MAKALAH Kep Jiwa Waham Kelompok 3

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA II
“Asuhan Keperawatan Waham”

Dosen Pembimbing :
Dr. Ns. Wahyu Kirana M.Kep. Sp.jiwa

disusun oleh:
Hairul Rijal (821181004)
Sri Wahyuni (821181011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YARSI PONTIANAK
TAHUN AJARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Waham” dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan
makalah ini mungkin ada hambatan, namun berkat bantuan serta dukungan dari
teman-teman dan bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan adanya makalah ini, diharapkan
dapat membantu proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca. saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, atas bantuan
serta dukungan dan doa nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang profesi keperawatan. saya mohon maaf
apabila makalah ini mempunyai banyak kekurangan, karena keterbatasan penulis
yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membangun, sangat diharapkan dalam pembuatan makalah
selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini bermanfaat bagi pembaca.

Pontianak, 11 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................................2
C. Ruang Lingkup........................................................................................................2
D. Metode Penulisan....................................................................................................2
E. Sistematika Penulisan..............................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................4
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.....................................................................4
1. Pengertian.............................................................................................................4
2. Proses Terjadinya Masalah.................................................................................5
3. Asuhan Keperawatan Teoritis...........................................................................11
B. Pohon Masalah.......................................................................................................18
C. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................18
D. Rencana Intervensi................................................................................................18
BAB III...........................................................................................................................21
APLIKASI KASUS........................................................................................................21
KASUS........................................................................................................................21
A. Pengkajian.............................................................................................................21
ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................................29
PELAKSANAAN KEPERAWATAAN....................................................................37
Strategi Pelaksanaan Komunikasi (Role Play).........................................................44
BAB IV............................................................................................................................47
KESIMPULAN...............................................................................................................47
A. Kesimpulan............................................................................................................47
B. Saran.......................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................48

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa atau mental didefinisikan sebagai keadaan baik dimana


setiap individu menyadari potensi dirnya sendiri, dapatkan mengatsai tekanan
hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif dan bermanfaat, serta
dapat memberikan kontribusi untuk dirinya atau masyarakat (WHO,2017)
Salah satu bentuk dari ganguan jiwa adalah skizofrenia. Skozofrenia
merupakan suatu penyakit persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku
psikotok, pemikiran kontrik dan kesulitan dalam memproses informasi,
hubunganinterpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2013).
Di Indonesia penderita skizofrenia prevelensi gangguan jiwa menurut
tempat tinggal berdasarkan gambar menunjukkan yang mengalami gangguan
juwa skizofrenia lebih banyak diperdesaan (70%) dari pada perkotaan (6,4%)
(InfoDatin, 2018).
Berdasarkan pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI terdapat
beberapa gejala-gejalah gangguan jiwa. Salah satunya yaitu delusi atau
waham (InfoDatin,2018).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual
dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan
eksternal melalui proses interaksi/informasi secara akurat (Azizah, lilik dkk
2016 hal 327).
Terdapat beberapa dampak gangguan jiwa bagi keluarga, diantaranya
keluarga belum terbiasa dengan penolakan, stigma, frustasi (tidak berdaya
dan kecemasan), kelelahan dan burn out, duka. Serta kebutuhan pribadi dan
mengembangkan sumber daya pribdai (wahyu,2012).
Dari latar belakang diatas penulis tertarik membahas tentang
asuhankeperawatan waham.

1
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan Waham
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan
b. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan
Teoritis

C. Ruang Lingkup

Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dan agar tidak terjadi
pembahasan yang meluas atau menyimpang,maka perlu kiranya dibuat suatu
batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas
dalam penulisan makalah ini, yaitu hanya pada lingkup seputar Waham.
Ruang lingkup yang dibahas dalam makalah ini mengenai:
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan
2. Untuk mengatahui dan memahami tentang Asuhan Keperawatan Teoritis

D. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriptif


yaitu dengan penjabaran masalah-masalah yang ada dengan menggunakan
studi keperpusakaan yang ada di perpustakaan, jurnal edisi online maupun
edisi cetak, dan artikel ilmiah yang bersumber dari internet.

2
E. Sistematika Penulisan

Dalam makalah ini dipergunakan sistematika penulisan sebagai berikut :


BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang Latar belakang, Tujuan umum dan tujuan khusus,
Ruang lingkup, Metode penulisan, serta Sistematika penulisan yang
digunakan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tentang Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dan Asuhan
Keperawatan Teoritis.
BAB III Aplikasi Kasus
Bab ini berisi tentang Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana
Keperawatan, dan Strategi Pelaksanaan Komunikasi.
BAB IV Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari makalah yang kelompok kerjakan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengertian

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian


realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan
eksternal melalui proses interaksi/informasi secara akurat (Azizah, 2016 : 327)

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat
atau terusmenerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah termasuk
gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada
di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan
beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita
skizofrenia (Ah yusuf 2015 : 112).

Waham adalah kenyakinan terhadap suatu yang salah dan secara kukuh
dipertahankan walaupun tidak dinyakinin oleh orang lain dan dipertentangkan
dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 2015) dalam (Fitria nita, 2012 :75).

Waham adalah suatu keenyakinan yang salah yang dipertahanakan secara


kuat/terus menerus, tetapi tidak sesua dengan kenyataan (Anna budi dan Akemat
2019 :147).

Waham adalah kepercayaan tau kenyakikinan yang salah, tidak mudah


dogoyahkan dan tidak sesuai dengan latar belakang budaya psien, karakteristik
berikut sangat ppenting untuk memehami waham (menurut Anggung
kusumawardhani,2015:126)

a. Pasien tidak akan melihat adanya perbedaan antara waham dengan


kenyakinan yang normal karena keduanya benar-benar dialami

4
pasien. Karena itu waham hanya dapat dideteksi oleh pengamatan
eksternal. Dalam hal ini, waham adalah isi pikir yang salah,
sebagaimana halusinasi adalah presepesi yang salah.
b. Kenyakinan dalam waham disebut salah atau abnormal karena
penegambilan kesimpulan yang wajar. Seseorang suami mungkin
memiliki waham yang bahwa istrinya berselingkuh dan mungkin
memang benar istrinya berselingkuh. Akan tetapi, kenyakinan
suami tetap disebut waham karena karena kesimpulan tersebut ia
buat berdasrkan kenyakinan adanya konspirasi rahasia yang
melibatkan istinya.
c. Waham tidak sesuai dengan latar belakang sosialkultural pasien
sehingga perlu digali dengan benar bahwa kenyakinan pasien
memang tidak umum dipengang oleh orang-orang dari latar
belakang yang sama.
2. Proses Terjadinya Masalah

a. Etiologi

Salah satu penyebab dari perubahan proses fikir: waham yaitu


gangguan konsep diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai ideal diri (Azizah, lilik dkk 2016 : 328)

Waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masalalu


atau kebutuhankebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Adanya beberapa
orang yang mempercayai klien dalam lingkungan menyebabkan klien
merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang –
ulang. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting
sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa- apa yang dilakukan

5
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.keyakinan
religiusnya bahwa apa- apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta
ada konsekuensi sosial (Azizah, lilik dkk 2016: 329)

b. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir: waham adalah
(Fitria nita 2012) adalah :

1) Menolak makan.
2) Tidak ada perhatian pada perawatan diri.
3) Ekspresi wajah sedih / gembira / ketakutan. Gerakan tidak terkontrol.
Mudah tersinggung. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kebenaran.
4) Tidak bisa membedakan antara dan bukan hanya.
5) Menghindar dari orang lain.
6) Mendominasi pembicaraan.
7) Berbicara kasar.
8) Melakukan kegiatan keagamaan secara berlebihan.
c. Rentang respons
Menurut Prabowo, 2017 : 138 rentang respons yaitu:

Respon adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis Kadang proses pikir Gangguan isi pikir


terganggu
Presepsi akurat Perubahan proses
Emosi berlebihan emosi
Pengalaman
Berprilaku yang Perilaku tidak
Perilaku sosial
tidak biasa terirganisasi

Hubungan sosial

6
Harmonis Menarik diri Isolasi sosial

d. Proses terjadinya masalah


Faktor prediposisi menurut Azizah, 2015:329 menyatakan bahwa faktor
predisposisi terdiri dari:
1) Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif
2) Faktor Sosial Budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham .
3) Faktor Psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan peningkatan terhadap
kenyataan
4) Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel
di otak, atau perubahan sell kortikal dan limbik
e. Faktor presipatasi

Faktor presipatasi menurut fitria nita,2012:77 menyatakan bahwa faktor


presipatasi terdiri dari :

1) Faktor Sosial
Budaya Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan
orang yang berarti atau diasingkan dari kelompok.
2) Faktor Biokimia
Dopamin, nerepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham ada seseorang.

7
3) Faktor Psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien.
f. Tanda dan gejala
Menurut prabowo 2017 :139 menyatakan bahwa tanda dan gejala waham
terdiri dari:
1) Pasien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan).
2) Pasien tampak tidak mempunyai orang lain.
3) Curiga.
4) Bermusuhan.
5) Merusak (diri, orang lain, lingkungan).
6) Takut, sangat waspada.
7) Tidak tepat menilai lingkungan/realitas
8) Ekspresi wajah tegang
9) Mudah tersinggung.
g. Akibat

Akibat dari waham pasien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal


yang ditandai dengan pikiran tidak realistic flight of ideas, kehilangan
asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang
kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan (Prabowo,2017:140)

h. Macam-macam waham

Menurut Azizah , 2016 :327 menyataakaan bahwa jenis jenis terdiri dari :

1) Waham Kebesaran
Menganggap nilai, kekuasaan, pengetahuan identitasnya terlalu tinggi.

8
Contoh: “ Saya ini titisan bung karno, punya banyak perusahaan,
punya rumah di berbagai negara dan bisa menyembuhkan berbagai
macam penyakit.”
2) Waham curiga/paranoid/kejar
Keyakinan klien terhadap seseorang/kelompok secara berlebihan yang
berusaha merugikan, mencederai, menganggu, mengancam, memata-
matai dan membicarakan kejelekannya
Contoh: “Banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin
menghancurkan hidup saya, suster akan meracuni makanan saya”.
3) Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “ Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus terus
menerus memakai pakaian putih setiap hari agar masuk surga.”
4) Waham somatic/hipokondrik
Keyakinan klien terhadap tubuhnya/penampilan/fungsi tubuhnya
sudah berubah(ada sesuatu yang tidak beres).
Contoh: “ Sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker,
dalam tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh
saya menghilang.”
5) Waham nihilistic
Meyakini bahwa dirinya/orang lain sudah tidak ada di
dunia/meninggal dunia, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Contoh: “ Saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada
disini adalah roh – roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia.”
6) Waham Dosa
Keyakinan klien terhadap dirinya telah atau selalu salah atau berbuat
dosa/perbuatannya tidak dapat diampuni lagi.
7) Waham Bizar terdiri dari

9
(a) Sisip pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang lain
disisipkan ke dalam pikiran dirinya
(b) Siar pikir/broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide dirinya
dipakai oleh/ disampaikan kepada orang lain mengetahui apa
yang ia pikirkan meskipun ia tidak pernah secara nyata
mengatakan pada orang tersebut.
(c) Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa
pikiran,emosi dan perbuatannya selalu dikontrol/dipengaruhi oleh
kekuatan di luar dirinya yang aneh.
i. Mekanisme Koping

Berdandan dengan baik dan berpakian rapi, tetapi mingkin terlihat


eksentrik dan aneh.tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhan terhadap
orang lain. Pasien biasa cerdik ketika di lakukan pemeriksaan sehingga
dapat memanipulasi data selain itu perasaan hati nya konsisten dengan isi
waham (Prabowo,2017:140)

j. Penatalaksanan

Terapi yang diterima oleh pasien: ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluaroa terapi spiritual, terapi
okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi
dan perkembangan pasien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara
wajar dalam kehidupan bermasyarakat (Prabowo,2017 :140)

k. Status Mental

Berdandan dengan baik dan berpakaian rapi, tetapi mungkin terlihat


eksentrik dan aneh. Tidak jarang curiga atau bermusuhan terhadap orang
lain. Klien biasanya cerdik ketika pemeriksaan sehingga dapat
memanipulasi data. Selain itu perasaan hatinya konsisten dengan isi
waham (Fitria nita 2012 hal 79).

10
l. Sensori dan kognisi

Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik


terhadap oraang, waktu dan waktu. Daya ingat atau kongnisi lainnya
biasanya akurat. Pengadilan impuls pada klien waham perlu diperhatikan
bila terlihat adanya rencana untuk bunuh diri, membunuh, atau melakukan
kekerasan pada orang lain (Fitria Nita 2012 hal 79).

