Anda di halaman 1dari 26

Foto: www.beta.matanews.

com

14 SNI Penguat Daya Saing Bangsa


BAB2:
STANDAR DAN DAYA SAING

I
mplementasi CAFTA menimbulkan banyak kebijakan pemerintahnya, telah memposisikan
tanggapan dan reaksi. Di antaranya produk-produk China memiliki daya saing tinggi
beranggapan bahwa CAFTA merupakan di pasar internasional.
langkah China untuk melakukan invasi
Indonesia dalam melaksanakn kesepakatan
dan integrasi perdagangan yang memasukkan
CAFTA sangat memperhatikan kekuatan dan
kawasan ASEAN sebagai pasar bagi produk-
kemampuan China yang memperlihatkan trend
produknya. Muncul juga anggapan untuk
terus mendominasi perdagangan dunia. Yang
mewaspadai implementasi CAFTA karena
menjadi isu utama yang fundamental dan krusial
ditengarai dapat melahirkan suatu kolonialisme
bagi Indonesia dalam mengimplementasikan
baru oleh China dengan menguasai kegiatan
kesepakatan CAFTA adalah mencermati
perdagangan di kawasan ASEAN.
sejauh mana tingkat daya saing Indonesia, lalu
Anggap-anggapan ini didasarkan pada fakta memposisikannya secara komparatif dengan
bahwa pemerintah China dengan kekuatan daya saing China, dan mencari solusi untuk
ekonomi yang dimiliki telah mendorong memperkuat daya saing dan mengamankan
industrinya untuk terus meningkatkan pangsa pasar dalam negeri secara konstruktif sesuai
pasar ekspor. Sudah terbukti nyata bahwa dengan asas kesepakartan CAFTA.
industri-industri China memiliki kemampuan
2.1. DAYA SAING NASIONAL
untuk memproduksi barang secara massal
dengan tingkat harga yang sangat murah Daya saing nasional dari suatu negara
sekaligus mampu mendistribusikannya dalam sering dikaitkan dengan beberapa parameter.
skala luas ke seluruh belahan dunia. Industri- Misalnya, daya saing nasional dikaitkan dengan
industri China yang didukung oleh berbagai nilai tukar mata uang dan tingkat suku bunga

SNI Penguat Daya Saing Bangsa 15


yang diberlakukan dan anggran pemerintah. dan rata-rata peningkatan produktivitas. Lebih
Ada juga yang mengkaitkan daya saing nasional jauh lagi, Porter menandaskan bahwa sektor
suatu negara dengan jumlah angkatan kerja industri lah yang menjadi pendorong utama
yang berlimpah dan murah. Lainnya, mengaitkan daya saing nasional. Melalui sektor industri,
daya saing nasional dengan kelimpahan dan sumberdaya manusia, modal dan kekayaan alam
keragaman sumberdaya alam. Atau juga, dikelola dan dimanfatkan untuk memproduksi
mengkaitkan daya saing nasional dengan barang/jasa pada tingkat biaya yang efisien dan
kebijakan pemerintah dalam pencapaian target menjualnya ke pasar secara kompetitif.
ekspor, promosi dagang, proteksi impor dan
Menurut Porter, ada tiga faktor penentu
subsidi eskpor. Bahkan, ada yang mengkaitkan
yang mempengaruhi daya saing suatu negara
daya saing nasional dengan praktek manajemen
lihat Gambar 2.1. Faktor-faktor Penentu
perusahaan, termasuk didalamnya relasi antara
Daya Saing. Disimpulkan oleh Porter bahwa
manajemen dengan pekerja. Singkatnya,
kelimpahan sumberdaya alam tidak cukup
terdapat banyak pendekatan yang diterapkan
untuk menciptakan daya saing suatu negara
untuk memahami dan mendefinisikan daya
yang berujung pada standar hidup (living
saing nasional. Lalu apa hakekat dari daya saing
standard) yang tinggi. Sementara, daya
nasional suatu negara?
saing makroekonomi (macroeconomic
Dari hasil riset dan studinya terhadap competitiveness) hanya memberikan dukungan
ekonomi negara-negara di dunia, Michael terhadap produktivitas suatu negara. Bagi
E. Porter, ekonom kondang dari Harvard Porter, produktivitas sepenuhnya tergantung
University, menyimpulkan bahwa sumber utama pada perbaikan kapabilitas mikroekonomi dari
peningkatan daya saing adalah produktivitas suatu negara dan kecanggihan industri lokal.

Gambar 2.1.
Faktor-Faktor Penentu Daya Saing

DAYA SAING MIKROEKONOMI

Kualitas Kecaanggihan
Lingkungan Pembangunan Operasi &
Bisnis Nasional Cluster Strategi
Perusahan

DAYA SAING MAKROEKONOMI

Infrastruktur Kebijakan
Sosial & Institusi Makroekonomi
Politik

KEKAYAAN SUMBER DAYA ALAM

Sumber: Porter, Michael E (2009), Improving Indonesia’s Competitiveness.

16 SNI Penguat Daya Saing Bangsa


Gambar 2.2.
Diskusi Presiden Ri Dengan Cendikiawan Havard
Foto: www.presidenri.co.id

Presiden bersama dengan beberapa Menteri RI berkunjung ke Boston dan melakukan diskusi dengan M.E. Porter, salah
satu akedemisi terkemuka dari Harvard University.

