Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Mahasiswa
1. Definisi Mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba
ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah
satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik,
sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012).
Mahasiswa juga didefinisikan menurut Siswoyo (2007) mahasiswa
dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat
perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang
setingkat dengan perguruan tinggi.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI), mahasiswa didefinisikan
sebagai orang yang belajar di Perguruan Tinggi (Kamus Bahasa Indonesia
Online, kbbi.web.id).
Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang
usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada masa
remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi
perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah
pemantapan pendirian hidup (Yusuf, 2012).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
ialah seorang peserta didik berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar dan
menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi baik dari akademik,
politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.

2. Batasan Usia
Berdasarkan National Sleep Foundation (2010) di Amerika, ada 9
kelompok usia mulai dari bayi baru lahir hingga dewasa, yaitu sebagai
berikut :
a. Bayi baru lahir : 0-3 bulan
b. Bayi usia : 4-11 bulan
c. Balita usia : 1-2 tahun
d. Balitas usia : 3-5 tahun
e. Anak usia sekolah : 6-13 tahun
f. Remaja : 14-17 tahun
g. Dewasa muda : 18-25 tahun
h. Dewasa tengah : 26-64 tahun
i. Dewasa akhir : 65 tahun keatas

B. Belajar
1. Definisi Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang.
Belajar juga mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh
seseorang. Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan,
kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi
seseorang (Rifa‟i dan Anni 2011). Sementara Hamalik dalam Susanto
(2013) menegaskan bahwa “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan (habit),
sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik).”
Pada dasarnya, pengertian belajar terletak pada perubahan perilaku.
Sebagaimana Slavin dalam Rifai dan Anni (2011) menjelaskan bahwa
“belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.
Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antar individu dengan
lingkungannya”. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2010), “belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Hintzman dalam Syah (2014) juga berpendapat bahwa “Learning is a
change in organism due to experience which can affect the organism‟s
behavior”.
Pendapat tersebut menyatakan bahwa belajar adalah sebuah perubahan
organisme yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi
tingkah laku organisme tersebut.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sebagai hasil dari
pengalamannya sendiri. Perubahan tersebut tidak hanya dari segi
perilakunya, akan tetapi mencakup tiga ranah yaitu afektif, kognitif dan
psikomotorik. Jadi, dapat dikatakan belajar tersebut berpengaruh terhadap
seluruh kemampuan individu.

C. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam proses pendidikan prestasi merupakan hasil yang dicapai
seseorang atau kelompok atas kegiatan yang telah dilakukannya. Tanpa
sebuah kegiatan prestasi tidaklah dapat dicapai. Pada dasarnya, prestasi dan
hasil belajar itu sama, artinya dalam prestasi belajar terdapat hasil belajar.
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam belajar.
Prestasi ini dinyatakan dalam nilai raport atau indeks prestasi yang
diperoleh berdasarkan hasil pengukuran proses belajar (Suryabrata dalam
Widiastuti,2008).
Menurut Haryanto (2010), “prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di
sekolah maupun luar sekolah. Prestasi belajar merupakan perubahan ranah
psikologis sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa yang tercapai
dalam kurun waktu tertentu (Syah,2014). Sementara Buchori dalam
Tulannisa (2014), mendefinisikan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar
yang dicapai/ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil belajar baik angka atau
huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai
dalam periode tertentu.
Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai hasil dari suatu
aktivitas belajar yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian
terhadap hasil pendidikan yang diwujudkan berupa angka ataupun nilai
maupun indeks prestasi. Penggolongan hasil belajar mahasiswa berdasarkan
penggolongan prestasi keberhasilan: sangat baik (4,00), baik (3,00-3,50),
cukup (2,00-2,50), kurang (1,00), gagal (0,00) (Aiyuda, 2009).
Dari pendapat tersebut mengenai prestasi belajar dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan seseorang pada
bidang tertentu dalam mencapai tingkat kedewasaan yang dapat diukur
langsung dengan tes.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


a. Faktor dari dalam diri (Internal)

Sehubungan dengan faktor internal ini ada tingkatan yang perlu


diketahui menurut Slameto (2010) yaitu faktor jasmani, faktor psikologi dan
faktor kelelahan.