Gangguan proses pikir: waham biasanya diawali dengan adanya


riwayat penyakit berupa kerusakan pada bagian korteks dan limbik otak.
Bisa dikarenakan terjatuh atau didapat ketika lahir. Hal ini mendukung
terjadinya perubahan emosional seseorang yang tidak stabil. Bila
berkepanjangan akan menimbulkan perasaan rendah diri, kemudian
mengisolasi diri dari orang lain dan lingkungan. Waham kebesaran akan
timbul sebagai manifestasi ketidakmanmpuan seseorang dalam memenuhi
kebutuhannya. Bila respons lingkungan kurang mendukung terhadap
perilakunya dimungkinkan akan timbul risiko perilaku kekerasan pada
orang lain (Fitria Nita 2012 hal 80).

m. Tanda dan gejala (Azizah,Lilik dkk. 2016 hal 331-332)


a) Kognitif
(1) Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
(2) Individu sangat percaya pada keyakinannya
(3) Sulit berpikir realita
(4) Tidak mampu mengambil keputusan

b) Afektif
(1) Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
(2) Afek tumpul
c) Perilaku dan hubungan social
(1) Hipersensitif
(2) Hubungan interpersonal dengan orang lain tumpul

11
(3) Mengancam secara verbal
(4) Aktivitas tidak tepat
(5) Curiga

Tanda dan gejala yang lain yang bisa terjadi pada waham yaitu sebagai
berikut:

(1) Menolak makan.


(2) Tidak ada perhatian pada perawatan diri.
(3) Mudah tersinggung
(4) Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
(5) Menghindar dari orang lain.
(6) Mendominasi pembicaraan.

3. Asuhan Keperawatan Teoritis

a. Pengkajian

Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap


pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis,
social dan spiritual (Keliat, Budi Ana, 1998: 3) dalam (Azizah, 2016 :
332).

Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat saudara gunakan


sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham: (Azizah, 2016 :
332).

1) Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang


diungkapkan dan menetap?
2) Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah
pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?

12
3) Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya
aneh dan tidak nyata?
4) Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
5) Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang
lain?
6) Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh
orang lain atau kekuatan dari luar?
7) Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau
kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca
pikirannya?
Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan
memperhatikan semua informasi yang diberikan oleh pasien tentang
wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan saling percaya yang telah
terbina jangan menyangkal, menolak, atau menerima keyakinan pasien.

Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah (Azizah, 2016 : 332):

1) Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: nama
mahasiswa, nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien,
tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian dan
sumber data yang didapat.
2) Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di
rumah sakit, biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang
lain), komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri di kamar,
menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari-
hari, dependen, perasaan kesepian, merasa tidak aman berada dengan
orang lain, merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu, tidak
mampu berkonsentrasi, merasa tidak berguna dan merasa tidak yakin
dapat melangsungkan hidup. Apakah sudah tahu penyakit

13
sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah ini. Umumnya klien yang mengalami Waham di bawa ke
rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu
karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah
sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
3) Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana
hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau
mengalami kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan atau frustrasi berulang,
tekanan dari kelompok sebaya, perubahan struktur social, terjadi
trauma yang tiba-tiba misalnya harus di operasi, kecelakaan,
perceraian, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang
terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba),
mengalami kegagalan dalam pendidikan maupun karier, perlakuan
orang lain yang tidak menghargai klien atau perasaan negative
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4) Faktor precipitasi
Stresor presipitasi umumnya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh stress seperti kehilangan, didikan yang keras dari keluarga yang
mempengaruhi kemampuan individu untuk memiliki perasaan egois
serta menyebabkan ansietas. Pada pasien Waham tingkat emosional
yang tinggi akan kepercayaan bahwa dirinya adalah sesuatu yang
pantas untuk dititukan dan diyakini akan menimbulkan berbagai
masalah dalam kehidupannya.
5) Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
6) Psikososial
(a) Genogram

14
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari
pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.

(b) Konsep diri


(1) Gambaran

diri Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian


tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh
yang tidak disukai dan bagian yang disukai.

(2) Identitas diri

Klien dengan waham mengalami ketidakpastian


memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mempu mengambil keputusan.

(3) Fungsi peran

Pada klien dengan waham bisa berubah atau berhenti fungsi


peran yang disebabkan penyakit, proses menua, putus
sekolah, PHK, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan
dirawat.

(4) Ideal diri

Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya yaitu


mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.

(5) Harga diri

Adanya gangguan harga diri rendah karena perasaan negatif


terhadap diri sendiri,hilangnya rasa percaya diri dan merasa
gagal mencapai tujuan.

3) Hubungan sosial

15
Pasien dengan waham memiliki hubungan sosial sesuai
dengan jenis waham yang dialami. Misalnya waham curiga ,
klien menghindari orang lain.

4) Spiritual

Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,


kepuasan dalam menjalankan keyakinan.

7) Status mental
(a) Penampilan
Pada pasien waham penampilannya sesuai dengan waham
yang dialami. Misalnya pada waham agama berpakaian seperti
seorang ustadz.
(b) Pembicaraan
Pada pasien waham cenderung pembicaraan nya selalu
mengarah ke wahamnya, bicara cepat,jelas tapi berpindah-
pindah,isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
(c) Aktivitas
Motorik Klien waham cenderung bersikap aneh
(d) Afek dan Emosi
Euforia: rasa senang, riang gembira, bahagia yang berlebihan
tidak sesuai dengan keadaan. Kesepian: merasa dirinya
ditinggalkan/dipisahkan dari atau yang lainnya.
(e) Interaksi selama wawancara
Defensif: selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya.

16
(f) Persepsi–Sensori
(1) Tidak ada halusinasi
(2) Tidak ada ilusi
(3) Tidak ada depersonalisai
(4) Tidak ada realisasi
(5) Tidak ada gangguan somatusensorik
(g) Proses Pikir
(1) Arus pikir dan bentuk pikir
Derreistik: bentuk pemikiran tidak sesuai kenyataan yang
ada atau tidak mengikuti logika secara umum)
(2) Isi pikir
Pada pasien waham isi pikirnya sesuai wahamnya.
(a). Waham agama yaitu keyakinan bertema tentang
agama/kepercayaan yang berlebihan.
(b).Waham somatic/hipokondrik yaitu keyakinan klien
terhadap tubuhnya ada sesuatu yang tidak beres, seperti
ususnya busuk, otaknya mencair, perutnya ada kuda.
(c). Waham kebesaran yaitu keyakinan klien terhadap suatu
kemampuan, kekuatan, pendidikan, kekayaan atau
kekuasaan secara luar biasa, seperti “Saya ini ratu adil,
nabi, superman dan lain-lain”.
(d).Waham curiga/kejaran yaitu keyakinan klien terhadap
seseorang/ kelompok secara berlebihan yang berusaha
merugikan, mencederai, mengganggu, mengancam,
memata-matai dan membicarakan kejelekan dirinya.
(e). Waham nihilistik yaitu keyakinan klien terhadap
dirinya/orang lain sudah meninggal/dunia sudah hancur
dan sesuatunya tidak ada apaapanya lagi.
(f). Waham dosa yaitu keyakinan klien terhadap dirinya
telah/selalu salah/berbuat dosa/perbuatannya tidak
dapat diampuni lagi.