Jadi, sesungguhnya industrilah yang punya berbagai industri dalam memproduksi barang
kaitan langsung dalam menciptakan lapangan secara lebih kompetitif.
pekerjaan, menambah penghasilan pekerja dan
Akan tetapi, peranan pemerintah dalam
berperan penting dalam mengatasi kemiskinan.
menumbuhkan daya saing suatu negara tidak
Ekonomi suatu negara yang memiliki daya saing
bisa dikesampingkan. Pemerintah memiliki
adalah ekonomi yang ditopang dan digerakkan
yang peran sangat penting, utamanya dalam
oleh industri yang kuat untuk melahirkan dari
mendesain dan mengimplementasikan berbagai
rahimnya perusahaan-perusahaan kelas dunia,
kebijakan yang menawarkan lingkungan usaha
yang tidak hanya mampu menahan gempuran
kondusif kepada dunia bisnis. Pemerintah
pesaing-pesaing asing di pasar domestik
berperan menciptakan iklim usaha untuk
tapi juga mampu melakukan penetrasi dan
memungkinkan dunia usaha tumbuh kuat dan
memenangkan persaingan di pasar-pasar
bergerak lincah dalam berkompetisi dengan
internasional. Perusahaan-perusahaan inilah
produsen asing. Begitu juga, sektor publik dan
yang menjadi ujung tombak dari daya saing
masyarakat harus memposisikan diri dalam
nasional. Sebab, bagaimanapun yang bersaing
memperkuat sektor industri. Sektor publik
secara head-to-head dengan produk asing
diharapkan mampu menyediakan berbagai
adalah produk-produk yang dihasilkan oleh
infrastruktur dan pengelolaannya serta tingkat
perusahaan-perusahan ini di manapun produk-
pelayanan yang cepat, akurat dan murah kepada
produk tersebut dipasarkan baik di pasar
sektor industri. Sementara itu, masyarakat
domestik maupun di pasar luar negeri. Pada
berperan menyerap produk yang dihasilkan oleh
intinya, daya saing nasional sangat tergantung
sektor industri melalui kekuatan daya beli dan
pada produktivitas perusahaan-perusahaan di
pola konsumsi yang dimiliki. Masyarakat juga

SNI Penguat Daya Saing Bangsa 17


diharapkan menmbangun dan memperkuat sektor industri berbasis sumberdaya alam yang
aspek budaya (termasuk pendidikan) dan secara berlimpah dimiliki Indonesia. Hal terakhir
mentalitas/spiritual para warganya agar dapat ini bisa memberikan keunggulan komparatif
melahirkan tenaga-tenaga kerja yang trampil, (comparative adventage) bagi Indonesia.
ulet dan berintegritas bagi sektor industri. Sementara itu, Porter mencatat setidaknya
Dari perspektif ini menjadi jelas bahwa ada 10 hal yang harus mendapat perhatian dan
membangun daya saing nasional suatu negara segera dibenahi serta diperbaiki oleh Indonesia,
bukanlah persoalan sederhana. Di sana mutlak yakni:
perlu ditunjang oleh industrial structure yang 1. Infrastruktur komunikasi dan logistik.
tangguh. Yakni, suatu bagunan industri yang 2. Krisis dalam menyediakan pasokan listrik
digerakan oleh perusahaan-perusahaan yang yang andal.
kokoh dalam sumber pendanan/keuangan, 3. Kekakuan pasar tenaga kerja.
ditopang oleh sumberdaya manusia kompeten, 4. Keruwetan dan kompleksitas regulasi dan
bergerak lincah dan cepat karena didukung prosedur kepabean.
kebijakan pemerintah yang kondusif terhadap 5. Sistem keuangan yang masih kurang
lingkungan usaha, memiliki kemudahan menyentuh sektor riil.
akses bahan baku, menguasai teknologi 6. Tingkat mutu pendidikan.
secara handal, kuat dalam jaringan distribusi, 7. Kepastian hukum yang kurang memadai
mampu mengembangkan penelitian dan bagi investor, khususnya di tingkat provinsi
pengembangan terdepan untuk menelurkan 8. Dominasi kelompok usaha besar
produk inovatif, dan terakhir memiliki (konglomerat) dan BUMN.
kepedulian terhadap kelangsungan lingkungan 9. Pembangunan dan kolaborasi industri
hidup (sustainable development). cluster yang masih lemah.
Mencermati kondisi Indonesia, 10. Kekurangan tenaga kerja di tingkat ahli dan
dalam presentasi Improving Indonesia’s lemahnya pengembangan teknologi dan
Competitiveness kepada Presiden RI di Boston ilmu pengetahuan.
pada 28 September 2009, Porter memberi Dalam Gambar 2.3. Upaya Perbaikan
beberapa catatan mengenai kekuatan dan Lingkungan Usaha, diperlihatkan bagaimana
kelemahan lingkungan bisnis Indonesia. skema perbaikan lingkungan dunia usaha.
Kekuatan Indonesia pertama-tama terletak Skema ini merupakan pendekatan generik
pada tersedianya jumlah angkatan kerja yang yang ditawarkan Porter untuk memperbaikan
besar dengan tingkat kemampuan dasar yang lingkungan usaha di Indonesia, khususnya
kuat. Kedua, terlaksananya program reformasi terkait dengan 10 isu yang telah diajukan.
hukum/perundang-undangan dan peraturan
yang menciptakan iklim usaha kondusif bagi Sehubungan dengan hal tersebut, Indonesia
kalangan dunia usaha. Ketiga, terciptanya harus mampu memperbaiki lingkungan bisinis
sistem keuangan solid yang menjamin menjadi lebih kondusif bagi investor baik dalam
ketersedian cadangan devisa memadai untuk negeri ataupun luar negeri agar terjadi kegiatan
menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap riil. Dalam persaingan industri/produk, tiga
mata uang asing, khususnya mata uang dari persyaratan umum harus dipenuhi agar dapat
negara-negara kuat. Keempat, ketersedian keluar menjadi pemenang persaingan, yaitu:
Indonesia untuk terus membuka pasarnya bagi 1. Menghasilkan suatu barang atau jasa
perdagangan bebas dan investasi luar negeri. dengan tetap memperhatikan mutu pada
Kelima, tersedianya ruang gerak yang luas bagi tingkat biaya yang paling efisien sehingga
pembangunan cluster, khususnya di sektor- bisa bersaing dalam harga jualnya.

