Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

BAB 3
RASIO LIKUIDITAS
Dosen Pengampu: Rusliyawati S.E., M.Si., Ak

DI SUSUN OLEH :

Nama : Andrianto
NIM : B1031171019
Kelas : Akuntansi A/Reg A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2020
1. Pengertian Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Dengan kata lain, rasio likuiditas adalah
rasio yang dapat digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh tingkat kemampuan
perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo. Jika
perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh
tempo maka perusahaan tersebut dikatakan sebagai perusahaan yang likuid. Sebaliknya, jika
perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya pada saat
jatuh tempo, perusahaan tersebut dikatakan sebagai perusahaan yang tidak likuid.
Rasio likuiditas sering juga dikenal sebagai rasio modal kerja (rasio aset lancar), yaitu rasio
yang digunakan untuk mengukur seberapa likuid suatu perusahaan. Rasio modal kerja ini
dihitung dengan membandingkan antara total aset lancar (current assets) dengan total
kewajiban lancar (current liabilities). Pengukuran dan evaluasi terhadap rasio ini dapat
dilakukan untuk beberapa periode sehingga dapat dilihat perkembangan kondisi tingkat
likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu. Kondisi keuangan yang baik yaitu tidak hanya
sekedar likuid melainkan juga harus memenuhi standar likuiditas tertentu khususnya untuk
menghadapi kewajiban keuangan yang tidak terduga namun memerlukan pembayaran yang
segera.
Dalam praktek, standar likuiditas yang baik untuk ukuran perbandingan antara total aset
lancar dengan total kewajiban lancar adalah 200% atau 2:1. Sebagai catatan bahwa standar
likuiditas ini tidaklah mutlak karena harus diperhatikan juga faktor lainnya, seperti tipe
(karakteristik) industri, efisiensi persediaan, manajemen kas, dan sebagainya. Secara historis,
perusahaan yang memiliki current ratio dibawah 2.0 menggambarkan bahwa perusahaan
tersebut kemungkinan memiliki masalah likuiditas. namun dalam praktek saat ini, perusahaan
yang sukses bahkan seringkali memiliki current ratio kurang dari 1.0. Dengan adanya
kemajuan dalam bidang teknologi informasi, perusahaan akan mengurangi kebutuhan untuk
memegang uang kas dalam jumlah besar, dan tidak menumpuk persediaan barang dagang di
gudang. Perusahaan besar justru akan lebih cenderung memanfaatkan kelebihan uang kasnya
yang tidak terpakai dengan cara melakukan ekspansi bisnis, pembukaan kantor cabang baru,
memperbanyak aset produktif, dan lain sebagainya.
2. Tujuan Dan Manfaat Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas memberikan banyak manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Ada banyak manfaat yang dapat diperoleh dari rasio likuiditas, baik bagi pihak pemilik
perusahaan, manajemen perusahaan, maupun para pemangku kepentingan lainnya yang terkait
dengan perusahaan, seperti investor, kreditor, dan supplier. Melalui rasio likuiditas, pemilik
perusahaan (selaku prinsipal) dapat menilai kemampuan manajemen dalam mengelola yang
telah dipercayakannya, termasuk dana yang dipergunakan untuk membayar kewajiban jangka
pendek perusahaan. Di sisi lain, melalui rasio likuiditas, pihak manajemen dapat memantau
ketersediaan jumlah kas khususnya dalam kaitannya dengan pemenuhan kewajiban yang akan
segera jatuh tempo. Investor juga sangat berkepentingan terhadap rasio likuiditas terutama
dalam hal pembagian dividen tunai, sedangkan kreditor berkepentingan dalam hal pembagian
jumlah pokok pinjaman beserta bunganya. Kreditor maupun supplier biasanya akan
memberikan pinjaman atau kredit kepada perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang
baik.
Berikut ini adalah tujuan dan manfaat secara keseluruhan dari hasil rasio likuiditas
menurut Dr. Kasmir dalam bukunya “Analisis laporan Keuangan” sebagai berikut:
a) Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera
jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang
sudah dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan
tertentu).
b) Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan
aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur dibawah satu
tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar.
c) Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan
aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya
lebih rendah.
d) Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal
kerja perusahaan.
e) Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
f) Sebagai alat perencanaan kedepan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas
dan utang.
g) Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan
membandingkannya untuk beberapa periode.
h) Untuk melihat kelemahan yang dimiliki kelemahan yanng dimiliki perusahaan, dari
masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
i) Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan
melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.
