OLEH:
NI WAYAN LAONA NORESYA
209012430
1. Definisi/Pengertian
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup, dan aktivitas berbagai
organ dam sel tubuh. Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur
vital dalam proses metabolisme dan untuk mempertahkan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup oksigen (O2) setiap kali
bernapas dari atmosfer. Oksigen untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan (Andarmoyo,
2012).
Ada beberapa langkah dalam proses oksigenasi : ventilasi, perfusi dan difusi (Potter & Perry,
2006)
1. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakkan gas ke dalam dan keluar paru-paru.
Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thorak yang elastik dan pernafasan yang
utuh. Otot pernafasan yang utama adalah diafragma (Potter & Perry, 2006). Ventilasi
adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru. Jumlahnya sekitar 500 ml.
2. Perfusi
Perfusi paru adalah gerak darah yang melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi. Darah
ini memperfusi paru bagaian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan
karbondioksida. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung.
3. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi
kedaerah dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernafasan terjadi di
membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh kekebalan
membrane (Potter & Perry).
4. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2
jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1) Curah jantung frekuensi denyut nadi
2) Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan, serta elitrosit dan kadar HB
3. Etiologi/Penyebab
4. Patofisiologi
Kuman masuk kedalam jaringan paru – paru melalui saluran pernapsan atas untuk
mencapai brochiolus dan krmudian alveoulus sekitarnya. Kelainan yang timbul akibat
bercak konsolidasi yang btersebar pada kedua paru – paru, lebih banyak pada bagian basal.
Pneumonia dapat terjadi sebagai akibat inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi
organisme dari nasofaring atau penyebaran hematogen dari fokus infeksi yang jauh, bakteri
yang masuk ke paru melalui saluran napas masuk ke bronkioli dan alveoli, menimbulkan
reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema dalam alveoli dan jaringan
intersfisial. Kuman pneumokokus dapat meluas melalui porus kohn dan alveoli ke seluruh
segmen atau lobus. Etitrosit mengalami pembesaran dan beberapa leukosit dari kapiler
paru – paru.
Alveoli dan septal menjadi penuh dengan cairan edema sehingga kapiler alveoli
melebar. Paru menjadi tidak berisi udara lagi, kenyal dan berwarna merah. Pada tingka
lebih lanjut, aliran darah menuru, alveoli penuh dengan leukosit dan sedikit eritrosit.
Kuman pneumokokus di pagositosis oleh leukosit dan sewaktu resolusi berlangsung
makrofag masuk ke dalam alveoli dan menelan leukosit bersama kuman pneumokokus di
dalamnya. Paru masuk dalam tahap heptisasi abu – abu dan tmpak berwarna abu – abu
kekuningan.
Jika proses konsolidasi tidak dapat berlangsung dengan baik maka setelah edema dan
tertumpuknya eksudat pada alveolus maka mebran alveolus akan mengalami kerusakan
yang mengakibatkan gangguan proses difusi osmosis pada alveolus. Perubahan tersebut
berdampak pada penurunan jumlah oksigen yang di bawa oleh darah, secara klinis
penderita akan mengalami pucat sampai sianosis. Terdapatnya cairan purulent pada
alveolus juga dapat mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan berusaha
melawan tingginya tekanan tersebut menggunakan otot – otot bantu pernapasan yang dapat
menimbulkan retraksi dada.
Secara heatogen maupun lewat penyebaran sel, mikroorganisme yang terdapat di dalam
paru dapat menyebar ke bronkus. Setelah terjadi peradangan, lumen bronkus terisi eksudat
dan sel epitel rusak. Bronkus akan mengalami fibrosis dan pelebaran akibat tumpukan
nanah sehingga timbul bronklektasis. Eksudat pada infeksi awalnya encer dan keruh yang
menggandung banyak kuman. Selanjutnya eksudat menjadi purulen dan menyebabkan
sumbatan pada lumen bronkus. Sumbatan tersebut mengurangi asupan oksigen dari luar
sehngga penderita mengalami sesak napas. Terdapatnya peradangan pada bronkus dan paru
akan mengakibatkan peningkatan produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia pada
lumen bronkus sehingga timbul peningkatan reflek batuk. ( Riyadi dan Sukarmin, 2009).
5. Pathway Penyebab
Metabolism anaerob
meningkat
Akumulasi asam
laktat
Fatigue
Intoleransi aktivitas
6. Gejala Klinis
Beberapa tanda dan gejala bersih jalan nafas yang tidak efektif yaitu, batuk tidak efektif,
sputum berlebihan, mengi, whexing dan atau ronkhi kering, dispnea, sulit bicara, ortopnea,
gelisah, sianosis, bunyi nafas menurun, frekuensi nafas menurun, pola nafas berubah.
Penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi memanjang, pola nafas abnormal,
dispnea, pernafasan cuping hidung, diameter thoraks anterior-posterior, kapasitas vital
menurun, tekanan ekspirasi dan inspirasi menurun menjadi tanda dan gejala adanya pola
nafas yang tidak efektif menjadi gangguan oksigenasi.
Beberapa tanda dan gejala gangguan pertukaran gas yaitu, takikardia, bunyi nafas
tambahan, sianosis, gelisah, nafas cuping hidung, pola nafas abnormal (cepat atau lambat,
dalam atau dangkal), warna kulit abnormal (pucat, kebiruan), kesadaran menurun (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI,2016).
7. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta
mengkaji adanya abnormalitas, cairan/udara dalam paru.
d. Auskultasi
8. Pemeriksaan Diagnostik
9. Therapy
a. Penatalaksanaan Medis
1). Pemantauan hemodinamika.
2). Pengobatan bronkodilator
3). Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misalnya :
nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika diperlukan
4). Penggunaan ventilator mekanik
5). Fisioterapi dada
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Bersih Jalan Nafas Tidak Efektif
- Pemberian jalan nafas
- Latihan batuk efektif
- Jalan nafas buatan
2) Pola Nafas Tidak Efektif
- Atur posisi pasien (semi fowler)
- Pemberian oksigen
- Tehnik bernafas dan relaksasi
3) Gangguan Pertukaran Gas
- Atur posisi pasien (fowler)
- Pemberian oksigen (Potter & Perry,2010).
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesia pada pasien. Data-data yang
dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1) Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama, suku bangsa, staus perkawinan,
pendidikan terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama
penanggung jawab
2) Status Kesehatan
c. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan factor utama yang mendorong
pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya
pada pasien dengan gangguan pemenuhan oksigenasi didapatkan
keluhan berupa sesak nafas, dan batuk.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan masalah pemenuhan oksigenasi biasanya
akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas,
rasa berat pada dada, dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai
kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan
untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien sudah pernah masuk Rumah Sakit,
penyakit yang pernah diderita misalnya asma, TB atau Pneumonia
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga pasien mengalami sesak atau mengalami
penyakit gangguan pernafasan
3) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Pola manajemen kesehatan dan persepsi kesehatan
Kaji pasien mengenai arti sehat dan sakit bagi pasien,
pengetahuan status kesehatan pasien saat ini.
b. Pola Metabolik-Nutrisi
Kaji pasien mengenai kebiasaan jumlah makanan dan
kehidupan, jenis dan jumlah (makanan dan minum), pola makan 3
hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu
makan
c. Pola Eliminasi
Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc),
warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya
perubahan lain.
Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, jumlah (cc),
warna , bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAB,
adanya perubahan lain.
d. Gerak dan aktifitas
Kaji pasien mengenai aktifitas kehidupan sehari-hari,
kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi,
makan, kamar mandi), Mandiri bergantung atau perlu bantuan,
penggunaan alat bantu (kruk,kaki tiga)
e. Pola Istirahat –Tidur
Kaji pasien mengenai kebiasaan tidar sehari-hari (jumlah
waktu tidur, jam tidur dan bangun, ritual menjelang tidur,
lingkungan tidur, tingkat kesegaran). Data pemeriksaan fisik (lesu,
kantung mata, keadaan umum, mengantuk
f. Pola Persepsi-kognitif
Kaji pasien mengenai
- Gambaran tentang indra khusus (penglihatan, penciuman,
pendengaran, perasaan, peraba).