18 SNI Penguat Daya Saing Bangsa


Gambar 2.3.
Upaya Perbaikan Lingkungan Usaha

Kontek Strategi
& Rivalitas
Perusahan

Kompetisi lokal yang kuat


- Keterbukaan kompetisi asing
- Adanya hukum kompetisi
Insentif dan peraturan
Kondisi Kondisi
lokal yang mendukung
Faktor (Input) Permintaan
produktivitas dan investasi
Produksi
- insentif investasi,
perlindungan hak cipta,
Akses pada kualitas unggul input
standar tata kelola Kebutuhan lokal dan
bisnis: perusahan
- Sumberdaya manusia Terpuaskannya konsumen lokal
- Modal yang terdidik dan rasional
- Ketersediaan standar mutu yang
- Infrastruktur fisik
ketat, keamanam dan peduli
- Infrastuktur IPTEK lingkungan.
- Sistem Administrasi (perizinan dan - Adanya hukum perlindungan
persetujuan) Industri-industri konsumen
Terkait &
Pendukung

Ketersediaan pemasok dan industri pendukung

Sumber: Porter, Michael E (2009), Improving Indonesia’s Competitiveness.

2. Diferensiasi dalam pengertian bahwa dibandingkan lainnya. Setidaknya ada empat


produk yang dihasilkan mempunyai studi yang bersumberkan pada hasil penelitian
keunikan tersendiri dan mampu secara empirik (didasarkan pada hasil survey) dari
jitu mengkomunikasikan mutu dan empat lembaga internasional.
harga produk untuk membangun dan Pertama, kajian yang diterbitkan oleh
menciptakan superior perceived value di kerjasama International Finance Corporation
benak konsumen. dan World Bank (IFC/WB), di bawah judul Doing
3. Cluster development dengan fokus Business 2010: Reforming Through Difficult
untuk mengerjakan sesuatu bidang Times, mengemukakan bahwa reformasi iklim
atau produk tertentu yang berbasiskan investasi Indonesia telah membuahkan hasil.
kelimpahan sumberdaya yang Atas keberhasilan ini, peringkat Indonesia
dimiliki yang mempunyai keunggulan dalam kemudahan melakukan bisnis naik
komparative ataupun kompetitif dari peringkat 129 menjadi peringkat 122 dari
sehingga menghasilkan produk yang 183 negara yang disurvei. Kendati membaik,
berbeda dan “superior perceived value”. iklim investasi Indonesia masih tertinggal
Dengan segala kekuatan dan kelemahannya, dibandingkan China yang menduduki peringkat
dengan diberlakukannya CAFTA Indonesia 89.
berada dalam posisi harus berhadapan dengan Survei IFC/WB ini menganalisis berbagai
China. Untuk itu, penting mengetengahkan regulasi yang berkaitan dengan10 tahap
kajian komparatif antara ekonomi Indonesia melakukan bisnis yang mencakup: membuka
dengan China agar dapat diketahui sejauhmana bisnis, izin konstruksi, mempekerjakan
posisi daya saing kedua negara tersebut satu karyawan, mendaftarkan properti, memperoleh

