Anda di halaman 1dari 14

1

Perbandingan efektivitas posisi Prone dengan Lateral terhadap


status oksigenasi pada bayi dengan Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS) di Ruang NICU RSUD Gunung Jati Cirebon
Titin Supriatin1 , Toha Muhaimin, M.Sc2, Titin Sutini3
1
Students Master of Nursing, University of Muhammadiyah Jakarta
2
Lecture in Faculty of Medicine and Health at The University of Muhammadiyah Jakarta
3
Lecture of Faculty of Nursing at The University of Muhammadiyah Jakarta
Correspondence email address: titinsupriatin821@gmail.com

ABSTRACT
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau dikenal dengan sindrom gawat napas,
merupakan ancaman utama pada bayi dan anak yang berada pada masa pemulihan dari
penyakit berat. Saat ini ARDS merupakan penyebab utama kematian bayi baru lahir.
Intervensi yang biasa digunakan untuk memperbaiki status oksigenasi pada bayi ARDS
adalah posisi prone dan lateral. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya perbandingan
efektivitas posisi prone dan lateral terhadap status oksigenasi pada bayi dengan ARDS di
ruang NICU RSUD Gunung Jati Cirebon. Penelitian ini merupakan kuasi experimental
dengan desain pre and post test non equivalent control group. Penelitian ini mengunakan
tehnik random Sampling terhadap 76 responden. Analisis univariat untuk medeskripsikan
karakteristik responden. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis Mancova.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi prone lebih efektif meningkatkan status
oksigenasi dibandingkan posisi lateral walaupun perbedaan sangat kecil. Disarankan agar
intervensi posisi Prone dapat dilakukan sebagai aspek developmental care di ruang NICU
dikombinasikan dengan posisi lateral pada bayi yang mengalami ARDS, dengan harapan
ada perbaikan status oksigenasi.
Kata kunci : Posisi prone, Posisi lateral, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS),
Status oksigenasi

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) is also called respiratory syndrome, which
is a major threat to infants and children who are in recovery from severe illness. This
syndrome is characterized by respiratory distress and hypoxemia occurring within 72
hours. According to the World Health Organization (WHO) in 2011, the incidence of
ARDS in Europe is 2-3%, in the Americas as much as 1.72%, in Southeast Asia about 5-
10% ARDS is found in infants less than months and 50% in infants weighing Body 501-
1500 grams. Currently, ARDS is the main cause of newborn infant death. The purpose of
this study is to know the comparison of effectiveness of prone and lateral position on
oxygenation status in infants with Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) in
NICU RSUD Gunung Jati Cirebon. This research uses a quasi- Experimental with
experiment method, with pre-test design - post test of non equivalent control group
design, simple experimental form by taking measurements before and after intervention.
This research uses random sampling technique with 76 respondents. Univariate analysis
to describe the characteristics of respondents. Bivariate analysis and multivariate analysis
in this study used Mancova analysis. The results showed that prone positioning was more
effective in increasing oxygen saturation compared to lateral position although the
difference was very small. It is suggested that Prone position intervention can be
performed as a routine action on the NICU combined with lateral positions in respiratory
infants (ARDS) in the hope of improved oxygenation status
2

