Anda di halaman 1dari 11

AKHLAK KEPADA ORANG TUA, NORMA ETIS DAN TEHNIS BIRRUL WALIDAIN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Ilmu Akhlak
Dosen Pengampu : Dr. Isop Syafe’I, M.Ag
Disusun oleh:

Kelompok 9
Agung Nugraha (1192060004)

Ainun Azizah (1192060005)

Alifia Angga (1192060006)

Kelas : 3A Pendidikan Biologi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman
dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “Akhlak kepada Orang Tua, Norma Etis dan Tehnis Birrul Walidain”. Atas
dukungan yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Dr. Isop Syafe’I, M.Ag yang telah membimbing proses pembuatan
makalah ini.
Dalam makalah ini terdapat penjelasan mengenai akhlak kepada orang tua, norma etis
serta tehnis birrul walidain yang merupakan sebuah akhlak mulia dan juga kami membahas
pengaplikasianya agar dapat dipahami oleh para pembaca.

Akhir kata kami berharap agar makalah ini mampu bermanfaat dalam meningkatkan
pengetahuan dan wawasan dalam memperdalam ilmu akhlak dan memohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila dalam makalah ini terdapat kekeliruan.

Wasalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Bandung, 14 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................................................4
D. Manfaat.........................................................................................................................................4
E. Prosedur Pemecahan Masalah.......................................................................................................4
F. Sistematika Uraian........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................5
A. Deskripsi Akhlak Kepada Orang Tua, Norma Etis dan Tehnis Birrul Walidain...........................5
a. Akhlak Kepada Orang Tua............................................................................................................5
b. Norma Etis.....................................................................................................................................6
c. Tehnis Birrul Walidain..................................................................................................................7
B. Pengaplikasian Akhlak Kepada Orang Tua, Norma Etis Dan Tehnis Birrul Walidain dalam
Kehidupan Sehari-hari.......................................................................................................................8
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................9
A. Kesimpulan...................................................................................................................................9
B. Saran.............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada era globalisasi seperti saat ini terkadang sering kali ditemui perilaku anak yang
kerap kali membangkang pada kedua orang tuanya, anak merasa lebih kuat dan lebih baik
daripada kedua orangtuanya. Keegoisan dari anak dan orang tua menjadi akar dimana
perilaku dari buruk anak mengakar hingga dia beranjak dewasa karena perilaku orang tua
sewaktu anak masih kecil akan berdampak pada perilaku anak, orang tua yang mengekang
akan menyebabkan anak yang pembangkang, kurangnya pendidikan akhlak dari orang tua
bisa jadi faktor lain dalam kurangnya akhlak anak terhadap orang tua.
Segala sesuatu itu ada norma etis yang berlaku termasuk berperilaku kepada orang
tua pun ada normanya, bukan hanya orang tua kandung tapi orang yang umurnya lebih tua
dari kitapun sudah semestinya dihormati. Efek pergaulan dapat mengikis norma etis yang
berlaku terbiasa dalam lingkungan yang tidak terikat norma etis dapat mengakibatkan
abaik terhadap norma etis yang telah diterapkan.

Sebagai manusia yang memiliki akal dan pikiran hendaknya menaati dan menjalankan
segala sesuatu sesuai norma yang berlaku dan jangan sampai menjadi seenaknya sendiri
dengan melanggar norma yang ada. Manusia tidak sama dengan hewan, hewan dapat
seenaknya saling bunuh dengan orang tuanya, namun manusia berbeda. Manusia
dikaruniai akal yang dapat menentukan mana yang baik dan buruk dalam berperilaku pada
orang tua. Karena segala tingkah laku kita akan berdampak pada diri sendiri, maka dari itu
haruslah berhati-hati dalam bersikap dan jangan sampai menyakiti hati orang tua. Ingatlah
ridho Allah adalah ridhonya orang tua.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai
berikut?