SNI Penguat Daya Saing Bangsa 19


kredit, melindungi investor, membayar pajak, menurut GCI lihat Tabel 2.1. Indek Kompetitif
perdagangan lintas negara, menjalankan Global Indonesia 2010-2011.
kontrak, dan menutup usaha. Survei ini tidak Kenaikan peringkat daya saing Indonesia
mengukur semua aspek lingkungan bisnis yang ini terutama disebabkan oleh meningkatnya
penting bagiinvestor dan perusahaan, seperti peringkat pada indikator macroeconomic
keamanan, stabilitas makroekonomi, korupsi, environment (dari peringkat 52 menjadi 34),
tingkatketerampilan,atau kekuatan sistem health and primary education (dari 82 menjadi
finansial. 62), quality of overall infrastructure (dari 96
Kedua, laporan bertajuk World menjadi 90), intellectual property protection
Competitiveness Yearbook 2010 dari Institute for (dari 67 menjadi 58), national savings rate (dari
Management Development (IMD) Competitive 40 menjadi 16), effectiveness of anti-monopoly
Center, lembaga think tank dan pendidikan policy (dari 35 menjadi 30), dan extent and effect
bisnis terkemuka dunia berpusat di Lausanne - of taxation (dari 22 menjadi 17). Begitu pula,
Swiss, menyebutkan bahwa peringkat Indonesia beberapa indikator pada pilar kepuasan bisnis
naik dari posisi 42 ke 35, dari 58 negara yang (business sophistication) juga meningkat, yaitu
disurvei. Namun demikian, peringkat Indonesia local supplier quantity (dari 50 menjadi 43),
masih berada di bawah China yang juga naik value chain breadth (dari 35 menjadi 26), control
peringkatnya dari posisi 20 ke 18. of international distribution (dari 39 menjadi
World Competitiveness Yearbook 2010
TABEL 2.1.
merupakan suatu laporan yang berisi analisa dan INDEK KOMPETITIF GLOBAL
peringkat daya saing dari 58 negara industrial INDONESIA 2010-2011
dan emerging di dunia berdasarkan lebih dari
Rank (out Score
300 kriteria. Dua pertiga dari kriteria yang INDEK KOMPETITIF GLOBAL INDONESIA of 139) (1–7)
dipakai terdiri atas indikator objektif berupa GCI 2010–2011 44 4.4
statistik dan data kuantitatif lainnya. Kriteria- GCI 2009–2010 (out of 133) 54 4.3
kriteria tersebut kemudian dikelompokkan GCI 2008–2009 (out of 134) 55 4.3
ke dalam 4 kategori utama, yaitu economic
Basic requirements 60 4.6
performance, government efficiency, business
1st pillar: Institutions 61 4.0
efficiency dan infrastructure. Dalam laporan itu,
2nd pillar: Infrastructure 82 3.6
IMD juga melakukan wawancara dengan pelaku
3rd pillar: Macroeconomic environment 34 5.2
bisnis dan pemerintah. Laporan ini sudah
diterbitkan sejak tahun 1989 dan telah menjadi 4th pillar: Health and primary education 62 5.8

salah satu referensi penting dalam menganalisa Efficiency enhancers 51 4.2


daya saing suatu negara. 5th pillar: Higher education and training 66 4.2

6th pillar: Goods market efficiency 49 4.3


Ketiga, Global Competitiveness Report 2010-
7th pillar: Labor market efficiency 84 4.2
2011 yang diumumkan oleh World Economic
Forum (WEF) pada September 2010. Laporan 8th pillar: Financial market development 62 4.2

ini memuat Global Competitivenes Index (GCI) 9th pillar: Technological readiness 91 3.2

yang mencakup daya saing di 139 negara/ 10th pillar: Market size 15 5.2
ekonomi. Dalam laporan ini, peringkat daya Innovation and sophistication factors 37 4.1
saing Indonesia telah mengalami kenaikan 11th pillar: Business sophistication 37 4.4
substansial, yakni menempati peringkat ke-44 12th pillar: Innovation 36 3.7
di tahun 2010 ini dari peringkat ke-54 pada tahun
Sumber: World Economic Forum (2010), The Global Competitiveness
2009. Laporan lengkap daya saing Indonesia Report 2010-2011.

20 SNI Penguat Daya Saing Bangsa


33), dan production process sophistication (dari
TABEL 2.2.
60 menjadi 52). PERBANDINGAN DAYA SAING
Sekalipun naik secara sangat signifikan dan INDONESIA-CHINA
unggul dibandingkan beberapa negara Eropa Indonesia China
(Portugal, Italia, Turki, Rusia dan Yunani) dan HASIL KAJIAN DAYA SAING DARI
LEMBAGA INTERNASIONAL
Amerika Latin (Brazil, Mexico dan Argentina),
peringkat daya saing Indonesia mendapat nilai Doing Business 2010: Reforming Through
122 89
Difficult Times 1)
yang masih lebih rendah dibandingkan dengan World Competitiveness Yearbook 2010 2)
35 18
China yang menduduki peringkat 27. Global Competitiveness Report 2010-2011 3) 44 27
Human Development Index 2009 4) 111 92
Keempat, United Nations Development
Sumber:
Programme (UNDP) menempatkan manusia 1) International Finance Corporation/World Bank (2010), Doing Business 2010: Reforming

Through Difficult Times.


sebagai titik sentral dalam semua proses dan 2) Institute for Management Development (2010), World Competitiveness Yearbook 2010.
3) World Economic Forum (2010), The Global Competitiveness Report 2010-2011.

kegiatan pembangunan. Berdasarkan hal 4) United Nations Development Programme (2009), Human Development Report 2009.

