1
Bimbingan Pra Perkawinan KBI
1. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, manusia adalah makhluk yang
berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara individu manusia
bisa menguasai dirinya sendiri, namun manusia juga merupakan makhluk
yang membutuhkan interaksi satu sama lainnya. Dengan kata lain, manusia
merupakan makhluk sosial yang hidup bergantung dengan yang lain.
Kehidupan manusia pada dasarnya berkelompok, hidup dengan orang tua,
hidup dengan istri atau suami, hidup dengan anak dan ini merupakan
kelompok kecil yang disebut dengan keluarga.
Setiap anggota keluarga menginginkan hidup bersama, yang harmonis
dan bahagia. Tetapi, tidak menuntut kemungkinan setiap manusia memiliki
sifat dan cara hidup yang berbeda. Cara hidup yang berbeda ini adalah
prinsip yang bawa sejak lahir, karena berbagai faktor lingkungan, sosial dan
lingkungan keluarga. Didalam keluarga tentunya harus memiliki
pemahaman yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Buddha mengajarkan bagaimana cara hidup yang baik dan hidup
bersama dalam keluarga. Dalam hal ini, Buddha mengajarkan kebahagiaan
yang mengarah pada surga, mengarah pada apa yang di harapkan, dan
menyenangkan, dan mengarah pada kebahagiaan dan kesejahteraan.
(A.ii.55)
1
Bimbingan Pra Perkawinan KBI
1. 2. Tujuan
2. Peserta dapat memahami konsep diri dalam persiapan berumah tangga.
3. Peserta dapat memahami konsep keluarga yang Bahagia dan sejahtera
4. Peserta dapat memahami hakikat perkawinan
5. Peserta dapat memahami makna cinta sebagai landasan perkawinan
6. Peserta dapat mempraktikan hidup sadar penuh dalam menghadirkan
keluarga Bahagia dan harmonis
2. PEMBAHASAN
2. 1. Konsep Diri
Konsep diri adalah gambaran yang unik yang dimiliki seseorang tentang
keseluruhan dirinya mencakup; karakteristik fisik, psikologis, sosial dan
emosi. Konsep diri bisa di pandang sebagai konsep diri positif dan konsep
diri yang negatif. Ini tergantung pada penerimaan diri masing-masing
individu. Yang perlu dipahami adalah bahwa konsep diri mengandung aspek
jasmani dan batin.
Dalam memahami konsep diri tidak terlepas dari konsep manusia yang
harus dipahami. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup
sendiri. Artinya manusia berinteraksi satu sama lain. Setiap individu saling
bergantungan dalam kehidupan ini. Bahkan lebih dalam lagi, bahwa diri kita
pun tidak berdiri sendiri, tidak ada inti yang kekal dan saling bergantungan.
Setiap jasmani akan berkaitan dengan batin dan setiap batin akan berkaitan
dengan jasmani. Dalam Agama Buddha ini juga disebut dengan batin dan
jasmani. Konsep diri tidak hanya dipahami hanya dari segi fisik semata,
namun batin juga dapat mempengaruhi kondisi fisik, begitu juga sebaliknya.
Gambaran lebih jelasnya sebagaimana terdapat dalam kitab Dhammapada:
2
Bimbingan Pra Perkawinan KBI
3
Bimbingan Pra Perkawinan KBI
introvert yaitu tidak memiliki rasa percaya diri di tengah orang-orang. Dalam
hubungan kekasih juga pernah kita berada dalam posisi seperti ini. Kita tidak
mau ketemu dengan pasangan kita ataupun keluarga pasangan, karena
merasa diri tidak cocok atau merasa dirinya jelek dan kurang percaya diri
terhadap keluarga pasangan.
Kesepadanan adalah tidak merasa diri paling superior atau tidak
merasa dirinya inferior. Karakter ini terkadang bisa membuat kita nyaman
dengan orang lain. Hubungan menjadi harmonis dan bisa menerima
kekurangan dan kelebihan satu sama lain. Ini yang disebut dengan
kesepadanan atau kesetaraan.
4
Bimbingan Pra Perkawinan KBI
Pondasi yang kokoh, bukan hanya berasal dari semennya, atau hanya dari
batunya, juga bukan hanya dari pasir atau hanya dari besi saja, akan tetapi
dari kesatuan itu semua yang membuat pondasi menjadi kokoh dan kuat.
Demikian pula dalam membangun suatu keluarga yang utuh, harmoni,
dan bahagia tidak hanya bergantung dari suami atau istri tetapi dari masing-
masing anggota keluarga. Jika hanya bergantung dari suami semata atau
istri semata tentu masih kurang kokoh. Dalam hal ini adalah peran dari
suami, istri dan masing-masing anggota keluarga perlu bersatu agar
terbentuknya keluarga yang utuh, harmoni, dan bahagia.