1) Faktor Kondisi Fisik (Jasmani)

Dalam faktor jasmani ini dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu
faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.

a.) Faktor Kesehatan


Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar, jika
kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing, ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang darah
ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya.
b.) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa buta, setengah
buta, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain lain.
2) Faktor Psikologi
Dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi,
kematangan, dan kesiapan
a.) Intelegensi
Slameto (2010) mengemukakan bahwa intelegensi atau kecakapan terdiri
dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke
dalam situasi yang baru dan cepat efektif mengetahui/menggunakan
konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat.
b.) Perhatian
Menurut al-Ghazali dalam Slameto (2010) bahwa perhatian adalah
keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada
suatu benda atau hal atau sekelompok obyek. Untuk menjamin belajar
yang lebih baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan
yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,
maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
c.) Minat
Menurut Slameto (2010) bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa
senang.
d.) Bakat
Menurut Hilgard dalam Slameto (2010) bahwa bakat adalah the capacity
to learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar.
Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan yang nyata sesudah
belajar atau terlatih.
e.) Motivasi
Menurut Slameto (2010) bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan
tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu
tanpa disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu
berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu
sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
f.) Kematangan
Menurut Slameto (2010) bahwa kematangan adalah sesuatu tingkah atau
fase dalam pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap
melaksanakan kecakapan baru. Berdasarkan pendapat diatas, misalnya
anak dengan kaki sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari jarinya
sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berpikir
abstrak, dan lain-lain. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang)
belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya
akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru
untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.
g.) Kesiapan
Kesiapan atau readiness menurut James Drever yang dikutip oleh Slameto
(2010) adalah preparedness to respon or react, artinya kesediaan untuk
mmberikan respon atau reaksi.
Jadi dari pendapat diatas dapat diasumsikan bahwa kesiapan siswa dalam
proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa,
dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana
siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima suatu bahan ajar
dengan baik.
3) Faktor Kelelahan
Ada beberapa faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi prestasi belaajr
antara lain dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani
dan kelelahan rohani. Sebagaimana dikemukakan oleh Slameto (2010)
sebagai berikut :
Kelelahan Jasmani
“Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi
karena ada subtansi sisa pembakan di dalam tubuh, sehingga darah kurang
lancar pada bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat terus
menerus karena memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat,
mengerjakan sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai dengan minat dan
perhatian”.
Dari uraian diatas dapatlah dimengerti bahwa kelelahan itu mempengaruhi
prestasi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah
menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga
perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.

b. Faktor dari luar (Eksternal)

Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapatlah


dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor kampus,
faktor lingkungan masyarakat (Slameto,2010).

1.) Faktor keluarga

Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi mahasiswa dan dapat


mempengaruhi keluarga antara lain : cara mendidik, relasi antara anggota
keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi
keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah.

2.) Faktor kampus/Tempat Belajar

Faktor kampus dapat berupa : cara mengajar dosen, peralatan


belajar mengajar, kurikulum, waktu kuliah, interaksi dosen dan
mahasiswa, kode etik mahasiswa, dan media pendidikan.

3.) Faktor lingkungan masyarakat

Faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa


antara lain: teman bergaul, kegiatan lain di luar kampus dan cara hidup
lingkungan keluarganya.

Menurut Muhibbinsyah (2010), secara global, faktor-faktor yang


mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan mempelajari materimateri pelajaran.

3. Ciri-Ciri Prestasi Belajar


Setelah melakukan kegiatan belajar, siswa memperoleh suatu
kemampuan di mana kemampuan tersebut dapat diketahui ciri-cirinya.
Berkaitan dengan prestasi belajar banyak ahli yang mengemukakan
pendapatnya sesuai dengan teori masing – masing. Robinson (dalam
Ovini,2011) mengemukakan bahwa, tingkah laku merupakan prestasi
belajar apabila:
a. Tingkah laku itu sebagai hasil pengaruh dari lingkungan, dan
b. Tingkah laku itu relatif permanen.