17
(g).Waham bizar terdiri dari:
(1).Sisip pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu
pikiran orang lain disisipkan ke dalam pikiran
dirinya.
(2).Siar pikir/broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa
ide dirinya dipakai oleh/disampaikan kepada orang
lain mengetahui apa yang ia pikirkan meskipun ia
tidak pernah secara nyata mengatakan pada orang
tersebut.
(3).Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan
klien bahwa pikiran, emosi dan perbuatannya selalu
dikontrol/dipengaruhi oleh kekuatan di luar dirinya
yang aneh.
(h) Tingkat Kesadaran
Kesadaran berubah: kesadaran yang tidak menurun, tidak
meninggi, tidak nomal, bukan disosiasi, hal ini karena
kemampuan untuk mengadakan (relasi) dan pembatasan
(limitasi) terhadap dunia luar (diluar dirinya) sudah terganggu
dan secara kualitas pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan.
(i) Memori Konfabulasi: ingatan yang keliru ditandai dengan
pembicaraan tidak sesuai kenyataan, memasukkan cerita tidak
benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
(j) Tingkat Konsentrasi dan berhitung Klien waham mampu
berkonsentrasi dan mampu berhitung
(k) Kemampuan Penilaian
(1). Gangguan ringan
(2). Gangguan bermakna
1) Daya Tilik hal-hal di luar dirinya, bilamana ia cenderung
menyalahkan orang lain/ lingkungan dan ia merasa orang
lain/lingkungan di luar dirinya yang menyebabkan ia seperti
ini.

18
B. Pohon Masalah

Berikut pohon masalah (

KERUSAKAN KOMUNIKASI VERBAL AKIBAT

HARGA DIRI RENDAH

GANGGUAN PROSES PIKIR:


WAHAM CORE PROBLEM

DEFISIT PERAWATAN DIRI

KURANGNYA DUKUNGAN CAUSA / PROBLEM


KELUARGA

Skema 2.1: Pohon Masalah

19
C. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan proses pikir: waham


2. Resiko tinggi perilaku kekerasan: resiko mencederai diri, orang lain.
3. Harga diri rendah; kronis

D. Rencana Intervensi

1. Tindakan keperawatan untuk pasien (Ah yusuf,dkk 2016 hal 116)


a. Tujuan
a) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.
b) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
c) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
d) Pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar.

b. Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
b) Bantu orientasi realitas.
1) Tidak mendukung atau membantah waham pasien.
2) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.
3) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari.
4) Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya,
dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal
sampai pasien berhenti membicarakannya.
5) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai
dengan realitas.

20
c) Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak
terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan
marah.
1) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional pasien.
2) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki.
3) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
4) Berdiskusi tentang obat yang diminum.
5) Melatih minum obat yang benar.

2. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

a. Tujuan
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien.
2) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi
kebutuhan yang dipenuhi oleh wahamnya.
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien
secara optimal.
b. Tindakan
1) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami
pasien.
2) Diskusikan dengan keluarga tentang hal berikut.
(a) Cara merawat pasien waham di rumah.
(b) Follow up dan keteraturan pengobatan.
(c) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
c. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis,
frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat).
d. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan
konsultasi segera.

EVALUASI

21
1. Pasien mampu melakukan hal berikut.
a. Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan.
b. Berkomunikasi sesuai kenyataan.
c. Menggunakan obat dengan benar dan patuh.
2. Keluarga mampu melakukan hal berikut.
a. Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai
kenyataan.
b. Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan pasien.
c. Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh.

BAB III
APLIKASI KASUS

KASUS

Tn. A usia 34 tahun datang kerumah sakit jiwa daerah Sui Bangkong pada
tanggal 27 agustus 2020, karena klien tidak mampu membedakan nyata dan tidak
nyata, sakit berfikir realitif, situasi tidaj sesuai kenyataan, aktivitas tidak cepat,
mudah tersinggung dan menghindar dari orang lain.

Klien sebelumnya belum pernah mengalami gangguan kejiwaan, selama ini


klien belum pernah melakukan pengobatan. Saat ini klien tinggal bersama kedua
orang tuanya. Setelah ditinggal pergi oleh istrinya 5 tahun yang lalu, klien tidak
memiliki seorang anak dari istrinya ini, klien mengatakan dulu ia bekerja di
sebuah perusahaan dan adanya pembagian pendapatan yang tidak merata. Klien

22
menginginkan sebuah mobil tapi tidak dikabulkan oleh keluarga. Saat dikaji oleh
perawat didapatkan hasil TB: 168 cm, BB : 65 kg.

A. Pengkajian

I. Identitas klien
Nama : Tn.A
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Status perkawinan : belum menikah
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
No. Rekam Medik : 101020
Tanggal dirawat : 11 September 2020
Alamat : Sui Jawi

II. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny.A
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : SMP
Status perkawinan : menikah
Umur : 56 tahun
Hubungan dengan pasien : kakak pasien
III. Alasan masuk
1) Keluhan utama
Klien datang kerumah sakit jiwa sui bangkong diantar oleh
keluarganya. Pasien datang mengunakan baju kemeja buru dan celana
panjang coklat dengan membawa plastik. Pasien hanya tertunduk diam
dengan pandagan tajam seperti orang curiga melihat pemeriksa.
Selama observasi sesekali pasien tanpak ngmong sendiri dengan suara
yang tidak jelas.

23
Pasien diajak ke RSJ oleh keluarga karena bingung dan ngomong
sendiri sejak 3 hari yang lalu. Keluarga juga mengatakan pasien
sempat tidak tidur selama 2 hari hanya mondar mandir dikamar. Pasien
sudah berkali – kali di opname di RSJ. Terakhir dirawat bulan yang
lalu dan baru pulang 3 hari yang lalu dengan membawa 4 macam obat
dan pasien hanya mau minum obat 2 kali saja. Pasien menyangkal
bahwa dirinya sedang sakit dan merasa baik – baik saja.
2) Keluhan saat pengkajian
Pasien bercerita bahwa ia merasa semua orang yang ia temui
nenantangnya untuk berkelahi. Selain itu pasien mengatakan
bahwa ia merasa orang disekitarnya itu meneror dan
memberikan penyakit padanya.
Faktor prediposisi dan presipitasi
a. Faktor Prediposisi
Klien sebelumnya sudah sering bolak balik kerumah sakit
jiwa, selama ini klien putus obat. Selama ini klien tinggal
bersama ibunya karena ayah klien sudah meninggal. Hanya Tn
A yang belum menikah, kedua saudara laki-lakinya sudah
menikah. Klien mengatakan bahwa dirinya merasa orang
sekitarnya itu mau meneroronya dan memberi penyakit
padanya.
Masalah keperawatan : Risiko perilaku kekerasan
b. Faktor presipitasi
klien tidak mampu membedakan nyata dan tidak nyata, sakit
berfikir realitif, situasi tidak sesuai kenyataan, aktivitas tidak
cepat, mudah tersinggung dan menghindar dari orang lain.
Masalah keperawatan : Ganguan isi pikir

IV. Fisik

a. Tanda-tanda vital

24
Tekanan : 110/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Suhu : 36,5oC
Pernapasan : 22kali/menit
b. Ukuran
Tinggi badan : 168 cm
Berat badan : 65 kg

V. Psikologi Sosial

1. Genogram

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Orang terdekat
: Tinggal serumah
: Meninggal

Penjelasan genogram :

Pasien merupakan anak terakhir dari 3 bersaudara. Pasien mengatakan


bapaknya sudah meninggal dan ia tinggal bersama ibu dan saudaranya,
hanya pasien yang belum menikah, karena kedua saudara laki-lakinya
sudah menikah.

