METODOLOGI PENELITIAN
III.1 UMUM
Tujuan utama dari pengujian laboratorium ini adalah untuk mendapatkan
data percepatan dari struktur balok sederhana yang dijadikan benda uji. Data-data
percobaan tersebut akan digunakan sebagai masukan untuk program pengolahan
data yang telah tersedia sebelumnya. Dimana program ini akan didapatkan
parameter-parameter berupa respons dari benda uji, frekuensi dan faktor
peluruhan. Parameter-parameter tersebut akan dibandingkan antara satu dengan
yang lain untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk grafik-grafik.
23
Perilaku dinamik balok..., Rendy Robinsyah, FT UI, 2008
Jumlah kebutuhan balok adalah sebagai berikut :
24
Perilaku dinamik balok..., Rendy Robinsyah, FT UI, 2008
Namun nilai-nilai diatas berlaku untuk beton yang
menggunakan pasir alam dengan FM = 2,26 dan slump beton
dalam mixer = 10 cm, maka dilakukan penyesuaian untuk FM dan
slump yang dipakai. Penyesuaian perhitungan tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Perhitungan mix design ini bertujuan untuk menentukan
proporsi campuran bahan-bahan penyusun beton yang memiliki
kekuatan tinggi dan masih mudah untuk dikerjakan. Terdapat
beberapa metode perhitungan mix design,yaitu :
Rancangan menurut “ROAD NO.4”
Rancangan menurut “American Concrete Institute”
Rancangan menurut “Cara Inggris”
Rancangan menurut “US Bereau of Reclamation”
Dalam perhitungan mix design ini menggunakan metode
“US Bereau of Reclamation”. Pada prinsipnya metode-metode
yang digunakan untuk menghitung mix design bertujuan untuk
menghasilkan beton dengan kekuatan tinggi namun masih dalam
batas mudah untuk dikerjakan.
Langkah pertama yang dilakukan untuk menghitung mix
design dengan metode “US Bereau of Reclamation” adalah
menentukan ukuran butir agregat kasar maksimum, slump, dan fas
(W/C). Berdasarkan ukuran butir agregat kasar maksimum dengan
menggunakan tabel III.3 dibawah ini :
25
Perilaku dinamik balok..., Rendy Robinsyah, FT UI, 2008
Penyesuaian
Hasil
S/A W
yang diinginkan
FM = 2,26 = 41+ (2,26-2,8) x 0,5 Tidak ada koreksi
0,1
= 38,3
dapat ditentukan :
9 Jumlah air adukan (W), satuan Kg.
9 Prosentase pasir terhadap total agregat (S/A).
9 Kandungan udara dalam beton (entrapped air) terhadap
volume beton, dalam %.
Selanjutnya dengan didapatnya jumlah air (W) dan fas (W/C),
jumlah semen (C) dapat ditentukan.
Langkah selanjutnya yaitu menghitung volume total
agregat. Dengan didapat S/A dan Ag maka dapat dihitung volume
pasir (S) dari agregat kasar (Ca), setelah itu dihitung volume
cetakan beton (bekisting) yang hasilnya akan dikalikan dengan
masing-masing bahan penyusun beton (air adukan, pasir, semen,
dan agregat kasar), dari perhitungan mix design didapat (untuk per
m3) :
1) Jumlah air adukan = 193,15kg
2) Jumlah semen = 384,53 kg
3) Jumlah pasir = 730,064 kg
26
Perilaku dinamik balok..., Rendy Robinsyah, FT UI, 2008
4) Jumlah agregat kasar = 1006,45 kg
27
Perilaku dinamik balok..., Rendy Robinsyah, FT UI, 2008
Sifat tegangan-regangan dari beton adalah tergantung dari
kekuatan, umur pada saat pembebanan, kecepatan pembebanan, sifat dari
agregat dan semen, dan jenis dan ukuran dari benda uji.
Dapat diperhatikan bahwa beton dari beton yang berkekuatan lebih
rendah mempunyai kemampuan deformasi (daktilitas) yang lebih tinggi
dari beton yang berkekuatan tinggi, dan tegangan maksimum dicapai pada
regangan tekan di antara 0,002 dan 0,0025. Regangan ultimit pada saat
hancurnya beton berkisar antara 0,003 sampai 0,008; akan tetapi harga
regangan maksimum yang dapat dipakai adalah 0,003-0,004. Menurut
ACI menyatakan (ACI-10.2.3) bahwa “Regangan maksimum yang dapat
dipakai pada serat tekan ekstrim beton harus diambil sama dengan 0,003”.
Regangan maksimum menurut ACI sebesar 0,003 boleh jadi tidak
konservatif untuk beton berkekuatan tinggi dengan fc’ di dalam batas 55
sampai 83 MPa.