1. Apa itu akhlak kepada orang tua, norma etis dan tehnis birrul walidain ?

2. Bagaimana cara berperilaku baik dan berbakti pada orang tua?

3. Bagaimana cara mematuhi norma etis yang berlaku dimasyarakat?

4. Apa manfaat dari mematuhi norma etis dan berbakti pada orang tua?

3
C. Tujuan
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka dapat ditentukan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui akhlak kepada orang tua, norma etis dan tehnis birrul walidain

2. Untuk memahami cara berperilaku baik dan berbakti pada orang tua

3. Untuk memahami cara mematuhi norma etis yang berlaku di masyarakat

4. Untuk mengetahui manfaat dari mematuhi norma etis dan berbakti pada orang tua

D. Manfaat
Makalah ini diharapkan bisa dijadikan sumber kajian ilmiah mengenai akhlak kepada
orang tua, norma etis dan tehnis birrul walidain serta menambah wawasan bagi para pembaca
makalah ini

E. Prosedur Pemecahan Masalah


Berikut merupakan prosedur pemecahan masalah dalam makalah ini:

1. Melakukan kajian sesuai dari literatur yang ada dan dilakukan analisis masalah.
2. Menyimpulkan hasil kajian dan analisis mengenai pokok masalah, lalu
diinterpretasikan melalui makalah ini

F. Sistematika Uraian
Sistematika uraian dalam makalah ini terdiri dari:

1. Bab I berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, prosedur
pemecahan masalah serta sistematika uraian
2. Bab II membahas mengenai pemecahan masalah yang dikaji dari sumber literatur
yang ada
3. Bab III terdapat kesimpulan dan saran dari pembahasan pemecahan masalah yang ada
di bab II

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Akhlak Kepada Orang Tua, Norma Etis dan Tehnis Birrul Walidain
Akhlak Kepada orang tua, norma etis dan tehnis birrul walidain merupakan tiga hal yang
dapat saling berhubungan dalam pedoman pola perilaku seorang anak, berikut merupakan
deskripsi dari tiga hal tersebut
a. Akhlak Kepada Orang Tua
Kedudukan orang tua sangatlah tinggi bagi seorang anak dalam pandangan Islam karena
orang tua menjadi perantara keberadaan anak di dunia.Oleh karena itu, Allah mengaitkan
keridhaan-Nya dengan keridhaan orang tua sebagaimana sabda Rasulullah (hadits dari
Abdullah bin ‘Amr Bin al-'ash) sebagai berikut.
“Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung
kepada kemurkaan orang tua” (Hadits ini dimuat dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib)
Seorang anak harus patuh kepada orang tuanya, juga harus menghormati dan memuliakan
mereka dalam ucapan maupun tindakan.Akhlak menghormati orang tua adalah suatu hal yang
sangat penting yang dianjurkan oleh Rasulullah kepada umatnya, sebagaimana firman Allah
“Dan Kami wajibkan manusia berbuat kebaikan kepada kedua ibu dan bapaknya”(QS Al-
ankabut: 8) Lalu, Abdullah bin Mas’ud pernah bertanya kepada Rasulullah, “Amalan apakah
yang paling dicintai oleh Allah?” Rasulullah menjawab “shalat pada waktunya.” Kemudian
Ibnu Mas'ud bertanya lagi,“Lalu Amalan apa lagi?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada
kedua orang tua.” (HR. Bukhari no 504 dan Muslim no 85)
Dalam HR. Muslim no 2551 juga diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasannya suatu
ketika Rasulullah berkata “Kehinaan bagi seseorang, kehinaan bagi seseorang, dan kehinaan
baginya…” kemudian Rasulullah melanjutkan sabdanya, “Siapa saja yang menjumpai kedua
orang tuanya ketika telah lanjut usia salah satunya atau keduanya namun tidak
(menjadikannya sebab) masuk surga”.
Taat kepada orang tua berarti seseorang tersebut berakhlak kepada keduanya juga
merupakan perwujudan ihsan kepada kedua orang tuanya, sebagaimana perintah Allah dalam
firman-Nya, “Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Diadan berbuat baiklah
terhadap kedua ibu bapak…” (QS. Al-An’am: 151)
Namun apabila perintah atau larangan kedua orang tua bertentangan dengan perintah
Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada keharusan untuk menaatinya, sebagaiman dalam QS.
Luqman ayat 5 yaitu, “Dan apabila keduanya (Ibu dan Bapak) memaksamu untuk