2. Konsep diri

25
a. Citra tubuh
Saat ditanya tentang persepsinya mengenai citra tubuhnya
pasien mengatakan tidak ada yang dibenci pada dirinya,
pasien menerima tubuhnya apa adanya
Masalah keperawatan : Tidak ada
b. Identitas
Pasien mampu menyebutkan nama lengkap, nama
panggilan, jenis kelamin, dan umurnya. Pasien tahu
statusnya dalam keluarga sebagai anak ketiga dan ia tau
jumlah saudaranya dan ia memiliki kakak.
Masalah keperawatan : Tidak ada
c. Peran
Pasien mengatakan dirinya sekarang adalah sebagai seorang
anak dan tidak mempunyai pekerjaan tetap.
Masalah keperawatan : tidak ada
d. Ideal diri
Pasien mengatakan bahwa di rumah sakit jiwa melakukan
perawatan agar sehat dan ingin pulang tapi menunggu
keluarga konsul dengan dokter terlebih dahulu. Pasien juga
mengatakan ingin menikah mengingat umurnya sudah
cukup sperti kakak laki-lakinya yang sudah berkeluarga.
Pasien juga mengatakan ingin memiliki istri yang umurnya
5 tahun lebih muda dari dirinya.
Masalah keperawatan : tidak ada
e. Harga diri
Pasien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan
dengan orang lain. Pasien juga mengatakan mengenal baik
teman-teman di ruangannya.
Masalah keperawatan : tidak ada
3. Hubunga sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatak an orang terdekat dengannya adalah ibu
dan saudaranya.

26
Masalah keperawatan: tidak ada
b. Peran serta dalam kelompok/masyarakat
Pasien berbaur dengan baik dan tidak ada masalah antar
temannya di RSJ.
Masalah keperawatan: tidak ada
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien tidak memiliki hambatan dengan orang lain atau
dengan pasien lain di rumah sakit jiwa. Pasien bergaul
dengan teman-temannya yang lain di RSJ.
Masalah keperawatan : Tidak ada
4. Spritual
Klien merasa dirinya selalu dilindungi oleh Tuhan, klien selalu
mengikuti/ melaksanakan sholat 5 waktu
VI. Status mental
a. Penampilan
Saat pengkajian pasien menggunakan baju kaos berwarna
hitam berkerah dan celana pendek jeans selutut berwarna
hitam, rambut pasien rapi. Secara keseluruhan pasien
tampak bersih dan rapi.
Masalah keperawatan: tidak ada
b. Pembicaraan
pasien menggunakan Bahasa yang sopan , pasien dapat
menjawab semua pertanyaan perawat walaupun terkadang
tidak nyambung dan ngomong sendiri. Pasien berbicara
ketika ditanya dan menjawab pertanyaan perawat namun
sesekali pasien bercerita yang jauh dari topik pembicaraan.
Masalah keperawatan: tidak ada
c. Aktivitas motoric
pasien duduk sambil merokok Pasien hanya berdiam diri
dalam ruang perawatan.
Masalah keperawatan: tidak ada

27
d. Alam perasaan
pasien tampak tenang dalam berkomunikasi,tubuhnya
terlihat gemetar, pasien tidak tampak sedih atau gembira
yang berlebihan.
Masalah keperawatan: tidak ada
e. Interasksi selama wawancara
Pasien cukup kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang
diberikan saat wawancara, pasien mendominasi
pembicaraan, bila ditanya jawabannya kadang lebih dari
porsi pertanyaan. Pasien tampak de fensif (mempetahankan
pendapat dan kebenaran dirinya). Kontak mata pasien
dengan perawat sangat baik
Masalah keperawatan : tidak ada.
f. Presepesi
Pasien mengatakan selama ini tidak pernah mendengar
suara-suara dan tidak pernah melihat bayangan-bayangan
( objek ) yang aneh.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
g. Isi pikir
Isi pemikiran pasien tidak logis, pasien melihat semua
orang yang ia temui sedang mengajaknya berkelahi, pasien
merasa semua orang membencinya dan ingin
mencelakainya, pasien juga mengangap orang disekitarnya
memberikan penyakit kepadanya.
Masalah Keperawatan : Waham curiga.
h. Tingkat kesadaran
Pasien dapat menyebutkan nama, alamat, jumlah saudara.
Pasien tahu orang yang diajak bicara adalah perawat, pasien
juga mengetahui dimana dia berada saat ini dan pasien
tidak mengalami disorientasi waktu.
Masalah Keperawatan : tidak ada

28
i. Memori
Pasien tidak mengalami gangguan memori, dia ingat baik
siapa yang mengantarnya ke RSJ saudara kandungnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
j. Tingkat konsentrasi
Pasien tidak mengalami gangguan kemampuan pada tingkat
konsentrasi dan cukup focus menjawab pertanyaan perawat.
Masalah Keperawatan : tidak ada
k. Kemampuan penilaian
Saat pengkajian pasien mampu memberikan suatu
keputusan dan kemampuan penilaian pasien cukup baik jika
diberi pilihan yaitu "makan dulu apa cuci tangan dulu?",
pasien menjawab "cuci tangan dulu baru makan karena biar
tangannya bersih dan tidak sakit perut, setelah makan cuci
tangan kembali".
Masalah Keperawatan : tidak ada

VII. Kebutuhan persiapan pulang


a. Makan
Frekuensi : 2 x sehari
Jumlah : 1 porsi dihabiskan.
b. Buang air besar/buang air kecail
Buang ait besar : 1kali/hari
Buang air kecil : 3-4kali/hari
c. Mandi
Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan.
d. Istirahat dan tidur
Menurut pasien ia selalu nyenyak tidur di dalam kamar
rumah sakit.
e. Berpakaian

RESIKO TINGGI PERILAKU


KEKERASAN
29
EFEK:
MASALAH INTI:

ISOLASI SOSIAL

SEBAB:

Pasien mengatakan
HARGA mengganti pakainnya 1 hari sekali,
DIRI RENDAH
pasien mengatakanKRONIS
biasanya perawat yang
mengambilkannya pakaian ganti.
f. Penggunaan obat
Pasien mengatakan obat yang diberikan padanya selalu di
minum, pasien mengatakan minum obat 2 x sehari pagi dan
sore.
g. Pemelihara kesehatan
Pasien mengatakan kalau sudah keluar dari RSJ dia akan
rajin minum obat dan kontrol agar tidak kambuh.
h. Pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kalau sudah keluar dari RSJ dia akan
rajin minum obat dan kontrol agar tidak kambuh.
i.Aktifitas didalam rumah
Pasien mengatakan dirumah dia hanya tidur saja dan tidak
melakukan kegiatan apa-apa
j.Aktifitas diluar rumah
Pasien mengatakan sehari-hari hanya jalan jalan saja
disekitar rumah Aktifitas diluar rumah. karena bosan
berdiam di rumah terus.
VIII. Mekanisme koping
Mekanisme koping pasien maladaptif dimana pasien mengalami
perubahan isi pikir yang tidak sesuai dengan realita (waham curiga),
reaksi berlebihan, kuat mempertahankan pendapatnya, pasien banyak
bicara kepada orang lain.
Masalah Keperawatan : Mekanisme koping tidak efektif.
IX. Masalah Psikososial dan lingkungan
Pasien hanya sendiri di ruang perawatan dan hanya berdiam diri dalam
ruang tersebut.
X. Pengetahuan

30
menunggu konsul keluarga dan dokter terlebih dahulu. Masalah
Keperawatan : Tidak ada.

XI. Pohon masalah


Risiko Tinggi mencederai diri
Orang lain dan lingkungan Akibat

Waham Curiga Core Problem

Riwayat Halusinasi Penyebab

Skema 3.1: Pohon Masalah

Diagnosa Keperawatan :

1. Waham curiga

2. Koping individu tidak efektif

Analisi data

No Data Masalah

Keperawatan

31
1 Data Subjektif : Risiko tinggi mencederai diri,
orang lain dan lingkungan
- Klien bercerita bahwa ia merasa
bahwa semua orang yang ia
temui menantangnya untuk
berkelahi.
- Klien mengatakan bahwa ia
merasa orang disekitarnya
menerornya.

Data Objektif :

- Reaksi berlebihan

2 Data Subjektif : Waham curiga

- Klien mengatakan bahwa ia


merasa orang disekitarnya
memberikan penyakit
kepadanya.
- Pasien mengatakan mengenal
baik teman-teman di ruangannya.

Data Objektif :

- Pasien berbaur dengan baik dan


tidak ada masalah antar
temannya di RSJ.
- Pasien tidak memiliki hambatan
dengan orang lain di RSJ.
- Pasien bergaul dengan teman-
temannya.
- Kontak mata pasien dengan
perawat sangat baik.

32
3 Data Subjektif : Riwayat Halusinasi

- Pasien mengatakan selama ini


tidak pernah mendengar suara-
suara dan tidak pernah melihat
bayangan-bayangan yang aneh.

Data Objektif :

 Pasien berdiam diri dalam ruang


perawatan.
 Isi pemikiran pasien tidak logis.

33
RENCANA TINDAKAN PASIEN DENGAN WAHAM CURIGA
Nama : Tn. A
NO RM : 101020

Diagnosa Perencanaan
Tanggal
keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Senin, 11 sepetember Waham curiga Tum :
2020 Pasien dapat berpikir
Pukul : 10.00 sesuai realita.

Tuk 1:
Pasien dapat membina Sudah diberikan askep 1. Bina hubungan saling
hubungan saling perrcaya selama 15 menit dengan 2 percaya dengan mengunakan
dengan dengan perawat kali pertemuan pasien prinsip komunikasi
diharapkan: taraupetik :
a. Mau menerima a. Beri salam
kehadiran perawat b. Perkenalan diri,
disampingnya. tanyakan nama serta
b. Mengatkan mau nama panggilan yang
menerima bantuan disukai
perawat. c. Jelaskn tujuan interaksi
c. Tidak menunjukkan d. Yakinkan klien dalam

34
tanda-tanda curiga. keadaan aman dan
d. Mengunjinkan duduk perawat siap menolong
disamping mendampinginya
e. Yakinkan bahwa
kerahasiaan pasien akan
tetap terjaga
f. Tunjukkan sikap
terbuka dan jujurab
g. Perhaatikan kebutuhan
dasar dan beri bantuan
untuk memenuhunya.
2. Beri kesempatan untuk
mengungkapkan
perasaannya.
3. Sediakan waktu untuk
mendegarkan pasien
Tuk 2 Setelah 2x interaksi: Pasien 1. Bantuan pasien untuk
Pasien dapat menceritakan ide-ide dan mengungkapkan
mengindetifikasi perasaan perasaan yang muncul perasaan dan
yang muncul secara secara berulang dalam pikirannya.
berulang dalam pikiran pikirannya a. Dikusi denhan
pasien pasien

35
pengalaman yang
dialami selama
ini termasuk
hubungan
dengan orang
yang berarti,
lingkungannya
kerja, sekolah,
dan lain
sebagainya.
b. Dengarkan
pernyataan
pasien dengan
empati tanpa
dukungan atau
menentang
pernyataan
wahamnya.
c. Kata perawat
dapat memahami
apa yang
diceritakan

36
pasien.
Tuk 3: Setelah 2x interaksi pasien: 3. Bantu pasien untuk
Pasien dapat a. Dapat menyebutkan mengidetifikasi kebutuhn
mengidetifikasi stressor kejadiansesuai yang tidak terpenuhi serta
atau pencetus wahamnya dengan urutan keadian yang menjadi faktor
waktu serta pencetus waham.
harapan/kebutuhan a. Diskusi dengan
dasar yang dapat pasien tentang
terpenuhi seperti kejadian-kejadia
harga diri, rasa traumatic yang
aman. menibulkan rasa
b. Dapat menyebutkan takut, ansietas
hubungan antara maupun perasaan
kejadian traumatis tidak dihargai.
atau kebutuhan b. Diskusi
tidak terprnuhi kebutuhan/harapan
dengan wahamnya yang belum
terpenuhi.
c. Diskusi
kebutuhan/harapan
yang belum
terpenuhi.

37
Tuk 4: Setelah dua kali intraksi 1. Bantu pasien
Pasien dapat oasien:menyebutkan mengidetifikasi kenyakinan
mengidetifikasi wahamnya perbedaan pengalaman yang salah tentang situasi
nyaa dengan pengalaman yang nyata (bila pasien
wahamnya. sudah siap)
a. Diskusi dengan pasien
pengalaman waham
tanpa berargumentasi
b. Katkan kepadaa pasien
keraguan perawat
terhadap pernyata
pasien
c. Diskusi dengan pasien
respon persaan terhadap
waham.
d. Disksi frekuensi,
intesitas, dan durasi
terjadinya waham
e. Bantu pasien
membedakan situasi
nyata dengan situasi

38
yang dipersepsikan
salah oleh pasien.
1. Diskusikan dengan pasien
Pengalaman-pengalaman yang
tidak menguntungkan sebagai
akibat dari wahamnya seperti
atau
a. Hambatan dalam
berinteraksi
dengan keluarga
b. Hambatan dalam
berinteraksi
dengan orang lain
c. Hambatan dalam
melakukan aktivitas
sehari-hari
d. Perubahan dalam
prestasi kerja atau
sekolah
2. Ajak pasien melihat bahwa
waham tersebut adalah
masalah yang membutuhkan
bantuan dari orang
lain
3. Diskusikan dengan pasien
orang atau tempat ia minta
bantuan apabila wahamnya
timbul atau sulit
dikendalikan.
Tuk 5: Setelalah 2x interaksi: 1. Diskusi dengan pasien
Pasien dapat pasien menjelaskan pengalam-pengalaman

39
(engidenti)ikasi gangguan fungsi hidup yang tidak menguntungkan
konsekuensi dari sehari-hari yang sebagai akibat dari waham
wahamnya diakibatkan ide-ide fikirann seperti:
yang tidak sesuai dengan a. Hambatan dalam
kenyataan seperti: beriterasi denga
a. Hubungan dengan keluarga
keluarga b. Hambtan dalam
b. Hubungan dengan berinteraksi dengan
orang lain oramg lain
c. Aktivitas sehari hari c. Hambtan dalam
d. Pekerjaan melakukan aktivitas
e. Sekolah sehari-hari.
f. Prestasi d. Perubahan dalam
prestasi kerja atau
sekolah
2. Ajak pasien melihat
baahwa waham tersebut
adalah masalah yang
membutuhkan bantuan dari
orang lain.
3. Diskusi dengan pasien
orang/ tempat ia minta

40
bantuan apabila wahamnya
timbul/ sulit dikendalikan.
Tuk 6 : Setelah dua kali interaksi 1. Diskusi hobi atau aktivitas
Pasien dapat melakukan pasien: pasien melakukan yang disukainya..
teknik distraksi sebagai aktivitas yang kontstruktif 2. Anjurkan pasien memilih
cara menghentkikan sesuai dengan munatnya dan melakukan
pikiran yang terpusat pada yang yang daoat aktivitasyang membutuhkan
wahamnya. mengalihkan fokus pasien perhatian dan keterampilan
wahamnya. fisik
3. Ikur serta pasien dalam
membutuhkan perhatian
sebagai pengisi waktu luang.
4. Libatkan pasien dalam TAK
orientasi realita.
5. Bicara dengan pasien topik-
topik yang nyata.
6. Anjurkan pasien untuk
bertanggung jawab secara
personal.
7. Beri penghargaan bagi
setiap upaya pasien yang
positif.

41
Tuk 7: 1. Setelah 2x interaksi 1. Diskusi dengan pasien
Pasin dapat memanfaatkan pasien menyebutkan, tentang manfaat dan
obat dengan baik. a. Manfaat minum obat kerugian tidak minum obat,
b. Kerugan tidak nama, warrna, dosis, cara,
minum obat efekterapi dan efek
c. Nama, warna, dosis, samping penggunaan obat
efekterapi dan efek 2. Pantau pasien saat
samping obat. pengunaan obat degan
2. Setelah 1x interaksi benar
pasien 3. Diskusi akbat berhenti
mendemosyraksika minum obattanpa
n pengunaan obat konsultasi dengan dokter.
yang yang benar
3. Setelah 1x interaksi
pasien menyebutkan
akibat berheni
minum obat tanpa
konsultasi dokter.

42
IMPLEMENTASI KEPERAWATAAN
No Hari No Tindakan keperawatan Respon pasien Paraf
Tanggal Tu
Jam k
1 Senin, 11 sepetember 2020 1 Membina hubungan saling percaya S: “selamat pagi
Pukul: 10.00 dengan pasien dengan cara: nama saya P’’
a. Mengucapkan salam “selamat pagi 0: Pasien mau
pak” dan mengulurkan tangan. membahas salam,
b. Perkrnalakan diri dengan pasien mau berjabat tangan,
c. Memangil pasien dengan sebutan ada kontak mata.
yang disukai. Perawat mamangil
d. Menjelaskan tujuan dengan dengan pasien dengan
membuat kontrak dengan pasien. panggilan
e. Menyakinkan pasien bahwa ia bisa kesukaannya pak “p”
bercerita dan rahasia terjaga =. saja sesuai dengan
f. Mempertahankan kontak mata permintaan pasien.
dengan pasien saat berbicara.
1 Melakukan perpisahan dan kontrak S: “iya”
dengan pasien "sekarang mengobrolnya 0:”pasien
kita cukupkan dulu sampai disini, mengangguk pak”
bapak sudah baik mau menceritakan
perasaan bapak kepada saya, silahkan

43
bapak melanjutkan aktivitas, besok
pukul 10.00 kita mengobrol lagi yaa.
2 Berdiskusi dengan pasien mengenai S:“ ya selamat pagi,
pengalamannya selama ini dengan saya masih ingat
orang terdekatnya, saat bekerja. dengan bapak J yang
mengajak saya
mengobrol kemarin"
0 : ekspresi pasien
datar, pasien sudah
mau berjabat tangan
Memberi kesempatan pada pasien S: "semua orang
untuk mengungkapkan penyebab/faktor nantangin saya,
pencetus timbulnya waham. ngajakin saya
berkelahi, saya lihat
orang – orang juga
mau buat saya
celaka" 0: kontak
mata pasien ada,
pasien berbicara
tampak serius, suara
keras.
2 Menanyakan apakah pasien tau ini S: "saya tau saya
dimana dan apa kegiatan schari-hari dırumah sakit tapi
44
pasien d RS saya ingin pulang,
saya tidak sakit."
0 : pas ien
mengingkari dirinya
sakit
2 Mengakhiri percakapan dan melakukan S: “iya pak, boleh
kontrak waktu yang akan datang saja”
dengan pasien, "hari ini sudah selesai O: “pasien kembali
kita mengobrolnya, bagaimana kalau ke tempat duduk.
besok pagi kita mengobrol lagi jam
10.00 ? sekarang bapak bisa
istirahat/melanjutkan aktvitas"

EVALUASI

Hari, tanggal Waktu No. TUK Evaluasi


Senin, 11 sepetemeber 2020 13.30 1 S : "Selamat pagi, nama saya P"
O: Pasien mau membalas salam, mau berjabat tangan, ada kontak
mata. perawat memanggil pasien dengan pan ggilan kesukaannya
pak "p" saja sesuai dengan permintaan pasien.
A : TUK I tercapai