Hasil belajar yang ditunjukkan dengan prestasi belajar diperoleh dari


perubahan tingkah laku apabila tingkah laku tersebut dapat diulang dengan
hasil yang sama, di samping itu tingkah laku dapat dikatakan prestasi
belajar apabila siswa dengan sengaja melakukan interaksi dengan
lingkungannya.

Ciri-ciri prestasi belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku, dari


tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan
sebagainya. Tingkah laku yang dimaksud meliputi segi jasmani
(struktural) dan segi rohaniah (fungsional) yang keduanya saling
berinteraksi satu sama lain. Tingkah laku tersebut bukan hanya merupakan
pengetahuan, tetapi juga aspek keterampilan, kebiasaan emosi, budi
pekerti, apresiasi, jasmani, hubungan sosial dan lain-lain.
Dengan mencermati beberapa pendapat di atas, dapat dikemukakan
bahwa ciri prestasi belajar adalah ditandai dengan adanya perubahan
tingkah laku yang dapat meliputi domain pengetahuan, sikap atau
keterampilan yang bersifat permanen, dapat diulang dengan hasil yang
relatif sama, hasil interaksi secara sengaja dengan lingkungan dan bukan
karena proses kematangan dan kelelahan.

D. Tidur
1. Definisi Tidur

Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan setiap orang


untuk memulihkan kondisi tubuh sehingga dapat mengembalikan stamina
tubuh dalam kondisi yang optimal (Nililifda et al., 2016).
Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar dengan penuh
ketegangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-
ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badan yang
berbeda (Tarwoto & Wartona, 2015).

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan


oleh semua orang. Setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup
untuk dapat berfungsi secara optimal (Haryati, 2013). Tidur merupakan
suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun dan hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan
indra atau perangsang yang cukup. Tidur adalah memberikan kesempatan
pada otot-otot untuk beristirahat.
Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia,
karena dalam tidur terjadi proses pemulihan, proses ini bermanfaat
mengembalikan kondisi seseorang pada keadaan semula, dengan begitu,
tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali
(Castro, 2012).
Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status
kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Beberapa ahli berpendapat
bahwa tidur diyakini dapat memulihkan tenaga karena tidur memberikan
waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem untuk periode
keterjagaan berikutnya (Salam dkk, 2014).

2. Manfaat Tidur
Berdasarkan teori restorasi, sekurang-kurangnya ada 2 hal yang diduga
kuat merupakan sebab dari mengapa manusia harus tidur.
a. Perbaikan Sel Otak
Dengan tidur, otak berkesempatan untuk istirahat dan memperbaiki
neuronneuron (sel-sel otak) yang rusak. Tidur juga berperan
menyegarkan kembali koneksi penting antara sel-sel otak yang
digunakan. Hal ini bisa dianalogikan kembali dengan motor. Apabila
motor jarang digunakan maka tetap harus dipanaskan secara rutin
untuk menjaga kinerja mesin agar tetap baik. Apabila tidak
dipanaskan, aliran pelumas, aliran bahan bakar, putaran mesin, dan
lainnya bisa berjalan tidak benar yang bisa menyebabkan kerusakan
seluruh mesin. Hal yang sama terjadi pada otak, ada koneksi-koneksi
antara sel otak yang jarang digunakan yang memerlukan pemanasan
secara rutin. Bentuk pemanasan otak yaitu berupa tidur (Catherine,
2011).
b. Penyusunan Ulang Memori
Tidur memberikan kesempatan otak untuk menyususn kembali data-
data atau memori agar bisa menemukan solusi terhadap sebuah
masalah. Pada saat merasa pusing dan tidak tahu harus berbuat apa
dalam menghadapi suatu masalah maka tidurlah. Sangat mungkin
setelah tidur, solusi yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah
yang anda hadapi akan bisa ditemukan (Catherine, 2011).