tersebut sejak tahun 1990, UNDP mengeluarkan


dalam mengelola seluruh potensi sumberdaya
laporan tahunan perkembangan pembangunan
manusia, modal dan sumberdaya alam secara
manusia untuk negara-negara di dunia melalui
lebih efisien untuk mengejar ketertinggalan
laporan Human Development Index (HDI).
daya saingnya. Data empirik dari tiga laporan
Posisi perkembangan pembangunan manusia
lembaga internasional di atas menunjukkan
untuk Indonesia pada tahun 2009, menurut
bahwa daya saing Indonesia telah mengalami
laporan Human Development Index, berada
perbaikan dan peningkatan yang signifikan.
pada peringkat 111 dari 182 negara. Posisi ini
Ini menjadi titik tolak penting yang dapat
turun dibandingkan posisi Indonesia di tahun
dikemukakan untuk memberikan keyakinan
sebelumnya yang menempati peringkat 109.
kalangan internasional, khususnya pelaku usaha
Dibandingkan dengan posisi perkembangan
mancanegara, terhadap kondisi lingkungan
pembangunan China, posisi Indonesia masih
Indonesia yang makin membaik. Di lain sisi,
lebih rendah. China menduduki peringkat 92.
perbaikan dan peningkatan daya saing ini
HDI adalah pengukuran perbandingan juga dapat menjadi momentum bagi segenap
dari (1) harapan hidup yang diukur dengan komponen bangsa agar lebih bersemangat
harapan hidup saat kelahiran, (2) melek huruf, untuk terus meningkatkan daya saing nasional
dan pendidikan yang diukur dengan angka guna mempersempit gap posisi daya saing
tingkat baca tulis pada orang dewasa dan Indonesia dengan China di masa mendatang.
kombinasi pendidikan dasar, menengah, atas.
Dalam rangka mendorong daya saing
dan (3) standar hidup layak yang diukur dengan
nasional, Kamar Dagang dan Industri Indonesia
logaritma natural dari produk domestik bruto
(Kadin Indonesia) menyimpulkan dalam
per kapita dalam paritasi daya beli.
Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 2010-
Melihat laporan dari keempat lembaga 2025 bahwa terdapat sepuluh klaster industri
internasional tersebut, daya saing Indonesia yang akan mampu menjadi industri unggulan
berada pada posisi yang lebih rendah Indonesia. Sepuluh klaster tersebut, oleh Kadin
dibandingkan dengan daya saing China (Lihat dibagi dalam tiga kelompok klaster, yakni empat
Tabel 2.2. Pebandingan Daya Saing Indonesia- klaster pertama merupakan kumpulan industri
China). Menanggapi situasi ini, tidak ada pilihan unggulan pendorong pertumbuhan ekonomi.
lain bagi Indonesia kecuali terus bekerja keras Adapun industri tersebut meliputi industri
untuk mengenjot segenap sektor industrinya makanan dan minuman, industri tekstil dan
produk tekstil dan alas kaki, industri elektronika

SNI Penguat Daya Saing Bangsa 21


dan komponen elektronika, terakhir industri Dalam hal ini, perlu ditingkatkan sinergi dan
alat angkut dan komponen otomotif. Lantas, sinkronisasi kebijakan pusat dan daerah dalam
pada tiga klaster yang kedua adalah industri pembangunan dan pengembangan ekonomi
unggulan yang masih memerlukan pendalaman daerah.
pada struktur industrinya, yang meliputi Dukungan pembiayan terhadap industri
industri alat telekomunikasi dan informatika juga menjadi perhatian dalam peningkatan
(industri ICT), industri logam dasar dan mesin daya saing. Menurut penilaian pelaku usaha,
dan industri petrokimia. Sementara tiga klaster perhatian perbankan terhadap sektor industri
yang ketiga ialah industri unggulan sumber tergolong minim sehinggga pembiayaan untuk
penerima devisa, yang terdiri dari industri revitalisasi permesinan/pabrik sangat sulit
pengolahan hasil pertanian, peternakan dan diperoleh. Padahal revitalisasi sangat penting
kehutanan, industri pengolahan hasil laut dan dilakukan untuk meningkat daya saing karena
kemaritiman serta industri berbasis tradisi banyak diantara industri nasional yang mesin-
dan budaya. Fokus pada pengembangan dan mesinnya sudah tua. Di sini pihak perbankan
pembangunan sepuluh klaster industri di atas perlu lebih memberi prioritas pendanaan untuk
diharapkan menjadi tulang punggung dan permodalan revitalisasi permesinan/pabrik bagi
mesin mendorong bagi daya saing nasional. dunia usaha. Perbankan juga perlu didorong
Selain memperkuat daya saing melalui untuk lebih aktif membantu dunia usaha dalam
pembangunan kesepuluh klaster industri hal pembiayaan ekspor. Salah satu pilihan
tersebut, Indonesia juga harus memperhatikan dalam mendukung hal ini adalah pendirian
kekuatan dan potensi ekonomi daerah yang bank khusus industri (contohnya seperti BEI
memiliki sumberdaya alam berlimpah. Sangat untuk pembiayaan ekspor), yang diharapkan
disayangkan, bahwa sejauh ini penggalian bisa memahami risiko dan kondisi perdagangan
dan pemanfatan potensi daerah masih belum ekspor yang dilakukan pelaku industri. Dengan
digarap secara optimal. Padahal ekonomi demikian, ada kesamaan persepsi antara
daerah menyimpan kekuatan yang luar biasa perbankan dan pelaku industri.
besar untuk memberikan kontribusi bagi daya Pembenahan sektor infrastruktur juga
saing nasional. Pemanfaatan jagung yang menjadi salah satu kunci utama peningkatan
dilakukan oleh Provinsi Gorontalo atau Bali daya saing nasional. Dalam konteks ketersedian
dengan pariwisatanya adalah contoh sukses infrastruktur ini sektor industri banyak
pengembangan ekonomi berbasiskan daerah. dihadapkan pada persoalan yang kompleks,
Gambar 2.3. Jagung Jadi Komoditas Berdaya-saing utamanya akses jalan dari/ke pelabuhan dan
kawasan industri dan jaminan pasokan listrik.
Upaya percepatan realisasi infrastruktur yang
sempat tertunda harus segera diselesaikan,
misalnya percepatan program pembangunan
proyek listrik 10.000MW.
Mengarahkan kebijakan energi nasional
Foto: www.wordpress.com

bagi kepentingan industri domestik juga perlu


mendapat penekanan. Biarpun saat ini telah
menjadi net importir minyak, namun Indonesia
masih memiliki cadangan energi dari batu bara
Provinsi Gorontalo mengembangkan komoditas jagung yang berdaya-
saing dan menjadi model pembangunan daya saing nasional dengan basis
dan gas yang besar. Sayangnya, sebagian besar
kekuatan ekonomi daerah. energi yang masih ada ini belum diarahkan