Keywords: Prone Position, Lateral Position, Acute Respiratory Distress Syndrome


(ARDS), Oxygenation Status
A. Pendahuluan dan lateral terhadap status oksigenasi
Saat ini ARDS merupakan penyebab pada bayi dengan Acute Respiratory
utama kematian bayi baru lahir, Distres Syndrome (ARDS) di ruang
diperkirakan 30% dari semua kematian NICU RSUD Gunung Jati Cirebon”.
bayi disebabkan oleh ARDS dan
komplikasinya (WHO, 2011). RSUD B. Tinjauan pustaka
Gunung Jati Cirebon merupakan Rumah Acute Respiratory Distress Syndrome
Sakit Tipe A dan sebagai rumah sakit (ARDS) sama seperti Acute Lung Injury
rujukan sewilayah III Cirebon (Cirebon, (ALI) namun dengan hipoksemia yang
Indramayu, Majalengka dan Kuningan), lebih berat (PaO2/FiO ≤ 200 mmHg).
berdasarkan rekapan data pasien Sindrom tersebut dapat dipicu oleh
menurut domisili 3 bulan terakhir tahun berbagai sebab, diantaranya sepsis,
2016 diperoleh data bayi yang dirawat pneumonia, syok, luka bakar, cedera,
di ruang NICU sebanyak 278 (Rujukan semua keadaan yang menyebabkan
dari berbagai daerah). Kasus ARDS inflamasi dan peningkatan permeabilitas
sebanyak 56,12% dari jumlah kapiler yang menyebabkan edema paru
keseluruhan dan merupakan kasus (Marcdante, 2014). ARDS disebut juga
tertinggi dibanding kasus lain (RSUD sindrom gawat napas, yang merupakan
Gunung Jati Cirebon, 2016). ancaman utama untuk bayi yang berada
Berbagai upaya dilakukan untuk pada masa pemulihan dari penyakit
mengoptimalkan status oksigenasi pada berat. Sindrom ini dicirikan dengan
bayi dengan ARDS, salah satunya gawat napas dan hipoksemia yang
dengan melakukan intervensi perubahan terjadi dalam 72 jam cedera berat atau
posisi tidur bayi yaitu dengan diberikan pembedahan pada orang yang
posisi prone dan posisi lateral. Posisi sebelumnya memiliki paru-paru normal
prone yaitu posisi bayi ketika lutut (Wong, 2009). Menurut Marcdante
fleksi di bawah abdomen dan posisi (2014), ARDS atau disebut juga gagal
badan telungkup (Wong, 2009). napas akut terjadi bila system
Menurut Yanti (2017), implementasi pernapasan tidak dapat mempertahankan
mobilisasi perubahan posisi prone dan pertukaran gas yang adekuat untuk
posisi lateral pada kasus ARDS di ruang memenuhi kebutuhan metabolisme.
NICU RSUD Gunung Jati Cirebon ARDS berkembang sebagai akibat
masih belum dilakukan secara rutin, kondisi atau kejadian berbahaya berupa
dengan alasan kesibukan dan belum trauma jaringan paru baik secara
terdapat kebijakan serta Standar langsung maupun tidak langsung.
Operasional Prosedur. Berdasarkan hal 1) Immaturitas struktur berbagai organ
tersebut, diperlukan sebuah penelitian system ventilasi, immaturnya dinding
tentang perbandingan efektivitas posisi dada, parenkim paru, dan immaturnya
prone dan lateral terhadap status endotelium kapiler yang menyebabkan
oksigenasi pada bayi dengan Acute kolaps paru pada akhir ekspirasi.
Respiratory Distres Syndrome (ARDS) 2) Defisiensi surfaktan. Surfaktan adalah
di ruang NICU RSUD Gunung Jati suatu kompleks lipoprotein, untuk
Cirebon. mencegah kolapsnya alveolus. Bila
Dengan diberikan mobilisasi (prone, surfakatan tersebut tidak adekuat, akan
lateral, head on bed), menunjukkan terjadi kolaps alveolus dan
peningkatan saturasi oksigen/SPO2, mengakibatkan hipoksia serta retensi
Respiratory Rate/RR dan Heart CO2 yang mengakibatkan asidosis
Rate/HR. Sedangkan implementasi kemudian terjadi konstriksi vaskuler
mobilisasi perubahan posisi prone dan pulmoner dan penurunan perfusi
posisi lateral. Berdasarkan hal tersebut pulmoner yang berakhir sebagai gagal
maka peneliti merumuskan masalah nafas progresif, terjadi hipoksemia
penelitian yaitu: “Seberapa besar progresif yang dapat menyebabkan
perbandingan efektivitas posisi prone kematian.
3