c. Pengaturan Tidur
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat,
saraf perifer, endokrin, kardiovaskular, respirasi, dan muskoletal. Tiap
kejadian tersebut dapat didefinisikan atau direkam dengan
elektroensefalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus
otot dengan menggunakan elektomiogram (EMG) dan elektrookulogram
(EOG) untuk mengukur pergerakan mata. Pengaturan dan kontrol tidur
tergantung dari hubungan antara dua mekanisme selebral yang secara
bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun.
Retricular activiting system (RAS) dibatang otak bagian atas diyakini
mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan
kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, auditori, nyeri dan sensoris
raba. Selain itu, juga menerima stimulus dari korteks serebri (emosi dan
proses pikir) (Tarwoto & Wartona, 2015).

Pada keadaan sadar, neutron-neutron dalam RAS melepaskan


katekolamin, misalnya norepinefrin. Saat tidur mungkin disebabkan oleh
pelepasan serum serotinin dari sel-sel spesifik di pons dan batan otak
tengah yaitu bulbar synchnorizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya
seseorang tergantung dari keseimbangan implus yang diterima dari pusat
otak, reseptor sensorik perifer misalnya bunyi, stimulus chaya, dan sistem
limbik seperti emosi (Tarwoto & Wartona, 2015)..

Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya


dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan terang aktivitas
RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotinin (Tarwoto
& Wartona, 2015).

d. Tahapan Tidur

Tes Elektroensefalogram (EEG), elektromiogram (EMG), dan


elektro-okulogram (EOG) dapat mengidentifikasi perbedaan sinyal pada
level otak, otot, dan aktivitas mata. Normalnya, tidur dibagi menjadi dua
yaitu nonrapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM).
Masa NREM seseorang terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan
kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Semen tahapan REM adalah
tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir (Tarwoto &
Wartona, 2015).
a. Tahapan Tidur NREM
1) NREM Tahap 1
a) Tingkat transisi.
b) Merespon cahaya.
c) Berlangsung beberapa menit.
d) Mudah terbangun dengan rangsangan.
e) Aktivitas fisik, tanda vital, dan metabolisme menurun.
f) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) NREM Tahap II
a) Periode suara tidur.
b) Mulai relaksasi otot
c) Berlangsung 10-20 menit.
d) Fungsi tubuh berlangsung lambat.
e) Dapat dibangunkan dengan mudah.
3) NREM Tahap III
a) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak.
b) Sulit dibangunkan.
c) Relaksasi otot menyeluruh.
d) Tekanan darah menurun.
e) Berlangsung 15-30 menit.
4) NREM Tahap IV
a) Tidur nyenyak.
b) Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif.
c) Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun.
d) Sekresi lambung menurun.
e) Gerak bola mata cepat.
b. Tahapan Tidur REM
1) Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM.
2) Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur
malamnya.
3) Jika individu terbangun pada tidur REM, maka biasanya terjadi
mimpi.
4) Tidur REM penting untuk kesembangan mental, emosi juga
berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi.
c. Karakteristik tidur REM
1) Mata : cepat tertutup dan terbuka
2) Otot-otot : kejang otot kecil, otot besar imobilisasi
3) Pernapasan : tidak teratur, kadang dengan apnea
4) Nadi : cepat dan reguler
5) Tekanan darah : meningkat atau fluktuasi
6) Sekresi gaster : meningkat
7) Metabolisme : meningkat, temperatur tubuh naik
8) Gelombang otak : EEG aktif
9) Siklus tidur : sulit dibangunkan

e. Siklus Tidur
Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan
periode sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk
yang bertahap berkembang secara teratur. Periode ini secara normal
berakhir 10 hingga 30 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki
kesulitan untuk tertidur, akan berlangsung satu jam atau lebih (Potter &
Perry, 2006).

Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM


dan NREM terjadi berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang
kurang cukup mengalami REM, maka esok harinya ia akan menunjukkan
kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan
emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang
cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit
(Asmadi, 2008).