22 SNI Penguat Daya Saing Bangsa


untuk kepentingan memperkuat industri dalam di atas, langkah yang dinilai dan dipandang
negeri. Baik batu bara maupun gas bumi lebih strateggis dalam meningkatkan daya
banyak diekspor ke luar. Ironisnya, industri- saing nasional adalah penerapan standar.
industri asing yang dihidupkan oleh gas dan Sesungguhnya banyak produk-produk industri
batu bara dari Indonesia ini memproduksi nasional berdaya saing cukup bagus, bahkan
berbagai produk untuk kemudian menjual mampu menembus pasar negara maju. Namun,
produk-produk tersebut ke pasar Indonesia mereka sering kehilangan daya saing akibat
dengan tingkat kompetitif yang tinggi. Di sini tak adanya standardisasi. Bahkan, banyak di
dibutuhkan kebijakan energi yang memihak antaranya tidak diizinkan masuk ke pasar suatu
industri nasional dalam kemudahan akses atas negara karena tidak menerapkan standar.
ketersedian energi agar dapat memproduksi Contoh kasus mengenai penolakan terhadap
produk dengan tingkat yang lebih kompetitif produk Indonesia terkait dengan penerapan
dengan produk yang dihasilkan oleh negara standar oleh negara tujuan ekspor sudah
importir energi dari Indonesia. banyak terjadi. Misalnya saja, penolakan yang
terjadi pada produk perikanan yang dianggap
Pengelolaan birokrasi, utamanya terkait
belum memenuhi persyaratan kesehatan.
dengan perizinan dan persetujuan yang
Pada bulan Maret 2007, ekspor udang windu
dibutuhkan para pelaku industri, juga perlu
dan komoditas perikanan indonesia sebanyak
ditingkatkan efisiensi dan efektivitasnya.
16,2 ton (sekitar 1,2 M) ditolak oleh Jepang.
Indonesia dikenal memiliki sistem birokrasi
Lalu, embargo yang dilakukan oleh Uni Eropa
dengan tingkatan terbanyak dan terkompleks.
dengan CD No7/61/EC sejak tahun 2007 untuk
Ini menjadi lahan subur bagi praktek korupsi,
yang mengakibatkan ekonomi berbiaya tinggi. Gambar 2.4. Ditolak Karena Standar
Meningkatkan kemudahan dan kenyamann
pelayanan birokrasi dalam perizinan menjadi
concern penting untuk peningkatan daya saing
nasional.
Pengembangan riset dan teknologi memberi
kontribusi signifikan terhadap peningkatan
Foto: www.saipanaquaculture.com

daya saing nasional. Di sini diperlukan


sinkronisasi kebijakan dalam pengembangan
riset dan teknologi dengan fokus dan arah
yang sejalan dengan kebutuhan sektor industri.
Perlu juga diberlakukan insentif bagi industri
yang melakukan pengembangan riset dan
teknologi guna menarik investasi dengan Produk udang yang diekspor oleh CP Prima, perusahan tambak udang
nasional terkemuka, ditolak masuk pasar Uni Eropa karena tidak memenuhi
teknologi yang lebih maju. Kebijakan insentif standar Food Safety Authorithy (FSA).
ini akan merangsang sektor industri untuk
mengakselerasi proses penguasaan teknologi berbagai produk kekerangan dari Indonesia,
maju baik lewat kerjasama dengan lembaga riset sehingga menyebabkan potensi kerugian
dan teknologi nasional maupun internasional. bagi pelaku usaha kekerangan sebanyak 188
Milyar. Kasus terbaru adalah ditolaknya ekspor
2.2. STANDAR UNTUK PENINGKATAN udang oleh Uni Eropa pada awal Januari 2009.
DAYA SAING Saat itu, Food Safety Authorithy (FSA) Inggris
Selain berbagai langkah peningkatan daya menuding udang yang diekspor oleh CP Prima
saing nasional sebagaiman telah diutarakan (perusahaan nasional yang bergerak di sektor