5
menyekutukan-Ku dengan apapun yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya, maka
janganlah mematuhi keduanya. Dan tetap pergauli keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku saja tempat
kalian, lalu Kami beritakan kepada kalian tantang apa yang dahulu kalian kerjakan”.
Hal yang paling penting selain menghormati dan memuliakan kedua orang tua yaitu tidak
durhaka kepada mereka. Tidaklah mungkin seorang muslim mengagungkan Allah, Rasul-
Nya, agama, dan beriman kepada hari akhir akan menyakiti kedua orang tuanya karena
durhaka kepada orang tua termasuk ke dalam dosa besar. Rasulullah berdabda dalam hadits
dari Abu Bakrah yang artinya, “Maukah kalian aku beritahu tentang sebesar-besarnya dosa?”
kami menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Kemudian Rasul menjawab, “Berbuat syirik dan
durhaka kepada kedua orang tua.” (HR. Bukhari no 2511 dan Muslim no 87)
b. Norma Etis
Menurut Soekanto norma merupakan suatu nilai yang dijadikan pedoman atau patokan
bagi setiap orang atau masyarakat untuk bertindak, dan berperilaku sesuai dengan peraturan
yang telah ada yang telah disepakati sebelumnya . Patokan atau pedoman tersebut sebagai
norma (norm) atau kaidah yang merupakan standar yang harus ditaati atau dipatuhi,
sementara menurut Kansil Artinya norma merupakan sesuatu yang dapat memberikan
petunjuk kepada manusia sebagaimana seseorang hams yang berperilaku dalam masyarakat
serta perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankannya, dan perbuatan-perbuatan mana
yang harus dihindari.
Di dalam masyarakat terdapat berbagai golongan dan aliran yang beraneka ragam, tentu
saja mereka memiliki kepentingan sendiri, namun dalam kepentingan bersama diharuskan
adanya ketertiban dan keamanan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk peraturan yang
disepakati bersama, yang mengatur tingkah laku dalam masyarakat, yang dikenal dengan
peraturan hidup.yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan kehidupan
dengan aman, tertib dan damai tanpa gangguan tersebut, maka diperlukan suatu tata
(orde=ordnung), dan tata itu dituangkann dalam sebuah “aturan main” yang dijadikan
pedoman dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kepentingan masing-masing anggota
masyarakat terpelihara dan terjamin. Setiap anggota masyarakat mengetahui “hak dan
kewajibannya masing-masing sesuai dengan tata peraturan”, dan tata itu lazim disebut
“kaedah” (bahasa Arab), dan “norma” (bahasa Latin) atau ukuran-ukuran yang menjadi
pedoman, norma-norma tersebut mempunyai dua macam menurut isinya, yaitu:
1. Perintah, yang merupakan sebuah keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu
karena akibatnya dipandang baik.

6
2. Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu
karena akibatnya dipandang tidak baik.
Etis adalah sesuatu yang berhubungan dengan etika, etika sendiri digunakan sebagai suatu
sistem nilai-nilai yang berlaku sesuai dengan yang telah disepakati secara umum . Etika
sendiri tidak mempermasalahkan keadaan manusia, melainkan membahas bagaimana
manusia harus berperilaku, berdasarkan norma yang berlaku. Etika juga membahas mengenai
perilaku manusia secara normatif yang etis artinya adanya pedoman atau norma-norma
tertentu tentang seharusnya bagaimana seseorang itu melakukan perbuatan dan tidak
melakukan sesuatu perbuatan.

c. Tehnis Birrul Walidain


Berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain) merupakan naluri dan fitrah setiap
manusia. Sebab dalam jiwa dan setiap orang tertanam sifat cinta dan hormat kepada kedua
orang tuanya atau ayah ibunya. Sebab kedua ibu bapaknyalah yang menjadi sebab kehadiran
setiap orang ke dunia ini. Meskipun demikian dalam Islam berbakti kepada kedua orang tua
memiliki kedudukan yang mulia. Banyak keterangan dari Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjukkan keutamaan berbakti kepada kedua orang tua.
Berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua merupakan amalan mulia, bahkan
termasuk amalan di jalan Allah. Sebagaimana dalam suatu riwayat dari sahabat Ka’ab bin
Ujrah radhiyallahu ‘anhu;
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْن ِج ْل ِد ِه‬
َ ِ‫ فَ َرأَى أَصْ َحابُ َرسُو ِل هللا‬،ٌ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َر ُجل‬
َ ‫ َم َّر َعلَى النَّبِ ِّي‬:‫ قَا َل‬،‫ب ْب ِن عُجْ َرة‬
ِ ‫ع َْن َك ْع‬
‫ َعى َعلَى‬v ‫ َر َج يَ ْس‬v َ‫انَ خ‬vv‫ «إِ ْن َك‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫ فَقَا َل َرسُو ُل هللا‬،‫يل هللاِ؟‬ ِ ِ‫ لَوْ َكانَ هَ َذا فِي َسب‬:ِ‫ يَا َرسُو َل هللا‬:‫ فَقَالُوا‬،‫َونَ َشا ِط ِه‬
‫ َعى َعلَى‬v‫انَ يَ ْس‬vv‫ َوإِ ْن َك‬،ِ‫يل هللا‬ َ vِ‫ ْي َخ ْي ِن َكب‬v‫ َو ْي ِن َش‬vَ‫ َوإِ ْن َكانَ خ ََر َج يَ ْس َعى َعلَى أَب‬،ِ‫صغَارًا فَهُ َو فِي َسبِي ِل هللا‬
َ vُ‫ير ْي ِن فَه‬v
ِ ِ‫ب‬v‫و فِي َس‬v ِ ‫َولَ ِد ِه‬
ِ ِ‫ َوإِ ْن َكانَ خَ َر َج ِريَا ًء َو ُمفَا َخ َرةً فَهُ َو فِي َسب‬،ِ‫نَ ْف ِس ِه يُ ِعفُّهَا فَهُ َو فِي َسبِي ِل هللا‬
ِ َ‫يل ال َّش ْيط‬
‫ان‬