Siklus tidur normal dapat dilihat pada skema berikut:

Tahap Pra Tidur

NREM Tahap 1 NREM Tahap II NREM Tahap III NREM Tahap IV

Tahap REM

NREM Tahap II NREM Tahap III

Gambar : Siklus Tidur

Sumber : Potter dan perry, 2008 dalam Asmadi, 2008)

Keterangan :

Kondisi pra tidur merupakan keadaan dimana seseorang masih dalam


keadaan sadar penuh, namun mulai ada keinginan untuk tidur. Pada perilaku pra
tidur ini, misalnya seseorang pergi kekamar tidur lalu berbaring dikasur atau
berdiam diri merebahkan dan melemaskan otot, namun belum tidur. selanjutnya
mulai merasa kantuk, maka orang tersebut memasuki tahap II. Begitu seterusnya
sampai tahap IV. Setelah selesai IV, ia kembali memasuki tahap III dan
selanjutnya tahao II. Ini adalah fase tidur NREM. Selanjutnya ia akan memasuki
tahap IV, ini disebut tidur REM. Bila ini telah dilalui semua, maka orang tersebut
telah melalui masa siklus tidur pertama baik tidur NREM maupun REM. Siklus
ini terus berlanjut selama orang tersebut tidur. Namun, pergantian siklus ini tidak
lagi dimulai dari awal tidur, yaitu pra tidur dan tahap I, tetapi langsung tahap II ke
tahap selanjutnya seperti siklus pertama. Semua siklus ini berakhir bila orang
tersebut terbangun dari tidurnya.

f. Kebutuhan Tidur

Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur


0-3 bulan Bayi Baru Lahir 14-17 jam
4-11 bulan Bayi usia (4-11 bulan) 12-15 jam
1-2 tahun Balita usia (1-2 tahun) 11-14 jam
3-5 tahun Balita usia (3-5 tahun) 10-13 jam
6-13 tahun Anak usia sekolah 9-11 jam
14-17 tahun Remaja 8-10 jam
18-25 tahun Dewasa muda 7-9 jam
26-64 tahun Dewasa tengah 7-9 jam
65 tahun keatas Dewasa tua 7-8 jam
Sumber : (National Sleep Foundation, 2010)

g. Fungsi Tidur
Tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak dan organ-
organ tubuh manusia. Tidur dalam beberapa cara dapat menyegarkan kembali
aktivitas tingkatan normal dan aktivitas normal pada jaringan otak.
Sehingga tidur berfungsi untuk mengembalikan tenaga untuk beraktivitas
sehari-hari, memperbaiki kondisi yang sedang sakit, tubuh menyimpan energi
selama tidur dan penurunan laju metabolik basal penyimpanan persediaan
energi tubuh (Harsono, 2010).

h. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kuantitas Dan Kualitas Tidur


Menurut Tarwoto & Wartonah (2015) faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur, diantaranya adalah penyakit,
lingkungan, motivasi, kelelahan, kecemasan, alkohol, dan obat-obatan.
a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih
banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien
menjadi kurang tidur atau tidak dapat tidur. misalnya pada pasien dengan
gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis, penyakit kardiovaskular, dan
penyakit persarafan.
b. Lingkungan
Pasien yang biasa kurang tidur pada lingkungan yang tenang dan
nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh, maka akan
menghambat tidurnya.
c. Motivasi
Motivasi dapat juga mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan
keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
d. Kelelahan
Kelelahan dapa memperpendek periode pertama dari tahap REM.
e. Kecemasan
Pada saat cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan
minum alkohol dapat mengakibatkaninsomnia dan lekas marah.
g. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara
lain sebagai berikut.
 Diunretik: menyebabkan insomnia.
 Antidepresan: menyupresi REM.
 Kafein: meningkatkan saraf simpatis.
 Beta-bloker: menimbulkan insomnia.
 Narkotika: menyupresi REM.