SNI Penguat Daya Saing Bangsa 23


penambakan udang) mengandung antibiotik industri dalam negeri masih dianggap belum
jenis nitrofurans, chloramphenicol, malachite mencukupi. Pengembangan standar nasional
green, dan Vibrio parahaemolyticus. Standar masih harus didukung terus oleh penguatan
yang dipersyaratkan oleh negara tujuan produk manajemen, pembentukan jaringan pakar dan
ekspor Indonesia menjadi barrir to entry bagi panitia teknis standar nasional yang kompeten
produk-produk nasional tidak hanya di sektor dengan ruang lingkup tanggungjawab yang
perikanan sebagaimana disebut di atas, tetapi jelas, terstruktur, dan tidak tumpang tindih.
juga di sektor-sektor lain, seperti coklat, tektil Ini akan mempercepat proses pengembangan
atau pakaian, kerajinan rotan dan sebagainya. standar nasional secara tepat sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan sektor industri dalam
Kasus lain adalah penerapan aturan impor
meningkatkan daya saing produk di pasar
barang-barang yang mengandung bahan kimia
domestik maupun internasional.
oleh masyarakat Uni Eropa. Aturan tersebut
berupa identifikasi menyangkut Registration, Mengikuti langkah ini, Indonesia juga perlu
Evaluation, Authorization, and Restriction of memperkuat Lembaga Penilaian Kesesuain
Chemical (REACH). Setiap produk ekspor yang (LPK) untuk menilai kesesuaian standar-
masuk ke pasar Eropa harus disertai penjelasan standar nasional yang telah dihasilkan melalui
lengkap tentang kandungan bahan kimia ini. proses harmonisasi/adopsi standar-standar
Padahal di Indonesia belum ada laboratorium internasional maupun standar nasional lain.
uji melamin dan laboratorium penguji terdekat LPK ini perlu dilengkapi dengan laboratorium
adanya di Hong Kong. Sedangkan untuk uji yang dipersyaratkan untuk pengujian
penyediaan infrastruktur laboratorium bahan kesesuaian standar. Lebih jauh lagi, LPK ini harus
kimia yang bersertifikat juga sulit. Laboratorium Gambar 2.5. Laboratorium Uji Terakreditasi
untuk pengujian bahan-bahan kimia harus
memiliki sertifikat Good Laboratory Practice
dan harus terkoneksi dengan laboratorium
bersertifikat sama dengan yang ada di seluruh
dunia. Akibatnya, sejumlah produk Indonesia
gagal masuk ke Uni Eropa, tepatnya Finlandia,
seperti pakaian, tekstil, serta kerajinan
tangan. Produk Indonesia tersebut diketahui
menggunakan unsur bahan kimia, tetapi tidak
memiliki registrasi REACH.
Melihat fenomena ini kalangan industri
perlu dibantu dalam hal penerapan standar
dan proses sertifikasi yang menyatakan bahwa
produk mereka telah memenuhi kesesuaian
terhadap standar atau aturan yang diterapkan
Foto: www.phitagoras.co.id

oleh negara-negara tersebut. Di sini mutlak


dilakukan terobosan dan percepatan baik dalam
proses harmonisasi/adopsi standar nasional
dengan standar internasional maupun standar
nasional negara-negara lain, khususnya negara- Keberadaan laboratorium penguji yang terakreditasi menjadi semakin
penting peranannya, karena laboratorium tersebutlah yang memiliki
negara utama tujuan ekspor produk-produk core competency untuk memberikan pengakuan atas mutu yang
unggulan nasional. Di Indonesia, jumlah standar dipersyaratkan oleh negara ekspor.

nasional yang dapat mendukung produk

24 SNI Penguat Daya Saing Bangsa


dikembangkan secara luas hingga menjangkau masuk ke negara kepulauan ini. Bahkan,
wilayah-wilayah yang menjadi sentra produksi bersama-sama dengan Turki, Malaysia, dan
industri nasional di berbagai daerah. Keberadaan Thailand, Indonesia mengusulkan Standar Halal
dari LPK yang tersebar hingga ke daerah-daerah masuk ke dalam standar ISO. Pada umumnya
akan memudahkan perusahaan-perusahaan standar yang dikembangkan berdasarkan
di daerah dalam memperoleh sertifikasi atas national difference bertujuan untuk melindungi
produknya sekaligus mengurangi biaya karena
tidak perlu datang ke ibukota untuk memproses Gambar 2.6. Sertifikasi Halal

sertifikasi tersebut.
Dengan adanya standar nasional hasil proses
harmonisasi/adopsi standar internasional dan
standar negara-negera lain serta pembentukan
LPK untuk menilai kesesuaian penerapan
standar, ruang gerak produk-produk nasional
menjadi lebih terbuka dalam mengakses pasar
internasional. Produk-produk ini berpeluang
masuk untuk merambah dan meningkatkan
penguasaan pangsa pasar di mancanegara.
Bukan tidak mungkin, produk-produk ini dapat
memposisikan diri sebagai produk pengganti
atas produk-produk dari negara lain yang ditolak
karena tidak memenuhi standar atau aturan
dari negara yang menjadi tujuan ekspornya.
Ambil contoh, misalnya, produk-produk mainan
anak dari Indonesia sebenarnya berpeluang Di negara-negara yang mayoritas berpenduduk muslim, sertifikasi Halal
telah diterapkan. Kecuali Indonesia, Pakistan juga memberlakukan
untuk menggantikan posisi produk mainan anak sertifikat Halal pada produk-produk yang beredar di pasar domestinya.
dari China yang ditolak pasar Eropa dan AS,
seandainya produk-produk mainan anak dari keamanan dan keselamatan konsumen
Indonesia memenuhi standar yang ditetapkan pengguna produk.
negara-negara tersebut. Standar dan sertifikasi
Kecuali bertujuan melindungi konsumen
produk menjadi jaminan dan “kartu truf”
dalam negeri, penetapan dan penerapan
memasuki pasar internasional, khususnya
standar berdasarkan national difference ini
negara-negara maju yang nota bene memiliki
berdampak pada kemampuan daya saing
penduduk dengan daya beli yang tinggi.
dan kiprah produk nasional dalam bersaing
Kecuali upaya harmonisasi/adopsi standar dengan produk-produk asing di pasar domestik.
internasional maupun standar negara lain Dalam kasus standar ban, misalnya, Indonesia
ke dalam standar-standar nasional di atas, mengembangkan dan menerapkan standar
diperlukan juga percepatan penetapan standar yang lebih tinggi dibanding standar Eropa.
yang sesuai dengan konteks Indonesia (national Alasannya, kecuali adanya perbedaan iklim dan
difference) dan upaya cepat notifikasi standar- temperatur antara Eropa dengan Indonesia,
standar tersebut ke WTO agar segera dapat standar nasional ban memiliki standar yang lebih
diberlakukan bagi produk-produk asing yang tinggi karena kondisi jalan di Indonesia banyak
masuk ke pasar Indonesia. Dengan mayoritas yang berlubang ditambah lagi dengan kapasitas
penduduk beragama Islam, Indonesia angkut penggunaan kendaraan yang sering
menerapkan Standar Halal bagi produk yang berlebih. Ban impor Eropa banyak digunakan