3) Aspirasi mekonium, aspirasi mekoniuim Ciri utama dari ARDS adalah peningkatan
terjadi jika janin menghirup mekonium permeabilitas membran kapiler alveolus yang
yang tercampur dengan cairan ketuban, menyebabkan edema pulmonal. Paru-paru
baik ketika bayi masih berada di dalam menjadi kaku, difusi gas mengalami
rahim maupun sesaat setelah dilahirkan. gangguan, dan akhirnya mengalami
4) Pneumonia yang dapat disebabkan oleh pembengkakan mukosa bronkhiolar dan
bakteri , virus, aspirasi apabila ada suatu ateletaksis kongestif. Sekresi surfaktan
benda asing masuk ke dalam paru paru. berkurang, dan ateletaksis serta alveoli berisi
5) Infeksi, adanya kerentanan terhadap cairan menjadi media yang sangat baik untuk
infeksi. Infeksi bisa terjadi oleh bakteri, pertumbuhan bakteri yang menyebabkan
virus, jamur. terjadinya infeksi dan sepsis berujung pada
6) Sepsis, suatu keadaan di mana tubuh tingginya angka kematian (Wong, 2009).
bereaksi hebat terhadap bakteria atau
mikroorganisme lain. Sepsis merupakan Menurut Marni (2014), bahwa gejala klinis
suatu keadaan yang mesti ditangani pada kasus ARDS adalah:
dengan baik yang berhubungan dengan 1) Takipneu, pernapasan abnormal cepat
adanya infeksi oleh bakteri. Bila tidak dan dangkal, biasanya didefinisikan
segera diatasi, dapat menyebabkan lebih dari 60 kali permenit.
kematian. 2) Takikardia, kondisi di mana detak
7) Syok atau renjatan, keadaan kesehatan jantung seseorang di atas normal dalam
yang mengancam jiwa ditandai dengan kondisi beristirahat sebagai upaya
ketidakmampuan tubuh untuk memperbaiki ventilasi.
menyediakan oksigen untuk mencukupi 3) Dispnea (Kesulitan bernafas), istilah
kebutuhan jaringan. lain untuk kondisi sesak. Pada bayi
8) DIC (Disseminated Intravaskular sehat, pernapasan adalah aktivitas
Coagulation), gangguan serius yang refleks, artinya pernapasan adalah
terjadi pada mekanisme pembekuan aktivitas tidak sadar. Tidak diperlukan
darah pada tubuh. Normalnya tubuh perintah khusus dari otak untuk
membentuk bekuan darah sebagai reaksi melakukan aktivitas bernapas.
tubuh. 4) Napas cuping hidung. Nafas cuping
9) Transfusi darah yang banyak hidung adalah bernafas dari jaringan
Acute Respiratory Distress syndrome lunak hidung yang membatasi kembang
(ARDS) atau gagal napas dapat kempis , sebagai upaya memenuhi
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: kebutuhan oksigenasi.
1) Gagal napas hipoksemia 5) Merintih (grunting ekspiratoar)
6) Penggunaan otot bantu napas
PaO2 <60 mmHg pada bayi yang 7) Diaforesis, keringat, terutama keringat
sebelumnya sehat tanpa paru berlebihan.
intrakardium. Sering disebabkan oleh 8) Sianosis, terutama bagian sebtral (lidah
ketidaksesuaian antara ventilasi dan kebiruan pada suhu ruangan), dan juga
perfusi (perfusi paru yang tidak dapat bagian perifer.
memadai) dan adanya pirau (darah yang 9) Perubahan status mental, berupa
tidak teroksigenasi memintas ventilasi penurunan tingkat kesadaran sampai
alveolus). dengan koma dan status mental menjadi
hiperaktif atau delirium. Kedua keadaan
2) Gagal napas hiberkarbia tersebut mencerminkan disfungsi
susunan saraf pusat yang disebabkan
PaCO2 >50 mmHg pada bayi yang oleh problem primer di susunan saraf
sebelumnya sehat. Terjadi akibat ventilasi pusat dan sekunder akibat keadaan-
alveolus yang tidak memadai sekunder keadaan medis lain.
karena ventilasi semenit yang rendah (volume 10) Peningkatan kedalaman napas atau
tidal x frekuendi pernapasan) atau ventilasi sebaliknya penurunan frekuensi
ruang mati meningkat (ventilasi di area yang pernapasan.
tidak mendapat perfusi). (Marcdante, 2014). Gangguan thermoregulasi, proses yang
melibatkan mekanisme homeostatik tidak
4

dapat mempertahankan suhu tubuh dalam Hal serupa diuangkapkan oleh Marni
kisaran normal. Penatalaksanaan ARDS (2014), mengenai penatalaksanaan pada
melibatkan berbagai tindakan, seperti kasus ARDS diantaranya:
pencegahan infeksi, mempertahankan tekanan 1) Intubasi dan ventilasi mekanis jika
vascular dan curah jantung, nutrisi yang kenaikan saturasi oksigen tidak
adekuat, tindakan untuk memberikan memadai, penelitian terkait dilakukan
kenyamanan, pemberian posisi untuk oleh Hartini (2014), didapatkan angka
memperbaiki kapasitas residu fungsional, dan mortalitas yang tinggi selama perawatan
dukungan psikologik. Terapi definitif 75,3%. Faktor-faktor yang
diarahkan untuk memperbaiki oksigenasi. mempengaruhi mortalitas adalah tidak
Penggunaan intubasi endotrakeal dan tekanan segera menggunakan ventilator 48 jam
ekspirasi akhir positif (PEEP) mungkin sejak terdiagnosis ARDS.
diperlukan untuk memastikan pemberian 2) Ventilasi noninvasif dengan pemberian
oksigen yang maksimal. Asuhan keperawatan continous positive airway pressure
pada ARDS melibatkan pemantauan yang (CPAP), sesuai dengan penelitian
cermat terhadap curah jantung, frekuensi Susanto (2012), bahwa ARDS
jantung, perfusi, pengisian kapiler, dan merupakan salah satu penyakit paru akut
haluaran urine, serta pengkajian status yang memerlukan perawatan di
pernapasan. Analisis gas darah dan oksimetri Neonatus Intensive Care Unit (NICU)
nadi merupakan alat evaluasi yang penting dan penggunaan ventilasi mekanik.
(Wong, 2009). 3) Memastikan volume cairan yang
Menurut Marcdante (2014), tatalaksana adequat
pasien Acute Respiratory Distress Syndrome 4) Memberikan dukungan nutrisi yang
(ARDS) sesuai dengan tahapan ABC, adekuat
meliputi: 5) Pemberian fisiotherapi dada
1) Menilai keutuhan/kebersihan jalan 6) Monitor saturasi aksigen, HR, dan RR
napas (air way) dengan monitor atau oksimetri
2) Penilain fungsi pernapasan (Breathing): Fungsi sistem jantung ialah
Respiratory rate, termasuk auskultasi mengantarkan oksigen, nutrien
dan pulse oximetry dan substansi lain ke jaringan
3) Status sirkulasi (Circulation) dinilai dan membuang sisa metabolisme
dengan palpasi nadi sentral maupun selular melalui pompa jantung,
perifer sistem vaskuler dan berintegrasi
4) Therapi supportitf seperti: Ventilasi dengan sistem lainnya, seperti
kantong-sungkup, Therapi oksigen yang sistem pernapasan, pencernaan
tepat dan ginjal (Perry&Potter, 2010)
5) Memberikan surfaktan melalui selang
endotrakheal (ET).