i. Alat Ukur Kualitas Tidur


Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) merupakan salah satu alat yang
cukup efektif yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur pada orang
dewasa. Melalui Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) kualitas tidur dibagi
menjadi baik dan buruk melalui pengukuran terhadap 7 komponen, yaitu
kualitas tidur secara subjektif, latensi tidur, efisiensi tidur, gangguan tidu,
penggunaan obat-obat yang berhubungan dengan tidur, dan disfungsi yang
dialami pada siang hari selama satu bulan terakhir. Pittsburgh Sleep Quality
Index (PSQI) telah dibakukan oleh Pittsburgh University yang memiliki
koefisien konsistensi dan reliabilitas (Cronbach’s alpha) sebesar 0,89 terhadap
setiap domain yang diukur (Smyth,2012). Pittsburgh Sleep Quality Index
(PSQI) telah divalidasi pada kedua populasi klinis dan populasi non-klinis,
termasuk perguruan tinggi dan mahasiswa pascasarjana (Brick et al, 2010).
Setiap dari nilai komponen tujuh tersebut diberi bobot yang sama
dengan skala 0-3, 0 menunjukkan tidak ada kesulitan dan 3 menunjukkan
kesulitan yang parah. Jumlah skor untuk nilai tujuh komponen ini akan
menghasilkan satu skor secara keseluruhan, mulai dari 0 hingga 21. Skor yang
lebih tinggi menunjukan kualitas tidur keseluruhan > 5 maka seseorang
memiliki kualitas tidur yang buruk (Smyth, 2012).

j. Gangguan Tidur
Menurut Tarwoto & Wartonah (2015) ada beberapa jenis gangguan tidur
antara lain, sebagai berikut :
a. Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan memperoleh secara cukup


kualitas dan kuantitas tidur. ada tiga macam insomnia, yaitu : insomnia
inisial (initial insomnia) adalah tidak adanya ketidakmampuan untuk tidur,
insomia intermiten ( intermitent insomnia) adalah ketidakmampuan untuk
tetap mempertahankan tidur karena seing terbangun, dan insomnia terminal
(terminal insomnia) adalah bangun lebih awal tetapi tidak pernah tertidur
kembali. Penyebab insomnia adalah ketidakmampuan fisik, kecemasan dan
kebiasaan minum alkohol dalam jumlah banyak.
b. Hipersomnia
Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih daro 9 jam,
biasanya disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit
ginjal, liver dan metabolisme.
c. Parasomnia

Parasomnia merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu


tidur seperti sammnohebalisme (tidur sambil berjalan).

d. Narkolepsi

Suatu keadaan atau kondisi yang ditandai oleh keinginan yang


tidak terkendali untuk tidur. Gelombang otak penderita pada saat tidur sama
dengan orang yang sedang tidur normal.

e. Apnea tidur dan mendengkur

Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun


bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah. Mendengkur disebabkan oleh
adanya rintangan pengeluaran udara dihidung dan mulut, misalnya amandel,
adenoid, otot-otot dibelakang mulut mengendor dan bergetar. Periode apnea
berlangsung selama 10 detik sampai 3 menit.

f. Mengigau

Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.
D. Kerangka Teori

Tidur Belajar

Tahapan Tidur : Prestasi Belajar


- NREM
- REM
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Prestasi Belajar:
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Faktor Dari Dalam Diri ( Internal )
Kuantitas Dan Kualitas Tidur:
- Faktor Kondisi Fisik
- Penyakit (Jasmaniah)
- Lingkungan - Faktor Psikologis
- Kelelahan - Faktor Kelelahan
- Gaya Hidup
- Stress Emosional Faktor Dari Luar Diri ( Eksternal)
- Stimulan Dan Alkohol
- Faktor Keluarga
- Diet
- Faktor Kampus/Tempat
- Obat-obatan
Belajar
- Merokok
- Faktor Lingkungan
Masyarakat

Gangguan Pola Tidur


- Insomnia
- Hipersomnia
- Parasomnia
- Narkolepsia
- Apnea Tidur dan Mendengkur
- Mengigau

Gambar : Kerangka Konsep

Sumber : Slameto (2010), Tarwoto Dan Wartonah (2015)

Anda mungkin juga menyukai