin diperlukan untuk menunjang diagnosis adalah
pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG dan alfafetoprotein. Semua
pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium, akan tetapi hanya sebagai
pegangan untuk melakukan tindakan operasi. Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker
ovarium sangat berbeda dengan kista ovarium biasa.
Hal terpenting pada operasi pasien yang tersangka kanker ovarium adalah semaksimal
mungkin berusaha agar kista tersebut keluar secara utuh, kemudian dilakukan periksaan ke
laboratorium Patologi Anatomik (pemeriksaan potong beku). Apabila hasil pemeriksaan potong
beku bukan suatu kanker, maka operasi selesai. Sealiknya bila hasil pemeriksaan potong beku
adalah kanker ovarium maka operasi dilanjutkan dengan mengangkat rahim, ovarium sisi lain, usus
buntu, omentum, melakukan biopsy pada tempat yang dicurigai adanya penjalaran kanker di rongga
perut dan melakukan pengambilan kelenjar getah bening di panggul. Tindakan yang komplek ini
disebut sebagai Staging lapstotomy yang bertujuan untuk menentukan stadium penyakit sehingga
dapat ditentukan rencana pengobatan selanjutnya setelah operasi.
Pada pasien yang belum mempunyai keturunan atau masih menginginkan keturunan masih
bisa dipertimbangkan untuk tidak mengangkat rahim dan ovarium sisi lain. Perlu juga diketahui
bahwa akurasi dari hasil pemeriksaan potong beku tersebut hanya berkisar antara 90-95%, sehingga
diagnosis dari kanker ovarium baru diketahui setelah pemeriksaan Patologi Anatomik yang
definitive. Hal ini menyebabkan pada beberapa pasien dengan hasil potong beku menyatakan bukan
kanker ovarium, terpaksa dilakukan operasi Staging laparotomy.
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang tidak
berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan menimbulkan nyeri yang
tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip
dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau
kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh
untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut yang mungkin muncul bila
mempunyai kista ovarium :
a. Perut terasa penuh, berat, kembung
b. Tekanan pada dubur dan kandungan kemih (sulit buang air kecil)
c. Haid tidak teratur
d. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke panggung bawah dan paha
e. Nyeri senggama
f. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera :
a. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
b. Nyeri bersamaan dengan demam
c. Rasa ingin muntah
Kanker Ovarium yang kebanyakan berawal dari kista ovarium yang diderita sebelumnya kemudian
berkembang menjadi kanker ovarium karena pengobatan yang terlambat dilakukan. Kanker
Ovarium erat hubungannya dengan wanita yang mempunyai tingkat kesuburan rendah atau
Intenfertilitas. Study epidemiologic menyatakan beberapa faktor resiko yang penting sebagai
penyebab kanker ovarium adalah wanita nullipara, melahirkan pertama kali pada usia diatas 35tahun
dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat ovarium, kanker payudara atau kanker kolon.
Sedangkan wanita dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia dibawah 25tahun,
penggunaan pil kontrasepsi dan menyusui akan menurunkan kanker ovarium seanyak 30% – 60%.
Faktor lingkungan seperti penggunaan talk, konsumsi galaktose dan sterilisasi ternyata tidak
mempunyai dampak terhadap perkembangan penyakit ini.
Tidak ada upaya pencegahan khusus yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit ini.
Upaya yang bisa dilakukan adalah untuk mengetahui secara dini penyakit ini sehingga pengobatan
yang dilakukan memberikan hasil yang baik dengan komplikasi yang minimal. Upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan secara berkala yang meliputi :
1. Pemeriksaan klinis genekologik untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran ovarium lainnya
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi aliran darah
3. Pemeriksaan petanda tumor ( tumor marker )
4. Pemeriksaan CT-Scan / MRI bila dianggap perlu
Pemeriksaan tersebut diatas sangat dianjurkan terutama terhadap wanita yang mempunyai resiko
akan terjadi kanker ovarium, yaitu :
1. Wanita yang haid pertama lebih awal dan menopause lebih lambat
2. Wanita yang tidak pernah atau sulit hamil
3. Wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker ovarium
4. Wanita penderita kanker payudara atau kolon
Penatalaksanaan
1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama 1-2 bulan, karena
kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini
diambil jika tidak curiga ganas (kanker).
2. Operasi
Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni dilakukan pengambilan kista
dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi. Biasanya untuk laparoskopi Anda diperbolehkan
pulang pada hari ke-3 atau ke-4, sedangkan untuk laparotomi Anda diperbolehkan pulang pada hari
ke-8 atau ke-9.
PENCEGAHAN VIRUS CORONA (COVID-19)
Virus corona COVID-19 menyebar dengan cepat dari orang ke orang melalui tetesan bersin atau
batuk yang keluar dari orang dengan infeksi COVID-19. Karena cepatnya penyebaran virus ini,
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan untuk melakukan lima 5 ini demi mencegah
penyebaran virus corona.
1. Secara teratur dan menyeluruh bersihkan tangan Anda dengan sabun dan air atau cairan berbasis
alkohol. Mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan cairan berbasis alkohol
membunuh virus yang mungkin ada di tangan Anda.
2. Pertahankan jarak fisik atau physical distancing setidaknya 1 meter (3 kaki) antara Anda dan siapa
saja yang batuk atau bersin. Ketika seseorang batuk atau bersin, mereka menyemprotkan tetesan
cairan kecil dari hidung atau mulut mereka yang mungkin mengandung virus. Jika Anda terlalu
dekat, Anda bisa menghirup tetesan air, termasuk virus COVID-19 jika orang tersebut menderita
batuk.
3. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut. Tangan menyentuh banyak permukaan dan virus
dapat menempel. Setelah terkontaminasi, tangan dapat memindahkan virus ke mata, hidung, atau
mulut Anda. Dari sana, virus bisa masuk ke tubuh Anda dan bisa membuat Anda sakit.
4. Pastikan Anda, dan orang-orang di sekitar Anda, menjaga kebersihan pernapasan. Ini berarti
menutupi mulut dan hidung Anda dengan siku atau anggota badan yang tertekuk saat Anda batuk
atau bersin. Kemudian segera buang tisu bekas yang digunakan untuk menutupi bersih atau batuk.
Tetesan yang keluar saat Anda bersin atau batuk menyebarkan virus. Dengan mengikuti saran ini,
Anda melindungi orang-orang di sekitar Anda dari virus.
5. Tetap di rumah jika Anda merasa tidak sehat. Jika Anda mengalami demam, batuk dan kesulitan
bernapas, cari bantuan medis dan hubungi mereka terlebih dahulu. Ikuti arahan otoritas kesehatan
setempat Anda. Otoritas nasional dan lokal akan memiliki informasi terbaru tentang situasi di
daerah Anda.
Menelepon terlebih dahulu akan memungkinkan penyedia layanan kesehatan mengarahkan Anda
ke fasilitas kesehatan yang tepat. Ini juga akan melindungi Anda dan membantu mencegah
penyebaran virus dan infeksi lainnya.