N Umur Istir Istirahat Akt


o ahat ivit
as
(Terj (Ti (De
aga) du ma
r) m)
1 Bayi baru 100-180 80-160 >220
. lahir
2 1 minggu– 3 100-220 80-200 >220
. bulan
3 3 bulan– 2 80-150 70-120 >200
. tahun
4 2 tahun– 10 80-120 60-90 >200
. tahun
5 10 tahun– 55-90 50-90 >200
. dewasa
5

Sumber: Hockenberry &Wilson, 2009.


Sebagian besar sel dalam tubuh organ paru, syaraf dan otot pernapasan
memperoleh energi dari reaksi kimia harus utuh dan sistem syaraf pusat
yang melibatkan oksigen dan mampu mengatur siklus pernapasan.
pembuangan karbondioksida. Pernapasan dapat berubah karena
Pertukaran gas pernapasan terjadi kondisi atau penyakit yang mengubah
antara udara di lingkungan dan darah. struktur dan fungsi paru. Otot-otot
Terdapat tiga langkah dalam proses pernapasan, ruang pleura dan alveoli
oksigenasi, yaituventilasi, perfusi dan sangat penting untuk ventilasi, perfusi
difusi (Perry&Potter, 2010). Agar dan difusi.
pertukaran gas dapat terjadi maka
No Usia Frekuensi napas
Respiratory Rate (RR)
1 Bayi baru lahir 35
2 1-11 bulan 30
3 2 tahun 25
4 4 tahun 23
5 6 tahun 21
6 8 tahun 20
7 10 tahun 19
8 12 tahun 19
9 14 tahun 18
10 16 tahun 17
11 18 tahun 16-18
Sumber: Hockenberry & Wilson, 2009.
Oksimetri memberikan beberapa manfaat Oleh karena itu, sensor harus ditutup
diantaranya tidak membutuhkan untuk menghambat cahaya tersebut.
pemanasan kulit sehingga mengurangi Keadaan yang dapat mempengaruhi
resiko luka bakar, meniadakan periode sensor cahaya oksimetri adalah zat
keterlambatan untuk ekuilibrasitransduser kontras, cat kuku berwarna hijau, ungu
dan pengukuran tetap akurat tanpa atau hitam, kuku sintetis tembus cahaya
memperhatikan usia atau karakteristik dan tinta yang digunakan untuk cap kaki
kulit pasien atau ada tidaknya penyakit juga dapat menyebabkan ketidakakuratan
paru. Pemasangan sensor yang tepat pengukuran SaO2 Pewarna tersebut harus
sangat penting untuk pengukuran SaO2, dihilangkan sebelum pemasangan
karena sensor harus dapat oksimetri dan hindari pemasangan sensor
mengidentifikasi setiap denyut untuk pada kuku porselen. Namun warna dan
menghitung SaO2, karena pergeseran ketebalan kulit, serta edema tidak
sedikit saja dapat mempengaruhi hal mempengaruhi pembacaan (Perry&Potter,
tersebut. Telah ada alat untuk 2010).
mensinkronisasi pembacaan SaO2 dengan Posisi prone yaitu posisi bayi ketika lahir
denyut jantung, sehingga mengurangi lutut fleksi di bawah abdomen dan posisi
pengaruh akibat gerakan. Sensor tidak badan telungkup (Wong, 2009). Posisi
dipasang pada ekstremitas yang prone yang lain yaitu pasien diposisikan
digunakan untuk memantau tekanan darah pada bagian perut, tulang belakang lurus,
atau yang memakai kateter arteri menetap, kaki merentang, lengan ditekuk dan
karena aliran nadi dan pulsasinya dapat diletakkan di sisi kepala (Hegner &
terganggu sehingga dapat berpengaruh Cadwel, 2003).
terhadap hasil pengukuran.
Prone yang lainnya adalah posisi
Cahaya yang keluar dari lampu dan telungkup dimana lutut bayi ditekuk
fototerapi, serta panas dan cahaya hingga ke dada, meletakkan lengan
berintensitas tinggi dari penghangat menutupi bagian lateral tubuh dan
radian, dapat mempengaruhi menempatkan bantalan di bawah tulang
pembacaan terhadap saturasi oksigen. pinggul bayi (Mahimesh, 2004).
6

