1. Persiapan alat dan bahan Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan BTA adalah sebagai berikut: a) Alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan dicuci bersih terlebih dahulu b) Mensterilisasikan menggunakan autokaf selama 15 menit dengan tekanan sebesar 15 dyne/cm³ (1.5 atm) dan suhu sebesar 121ºC c) Dikeringkan dan dibungkus dengan kertas alumunium foil d) Menyalakan BSC (Bio Safety Cabinet) dan mensterilkan dengan menggunakan sinar UV sekitar 30 menit e) Memastikan pemeriksa sudah dalam keadaan steril menggunakan standar APD terebih dahulu seperti masker, jas laboratorium dan sarung tangan. Pot dahak yang digunakan untuk mengumpulkan sputum harus sesuai dengan kriteria, yaitu: a) Bermulut lebar b) Bertutup ulir c) Steril d) Tidak mudah pecah dan bocor e) Sekali pakai dan berlabel. Selain mempersiapkan alat, juga perlu untuk mempersiapkan bahan untuk pemeriksaan BTA. Bahan yang digunakan adalah: a) Dahak/sputum b) Desinfektan c) carbol fuchsin 0,3% dan 1% (ZN A) terdiri dari (Fuchsin, etanol 96%, fenol kristal, akuades) d) Asam alkohol 3% (ZN B) terdiri dari (Etanol 96% dan HCL 37%) e) Methylen blue 0,3% dan 0,1% (ZN C) terdiri dari (Methylen blue dan akuades). 2. Persiapan pengambilan sampel Perngambilan sampel dilakukan pada sputum pasien yang dicurigai TB dan bersedia untuk diambil sputumnya dengan teknik SPS. Spesimen sputum paling tidak diambil pada pagi hari selama 3 hari berturut-turut (pagi-pagi-pagi), tetapi untuk kenyamanan penderita pengumpulan sputum diakukan sewaktu-pagi-sewaktu (SPS) dalam jangka waktu 2 hari. Dimana pengambilan sputum dilakukan dengan cara: a) Pasien diminta untuk kumur-kumur dengan air bersih sebelum berdahak. b) Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepaskan sebelum berkumur c) Pemeriksa dianjurkan memakai sarung tangan dan masker d) Meminta pasien untuk membatukkan sputum di ruang terbuka dan mendapat sinar matahari langsung atau ruangan dengan ventilasi yang baik dan berada jauh dari orang sekitar untuk mencegah penularan kuman TB e) Meminta pasien untuk menarik nafas dalam (2-3 kali) f) Membuka tutup pot, mendekatkan ke mulut, berdahak dengan kuat dan meludahkan kedalam pot dahak g) Menutup pot yang berisi dahak dengan rapat h) Jika sputum sulit untuk dikeluarkan, pasien diberi petunjuk untuk melakukan olahraga ringan kemudian menarik nafas dalam beberapa kali i) Apabila pasien sudah merasa akan batuk, nafas ditahan selama mungkin lalu meminta pasien untuk batuk j) Sampel yang terambil adalah sputum yang mukopurulen (dahak mukoid berwarna kuning kehijauan) yang ideal k) Meminta pasien mencuci tangan dengan air dan sabun antiseptik. 3.2 Analitik a. Pemeriksaan Anamnesis pada pemeriksaan fisik b. Pemeriksaan foto thoraks PA dan lateral.gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB, yaitu : 1. Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah. 2. Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular) 3. Adanya kavitas, tunggal atau ganda 4. Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru 5. Adanya klasifikasi 6. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian 7. Bayangan milier c. Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam a) Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan pada pemeriksan ini adalah: BSC (Bio Safety Cabinet), Objek glass, bunsen, mikroskop,lidi steril, korek api, rak pewarnaan, sputum pasien, larutan desinfektan, Larutan ZN A (carbol fuchsin), Larutan ZN B (asam alkohol) dan Larutan ZN C (Methylen blue). b) Prosedur pemeriksaan BTA 1) Pembuatan sediaan dahak a. Mengambil contoh uji dahak pada bagian yang purulen dengan lidi b. Kemudian dahak disebarkan diatas kaca objek dengan bentuk oval ukuran 2×3 cm c. Meratakan nyadengan gerakan spiral kecil-kecil. d. Hindari membuat gerakan spiral jika sediaan dahak sudah kering karena akan menyebabkan aerosol e. Mengeringkan sediaan pada suhu kamar dan memasukkan lidi bekas ke dalam wadah berisi desinfektan f. Sediaan dahak yang sudah kering kemudian di fiksasi. g. Fiksasi dilakukan dengan memegang kaca sediaan dengan pinset h. Memastikan bahwa kaca sediaan sudah menghadap ke atas. i. Sediaan dilewatkan diatas api bunsen yang berwarna biru 2-3 kali selama 1-2 detik. 