DISUSUN OLEH:
NAMA : MUTIARA AQILLA TASYA
NIM : 18006290
B. Tujuan Konseling
Sesuai dengan namanya maka tujuan konseling behavioral yaitu membantu
menciptakan kondisi dan lingkungan baru agar klien mampu belajar merubah perilakunya
dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi. Klien menghadapi masalah karena
salah dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau maslah itu timbul karena
terjadi penyimpangan perilaku dari apa yang seharusnya ia lakukan. Maka melalui
konseling behavioral ini klien diharapkan mampu untuk meningkatkan ketrampilan sosial,
memperbaiki tingkah lakunya yang menyimpang dan mengembangkan keterampilan self
manajemen dan self kontrol.
Menurut Wolpe (1958) tujuan terapi behavioral adalah untuk memodivikasi koneksi-
koneksi (hubungan-hubungan) dan metode-metode Stimulus-Respon (S-R) sedapat
mungkin. Maka tujuan pendekatan konseling behavioral adalah memodifikasi perilaku
melalui rekayasa lingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan tingkah
laku.
C. Teknik Konseling
1. Desensitisasi sistematik (Systematic desensitization)
Desentisasi sistematik, teknik ini dikembangkan oleh Wolpe yang mengatakan
bahwa semua perilaku neurotic adalah ekspresi dari kecemasan dan respon terhadap
kecemasan dapat dieliminasi dengan menemukan respon yang antagonistik (keadaan
relaksasi). Rangsangan yang menimbulkan kecemasan secara berulang-ulang
disepanjang keadaan sangkan dengan keadaan relaksasi sehingga hubungan antara
rangsangan dengan respon terhadap kecemasan dapat dieliminasi.
2. Latihan Asertif (Assertive training)
Assertive training yaitu konseling yang menitik beratkan pada kasus yang
mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya
(misalnya: ingin marah tetapi tetap berespon manis). Maka peran konselor adalah
berusaha memberikan keberanian kepada klien dalam mengatasi kesulitan terhadap
orang lain. Pelaksanaan teknik ini ialah dengan role playing (bermain peran).
3. Terapi Aversi (Aversion therapy)
Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku yang negatif dan memperkuat
perilaku yang positif. Dalam hal ini konselor dapat menerapkan punishment (sangsi)
dan reward (pujian/hadiah) secara tepat dan proposional terhadap perubahan perilaku
klien.
4. Terapi implosif dan pembanjiran
Teknik ini terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang
tanpa pemberian penguatan. Teknik pembanjiran ini tidak menggunakan agen
pengkondisian balik maupun tingkatan kecemasan. Terapis memunculkan stimulus-
stimulus penghasil kecemasan, klien membayangkan situasi, dan terapis berusaha
mempertahankan kecemasan klien.
5. Pekerjaan Rumah (Home work)
Teknik ini berbentuk suatu latihan/ tugas rumah bagi klien yang kurang mampu
menyesuaikan diri terhadap situasi tertentu, caranya dengan memberikan tugas rumah
(untuk satu minggu), misalnya: tidak menjawab apabila klien dimarahi ibunya atau
bapaknya.