Posisi ini memiliki beberapa 2. Variabel terikat (Dependent


tujuan diantaranya variable)
Kerangka konsep merupakan Variabel ini merupakan variabel
justifikasi ilmiah terhadap penelitian akibat, yaitu variabel yang
yang dilakukan dan memberikan dijelaskan atau yang dipengaruhi
landasan terhadap topik yang dipilih oleh variabel independent
dalam penelitian (Hidayat, 2008). (Sastroasmoro, 2010).
Penelitian ini melihat perbandingan Variabel terikat (Dependent) pada
efektivitas posisi prone dan lateral penelitian ini adalah status
terhadap perubahan status oksigenasi oksigenasi (HR, RR, SaO2).
(HR, RR, SaO2). Variabel-variabel
dalam penelitian ini adalah sebagai 3. Variabel perancu (Counfounding
berikut: variable)
1. Variabel bebas (Independent Variabel perancu (Counfounding
variable) variable) adalah jenis variabel yang
Variabel ini disebut juga variabel berhubungan dengan variabel
sebab, yaitu variabel yang dependent dan variabel independent,
mempengaruhi yang menjadi sebab tetapi bukan merupakan variabael
perubahan atau timbulnya varaiabel antara (Sastroasmoro, 2010).
dependent (Sastroasmoro, 2010). Variabel perancu dalam penelitian
Variabel bebas (Independent) pada ini adalah usia gestasi, Hb dan suhu
penelitian ini adalah posisi yang tubuh.
terdiri dari intervensi prone dan
lateral. Intervensi ini dilakukan
selama 20 menit dan diberikan
selama 3 hari (shift pagi, siang, dan
malam).

Hasi
Skal
Definisi Alat Cara l
Variabel a
Operasional ukur ukur uku
ukur
r
Variabel independent (Bebas)
1. Posisi Posisi bayi lutut Lem Obser Posi Nom
prone fleksi di bawah bar vasi si inal
abdomen dan obs pron
posisi badan erva e
telungkup kepala si
dimiringkan, (Ch
selama 20 menit eck
minimal 3 hari list)
pada tiap shift
(Oozyrex, 2012).
2. Posisi Posisi klien Lem Obser Posi Nom
Latreral berbaring pada bar vasi si inal
salah sa obs later
tu sisi bagian erva al
tubuh dengan si
kepala menoleh (Ch
ke samping, eck
selama 20 menit list)
minimal 3 hari
pada tiap shift
(Oozyrex, 2012).
7

Variabel dependent (Terikat)


3. HR Rata-rata Lemb Oberv …… Ratio
(Heart denyut jantung ar asi ……
rate) atau nadi yang observ jumla kali/
dihitung dalam asi h HR meni
1 menit dan denga t
Finge n
rtrip mengg
Pulse unaka
Oxime n
ter pulse
/jam oxime
tangan ter/
. jam
tangan

4. RR Rata-rata jumlah Lem Obser ……. Ratio


(Respirator pernapasan yang bar vasi ….
y rate) dihitung dalam 1 obse jumla kali/m
menit, melalui rvasi h RR nit
pernapasan dan denga
diafragmatik. Fing n
ertri meng
p gu
Puls nakan
e jam
Oxi tanga
mete n
r/
jam
tang
an.

5. SaO2 Hasil Lemb Obe …… Ratio


(Saturasi pengukuran ar rvasi .. %
oksigen) oksigen yang observ satur
tersaturasi oleh asi asi
Hb atau hasil dan oksi
pengukuran Finge gen
terhadap oksigen rtrip deng
jaringan perifer Pulse an
Oxime men
ter ggu
naka
n
puls
e
oxi
mete
r
Variabel counfounding (Perancu)
6. Usia Lamanya Lem wawa Dala Ratio
gestasi kehamilan bar ncara m
sampai bayi kuisi ming
dilahirkan dalam oner gu
8

satuan minggu

7. Hb Jumlah Lem Observ ….G Ratio


(hemoglobin kandungan bar asi ram
) Hb dalam obser hasil %
darah vasi labrato
rium

8. Suhu tubuh Hasil Le Obser ….° Ratio


pengukur mba vasi C
an r
terhadap obs
panas erva
yang si
dihasilka dan
n oleh Ter
tubuh mo
met
er
Desain penelitian merupakan Populasi dalam penelitian ini adalah
keseluruhan rencana penelitian semua pasien dengan ARDS yang
untuk mendapatkan jawaban dari dirawat di ruang NICU RSUD
pertanyaan penelitian atau menguji Gunung Jati Kota Cirebon.
hipotesis penelitian. Penelitian ini Sampel adalah bagian dari jumlah
merupakan penelitian kuantitatif, dan karakteristik yang dimiliki oleh
jenis penelitian yang digunakan populasi dimana peneliti langsung
adalah penelitian analitik, mengumpulkan data atau melakukan
menggunakan desain penelitian pengamatan/pengukuran pada unit
kuasi experimental yaitu dengan tersebut (Hidayat, 2008).
metode experiment, dengan
rancangan pre tets - post test non Tekhnik pengambilan sampel dalam
equivalent control group design penelitian ini adalah simple random
yang merupakan bentuk sampling (acak sederhana).
pengembangan rancangan Besar sampel masing-masing
eksperimental sederhana dengan bejumlah 14 responden, jika tingkat
melakukan pengukuran sebelum dan kesalahan 10% maka jumlah sampel
sesudah dilakukan perlakuan yang diambil yaitu antara 15
(Sugiono, 2011). responden pada masing-masing
1. variabel. Pada penelitian ini sampel
yang diambil pada tiap kelompok
2. Penelitian ini terdiri dari 2 intervensi berjumlah 15 orang (15 posisi prone
yaitu posisi prone dan posisi lateral. , 15 posisi lateral, 15 usia gestasi, 15
Pada kelompok intervensi posisi Haemoglobin, dan 15 suhu tubuh)
prone diberikan intervensi berupa total 75 responden agar
posisi prone disertai pengobatan perbandingan menjadi
standar yang diberikan oleh rumah 1:1 pada kelompok intervensi prone
sakit demikian pula dengan dan lateral, maka total sampel yang
kelompok intervensi posisi lateral. diambil dalam penelitian ini
berjumlah 76 sampel. Menurut
Populasi adalah wilayah generalisasi Sugiyono (2011) jumlah sampel
yang terdiri atas obyek / subyek yang digunakan dalam penelitian
yang mempunyai kualitas dan eksperimen yang menggunakan
karakteristik tertentu yang kelompok intervensi dan kelompok
ditetapkan oleh peneliti untuk kontrol berjumlah antara 10-20
dipelajari dan kemudian ditarik responden. Maka jumlah sampel
kesimpulannya (Nursalam, 2008).
9

pada penelitian ini sudah memenuhi


syarat dalam penentuan besaran
sampel penelitian eksperimen. Tabel 5.1 Karakteristik Usia gestasi, Hb dan Suhu
tubuh pada bayi ARDS
di ruang NICU RSUD Gunung Jati Cirebon.

Variabel Kelompok
Posisi Prone Posisi Lateral
Usia Getasi (Minggu)
Mean 34,63 34,52
Median 36 36
SD Deviasi 2,99 2,91
Min-Max 28-38 28-38
HB
Mean 13,14 13,07
Median 13,2 13,10
SD Deviasi 1,17 1,37
Min-Max 10,40-15,50 10,50-15,70
Suhu
Mean 37,16 37,12
Median 37,2 37,02
SD Deviasi 0,62 0,48
Min-Max 36,10-39 36,40-38,20
Berdasarkan tabel 5.1 diatas pada kelompok intervensi posisi
diketahui bahwa karakteristik bayi lateral: 13.07 mg/dl. Suhu tubuh
dengan ARDS di ruang NICU bayi pada kelompok intervensi posisi
RSUD Gunung Jati Cirebon prone rata-rata 37.16 oC, sedangkan
berdasarkan usia getasi (minggu) pada kelompok intervensi posisi
pada kelompok intervensi posisi lateral adalah 37.12 oC.
prone rata-rata berusia 34,63
minggu, sedangkan pada kelompok 1. Analisa perbedaan rata-rata
intervensi posisi lateral berusia status oksigenasi (HR, RR, SPO2)
34,52 minggu. Nilai Hb pada sebelum dan sesudah intervensi
kelompok intervensi posisi prone prone
rata-rata 13.14 mg/dl, sedangkan
Tabel 5.7
Perbedaan Rata-Rata Status Oksigenasi (HR, RR, SPO2)
Sebelum dan Sesudah Kelompok Prone
Status Perla Rata-rata
95% P
Oksigenas kuan Mean Kenaikan
CI value
i
HR Sebel 141,34 8,23
um (5,82%) 6,47- 0,000
Sesud 149,57 9,98
ah
RR Sebel 36,13 2,03
um (9,61%) 1,73- 0.000
Sesud 25,15 2,32
ah
SPO2 Sebel 94,65 1,52
um (1.61%) 1,25- 0.000
Sesud 96,17 1,79
ah
Berdasarkan tabel 5.7 di atas,
terdapat kenaikan rata-rata HR
10

Nilai SPO2 terdapat kenaikan rata-


rata sebesar 1.52% (1.61%). Hasil
uji T Dependen diperoleh P value
(0.000) <

(0,05), arit nya ada


per be daaa nR Rse belumdanse suda h
inter ve nsi posisi pr one.