3. Jenis-jenis Rasio Likuiditas
Berikut ini adalah jenis-jenis rasio likuiditas yang lazim digunakan dalam prakterk untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek:
a) Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan
menggunakan Total aset lancar yang tersedia. Dengan kata lain, rasio lancar ini
menggambarkan seberapa besar jumlah ketersediaan aset lancar yang dimiliki perusahaan
dibandingkan dengan total kewajiban lancar. Oleh sebab itu rasio lancar dihitung sebagai
hasil bagi antara total aset lancar dengan total kewajiban lancar.
Aktiva Lancar (Current Assets) adalah kas dan aset lainnya yang diharapkan akan dapat
dikonversi menjadi kas, dijual, atau dikonsumsi dalam waktu 1 tahun atau dalam satu siklus
operasi normal perusahaan. Komponen aktiva lancar meliputi; kas, bank,surat-surat berharga,
piutang, persediaan, biaya dibayar dimuka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman
yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya.
Kewajiban Lancar (Current Liabilities) adalah kewajiban yang diperkirakan akan
dibayar dengan menggunakan aset lancar atau menciptakan kewajiban lancar lainnya dan
harus segera dilunasi dalam jangka waktu 1 tahun atau dalam satu siklus operasi normal
perusahaan. Komponen utang lancar meliputi; utang dagang, utang bank 1 tahun, utang wesel,
utang gaji, utang bunga, utang upah, utang pajak,utang dividen, biaya diterima dimuka, utang
jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo, serta utang jangka pendek lainnya.
Berdasarkan hasil perhitungan rasio, perusahaan yang memiliki rasio lancar yang kecil
mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki modal kerja (aset lancar) yang sedikit
untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Sebaliknya, apabila perusahaan memiliki
rasio yang tinggi belum tentu perusahaan tersebut dikatakan baik. Sebagaimana yang telah
diketahui bahwa rasio lancar yang tinggi dapat saja terjadi karena kurang efektifnya
manajemen kas dan persediaan. Oleh sebab itu, untuk dapat mengatakan apakah suatu
perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang baik atau tidak maka diperlukan suatu standar
rasio.
Dalam praktek, standar rasio lancar yang baik adalah 200% atau 2 : 1. Hal ini seringkali
dianggap sebagai ukuran yang baik atau memuaskan bagi tingkat likuiditas suatu perusahaan.
Artinya, dengan hasil perhitungan rasio sebesar itu, perusahaan sudah dapat dikatakan berada
dalam kondisi aman untuk jangka pendek. Namun, perlu dicatat bahwa standar tersebut
tidaklah mutlak karena juga harus diperhatikan faktor-faktor lain seperti karakteristik industri,
efisiensi persediaan, manajemen kas, dan sebagainya. Berikut ini adalah rumus untuk mencari
Rasio Lancar (Current Ratio):
𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 ) =
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Menurut buku “Analisis Laporan Keuangan” oleh K.R. Subramanyam dan John J. Wild
digunakannya rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas mencakup kemampuannya
untuk megukur:
1) Kemampuan memenuhi kewajiban lancar. Meski tinggi jumlah (kelipatan) aset
lancar terhadap kewajiban lancar, makin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar
tersebut akan dibayar.
2) Penyangga kerugian. Makin besar penyangga, makin kecil resikonya. Rasio lancar
menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aset
lancar non kas pada saat aset tersebut dilepas atau dilikuidasi.
3) Cadangan dana lancar. Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap
ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan. Ketidakpastian dan kejutan,
seperti pemogokan dan kerugian luar biasa, dapat membahayakan arus kas secara
sementara dan tidak terduga.
b) Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio/Acid Test Ratio)
Rasio sangat lancar atau rasio cepat merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh
tempo dengan menggunakan Aset Sangat Lancar (kas + sekuritas jangka pendek +
piutang), tidak termasuk persediaan barang dagang dan aset lancar lainnya. Dengan kata lain,
rasio sangat lancar ini menggambarkan seberapa besar jumlah ketersediaan aset sangat lancar
(di luar persediaan barang dagang dan aset lancar lainnya) yang dimiliki perusahaan
dibandingkan dengan total kewajiban lancar. Oleh sebab itu, rasio sangat lancar ini dihitung
sebagai hasil bagi antara aset sangat lancar (aset yang dapat dengan segera dikonversi
menjadi kas tanpa mengalami kesulitan) dengan total kewajiban lancar.