- Penggunaan alat bantu indra
- Persepsi ketidak nyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara
komprahensif)
- Keyakinan budaya terhadap nyeri
- Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan
untuk mengontrol dan mengatasi nyeri
- Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis,
ketidaknyamanan)
g. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Kaji pasien mengenai :
- Keadaan social : pekerjaan, situasi keluarga, kelompok
social
- Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan
dari kelemahan yang dimiliki
- Keadaan fisik : segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh
( yang disukai dan tidak)
- Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri
- Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran)
- Riwayat berhubungan dengan masalah fisik atau psikologi
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurangi diri,
murung, tidak mau berinteraksi)
h. Pola hubungan-Peran
Kaji pasien menganai:
- Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman
kerja
- Kepuasan atau ketidak puasan menjalankan peran
- Efek terhadap status kesehatan
- Pentingnya keluarga
- Struktur dan dukungan keluarga
- Pola membesarkan anak
- Hubungan dengan orang lain
- Orang terdekat dengan klien
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
i. Pola Reproduksi-seksualitas
Kaji pasien mengenai :
- Masalah atau perhatian seksual
- Menstruasi, jumlah anak, jumlah suami atau istri
- Gambaran perilaku seksual (perilaku seksual yang aman,
pelukan, sentukan dll)
- Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan
reproduksi
- Efek terhadap kesehatan
- Riwayat yang berhungan dengan masalah fisik dan atau
psikologi
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia,
payudarah, rectum)
j. Pola Toleransi Terhadap Stres-Koping
Kaji pasien mengenai :
- Sifat pencetus stress yang di rasakan baru-baru ini
- Tingkat stress yang dirasakan
- Gambaran respon umum dan khusus terhadap stress
- Strategi mengatasi mengatasi stress yang biasanya
digunakan dan keefektifannya
- Strategi koping yang biasa digunakan
- Pengetahuan dan penggunaan tehnik manajemen stress
- Hubungan antara manajemen strees dengan keluarga
k. Pola Keyakinan-Nilai
Kajia pasien mengenai :
- Latar belakang budaya atau etnik
- Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan
kelompok budaya atau etnik
4) Pengkajian Fisik
Pemerikasaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi
jaringan klien yang meliputi evaluasi keseluruhan sistem kardiopulmonar.
Teknik inspeksi , palpasi , auskultasi, dan perkusi digunakan dalam
pemeriksaan fisik ini.
a. Inspeksi, saat melakukan teknik inpeksi, perawat melakukan
observasi dari kepala sanpai ke ujung kaki klien untuk mengkaji
kulit dan warna membrane mukosa, penampilan umum, tingkat
kesadaran, keadekuatan sistemik, pola pernafasan dan gerakan
dinding dada.
b. Palpasi, dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan
palpasi jenis dan jumlah kerja thoraks , daerah nyeri tekan dapat
diketahui dan perawat dapat mengidentifikasi taktil fremitus,
getaran pada dada ( thrill ) ,angkatan dada ( heaves ) dan titik
implus jantung maksimal. Palpasi juga memungkinkan untuk
meraba adanya massa atau tonkolan diaksila dan jaringan
payudara. Palpasi pada ekstremitas menghasilkan data tentang
sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatr kulit, warna dan
pengisiankapiler.
c. Perkusi, tindakan mengetuk–ngetuk suatu objek untuk
mengetahui adanya udara, cairan atau benda padat yang berada di
bawah jaringan tersebut.Perkusi menimbulkan getaran dari daerah
di bawah area yang diketuk dengan kedalaman 4-6 cm. lima nada
perkusi yaitu, resonansi, hiperesonansi, redup datar dan timpani.
d. Auskultasi, untuk mengidentifikasi bunyi paru, dan jantung yang
normal maupun tidak normal. Auskultasi sistem kardiovaskuler
harus meliputi pengkajian, dalam menditeksi bunyi, S1 dan S2
normal, menditeksi adanya suara S3 dan S4 yang tidak normal,
bunyi murmur, serta bunyi gesekan, pemeriksaan harus
mengidentifikasi lokasi, radiasi, intensitas, nada, dan kualitas
bunyi murmur. Auskultasi bunyi paru dilakukan untuk
mendengarkan gerakan udara di sepanjang lapangan paru. Suara
nafas tambahan, terdapatnya cairan di suatu lapangan paru, atau
terjadinya obstruksi. Auskultasi juga untuk mengevaluasi
meningkatnya status pernafasan (Potter & Perry, 2006).
2. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri
dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah
data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan
masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencangkup tindakan yang di
laksanakan terhadap klien.
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan
keperawatan dan kesehatan lainnya. Dari informasi yang terkumpul didapatkan
data dasar tentang masalah-masalah yang di hadapi klien.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama untuk klien dengan masalah oksigenasi adalah :
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
b. Pola Nafas Tidak Efektif
c. Gangguan Pertukaran Gas
Yang biasanya ditentukan melalui PES (Problem, Etiologi, Symtom)dengan cara
penyususnan diagnose keperawatan yaitu : Problem berhubungan dengan Etiologi
yang di tandai dengan Symtom yang diperoleh dari DS dan DO
4. Intervensi
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang di buat
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencanakan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan di lakukan dengan cara melibatkan pasien.
Daftar Pustaka
Mubarat Iqbal & Cahyanti Nurul. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori & Aplikasi
dalam Praktik. Penerbit Buku Kedokteran (EGC)
Potter & Perry . 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4, Volume 2 . Jakarta : EGC
Potter & Perry.2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Buku 3, Edisi 7. Jakarta EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Defenisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI