Anda di halaman 1dari 18

STABILITAS OBAT SUSPENSI

MAKALAH

Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah : Stabilitas Obat
Dosen Pengampu : Aziez Ismunandar ,S.Farm. Apt .M.M

Disusun Oleh:
1. M Izul Islami 42118048
2. Muhamad Abdul Azis 42118049
3. Rian Hadi Kusuma 42118051
4. Rini Purwanti 42118053

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS PERADABAN
BUMIAYU
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semuanya, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini membahas tentang “ Stabilitas Obat Suspensi ”.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas terstruktur kelompok pada mata kuliah
Stabilitas Obat yang diampu oleh Dosen Aziez Ismunandar ,S.Farm. Apt .M.M ,
Program Studi Farmasi Semester 5 Universitas Peradaban .
Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1. Aziez Ismunandar ,S.Farm. Apt .M.M. Selaku dosen mata kuliah
Stabilitas Obat yang telah membimbing kami.
2. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberi semangat dan
dukungannya.
3. Dan semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi masyarakat dan bagi yang
membacanya untuk menambah wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Bumiayu, 2 oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
2.1 Pengertian sediaan suspensi...................................................................3
2.2 persyaratan sediaan suspensi.................................................................3
2.3 Jenis-jenis sediaan suspensi....................................................................4
2.4 Keuntungan dan Kerugian sediaan suspensi........................................5
2.5 Cara pembuatan sediaan suspensi.........................................................5
2.6 Pengertian Suspending Agent................................................................7
2.7 Klasifikasi Suspending Agent.................................................................8
2.8 Pengertian stabilitas suspensi...............................................................10
2.9 Faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi.................................11
2.10 Cara penilaian stabilitas suspensi........................................................12
2.11 Cara pengemasan dan penandaan sediaan suspensi..........................13
BAB III..................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pembuatan suatu suspensi, kita harus mengetahui dengan


baik karakteristik fase terdispersi dan medium dispersinya. Dalam
beberapa hal fase terdispersi mempunyai afinitas terhadap pembawa untuk
digunakan dan dengan mudah ”dibasahi” oleh pembawa tersebut selama
penambahannya. Obat yang tidak dipenetrasi dengan mudah oleh
pembawa tersebut dan mempunyai kecenderungan untuk bergabung
menjadi satu atau mengambang di atas pembawa tersebut. Dalam hal yang
terakhir, serbuk mula-mula harus dibasahi dahulu dengan apa yang disebut
”zat pembasah” agar serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium
dispersi. Alkohol, gliserin, dan cairan higroskopis lainnya digunakan
sebagai zat pembasah bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase
dispersi. Bahan-bahan tersebut berfungsi menggantikan udara dicelah-
celah partikel, mendispersikan partikel tersebut dan kemudian
menyebabkan terjadinya penetrasi medium dispersi ke dalam serbuk.
Dalam pembuatan suspensi skala besar, zat pembasah dicampur
dengan partikel-partikel menggunakan suatu alat seperti penggiling koloid
(coloid mill), pada skala kecil, bahan-bahan tersebut dicampur dengan
mortir dan stamper. Begitu serbuk dibasahi, medium dispersi (yang telah
ditambah semua komponen-komponen formulasi yang larut seperti
pewarna, pemberi rasa, dan pengawet) ditambah sebagian-sebagian ke
serbuk tersebut, dan campuran itu dipadu secara merata sebelum
penambahan pembawa berikutnya. Sebagian dari pembawa tersebut
digunakan untuk mencuci alat-alat pencampur agar bebas dari suspenoid,
dan bagian ini digunakan untuk mencukupi volume suspensi dan
menjamin bahwa suspensi tersebut mengandung konsentrasi zat padat
yang diinginkan.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan sediaan suspensi ?
2. Apa saja persyaratan sediaan suspensi?
3. Apa saja jenis-jenis sediaan suspensi ?
4. Apa kelebihan dan kekurangan sediaan suspensi ?
5. Bagaimana cara pembuatan suspensi ?
6. Apa itu suspending agent?
7. Apa saja klasifikasi dari suspending agent ?
8. Apa saja yang faktor yang mempengaruhi sediaan suspensi?
9. Apa yang dimaksud dengan stabilitas suspensi ?
10. Bagaimana cara penilaian stabilitas suspensi ?
11. Bagaimana cara pengemasan dan penandaan sediaan suspensi ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini yaitu,
untuk :
1. Mengetahui pengertian dari sediaan suspensi
2. Mengetahui persyaratan sediaan suspensi
3. Mengetahui jenis-jenis sediaan suspensi
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan sediaan suspensi
5. Mengetahui Bagaimana cara pembuatan suspensi
6. Mengetahui Apa itu suspending agent
7. Mengetahui klasifikasi dari suspending agent
8. Mengetahui faktor yang mempengaruhi sediaan suspensi
9. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan stabilitas suspensi
10. Mengetahui Bagaimana cara penilaian stabilitas suspensi
11. Mengetahui Bagaimana cara pengemasan dan penandaan sediaan
suspensi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2 Pengertian sediaan suspensi

A. Menurut buku referensi


a. Farmakope edisi III Thn. 1979 Hal. 32
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut , terdispersi dalam cairan pembawa .
b. Farmakope edisi IV Thn. 1995 Hal. 17
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair .
c. Fornas edisi II Thn 1978 Hal. 333
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak larut
dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan
padat yang terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus dengan atau
tanpa zat tambahan yang akan terdispersi sempurna dalam cairan
pembawa yang ditetapkan . yang pertama berupa suspensi jadi
sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang harus
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.
d. Ilmu Meracik Obat (IMO) hal 149
Suspensi  adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa , zat
yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dila
digojok perlahan-lahan endapan harus terdispersi kembali.

3 persyaratan sediaan suspensi

Secara umum yaitu :


a. Partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi merata di seluruh
sistem dispersi.
b. Zat yang tersuspensi tidak boleh cepat mengendap

3
c. Bila partikel-partikel mengendap tidak boleh membentuk gumpalan
padat (harus terdispersi kembali jika dikocok).
d. Tidak boleh terlalu kental sehingga mudah dituang dari botol atau
melewati jarum injeksi
e. Untuk sediaan obat luar harus cukup cair sehingga dengan mudah
tersebar di permukaan tetapi tidak boleh mudah bergerak sehingga
mudah hilang dari permukaan.
f. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas.
g. Karakteristik suspensi harus tetap konstan selama penyimpanan.
h. Tidak boleh diinjeksikan secara intra vena dan intratekal.
i. Suspensi harus menggunakan antimikroba
j. Harus dikocok terlebih dahulu
k. Harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.

4 Jenis-jenis sediaan suspensi

a. Suspeni oral adalah sediaan cair mengandung partikel dapat yang


terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai
dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi
etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam golongan ini.
Beberapa suspensi dapat langsung digunakan sedangkan yang lain
berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlabih dahulu
dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan.
b. Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk pengguanan
pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “lotio”
termasuk dalam kategori ini.
c. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel
halus yang ditujukan untuk diteteskan telinga bagian luar.
d. Suspensi optalmik adalah sedaan cair steril yang mengandung partikel-
partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada
mata. Obat dalam suspensi haru dalam bentu termikronisasi agar tidak

4
menimbulka iritasi atau goresan pada kornea. Supensi obat mata tidak
boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau menggumpal.
e. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam
medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau
kedalam larutan spinal.
f. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan kering dengan
bahan pembawa yang sesuai untuk membentuklaruatan yang
memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan bahan yang sesuai.

5 Keuntungan dan Kerugian sediaan suspensi

 Keuntugan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut :


a) Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat
memperlambat terlepasnya obat .
b) Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk
larutan.
c) Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan
dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
 Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut :
a) Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
b) Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain,
misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.
c) Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi
kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air
sebagai katalisator .

6 Cara pembuatan sediaan suspensi

Supensi dapat dibuat dengan metode :


 Metode dispersi
Yaitu dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam
mucilago yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan. Perlu

5
diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat
mendispersi serbuk dalam vehicle, hal tersebut karena adanya udara,
lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah
kemasukkan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya
serbuk terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat
terdispersi dengan medium. Bila sudut kontak ± 90 º serbuk akan
mengambang diatas cairan . serbuk yang demikian disebut memiliki
sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan antar muka antar partikel
zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah
atau welling agent.
 Metode praesipitasi
Zat yang hendak didespersi dilarutkan dahulu dalam pelarut
organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut
organik diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air. Akan tetapi
endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Caiaran
organik tersebut adalah etanol, propilenglikol dan polietilenglikol.
 Sistem pembentukan suspensi
 Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah, cepat
mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah
tersuspensi kembali.
 Sistem deflokulasi
Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap dan
akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya
terbentuk cake yang keras dan sulit tersuspensi kembali.
Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi
adalah :
o Deflokulasi
 Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang
lain.
 Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel
mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal.

6
 Sedimen terbentuk lambat.
 Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar
terdispersi lagi.
 Wujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam
waktu relatif lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas
berkabut.
o Flokulasi
 Partikel merupakan agregat yang bebas.
 Sedimen terjadi cepat
 Sedimen terbentuk cepat
 Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan
mudah terdispersi kembali seperti semula
 Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi
terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih
dan nyata.

7 Pengertian Suspending Agent

Suspending agent adalah bahan tambahan yang berfungsi untuk


mendispersikan partikel tidak larut dalam pembawa dan meningkatkan
fiskositas sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat . suspending agnet
berfungsi untuk mendispersikan partikel tidak larut kedalam pembawa dan
meningkatkan fiskositas sehingga kecepatan pengendapan bisa diperkecil.
Mekanisme kerja suspending agent adalah untuk memperbesar kekentalan
fiskositas, tetapi kekentalan yang berlebihan akan mempersulit konstitusi
dengan pengocokan.

7
8 Klasifikasi Suspending Agent

Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua


yaitu :
A.  Bahan pensuspensi dari alam
Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut
gom/hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air
sehingga campuran tersebut membentuk mengikat air sehingga campuran
tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago
maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas
suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengruhi oleh panas, ph dan
fermentasi bakteri.
Hal ini dapat dibuktikan dengan suatu percobaan :
- Simpan 2 botol yang berisi mucilago sejenis.
- Satu botol ditambah dengan asm dan dipanaskan, kemudian
keduanya disimpan ditempat yang sama.
- Setelah beberapa hari diamati ternyata botol yang ditambah
dengan asm dan dipanaskan mengalami penurunan viskositas
yang lebih cepat dibanding dengan botol tanpa pemanasan.
Termasuk golongan gom adalah :
a) Acasia (pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp,dapat larut dalam air,
tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari
mucilagonya antara pH 5 – 9. Dengan penambahan suatu zat yang
menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 – 9 akan menyebabkan
penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab denan kadar
35% kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah
dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat
pengawet(preservatif).
b) Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus dan mamilosa, dapat larut
dalam air, tidak larut dalam alkihol, bersifat alkali. Ekstrak dari
chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai oleh industri

8
makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah
dirusak oleh bakteri, sehingga perlu ditambahkan bahan pengawet
untuk suspensi tersebut.
c) Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragcanth
sangat lambat mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi
biasanya dilakukan pemanasan, mucilago tragacath lebih kental dari
mucilago dari gom arab.mucilago tragacanth baik sebagai stabilisator
suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator.
d) Algin
Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut. Dalam
perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat.
Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi
bakteri sehingga suspensi dalam algin memerlukan bahan pengawet.
Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1 -2 %.
Golongan bukan gom
Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah liat. Tanah
liat yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi
ada tiga macam yaitu bentonite, hectorite dan veegum. Apabila tanah liat
dimasukkan kedalam air mereka akan mengembang dan mudah bergerak
jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi. Karena
peristiwa tersebut, kekentalan cairan akan bertambah sehingga stabilitas
dari suspensi menjadi lebih baik.
Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga
penambahan bahan tersebut kedalam suspensi adalah dengan
menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan bahan suspensi dari
bahan tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu atau panas dan
fermentasi dari bakteri, karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa
anorganik, bukan golongan karbohidrat.

9
B. Bahan pensuspensi sintesis
a) Derivat selulosa
Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methol,
tylose), karbrsi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.
Dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka atau nomor,
misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan
menambah vislositas dari cairan yang dipergunakan untuk
melarutkannya semakin besar angkanya bearti kemampuannya
semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan
tidak beracun sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan.
Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga diginakan sebagai
laksansia dan bahan penghancur (disintergator) dalam pembuatan
tablet.
b) Golongan organik polimer
Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Cabophol 934
(nama dagang suatu pabrik). Merupakan serbuk putih bereaksi asam,
sedikit larut dalam air, tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit,serta
sedikit pemakaiannya. Sehingga bahan tersebut banyak digunakan
sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang baik
diperlukan kadar ± 1%. Carbophol sangat peka terhadap panas dan
elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan viskositas dari
larutannya.

9 Pengertian stabilitas suspensi

Stabilitas adalah keadaan dimana suatu benda atau keadaan tidak berubah.
Stabilitas suspensi adalah kestabilan zat pensuspensi dan zat yang terdispersi
dalam suatu sediaan suspensi, namun dalam sediaan suspensi zat pensuspensi
dan zat terdispersi tidak selamanya stabil . Stabilitas sediaan suspensi adalah
cara untuk memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas
partikel agar khasiat yang diinginkan dapat merata keseluruh sediaan suspensi
tersebut.

10
10 Faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi

a) Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara
ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas
penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan
keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel
ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume yang
sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan
keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan tersebut dapat
dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
b) Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari
cairan tersebut, makin kental susu caira kecepatan alirannya makin
turun(kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi
pula gerakan turunnya partikel yang terdapat didalamnya. Dengan
demikian dengan menambah viskositas cairan , gerakan turun dari partikel
yang kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang. Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum “STOKES”
Keterangan : V = kecepatan aliran.
                      d = diameter dari partikel
                       = berat jenis dari partikel
                      o = berat jenis cairan
                      g = gravitasi
12 = viskositas cairan
c) Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalm jumlah besar,
maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakkan yang bebas karena
sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan
menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu
makin besar konsentrasi partikel, makin besar terjadinya endapan partikel
dalam waktu yang singkat.

11
d) Sifat atau muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa
macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian
ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan
bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut
sudah mempengaruhi sifat alam. Maka kita tidak dapat mempengaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi
suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi
merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali
dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada
kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk
agregat dan selanjutnya membentuk cimpacted cake dan peristiwa ini
disebut caking.
Kalau dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas, faktor konsetrasi
dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat
diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis
dalamresep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah
atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan
mixer, homogeniser colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase
eksternak dapat dinaikkan denan penambahan zat pengental ini sering
disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat
mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).

11 Cara penilaian stabilitas suspensi

Penilaian stabilitas suspensi antara lain :


1. Volume sedimentasi
Adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Va) terhadap
volume mula-mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.
2. Derajat flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi
(Vu) terhadap volume sedimen akhir suspensi deflokulasi (Voc).                

12
3. Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimen dan redispersibilitas,
membantu menentukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan
susunan partikel untuk tujuan perbandingan.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan carafreeze – thaw cycling yaitu temperatur diturunkan
sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini
dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi
perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.

12 Cara pengemasan dan penandaan sediaan suspensi

Sediaan suspensi dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai


ruang udara diatas cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang.
Kebanyakan suspensi harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan
terlindung dari pembekuan , panas yang berlebihan dan cahaya.
Suspensi perlu dikocok setiap kali sebelum digunakan untuk menjamin
distribusi zat padat yang merata dalam pembawa sehingga dosis yang
diberikan setiap kali tepat dan seragam . dan pada etiket harus tertera “kocok
dahulu”.

13
BAB III

PENUTUP

4. Kesimpulan

Sediaan suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat


padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan
pembawa , zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap,
dila digojok perlahan-lahan endapan harus terdispersi kembali. Jenis-jenis
sediaan suspensi antara lain yaitu , suspensi oral ,topikal , injeksi ,optalmik
dll. Dan cara pembuatan sediaan suspensi yaitu dengan dua metode yaitu
metode dispersi dan praesipitasi.
Stabilitas sediaan suspensi adalah cara untuk memperlambat
penimbunan partikel serta menjaga homogenitas partikel agar khasiat yang
diinginkan dapat merata keseluruh sediaan suspensi tersebut. Dan faktor
yang mempengaruhi stabilitas suspensi antara lain, ukuran partkel ,
kekentalan , jumlah partikel, sifat atau muatan partikel.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM.1979. Farmakope Indonesia edisi III (tiga). Departemen


Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta
Dirjen POM.1995. Farmakope Indonesia edisi IV (empat).
DepartemenKesehatan Republik Indonesia : Jakarta
Anief,M.,1997,ilmu meracik obat,Universitas Gadjah Mada
Jogjakarta,hal 149
Alifa Nur Zaini, Dolih Gozali, Jurnal “PENGARUH SUHU TERHADAP
STABILITAS OBAT SEDIAAN SUSPENSI” Fakultas Farmasi,
Universitas Padjadjaran.

15

Anda mungkin juga menyukai