Dalam perhitungan rasio sangat lancar perlu untuk mengeluarkan persediaan barang
dagang (khususnya untuk persediaan barang dagang yang dijual secara kredit) dan aset lancar
lainnya (seperti perlengkapan dan biaya dibayar dimuka) dari total aset lancar. hal ini
dikarenakan persediaan barang dagang yang dijual secara kredit memerlukan waktu lebih
lama untuk mengkonversinya menjadi kas. Konversi persediaan barang dagang menjadi kas
setidaknya memerlukan dua tahap. Tahap pertama, persediaan barang dagang akan dijual
terlebih dahulu secara kredit kepada pelanggan dan timbul piutang usaha. Kemudian tahap
kedua, piutang usaha ini baru akan ditagih dan menghasilkan kas.
Sedangkan untuk perlengkapan dan biaya dibayar dimuka juga dikeluarkan dari
perhitungan rasio sangat lancar karena perusahaan tidak mungkin menjual kembali
perlengkapan maupun biaya dibayar dimuka yang telah dibelinya atau dibayarkan tersebut,
Mengingat bahwa hal tersebut pada hakikatnya memang dibeli atau dibayarkan oleh
perusahaan untuk dipakai atau dimanfaatkan dalam kegiatan operasional perusahaan dan
tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk
menghitung Quick Ratio atau Acid Test Ratio sebagai berikut:
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐴𝑐𝑖𝑑 𝑇𝑒𝑠𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 ) =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Atau
𝐾𝑎𝑠 + 𝑆𝑒𝑘𝑢𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘 + 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜) =
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
c) Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas
atau setara kas yang tersedia untuk membayar hutang jangka pendek. rasio ini
menggambarkan kemampuan perusahaan yang sesungguhnya dalam melunasi kewajiban
lancarnya yang akan segera jatuh tempo dengan menggunakan uang kas atau setara kas yang
ada. kas meliputi uang logam, uang kertas, cek, wesel pos, dan deposito. Kas terdiri dari uang
kas yang disimpan di bank (cash in bank) dan uang kas yang tersedia di perusahaan (cash on
hand). Sedangkan setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang dapat
dikonversi atau dicairkan menjadi uang kas dalam jangka waktu yang sangat singkat biasanya
kurang dari 3 bulan atau 90 hari. Contoh dari setara kas yaitu sertifikat deposito yang
diterbitkan bank, surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan, surat utang yang
diterbitkan perusahaan, pemerintah, atau negara dan investasi dalam dana pasar uang.
Jika rata-rata industri untuk cash ratio adalah 50% maka keadaan perusahaan lebih baik
dari perusahaan lain. Namun, kondisi rasio kas terlalu tinggi juga kurang baik karena ada
dana yang menganggur atau yaang tidak atau belum digunakan secara optimal. Sebaliknya
apabila rasio kas dibawah rata-rata industri, kondisi kurang baik ditinjau dari rasio kas karena
untuk membayar kewajiban masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva
lancar lainnya. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk mengukur atau menghitung
rasio kas (cash ratio) yaitu:
𝐾𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑎𝑠
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑎𝑠 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 ) =
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
d) Inventory to Net Working Capital
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah
sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari
pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar. Rumus untuk mencari Inventory
to Net Working Capital yaitu sebagai berikut:
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑡𝑜 𝑁𝑊𝐶
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Atau
𝑁𝑒𝑡 𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 = 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Berikut ini adalah indikator dalam perhitungan Rasio Likuiditas:
DAFTAR PUSTAKA
Hery. 2016. Analaisis Laporan Keuangan (Integrated and Comprehensive Edition). Jakarta:
PT Grasindo.
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Subramanyama, K.R & John J. Wild. 2011. Analisis Laporan Keuangan (Jilid 2). Jakarta:
Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai