Uts Ipa SMTR 5 Delicia
Uts Ipa SMTR 5 Delicia
TAHUN 2020/2021
Senin, 26 Oktober 2020
Nama : Delicia
NIM : ADA 118 031
Nomor Absen :5
Rombel : C 2018
Mata Kuliah : Pembelajaran IPA di SD
Dosen : Dr. Hj. Sri Endang Mugi Rahayu, M.Pd
SOAL UTS
2. Belajar bukanlah istilah baru, hampir setiap saat kita menggunakan istilah belajar, namun
apa itu belajar coba saudara jelaskan belajar menurut pandangan teori kognitif dan
apakah teori ini masih relevan dengan kondisi saat (abad 21) ?
3. Seorang guru/calon guru pada saat mengajar dituntut untuk membuat perangkat
pembelajaran seperti RPP, bahan/materi pembelajaran, menggunakan media, membuat
LKS dan menyusun evaluasi pembelajaran. Untuk itu guru/calon guru harus menguasai
teori-teori pembelajaran yang terkait dengan pembelajaran yang disampaikan.
a. Coba saudara jelaskan teori belajar menurut aliran behavioristik dan tokohnya.
b. Aliran kognitif beserta tokohnya.
c. Aliran humanistik beserta tokohnya.
d. Aliran sibernetik beserta tokohnya.
4. Pilih salah satu dari aliran teori belajar pada soal nomor 3, jelaskan apa keunggulan dan
kelemahan dari teori tersebut. Kemudian buatlah contoh penerapan teori belajar tersebut
untuk siswa sekolah dasar untuk materi pembelajaran IPA.
JAWABAN
1. Menurut Ketua Divisi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Richardus Eko Indrajit
mengatakan, guru harus mulai dibiasakan untuk merasakan pembelajaran digital yang
terus berkembang. Sebab, penggunaan teknologi dalam pembelajaran berguna untuk
memfasilitasi pembelajaran yang berkualitas. Buku bisa digantikan dengan teknologi.
Konten pembelajaran sudah tersedia di internet. Namun, tetap ada peran guru yang tidak
bisa digantikan. Di sinilah kita harus memperkuat guru sebagai fasilitator yang membantu
siswa untuk dapat memanfaatkan sumber belajar yang beragam. Oleh karena itu
karakteristik guru dalam abad 21 antara lain :
Eko Indrajit mengatakan, pada era sekarang, siswa sudah banyak mengetahui
pembelajaran lewat internet terlebih dahulu, baru sekolah. Jangan sampai guru gagap
menghadapi kondisi siswa yang lebih banyak tahu konten pembelajaran yang didapat dari
internet. Oleh karena itu kemampuan guru sebagai fasilitator harus diperkuat.
Guru dapat mengarahkan pembelajaran lebih banyak pada diskusi, memecahkan masalah,
hingga melakukan proyek yang merangsang siswa berpikir kritis. Kemampuan guru
dalam posisi sebagai fasilitator ini berarti harus mengubah cara berpikir bahwa guru
adalah pusat (teacher center) menjadi siswa adalah pusat (student center) sebagaimana
dituntut dalam kurikulum 2013.
Ini berarti guru perlu memposisikan diri sebagai mitra belajar bagi siswa, sehingga guru
bukan serba tahu karena sumber belajar dalam era digital sudah banyak dan tersebar,
serta mudah diakses oleh siswa melalui jaringan internet yang terkoneksi pada gawai. Ini
memang tidak mudah, karena berkait dengan transformasi kultural baik yang masih
berkembang dalam guru maupun siswa itu sendiri, dan bahkan masyarakat.
b. Salah satu prasyarat paling penting agar guru mampu mentrasformasikan diri
dalam era pedagogi siber atau era digital, adalah tingginya minat baca.
Selama ini berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa minat baca di kalangan guru di
Indonesia masih rendah, dan bahkan kurang memiliki motivasi membeli atau mengoleksi
buku. Tingkat kepemilikan buku di kalangan guru di Indonesia masih rendah. Bahkan
sering terdengar pemeo bahwa penambahan penghasilan melalui program sertifikasi guru,
tidak untuk meningkatkan profesionalisme guru, tetapi hanya untuk gaya hidup
konsumtif. Sudah sering terdengar bahwa, tambahan penghasilan gaji guru melalui
program sertifikasi bukan untuk membeli buku, tetapi untuk kredit mobil.
Karakteristik seperti itu, adalah tidak cocok bagi pengembangan profesionalisme guru
pada abad 21. Oleh karena itu, guru harus terus meningkatkan minat baca dengan
menambah koleksi buku. Setiap kali terdapat masalah pembelajaran, maka guru perlu
menambah pengetahuan melalui bacaan buku, baik cetak maupun digital yang bisa
diakses melalui internet.
Tanpa minat baca tinggi, maka guru pada era pedagogi siber sekarang ini akan
ketinggalan dengan pengetahuan siswanya, sehingga akan menurunkan kredibilitas atau
kewibawaan guru. Hilangnya kewibawaan guru akan berdampak serius bukan saja pada
menurunya kualitas pembelajaran, tetapi juga bagi kemajuan sebuah bangsa.
c. Guru pada abad 21 harus memiliki kemampuan untuk menulis.
Mempunyai minat baca tinggi saja belum cukup bagi guru, tetapi harus memiliki
keterampilan untuk menulis. Guru juga dituntut untuk bisa menuangkan gagasan-gagasan
inovatifnya dalam bentuk buku atau karya ilmiah. Tanpa kemampuan menulis guru akan
kesulitan dalam upaya meningkatkan kredibilitasnya di hadapan murid. Guru yang
memiliki kompetensi dalam menulis gagasan, atau menulis buku dan karya almiah, maka
akan semakin disegani oleh siswanya.
Sebaliknya, jika guru tidak pernah menulis, maka akan semakin dilecehkan oleh siswa.
Oleh karena itu, jika sudah memiliki kemampuan untuk menulis gagasan, maka ketika
terlibat dalam era digital bukan saja sebagai konsumen pengetahuan, tetapi juga produsen
pengetahuan. Dengan kata lain, guru dalam era informasi sekarang ini, ketika terlibat
dalam internet, bukan sekadar mengunduh, tetapi juga mengunggah karya-karya tulisnya
yang bisa memberikan sumbangan pemikiran bagi upaya peningkatan kualitas
pembelajaran.
d. Guru abad 21 harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode belajar
atau mencari pemecahan masalah-masalah belajar, sehingga meningkatkan
kualitas pembelajaran berbasis TIK.
Penguasaan terhadap e-learning bagi seorang guru abad 21 adalah sebuah keniscayaan
atau keharusan, jika ingin tetap dianggap berwibawa di hadapan murid. Guru yang
kehilangan kewibawaan di mata siswa adalah sebuah bencana, bukan saja bagi guru itu
sendiri tetapi bagi sebuah bangsa karena kunci kemajuan bangsa adalah guru. Oleh
karena itu kompetensi mengajar berbasis TIK adalah mutlak bagi guru pada abad 21.
Jadi seorang guru harus mampu menerapkan model pembelajaran misalnya yang
menggunakan pola hibrida (hybrid learning), karena proses pembelajaran dalam abad 21
tidak hanya secara konvensional dengan tatap muka di kelas, tetapi juga secara online
melalui situs pembelajarannya.
Jadi pembelajaran hibrida adalah sebuah pola pembelajaran yang mengombinasikan
pertemuan tatap muka dengan pembelajaran berbasis online, teknologi hadir dalam
proses belajar. Tujuan utamanya untuk keperluan memperluas kesempatan belajar,
meningkatkan kualitas proses belajar, menumbuhkan kesempatan yang sama antarpeserta
didik, dan berbagai kemungkinan lainnya.
Melalui pola pembelajaran hibrida yang memanfaatkan perangkat komputer atau pun
smartphone yang terkoneksi pada jaringan internet memberikan peluang seluas-luasnya
bagi guru dan siswa untuk melakukan aktivitas belajar sambil melakukan aktivitas lain,
termasuk rekreatif secara bersama-sama.
Atau inilah yang disebut pembelajaran multitasking. Kehadiran e-learning guru abad 21
juga dituntut untuk kreatif dan inonvatif dalam memanfaatkan media baru (new media)
untuk pembelajaran berbasis web. Oleh karena itu guru perlu mempunyai kompetensi
untuk menerapkan mutltimedia.
Demikian pula dengan gamifiication atau pembelajaran berbasis pada permainan yang
sekarang semakin diminati oleh siswa, adalah peluang yang perlu dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Berbagai bidang studi yang selama ini dirasa sulit
oleh siswa, seperti matematika, fisika, dan kimia misalnya, terbukti dapat menjadi
pembelajaran yang menyenangkan melalui kreasi pembelajaran berbasis permainan.
Karena itu transformasi mengandaikan terjadi proses pergantian dan perubahan dari
sesuai yang dianggap lama menjadi sesuatu yang baru. Atau paling tidak mengalami
penyesuaian terhadap kehadiran yang baru.
Jika dipandang dari perspektif kritis, konsep transformasi seperti itu segera akan
mengundang kecurigaan bahwa konsep transformasi mau tidak mau akan berbau
positivistik. Ketika asumsi linearistik yang menjadi karakter utama positivistik, pastilah
mengandaikan bahwa yang lama akan dipandang sebagai sesuatu yang tertinggal, atau
paling tidak sedikit muatan kemajuannya.
SUMBER JAWABAN
Alasan saya mengambil jawaban ini karena menurut saya sesuai dengan soal yang
diajukan yaitu tentang karakteristik apa yang dimiliki seorang guru atau calon guru pada abad 21
atau jaman digital sekarang ini. Jawaban ini memuat lima macam karakter yang harus benar-
benar dimiliki oleh seorang guru di jaman digital ini.
Jawaban diakses dari internet dengan alamat situs.
Martens, Maria L. 30 Juni 2019. “Karakteristik Guru Abad 21 Menurut Pakar IT.”
Diakses pada tanggal 26 Oktober 2020.
https://www.scholae.co/web/read/2341/karakteristik.guru.abad.21.menurut.pakar.it
2. Berikut pengertian teori belajar kognitif dan prinsipnya
Pengertian belajar dalam teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi
serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling
berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Teori ini berpandangan bahwa
belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi,
emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks.
Teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan memfokuskan pada perubahan proses
mental dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari upaya untuk memahami dunia. teori
belajar kognitif yang digunakan untuk menjelaskan tugas-tugas yang sederhana seperti
mengingat nomor telepon dan kompleks seperti pemecahan masalah yang tidak jelas.
Menurut pendapat saya teori belajar kognitif pada saat ini masih bisa diterapkan karena
teori belajar kognitif dalam penerapannya memfokuskan siswa untuk lebih aktif dan
kreatif dalam pembelajaran.
1) Belajar akan lebih fleksibel, yakni bisa berpusat pada guru bisa juga pada siswa, tapi satu
hal yang pasti, siswa dituntut untuk lebih proaktif. Salah satu cara agar siswa bisa
proaktif adalah dengan membimbing mereka untuk menemukan manfaat dari apa yang
dipelajari. Jadi pelajaran yang akan diberikan siswa harus menarik.
2) Materi dan model pembelajaran menjadi hal yang paling esensial. Dalam memilih materi
dan model pembelajaran haruslah disesuaikan dengan jenjang siswa. Kuncinya adalah
mencari referensi sebanyak mungkin dan membuat penelitian tentang siswa agar guru
bisa memahami siswa dengan baik.
3) Pada saat pembelajaran berlangsung, guru dituntut untuk selalu mencermati progress
kognitif siswa. Karena dalam teori belajar kognitif guru harus memberi stimulus kepada
siswa untuk berpikir.
4) Ada waktunya proses belajar berpusat pada siswa agar mereka bisa mengenal apa yang
diinginkan dalam pembelajaran. Sehingga mereka bisa menilai secara kritis mana yang
baik dan buruk ketika memutuskan sebuah tujuan, khususnya tujuan belajar.
SUMBER JAWABAN
Alasan saya memilih jawaban tersebut karena menurut saya soal dan jawaban sesuai.
Jawaban sudah menyangkut penjelasan mengenai belajar teori kognitif dan bagimana teori
kognitif dengan abad 21 ini.
Jawaban diakses dari internet dengan alamat situs.
Muyana, Aina. 08 Januari 2020. “Teori Belajar Kognitif.” Diakses pada tanggal 27
Oktober 2020.
https://ainamulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-kognitif.html
Anis, Harisah. 31 Januari 2020. “Teori Belajar Kognitif.” Diakses pada tanggal 27
Oktober 2020.
https://www.tripven.com/teori-belajar-kognitif/
3. Berikut penjelasan mengenai beberapa teori belajar.
a. Teori Behavioristik dan Tokoh-Tokohnya
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya
interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan). Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan pada
tingkah lakunya.
Menurut teori ini hal yang paling penting adalah input (masukan) yang berupa stimulus
dan output (keluaran) yang berupa respon. Menurut toeri ini, apa yang tejadi diantara
stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan
tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. Oleh sebab itu, apa
saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa yang dihasilkan siswa (respon), semuanya
harus dapat diamati dan diukur.
Teori ini lebih mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang
penting untuk melihat terjadinya perubahan tungkah laku tersebut. Faktor lain yang juga
dianggap penting adalah faktor penguatan. Bila penguatan diitambahkan maka respon
akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi maka responpun akan
dikuatkan. Jadi, penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan
(ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya respon.
1) Thorndike
Menurut thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Dan
perubahan tingkah laku merupakan akibat dari kegiatan belajar yang berwujud konkrit
yaitu dapat diamati atau berwujud tidak konkrit yaitu tidak dapat diamati. Teori ini juga
disebut sebagai aliran koneksionisme (connectinism).
2) Watson
Menurut Watson, belajar merpakan proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan
dapat diukur. Dengan kata lain, meskipun ia mengakui adanya perubahan-perubahan
mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal
tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa
perubahan-perubahan mental dalam bentuk benak siswa itu penting, namun semua itu
tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat
diamati.
3) Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variable hubangan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan pengertian tentang belajar. Namun ia sangat terpengaruh oleh teori evolusi
Charles Darwin. Baginya, seperti teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat
terutama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori ini
mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting
dan menempati posisi sentral dalam seluruh bagian manusia, sehingga stimulus dalam
belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis,walaupun respon yang
akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.
4) Edwin Guthrie
Demikian juga Edwin, ia juga menggunakan variabel stimulus dan respon. Namun ia
mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau
pemuasan biologis sebagaimana Clark Hull. Ia juga mengemukakan, agar respon yang
muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam
stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut.
5) Skinner
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu mengungguli
konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya. Ia mampu
menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun dapat menunjukkan konsepnya
tentang belajar secara lebih komprehensif. Menurutnya, hubungan antara stimulus dan
respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan
menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para
tokoh sebelumnya.
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu
dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian
rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori ini
mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya
tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling
berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Teori ini berpandangan bahwa
belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi,
emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks.
Prinsip umum teori belajar kognitif, antara lain :
1) Jean Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan
makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya
dan makin meningkat pula kemampuannya. Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi
jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan antara
asimilasi dan akomodasi).
Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu :
Tahap sensorimotorik (umur 0-2 tahun)
Ciri pokok perkembangan berdasarkan tindakan, dan dilakukan selangkah demi
selangkah.
Tahap preoperasional (umur 2-7 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah penggunanaan symbol atau tanda bahasa,
dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.
Tahap operasional konkret (umur 7-11 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah sudah mulai menggunakan aturan-aturan
yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan.
Tahap operasional formal (umur 11-15 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan
logis dengan menggunakan pola berpikir
2) Jerome Bruner
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara
menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang
tersebut.
Beberapa prinsip teori Bruner adalah :
Perkembangan kognitif ditandai dengan adanya kemajuan menaggapi rangsang.
Peningkatan pengatahun bergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi
secara realistis.
Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri
atau pada orang lain.
Interaksi secara sistematis diperlukan antara pembimbing, guru dan anak untuk
perkembangan kognitifnya.
Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif.
Perkembangan kognitif ditandai denfgan kecakapan untuk mengemukakan bebrapa
alternatisf secara simultan, memilih tindakan yang tepat.
Enaktif yaitu tahap jika seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk
emmahami lingkungan sekitaanya.
Ikonik, yaitu tahap seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-
gambar dan visualisasi verbal (anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan
perbandingan.
Simbolik yaitu tahap seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang
sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam berbahasa dan logika.( anak belajar melalui
simbol bahasa, logika, matematika).
Model pemahaman dan penemuan konsep.
Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan memlalui
proses intuitif untuk akhirnya sampai pada kesimpulan (discovery learning).
Siswa diberi kekebasan untuk belajar sendiri melalui aktivitas menemukan (discovery)
3) David Ausubel
Menurut Ausubel, belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa.
Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengtahuan yang telah
dimiliki siswa dalam bentuk strukur kognitif. Teori ini banyak memusatkan perhatiannya
pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari
struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
Beberapa prinsip teori Ausubel adalah :
Proses belajar akan terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang
tlah dimilikinya dengan pengetahuan baru.
Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memamahi
makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Siswa lebih ditekankan unuk berpikir secara deduktif (konsep advance organizer)
Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab
tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi
pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Teori humanistic
berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk
memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi
diri orang yang belajar, secara optimal.
1) Kolb
Pandangan Kolb tentang belajar dikenal dengan belajar empat tahap, yaitu :
Tahap pandangan konkret
Pada tahap ini seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu
kejadian sebagaimana adanya namun belum memilki kesadaran tentang hakikat dari
peristiwa tersebut.
Tahap pemgamatan aktif dan reflektif
Tahap ini seseorang semakin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara
aktif terhadap peristiwa yang dialaminya dan lebih berkembang.
Tahap konseptualisasi
Pada tahap ini seseorang mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan
suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek
perhatiannya dan cara berpikirnya menggunakan induktif.
Tahap eksperimentasi aktif
Pada tahap ini seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau
aturan-aturan ke dalam situasi nyata dan cara berpikirnya menggunakan deduktif.
2) Honey dan Mumford
Honey dan Mumford menggolongkan orang yang belajar ke dalam empat macam atau
golongan, yaitu :
Kelompok aktivis
Yaitu mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai
kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
Kelompok reflector
Yaitu mereka yang mempunyai kecenderungan berlawanan dengan kelompok aktivis.
Dalam melakukan suatu tindakan kelompok ini sangat berhati-hati dan penuh
pertimbangan.
Kelompok teoris
Yaitu mereka yang memiliki kecenderungan yang sangat kritis, suka menganalisis, selalu
berpikir rasional dengan menggunakan penalarannya.
Kelompok pragmatis
Yaitu mereka yang memiliki sifat-sifat praktis, tidak suka berpanjang lebar dengan teori-
teori, konsep-komsep, dalil-dalil, dan sebagainya.
3) Habermas
Menurut Habernas, belajar baru akan tejadi jika ada interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Ia membagi tipe belajar menjadi tiga, yaitu :
Belajar teknis (technical learning)
Yaitu belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara
benar.
Belajar praktis (practical learning)
Yaitu belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu
dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik.
Belajar emansipatoris (emancipatory learning)
Yaitu belajar yang menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan
kesadaran tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dengan lingkungan
sosialnya.
4) Bloom dan Krathwohl
Bloom dan Krathmohl dalam http://ainamulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-
humanistik.html lebih menekankan perhatiannya pada apa yang mesti dikuasai oleh
individu (sebagai tujuan belajar), setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar.
Tujuan belajarnya dikemukakan dengan sebutan Taksonomi Bloom, yaitu :
Asumsi yang mendasari teori pemrosesan informasi ini adalah bahwa pembelajaran
merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan
hasil kumulatif dari pembelajaran.
Teori belajar pengolahan informasi termasuk teori kognitif yang mengemukakan bahwa
belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan
perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu.
Tahap sebernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena lebih menekankan pada
sistem informasi yang akan dipelajari, sementara itu bagaimana proses belajar
berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari.
Teori ini memandang manusia sebagai pengolah informasi, pemikir, dan pencipta.
Berdasarkan itu, maka diasumsikan bahwa manusia merupakan makhluk yang mampu
mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.
SUMBER JAWABAN
Alasan saya kenapa memilih jawaban karena menurut saya jawaban tersebut sudah sesuia
dengan soal yang diberikan. Yaitu menjelaskan teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif,
teori belajar humanistik dan teori belajar sibernetik. Beserta dengan tokoh dari masing-masing
teori tersebut.
Jawaban diakses dengan alamat situs.
Savitra, Khanza. 18 Mei 2017. “Teori Belajar Behavioristik Menurut Para Ahli.”