Mengenai dua pasangan yang bahagia sebagai suami istri, Buddha
juga menjelaskan pasangan yang bahagia dalam kehidupan saat ini dan
kehidupan yang akan datang. Dalam Khotbah Bersama Dalam Hidup kepada
Nakulapita dan istrinya, Buddha memberikan nasihat kepada mereka;
Buddha mengajarkan kepada dua pasangan suami istri yaitu kepada
saudara Nakulapita dan istrinya saudari Nakulamita. Mereka menginginkan
hubungan mereka selalu ingin bersama tidak hanya dalam kehidupan ini,
bahkan mereka ingin selalu bersama dalam kehidupan yang akan datang.
Kemudian Sang Buddha menjelaskan kepada mereka tentang apa yang
harus di miliki jika mereka ingin saling bertemu dalam kehidupan sekarang
dan kehidupan akan datang. Mereka harus sama dalam hidup yaitu
memiliki; (1) keyakinan yang sama, (2) perilaku bermoral yang, (3)
kedermawanan yang sama, dan (4) kebijaksanaan yang sama.
“Baik suami dan istri memiliki keyakinan, murah hati dan terkendali
oleh diri sendiri, menjalani kehidupan mereka dengan kebaikan, saling
menyapa satu sama lain dengan kata-kata menyenangkan,”..setelah
mempraktikkan Dhamma disini, dalam perilaku bermoral dan
pelaksanaan yang sama, bergembira setelah kematian di alam dewa,
mereka bersukacita, menikmati kenikmatan-kenikmatan indria.
(A.ii.62).
Empat hal ini yang mengarah pada apa yang di harapkan, diinginkan,
dan menyenangkan, yang mengarah pada kesejahteraan dan kebahagiaan
5
Bimbingan Pra Perkawinan KBI
seseorang maupun suami istri. Disini seorang suami istri memiliki keyakinan
yang tak tergoyahkan kepada Sang Buddha, sebagai berikut: Sang Bhagava
adalah seorang Arahat, tercerahkan sempurna, sempurna dalam
pengetahuan sejati dan perilaku, sempurna menempuh sang jalan, pengenal
dunia, guru para deva dan manusia. Disini suami istri memiliki keyakinan tak
tergoyahkan kepada Dhamma, yaitu ajaran kebenaran yang dibabarkan
dengan baik oleh Sang Buddha, terlihat langsung, mengundang seseorang
untuk melihat, dapat diterapkan, untuk dialami secara pribadi oleh para
bijaksana. Disini suami istri memiliki keyakinan tak tergoyahkan kepada
Sangha yang mempraktikkan jalan yang baik, lurus dan benar, layak
menerima persembahan, layak menerima keramahan, layak menerima
penghormatan dan lahan jasa yang tiada taranya di dunia ini.
Kemudian hal yang sama dimiliki oleh suami istri adalah perilaku
bermoral yang baik. Bagaimanakah caranya suami istri memiliki perilaku
bermoral yang sama? Disini suami istri tidak memiliki moral yang cacat yaitu
suami dan istri dapat menghindari pembunuhan, ia tidak menghina dan
mencela para pertapa dan brahmana. Ketika keduanya tidak bermoral, kikir
dan kasar, suami istri hidup bersama sebagai seseorang yang malang
hidupnya.
Hal yang sama dalam hidup yang ketiga adalah kedermawanan. Suami
istri memiliki kedermawanan yaitu tidak kikir dan kasar dengan seseorang.
Mempraktikkan derma di wihara juga merupakan latihan yang
mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidup berumah
tangga.
Hal yang ke empat yang harus sama dalam hidup berumah tangga adalah
kebijaksanaan. Ketika suami istri mempraktikkan Dhamma ini, maka mereka
akan memiliki kebijaksanaan dalam hidup berumah tangga. Akan bijak dalam
menghadapi permasalahan yang muncul serta tidak diskriminasi satu sama
lain.
6
Bimbingan Pra Perkawinan KBI
7
Bimbingan Pra Perkawinan KBI
2. 4. Hakikat Perkawinan
Menurut UU no.1 thn 1974 tentang perkawinan, perkawinan adalah
Ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang Bahagia dan kekal berdasar
ketuhan Yang maha Esa.
2. 4. 2. Tujuan perkawinan
Tentunya dalam hati dan komitmen anda sudah menyiapkan tujuan
perkawinan anda. Apa tujuan anda menikah? Saya tidak tau sepenuhnya, anda
sendiri yang akan mencapainya dengan hal-hal yang anda rencankan. Satu hal
yang pasti tujuan perkawinan kita adalah menghadirkan kebahagiaan,
kesejahteraan dan keharmonisan. Kita adalah manusia yang memiliki karakter
yang berbeda tentunya ada perbedaan-perbedaan yang akan kita temukan
dalam berumah tangga. Dan hal ini juga akan menjadi akar dari penderitaan kita.