“Seorang pria lewat di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dilihat oleh para
sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyaksikan kesungguhannya dan rajinnya
dalam bekerja. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, andaikan (kesungguhan dan
rajinnya ini) di jalan Allah?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
“Jika ia keluar untuk bekerja menghidupi anaknya yang masih kecil maka ia termasuk di
jalan Allah, jika ia keluar bekerja untuk membantu/menghidupi kedua orang tuanya yang
sudah sepuh maka ia di jalan Allah, jika ia keluar bekerja untuk dirinya sendiri demi menjaga
kehormatan/harga dirinya maka ia di jalan Allah, dan jika ia keluar untuk riya (pamer) dan
berbangga diri maka ia di jalan setan.” (HR. Thabrani dan Baihaqi).

7
Kewajiban Berbakti tidak gugur meskipun orang tua kafir atau musyrik, saking agungnya
kedudukan orang tua dan besarnya hak mereka untuk mednapatkan bakti dari anak-anaknya,
kewajiban berbakti tidak gugur meskipun orang tua berbeda keyakinan dengan anaknya.
Sebagaimana dalam surat Luqman ayat 14-15.
{ ‫) َوإِ ْن‬14( ‫ي ُر‬v‫ص‬ ِ ‫ي ْال َم‬
َّ َ‫ َد ْيكَ إِل‬vِ‫ ُكرْ لِي َولِ َوال‬v‫اش‬ َ ِ‫ا َعلَى َو ْه ٍن َوف‬vvً‫هُ أُ ُّمهُ َو ْهن‬v‫ص ْينَا اإْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْت‬
ْ ‫ا َمي ِْن أَ ِن‬vَ‫الُهُ فِي ع‬v‫ص‬ َّ ‫َو َو‬
َّ َ‫ي ثُ َّم إِل‬
‫ي‬ َ vَ‫يل َم ْن أَن‬
َّ َ‫اب إِل‬v َ ِ‫ب‬v‫ ْع َس‬vِ‫ا َواتَّب‬vvً‫ ُّد ْنيَا َم ْعرُوف‬v‫اح ْبهُ َما فِي ال‬ َ ‫ا َو‬vv‫ ِه ِع ْل ٌم فَاَل تُ ِط ْعهُ َم‬vِ‫ْس لَكَ ب‬
ِ v‫ص‬ َ ‫َجاهَدَاكَ َعلَى أَ ْن تُ ْش ِركَ بِي َما لَي‬
]15 -14 :‫َمرْ ِج ُع ُك ْم فَأُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُونَ [لقمان‬

Dalam hadits shahih diriwayatkan, Asma binti Abu Bakar radhiyallahu ‘anha pernah bertanya
kepada Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kewajibannya berbakti kepda ibunya
yang masih musyrik.

‫صلِيهَا‬ ِ َ ‫اغبَةٌ أَفَأ‬


ِ ‫ «نَ َع ْم‬:‫صلُهَا؟ قَا َل‬ ْ ‫ُول هَّللا ِ إِ َّن أُ ِّمي قَ ِد َم‬
َّ َ‫ت َعل‬
ِ ‫ي َو ِه َي َر‬ َ ‫»يَا َرس‬

“Wahai Rasulullah, ibuku datang kepadaku namun masih enggan masuk Islam, apakah saya
tetap menyambung hubungan dengannya? Rasul bersabda, “Iya sambunglah hubungan
(silaturrahim dengannya). (HR. Bukhari, Muslim,Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Hibban)