Diakses pada tanggal 27 Oktober 2020.
https://dosenpsikologi.com/teori-belajar-behavioristik
Mulyana, Aina. 09 Januari 2020. “Teori Belajar Humanistik.” Diakses pada tanggal 27
Oktober 2020.
https://ainamulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-humanistik.html
Muyana, Aina. 08 Januari 2020. “Teori Belajar Kognitif.” Diakses pada tanggal 27
Oktober 2020.
https://ainamulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-kognitif.html
Mutiah, Umy. 26 Desember 2011. “Teori Belajar Sibernetik.” Diakses pada tanggal 27
Oktober 2020.
http://mutiaumay.blogspot.com/2011/12/sibernetik-mutiahsalamah-dan-laila.html
4. Teori Belajar Kognitif
Kelebihan dan Kekurangan teori belajar kognitif adalah :
a. Kelebihan
Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak
hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang
diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan
pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa
mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa
menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan
orang lain dengan.
Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa
sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran yang berpusat
pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi
dalam ingatannya. Serta Menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar
yang ada lebih mudah dipahami.
b. Kekurangan
Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum
tuntas.
Contoh penerapan teori belajar kognitif di SD pada pembelajaran IPA.
Saya mengambil contoh dari teori belajar Bruner.
1) Tahap Informasi
Dalam proses pembelajaran di kelas, guru menjelaskan tentang pengertian apa itu dikotil
dan monokotil. Serta memberikan misalnya dua contoh dari masing-masing tumbuhan
tersebut. Seperti contoh yang termasuk tumbuhan dikotil tomat dan jambu. Contoh yang
termasuk tumbuhan monokotil seperti jagung dan kelapa.
Siswa menyimak dan memahami apa yang sedang dijelaskan oleh guru sehingga materi
yang disampaikan tersebut dapat dimengerti.
2) Tahap Transformasi
Setelah penyampaian materi, guru mengajak siswa untuk keluar kelas menuju lingkungan
sekitar sekolah untuk mengajak siswa lebih memahami tentang materi yang disampaikan
dengan memberikan tugas. Tugas yang diberikan, siswa membentuk kelompok minimal 3
orang per kelompok dimana tugas yang diberikan setiap kelompok memberikan 5 contoh
tumbuhan dikotil dan 5 contoh tumbuhan monokotil disekitar lingkungan sekolah
tersebut.
Dari penjelasan guru sebelumnya, siswa dapat menyebutkan 5 contoh masing-masing
tumbuhan dikotil dan monokotil yaitu :
Tumbuhan dikotil :
- Rambutan
- Mangga
- Cabai
- Jambu
- Jeruk
Tumbuhan monokotil :
- Jagung
- Kelapa
- Pisang
- Pinang
- Jahe
3) Tahap Evaluasi
Setelah pembelajaran disekolah guru memberikan tugas individu berupa pekerjaan
rumah. Yaitu siswa diminta menuliskan masing-masing 5 contoh tumbuhan dikotil dan
monokotil di lingkungan tempat tinggalnya. Sesampai dirumah siswa dapat menyebutkan
5 tumbuhan dikotil dan monokotil di lingkungan tempat tinggalnya.
Hal tersebut merupakan tahap evaluasi dimana siswa dapat menilai sendiri sejauh mana
pemahamannya tentang tumbuhan dikotil dan monokotil.
SUMBER JAWABAN
Alasan kenapa saya memilih jawaban tersebut karena jawaban tersebut sudah benar dan
sinkron dengan soal yang diberikan. Untuk contoh penerapan teori belajar kognitif dalam
pembelajaran IPA di SD saya mengambil dari teori Bruner. Teori Bruner memuat tiga tahapan
yang dilalui dalam pembelajaran, pertama tahap informasi kedua tahap transformasi dan ketiga
tahap evaluasi.
Jawaban untuk kelebihan dan kelemahan teori belajar kognitif diakses dengan alamat situs.
Gabrilia, Chintya. 31 Oktober 2019. “Kelebihan dan Kekurangan Teori Kognitif.”
Diakses pada tanggal 27 Oktober 2020.
https://chintyagabrilia37.medium.com/kelebihan-dan-kekurangan-teori-kognitif-
689d29362f75