28
Perilaku dinamik balok..., Rendy Robinsyah, FT UI, 2008
Persamaan regresi linier tersebut dapat dianalogikan menjadi :
= (E x ) + Reg. plastis pada siklus 1/sebelumnya (III.3)
Keterangan :
.
d = deformasi total benda uji
g = hasil yang terbaca pada alat ukur
er = eksentrisitas batang indikator
eg = eksentrisitas alat ukur deformasi dari sumbu benda uji
29
Perilaku dinamik balok..., Rendy Robinsyah, FT UI, 2008
Ketika material benda uji ditekan di satu arah, maka di dua sisi lainnya
akan mengecil. Poisson's ratio (ν) merupakan ratio regangan relatif antara
regangan transversal terhadap regangan longitudinal (aksial).
Diasumsikan material diberi gaya tekan dalam arah aksial :
(III.4)
Dimana :
υ = Poisson Ratio
εtrans = Regangan transversal ((-) untuk aksial tarik, (+) untuk
aksial tekan)
εaksial = Regangan aksial ((+) untuk aksial tarik, (-) untuk
aksial tekan)
Umumnya, material memiliki Poisson's ratio (ν) antara 0 – 0,5.
Untuk material isotropik, berdasarkan Generalisasi Hukum Hooke,
menyatakan deformasi material pada satu arah sumbu, akan menghasilkan
deformasi material pada tiga arah sumbu lainnya pada struktur 3D. Maka
dapat digunakan persamaan :
(III.5)
(III.6)
(III.7)
Dimana :
υ = Poisson Ratio
εx, εy,εz = regangan dalam arah sumbu x, y, dan z
σx,σy,σz = tegangan dalam arah sumbu x, y, dan z
E = modulus elastisitas
Terjadi perubahan relatif volume akibat gaya tarik atau tekan yang
diberikan pada material dapat dihitung dengan persamaan (hanya untuk
deformasi kecil) :
30
Perilaku dinamik balok..., Rendy Robinsyah, FT UI, 2008
(III.8)
Dimana :
V = Volume material
ΔV = Perubahan volume
L = Panjang awal
ΔL = Perubahan panjang : ΔL = Lold − Ln
31
Perilaku dinamik balok..., Rendy Robinsyah, FT UI, 2008
digunakan arus sebesar 2-18 mA dari coupler. Besarnya konstanta
piezotron yang ada menyatakan panjang kabel yang dapar digunakan.
Coupler tipe 5112 ini dilengkapi dengan 3 (tiga) buah baterai transistor 9
volt dan dapat dioperasikan pada arus sebesar 2 mA.
3.4.4 Accelerometer [17]
Accelerometer yang akan digunakan dalam penelitian ini
diproduksi oleh KISTLER. Accelerometer ini dapat digunakan untuk
mengukur getaran pada struktur dengan kemampuan frekuensi yang cukup
tinggi. Alat ini dapat mengukur getaran pada struktur segera setelah suatu
percepatan terjadi pada struktur.
Pada pengujian ini digunakan accelerometer tipe 8602. Seperti
kebanyakan accelerometer, sensitivitas dari tipe ini menyatakan suatu
angka perbandingan (ratio) antara keluaran elektris (electrical output) dan
percepatan yang diberikan, yaitu 9,3 mV/g.
3.4.5 Benda uji
Benda uji yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 24 variasi
balok yang terbuat dari mortar ditambah agregat kasar dengan mutu K-300
dicampur dengan variasi kandungan metal fiber per m3 balok adalah 0%,
1%, 2%, dan 3%. Untuk menguji karakteristik benda uji, dilakukan test
tekan dan modulus elastisitas untuk setiap tipe dari benda uji silinder.
Secara umum, gambaran perjalanan penelitian adalah kedua ujung
dari balok diberi perletakan sendi-rol kemudian diberikan beban
jatuh/tumbukan berulang terbagi merata di tengah bentang.
3.4.6 Program Akuisisi [18]
Program ini dibuat dalam bahasa HT-BASIC dengan kemampuan
membaca dan merekam data yang berasal dari osiloskop PHILIPS
sehingga dapat dibaca oleh komputer mikro (PC) untuk penggunaan lebih
lanjut. Disini terdapat pilihan untuk jumlah kanal osiloskop yang
digunakan, yaitu dua atau empat kanal, serta pilihan konfigurasi dari
perekaman data.
32
Perilaku dinamik balok..., Rendy Robinsyah, FT UI, 2008
III.5 PENGUJIAN DINAMIK BENDA UJI BALOK
3.5.1 Set-up Pengukuran Alat
Cuopler
Osciloskop
PC/Komputer Accelerometer
mikro
Perletakan/penjepit
balok
33
Perilaku dinamik balok..., Rendy Robinsyah, FT UI, 2008
Rekaman waktu terhenti bersamaan dengan munculnya data percepatan.
Besarnya selang waktu sebelum munculnya percepatan inilah yang
merupakan waktu jatuh beban tumbukan tepat pada balok.
34
Perilaku dinamik balok..., Rendy Robinsyah, FT UI, 2008