B. Pengaplikasian Akhlak Kepada Orang Tua, Norma Etis Dan Tehnis Birrul Walidain
dalam Kehidupan Sehari-hari
Pengaplikasian akhlak kepada orang yakni dengan mematuhi perintah orang tua dan tidak
membangkang pada orang tua, serta senantiasa berperilaku sopan dan menghargai orang
yang lebih tua daripada kita. Hal ini dapat kita aplikasikan dengan berkata dan berperilaku
lemah lembut sesuai norma etis yang berlaku seperti yang seharusnya. Contohnya dengan
menggunakan bahasa yang halus atau sopan jika dalam ajaran sunda yakni ada aturan bahasa
sendiri yang dapat kita gunakan pada orang yang lebih tua.
Taat pada aturan yang diterapkan di rumah oleh orang tua atau di masyarakat dapat menjadi
salah satu contoh pengaplikasian pelaksanaan norma etis, tidak menentang aturan yang
memang pada dasarnya demi kebaikan diri kita sendiri. Serta tidak berperilaku yang dapat
merugikan orang lain karena hal tersebut tidak sesuai norma etis yang ada. Sementara, untuk
mengaplikasikan tehnis birrul walidain jika kita masih dibawah umur dan belum mapan kita
dapat senantiasa menurut pada orang tua jika itu baik untuk kita dan tidak membangkang
pada orang tua serta berperilaku baik di masyarakat sesuai dengan ajaran yang telah
diajarkan orang tua kita baik di rumah atau oleh orang tua kita yang di sekolah. Lain halnya
jika kita sudah mapan hendaknya kita merawat dan memperhatikan orang tua kita dengan
penuh kasih sayang.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhlak kepada orang tua dan birrul walidain dapat menjadi sebuah perpaduan yang apik
dalam berperilaku bagi seorang anak. Anak memang merupakan titipan dari Allah Subhanahu
Wata’alla terlepas dari pola pikir asian parents atau pola pikir western parents anak haruslah
berbakti kepada orang tua. Bagaimanapun perilaku orang tua pada anak, meskipun orang tua
keras pada anak jika anak sudah dewasa maka anak harus dapat memikirkan segala sesuatu
sesuai dengan norma etis yang ada, dimana anak bisa membedakan mana yang baik dan
tidak. Seburuk apapun perilaku orang tua pada anak ataupun sebaliknya, dalam hati manusia
yang paling dalam pasti ada kasih sayang yang dapat dituangkan melalui bakti kepada orang
tua oleh anak, serta pemberian pola asuh terbaik bagi orang tua kepada anak merupakan
timbal balik yang sangat indah jika terlaksana.
Sebagai makhluk Allah yang diberi anugrah berupa akal, hendaknya jangan berperilaku
seperti mahkluk yang tidak berakal dimana mereka kerap kali mengabaikan orang tuanya.
Jangan sampai kita seperti itu karena pada dasarnya kita dilahirkan ke dunia ini dengan
perantara kedua orang tua kita. Orang tua bisa menjadi sosok yang menginspirasi anak
ataupun bisa saja menjadi sosok yang membuat sang anak merasa terkekang. Kita dapat
menjadi anak yang mencari kebebasan dan jati diri kita terlepas bagaimana perilaku orang tua
kita, tidak ada ruginya jika kita berbakti pada orang tua. Ingatlah darah lebih kental dari pada
air, dalam darah kita terdapat darah orang tua kita dan sesuatu yang kekal di dunia ini adalah
cinta orang tua kepada anaknya, terlepas sedarah ataupun tidak. Wajib hukumnya bagi
manusia untuk senantiasa menghormati dan menyayangi orang yang lebih tua.

B. Saran
Sebagai manusia meskipun perilaku orang tua tidak sama pada anaknya, hendaknya segala
sesuatu itu harus diberi timbal balik berupa kebaikan. Karena pada dasarnya tidak ada
kebaikan yang tidak bernilai dimata Allah Subhanahu Wata’alla jangan pernah merasa rugi
karena telah melakukan kebaikan.

9
DAFTAR PUSTAKA

C.S.T, Kansil. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. .

Hawassy, Ahmad. 2020. Kajian Akhlak dalam Bingkai Aswaja. Jakarta: PT Naraya
Elaborium Optima.

Soerjono, Soekanto. 1989. Sosiologi suara pengantar Jakarta: Raja Grafindo persada

TIM Dosen PAI. 2016. Bunga Rampai Penelitian dalam Pendidikan Agama Islam.
Yogyakarta: Deepublish.

10

Anda mungkin juga menyukai