sebesar 8,23 x/mnt (5,82%) sebelum


dan sesudah intervensi posisi prone .
Hasil uji T Dependen diperoleh P
value (0.000) <
11

(0,05), artinya
antara usia gestasi dengan SPO2
mempunyai hubungan dengan
ber pola( +), de nga nkekuat a nse da ng
dimana ada dalam rentang 0.300 s.d
0.599.
Analisis nil ai Hb dengan status
oksigenasi yaitu HR, Pvalue <

dengan status oksigenasi (HR,RR, SPO2)


Varia HR RR SPO2
bel Pval r Pval r Pval r
ue ue ue
Usia 0,0 - 0,0 - 0,0 0,3
00 0,3 00 0,4 02 42
95 67
Hb 0,0 0,4 0,0 0,4 0,0 0,4
00 25 01 67 00 31
Suhu 0,0 0,3 0,0 0,4 0,0 0,3
00 95 03 67 02 42

Berdasarkan tabel 5.9 di atas


diketahui hasil analisis usia gestasi
dengan HR dan R nilai Pvalue <
12

Posisi prone/lateral 0.000 0.000 0.000


Berdasarkan tabel 5.10 di atas secara simultan untuk menguji
diketahui bahwa dari 4 variabel apakah terdapat perbedaan perlakuan
hanya 3 variabel yang masuk dalam terhadap sekelompok variabel
kandidat analisis multivariat (Pvalue < dependen.
0.25) yaitu variabel usia gestasi, Hb Dalam analisis menggunakan
dan posisi prone/lateral, untuk MANCOVA ada beberapa asumsi-
selanjutnya analisa secara asumsi yang dipersyaratkan yang
multivariat menggunakan General harus terpenuhi. Adapun hasil uji
Linier Model (GLM) dengan uji asumsi tersebut adalah sebagai
statistic Multivariate Analysis of berikut :
Covariance (MANCOVA) karena Tabel 5.11
ada 3 variabel dependen yang diukur Hasil Uji Asumsi dalam MANCOVA
Uji Asumsi Indikator Nilai Keterangan
Normalitas Uji shapiro Pvalue > 0.05 Asumsi
wilk Pvalue > terpenuhi
0.05
Homogenitas Uji persamaan Pvalue > 0.05 Asumsi
matriks varians varian : terpenuhi
kovarian Levene's Test
of Equality of
Error Variances
Pvalue > 0.05 Uji
persamaan
kovarian :
Box's Test of
Equality of
Covariance
Matrices
Pvalue
> 0.05
Ada hubungan Wilks’ Lambda Pvalue=0.000 Asumsi
linear antara Pvalue < 0.05 < 0.05 terpenuhi
variabel dependen
dengan variabel
counfounding
Perlakuan memiliki Intercept Pvalue=0.000 Asumsi
kesamaan memiliki < 0.05 terpenuhi
kemiringan Wilks’ Lambda
(Homogeneity of Pvalue < 0.05
Regression Slopes)
Berdasarkan tabel 5.11 di atas counfounding, Pvalue=0.000 < 0.05,
asumsi uji MANCOVA untuk uji asumsi diterima. Uji kesamaan
normalitas Pvalue > 0.05, artinya kemiringan (Homogeneity of
asumsi terpenuhi. Uji homogenitas, Regression Slopes), Pvalue=0.000 <
Pvalue > 0.05, artinya asumsi 0.05, artinya asumsi diterima.
terpenuhi. Uji linear antara variabel Selanjutnya akan disajikan hasil
dependen dengan variabel analisis MANCOVA.
Tabel 5.12
Hasil Analisis Multivariat
Effect Dependen F Pvalue
Variabel
Intercept HR 45.473 .000
RR 100.617 .000
SPO2 6708.304 .000
Intervensi HR 10.068 .002
13

RR 7.689 .007
SPO2 11.588 .001
Usia HR 6.527 .013
gestasi RR 12.817 .001
SPO2 3.711 .050
Hb HR 8.847 .004
RR 4.558 .036
SPO2 10.576 .002