45
P : Lanjutkan TUK 2
Selasa, 12 sepetember 2020 13.30 2 S: Pasien mau menceritakan ide-ide dan perasaan yang muncul
secara berulang dalam pikirannya pasien mengatakan "semua orang
nantangin saya, ngajakin saya berkelahi, saya lihat orang - orang
juga mau buat saya celaka"
0: saat salam terapeutik pasien sudah mau berjabat tangan dengan
perawat. pasien mau bercerita mengenai ide-ide dan perasaannya,
ekspresi wajah pasien nampak serius, ada kontak mata dengan
perawat
A : TUK 1 tercapai, TUK 2 tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien

46
Strategi Pelaksanaan Komunikasi mRole Play)
SP 1 Pasien
Membina hubungan saling percaya, mengindetifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan
cara memenuhi kebutuhan, mempraktikan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Orientasi
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Rijal , saya perawat yang dinas pagi ini di ruang
Melati. Saya dinas dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang nanti, saya yang akan merawat anda
hari ini. Nama Anda siapa, senangnya dipanggil apa?" "Boleh kita berbincang-bincang
tentang apa yang ibu rasakan sekarang?"
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalua 30 menit?
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, ibu ?
Kerja
“Saya mengerti ibu merasa bahwa ibu adalah seorang nabi, tetapi sulit bagi saya untuk
mempercayai karena setahu saya semua nabi sudah tidak ada lagi. Bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus ibu?
“Tampaknya ibu gelisah sekali, bisa ibu ceritkan apa yang ibu rasakan?”
“O… jadi ibu merasakan takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri ibu sendiri?”
“Siapa menurut ibu ibu yang sering mengatur-ngatur diri ibu?”
“Jadi, ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya bu, juga kakak dan adik ibu yang lain?”
“Kalau ibu sendiri, inginya sepertinya apa?”
“Bagus, ibu punya rencana dan jadwal tersebut ibu”
“Wah, bagus sekali! Jadi setiap harinya ibu ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan
kalua dirumah terus ya?
Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalua jadwal ini ibu cobaa coba lakukan, setujuh?”
“Bagaimana kalua saya datang dua jam lagi?”
“Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah ibu miliki?”
“Tentang kemampuan yang pernah ibu miliki?”
“Maunya dimana bercakap-cakap?”
“Bagaimana kalua disi lagi?”

47
SP 2 Pasien
Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktikannya
Orientasi
"Selamat pagi ibu, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!"
"Apakah ibu sudah mengingat-ingat apa saja hobi ibu?"
"Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?"
"Di mana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi ibu tersebut?"
"Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?"
Kerja
"Apa saja hobi ibu? Saya catat ya B, terus apa lagi?"
"Wah, rupanya ibu pandai main bola voli ya, tidak semua orang bisa bermain voli seperti
itu lho ibu."
"Dapatkah ibu ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main voli, siapa yang
dulu mengajarkannya kepada ibu, di mana?"
"Dapatkah ibu peragakan kepada saya bagaimana bermain voli yang baik itu?"
"Wah, baik sekali permainannya."
"Coba kita buat jadwal untuk kemampuan ibu ini ya, berapa kali sehari/seminggu ibu mau
bermain voli?"
"Apa yang ibu harapkan dari kemampuan bermain voli ini?"
"Ada tidak hobi ibu yang lain selain bermain voli?"
Terminasi
"Bagaimana perasaani ibu setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan ibu?"
"Setelah ini, coba ibu lakukan latihan voli sesuai dengan jadwal yang telah kita buat ya!"
"Besok kita ketemu lagi ya ibu? Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar
makan saja ya?"
"Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus B minum, setuju?"

48
SP 3 Pasien
Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar
Orientasi
"Selamat pagi ibu ! Bagaimana B sudah dicoba latihan volinya? Bagus sekali!"
"Sesuai dengan janji kita dua hari karang kita membicarakan lalu, bagaimana kalau
sekarang bicarakan tentang obat yang ibuminum?”
"Di mana kita mau berbicara?"
"Berapa lama ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?"
Kerja
“Ibu, berapa macam obat yang diminum? Jam berapa saja obat di minum?"
"Ibu perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang. Obatnya ada
tiga macam, yang berwarna oranye namanya CPZ gunanya untuk menenangkan, yang
berwarna putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang warnanya merah jambu ini
namanya HLP gunanya agar pikiran ibu tenang. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Jika nanti setelah minum obat mulut ibu terasa kering,
untuk membantu mengatasinya ibu bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu.
Sebelum minum obat ini, ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama ibu
tertulis di situ, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar"
"Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam
waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya B tidak menghentikan sendiri obat
yang harus dimi- num sebelum membicarakannya dengan dokter."
Terminasi
"Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang obatibu minum?" yang
“Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?"
"Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan abang. Jangan lupa minum obatnya dan nanti
saat makan minta sendiri obatnya pada suster."
"Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya ibu!"
”Ibu besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang relah dilaksanakan.
Bagaimana kalua seperti biasa, jam 10 pagi dan ditempat yang sama? Sampai besok!”

49
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah,
keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya,
ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal melalui proses
interaksi/informasi secara akurat

B. Saran

Pada makalah inu menjelaskan tentang tanda dan gejala serta asuhan keperawatan waham dan
doharapakan masyarakat dapat lebih mengetahui mengenai tanda dan gejala serta asuha
keperawatan penyakit waham agar dapat membantu proses penyembuhan penderita.

50
DAFTAR PUSTAKA

Ah Yusuf dkk. 2015, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta: Selemba Medika.
Anindita, B. 2012, Pengaruh Teknik Relaksasi Proresif Terhadap Tingkat Kecemasan
pada Klien Skizrofenia Faronoid di RSJD. Surakarta.
Azizah, Lilik dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori Dan Aplikasi
Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Budi, Akemat. 2019. Model praktik keperawatan professional Jiwa. Jakarta. EGC
Fitria, Nita. 2012. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan dan strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.
Prabowo,2017. Konsep dan Aplikasi asuhan keperawatan jiwa.Nuha Medika. Yogyakarta
Agung,Redayani dkk.2018. Psikiatri. Elisevier. Singapore.
InfoDATIN,2018, Situasi kesehatan jiwa di Indonesia.Riskesdas
WHO 2017. mental disorder. Artike ilmiah.
Stuart, G W. m2013.Princiles and practice of psychiatric nursing syt.louis: mosdby)
Wahyu, s. m2012. Buku saku keperawatan jiwa.yogyakarta:nuha medika.
Stuart gail wiscarz dan sundeen, Sandra j.2015. principles practice psychiatric nursing.
Michigan university: mosby.

51

Anda mungkin juga menyukai