8
Bimbingan Pra Perkawinan KBI
9
Bimbingan Pra Perkawinan KBI
b. Welas asih
Elemen kedua dari cinta sejati adalah welas asih, yaitu niat dan
kemampuan untuk mengurangi dan mentransformasikan penderitaan dan
meringankan kesedihan. Latihannya adalah kita menyentuh dimensi
penderitaan dalam diri kita terlebih dahulu kemudian kita berlatih bagaimana
cara mentransformasikannya. Ketika kita sudah memiliki kemampuan praktik
cara seperti ini, maka tidaklah sulit kita bisa mentransformasikan penderitaan
pasangan kita. Dalam praktik Buddha, kita harus mendengarkan penderitaan
kita sendiri. Ada penderitaan di dalam diri sendiri, jika kita tidak
mendengarkan penderitaan sendiri, kita tidak akan memahaminya. Dan kita
tidak akan memiliki welas asih untuk diri sendiri dan orang lain.
c. Sukacita
Elemen ketiga dari cinta sejati adalah suka cita. Cinta sejati selalu
menghadirkan sukacita bagi kita dan pasangan kita. Jika cinta tidak
menghadirkan sukacita, itu bukan cinta sejati.
d. Tanpa diskriminasi
Elemen keempat dari cinta sejati adalah non-diskriminasi, yang
artinya tanpa diskriminasi, keseimbangan batin, tanpa kemelekatan,
pikiran seimbang. Jika dalam cinta ada kemelekatan, diskriminasi, dan
prasangka itu bukanlah cinta sejati.
10
Bimbingan Pra Perkawinan KBI
11
Bimbingan Pra Perkawinan KBI
Dengan perhatian penuh kesadaran dan latihan pengertian dan welas asih,
maka kehidupan seksual akan menjadi indah dan sakral.
3. KESIMPULAN
Hidup adalah pilihan. Ketika kita memilih untuk hidup berumah tangga,
maka kita harus menerima segala hal yang menjadi konsekwensi dari pilihan
hidup tersebut. Perkawinan adalah sebuah komitmen jangka panjang yang
dilakukan dengan tujuan untuk menghadirkan kesejahteraan dan
kebahagiaan bersama. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila perkawinan
didasari oleh rasa cinta, pengertian, dan dilandasi dengan Buddha Dharma,
sehingga dapat menciptakan hubungan yang intim baik secara spiritual,
emosional dan seksual .Konsep diri yang setara, saling bekerjasama dan
bersatu, saling menyentuh benih-benih positif dan menahan untuk tidak
menyirami benih-benih negatif dalam diri masing-masing pasangan,
senantiasa menghadirkan cinta sejati, saling memberikan sukacita, welas
asih, dan bersikap tanpa diskriminasi, merupakan peraktek hidup
12
Bimbingan Pra Perkawinan KBI
DAFTAR PUSTAKA :
Boddhi, Bhikkhu. 2010. Khotba-khotbah Berkelompok Sang Buddha Buku 2
Nidanavaga (Samyuta Nikaya). Terjemahan. Jakarta: DhammaCitta Press
Boddhi, Bhikkhu. 2015. Khotba-khotbah Numerikal Sang Buddha Jilid 2 (Angutara
Nikaya).Terjemahan. Jakarta: DhammaCitta Press
Dhammananda, K.Sri. 2008. Rumah Tangga Bahagia. Yogyakarta: Vidyasena
Production
Hanh. T.N. 2012. Teaching On Love. Ajaran Tentang Cinta Sejati. Jakarta:
Yayasan karaniya
Hanh. T.N. 2011. Jawaban Dari hati. Jakarta: Yayasan karaniya
Naradha, Mahathera. 2010. Dhammapada. Jakarta: Yayasan Karaniya
Wijaya-mukti, Krishnanda. 2006. Wacana Buddha Dhamma. Jakarta: Yayasan
Dharma Pembangunan.
https://www.youtube.com/watch?v=fOI_UlAm-LU&t=762s
The Book of The Gradual Saying (Angutara Nikaya Vol. I)
Translated Davids, Rhys.1989, Oxford : The Pali Text Society
DAFTAR ISTILAH
Hitta sukhaya : harmonis, bahagia dan sejahterah.
Dh.62 : Dhammapada syair 62
A.ii.55 : Angutara Nikaya , buku 2 halaman 55
S.ii.68-69 : Samyuta Nikaya, Buku 2, halaman 68 – 69
A.ii.62 : Angutara Nikaya, Buku 2, halaman 62
13
Bimbingan Pra Perkawinan KBI
14