2) Pewarnaan Ziehl Neelsen (ZN) Pewarnaan BTA menggunaan metode Ziehl Neelsen dilakukan dengan cara: a. Meletakkan sediaan dengan bagian apusan menghadap ke atas pada rak yang ditepatkan diatas tempat cuci atau baskom b. Memberi jarak antara satu sediaan dengan sediaan yang lainnya masing-masing sekitar 1 jari c. Sediaan diteteskan dan digenangi seluruh permukaan sediaan dengan carbol fuchsin 0,3% (ZN A) d. Kemudian sediaan dipanaskan dari bawah dengan menggunakan sulut api pada setiap sediaan sampai keluar uap (sekitar 5 menit) e. Sediaan didiamkan selama 5 menit f. Sediaan dibilas dengan hati-hati (jangan sampai ada percikan ke sediaan lain) g. Sediaan dimiringkan dengan menggunakan pinset untuk membuang air h. Sediaan diteteskan dan digenangi dengan asam alkohol (ZN B) sekitar 10 detik atau sampai tidak tampak warna merah dari carbol fuchsin i. Membilas sediaan dengan hati-hati (jangan sampai ada percikan ke sediaan lain) j. Terakhir, menggenangi permukaan sediaan dengan methylen blue 0,1% (ZN C) dan diamkan selama 1 menit k. Membilas sediaan dengan air mengalir sampai methylen blue bersih l. Sediaan ditiriskan dan dikeringkan dengan cara dimiringkan m. Pemeriksa melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan dengan benar. 3) Pembacaan preparat BTA Proses pembacaan preparat BTA dilakukan menggunakan mikroskop dengan cara sebagai berikut: a. Menyiapkan mikroskop di meja dengan permukaan datar dan tidak licin, atur lampu ke skala minimum 4 b. Menyalakan mikroskop dengan menekn tombol “on” dan disesuaikan dengan pelan-pelan hingga intensitas cahaya yang di inginkan tercapai c. Meletakkan sediaan yang telah tewarnai keatas meja sediaan d. Mengatur lensa objektif ke 10× dengan tombol pengatur fokus kasar dan pengatur halus sampai sediaan terihat jelas e. Memfokuskan gambar menggunakan mata kanan dengan cara melihat ke dalam okuler kanan dan menyesuaikan dengan tombol pengatur halus f. Memfokuskan gambar dengan mata kiri dengan cara melihat kedalam okuler kiri dan putar g. Membuka diagfragma hingga lapang pandang terlihat terang merata h. Meneteskan satu tetes minyak imersi diatas sediaan, dimana tetesan harus jatuh bebas ke permukaan sediaan agar aplikator minyak imersi tidak terkontaminasi dengan sediaan i. Memutar lensa objektif 100× dengan hati-hati keatas sediaan apus, hindari lensa menyentuh kaca sediaan j. Menyesuaikan fokus dengan hati-hati hingga sel-sel terlihat dengan jelas, lakukan pembacaan sediaan secara sistematis untuk memastikan hasil yang dilaporkan mewakili seluruh bagian sediaan k. Memulaipem bacaan dari ujung kiri ke ujung kanan dan dilakukan pada sediaan yang sel-selnya terlihat l. Jika sediaan tampak kosong, geserkan pada lapang pandang lainnya.
3.3 Pasca Analitik
Tahap pasca analitik dilakukan interpretasi hasil sediaan secara kuantitatif berdasarkan skala International Union Against To Lung Disease (IUATLD) yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel Interpretasi Hasil Mikroskopis BTA
Pelaporan Hasil Pembacaan Dibawah Mikroskop Tidak ditemukan BTA minimal dalam BTA negatif 100 lapang pandang. Scanty 1 – 9 BTA dalam 100 lapang pandang. 10 – 99 BTA dalam seratus lapang +1 pandang 1 – 10 BTA dalam 1 lapang pandang, +2 periksa minimal 50 lapang pandang. >10 BTA dalam 1 lapang pandang, +3 periksa minimal 20 lapang pandang.
Pelaporan hasil dikatakan normal (negatif), apabila tidak ditemukannya