Berdasarkan tabel 5.12 di atas, Pvalue < Galiatsoe E,Kostanti E, Svarna E, et al.
0.05, maka dapat disimpulkan: Prone position augments
1. Intervensi posisi Prone dan lateral recruitment and prevents alveolar
secara bermakna mempengaruhi nilai overinflation in acute lung injury.
HR, RR dan SPO2 setelah dikontrol Am J Respir Crit Care Med 2006:
variable confounding (usia getasi dan 174:187-97.
Hb) dengan nilai Pvalue < 0.05. Gattinoni L, Taccone P, Carlesso E, et al.
2. Usia gestasi secara bermakna Prone position in acute respiratory
mempengaruhi nilai HR, RR dan SPO2 distress syndrome: Rationale,
setelah dikontrol variable intervensi indications, and limits; Am J Respir
posisi prone dan lateral serta Hb, Crit Care Med 2013:Vol 188: Iss
dengan nilai Pvalue < 0.05. 11: pp 1286-1293.
3. HB secara bermakna mempengaruhi Gattinoni L, Tognoni G, Pesenti A, et al.
HR, RR dan SPO2 setelah dikontrol Effect of prone positioning on the
variable intervensi posisi prone dan survival of patients with acute
lateral serta usia gestasi dengan nilai respiratory failure. N Eng J Med
Pvalue < 0.05. 2001;345:568-73.
Guerin C, Reigner J, Richard JC, et al.
Daftar Pustaka Prone positioning in severe acute
respiratory distress syndrome. N
Albert RK, Hubmayr RD. The prone Eng J Med 2013;368:2159-68.
position eliminates compression of Hartini K, dkk (2014) Faktor-faktor yang
the lungs by the heart. Am J Respir mempengaruhi mortalitas pasien
Crit Care Med 2000: 161:1660-5. ARDS di RSCM Jakarta. Ina J
Alligood, M.R., & Tomey, A.M. (2010). Chest Crit and Emerg Med. Vol. 1,
Nursing theories and their work, 7th No. 1.
edition. St. Louis: Mosby. Idemmiaty,(2011). Efektifitas Posisi Pronasi
Anggrek. K. Runtunuwu. A.L. Wahani. A. Terhadap Saturasi Oksigen,
Margaretha. L. Faktor Resiko Frekuensi Nadi dan Frekuensi
Kejadian Distress Pernapasan pada Nafas Pada Bayi Yang
Anak dengan Pneumonia. Sari Menggunakan Ventilator Di Ruang
Pediatri 2008. Vol. 9. No. 6: 391- NICU RSUP. Dr. M. Djamil Padang
397. Tahun 2011. Thesis. Fakultas
Bhat YR, Hannam S, et al. Effect of prone Keperawatan. Padang : Universitas
and supine position on sleep, Andalas.
apneas, and asausalnin pratem Jacquelyn L. Banasik, Roberta J (2009)
infants. Paediatrics 2006;118:101. Effect of lateral positions on tissue
Betz L.C, Sowden A.L (2009). Keperawatan oxygenation in the critically ill. The
Paediatrik. Edisi 5. EGC: Jakarta.
14

American of Cardiology, July- Susanto (2012). Penggunaan Ventilasi


August 2009, Vol 30, Issue 4, 269- Mekanis Invasif Pada Acute
276. Respiratory Distress Syndrome
Kusumaningrum, Arie (2010) Faktor yang (ARDS). J Respir Indo;Vol. 32.
mempengaruhi nilai SpO2 pasca
pronasi pada bayi yang memakai Smeltzer, S., C., & Bare, G (2008). Brunner
ventilator. Jurnal Kedokteran dan & Suddarth’s Textbook of medical
Kesehatan, 42 (02). pp. 2887-2892. surgical nursing.
ISSN 0-853-1773 Philadelpia:Lippincott.
Marcdante JK, Kliegman MR, et al (2014). Tamad. N., Supriyanto. Rosanti. I.R. 2011.
Nelson: Ilmu Kesehatan Anak Hubungan Berat Badan Lahir
Esensial. Edisi 6. Saunders Elsevier Rendah dengan Kejadian Sindrom
Inc: Singapore. Distress Pernapasan pada Bayi di
Marni (2014). Asuhan Keperawatan Pada RSUD. Prof. Margono Soekarjo.
Anak Sakit Dengan Gangguan Mandala of Health. Vol. 5. Nomor
Pernapasan. Jilid I: Gosyen 2. Universitas Jenderal Soedirman.
Publishing: Yogyakarta Purwokerto.
Naviati & Waluyanti. Penerapan konservasi Taccone P, Pesenti A, Latini R, et al. Prone
energy dalam memenuhi kebutuhan positioning in patients with
cairan anak post operasi di ruang moderate and severe acute
PICU RSUPN Dr Cipto respiratory distress syndrome:a
Mangunkusumo. Jurnal randomized controlled trial. JAMA
Keperawatan Anak. Volume 1, No. 2009;302:1977-84.
02, November 2013; 57-6 Wong Donna L, Hockenberry M, et al
Ozyurex. S, A. Genc, Koca (2012) dalam (2009). Buku ajar keperawatan
penelitiannya yang berjudul pediatric. Vol. 1, Ed. 6. EGC:
Respiratory hemodinamic responses Jakarta.
to mobilization of critically ill Wong Donna L, Hockenberry M, et al
patient. Cardiopulmonal Physical (2009). Buku ajar keperawatan
Therapy Journal, Volume 23, Issue pediatric. Vol. 2, Ed. 6. EGC:
1, March 2012. Jakarta.
RSUD Gunung Jati Cirebon (2015). Profil World Health Statistics 2011. Whorld Health
RSUD Gunung Jati Cirebon, belum Organization. Available at
dipublikasikan.

Anda mungkin juga menyukai