SNI Penguat Daya Saing Bangsa 25


Gambar 2.7. Tidak Memenuhi SNI nasional dalam menembus pasar internasional
(karena menerapkan standar nasional yang
telah melewati proses harmonisasi/adopsi
standar intenasional maupun standar negara
lain), tetapi juga memberikan keuntungan
bagi industri dalam negeri untuk melindungi
penguasaan pasarnya di tingkat persaingan
pasar domestik, sebagai akibat dari
pemberlakuan standar berdasarkan national
difference.
2.3. PENERAPAN STANDAR DI ERA
PERDAGANGAN BEBAS
Menurut definisi ISO/IEC Guide 2:2004,
standar dimengerti sebagai suatu dokumen,
spesifikasi teknik atau sesuatu yang dibakukan,
disusun berdasarkan konsensus semua
Ban produksi Eropa tidak memenuhi SNI ban yang ditetapkan sesuai
dengan kondisi iklim, suhu dan jalan Indonesia. Apalagi ban Eropa
pihak terkait dengan memperhatikan syarat-
kebanyakan digunakan oleh angkutan umum atau alat berat yang sering syarat kesehatan, keamanan, keselamatan,
dipakai dengan over-capasity.
lingkungan, perkembangan ilmu pengetahuan
untuk bus penumpang dan truk ringan. Tentu dan teknologi serta berdasarkan pengalaman,
saja, ini mendapat reaksi dari produsen ban perkembangan masa kini dan masa mendatang
Eropa karena produk bannya tidak bisa masuk untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya.
ke Indonesia akibat tidak memenuhi standar Karena disusun berdasarkan konsensus dari
yang berlaku di Indonesia. Tidak hanya dalam semua pihak yang berkepentingan, standar
ban saja, Indonesia menggunakan standar yang merupakan suatu dokumen normatif.
lebih. Dalam industri lain juga terjadi seperti Sementara itu, ISO/IEC Guide 2:2004 juga
standar tepung terigu. Standar tepung terigu memberikan definisi mengenai penerapan
Indonesia harus lebih tinggi, harus ditambahkan dokumen normatif, termasuk standar, sebagai:
dengan zat besi dan vitamin, karena ada bukti penggunaan sebuah dokumen normatif oleh
ilmiah masyarakat Indonesia masih kekurangan pihak-pihak yang berkepentingan dalam
zat-zat itu. produksi, perdagangan dan bidang-bidang
lainnya. Penerapan standar dalam definisi ini
Banyak karakteristik unik Indonesia yang pada dasarnya bersifat voluntari/suka-rela
dapat dimasukkan ke dalam komponen dan dapat dilakukan oleh berbagai pihak yang
persyaratan standar. Ini akan membantu pelaku berkepentingan dengan standar tersebut.
industri dalam negeri yang lebih mengenal
karakterik unik tersebut dibandingkan Sifat dasar penerapan standar yang
dengan produsen-produsen produk impor. bersifat voluntari ini dapat berubah menjadi
Melalui pengembangan dan penerapan wajib (mandatory) bila standar tersebut
standar berdasarkan national difference, diacu oleh regulasi yang ditetapkan oleh
industri domestik mendapat peluang dalam pemerintah di suatu negara. ISO/IEC Guide 2:
mempertahankan pasar nasional dari serbuan 2004 menyatakannya dengan istilah ”acuan ke
standar di dalam regulasi” (reference to standard
produk asing.
in regulation) yang memiliki definisi: acuan ke
Jadi, penerapan standar nasional tidak satu standar atau lebih dengan ketentuan yang
hanya dapat meningkatkan daya saing produk rinci di dalam regulasi. Sebuah regulasi teknis

26 SNI Penguat Daya Saing Bangsa


dapat memuat ketentuan yang mewajibkan Gambar 2.8.
kesesuaian dengan satu standar atau lebih untuk Metrologi, Standardisasi dan
memenuhi regulasi, sehingga standar tersebut Penilaian Kesesuaian Sebagai
menjadi standar wajib (mandatory standard). Infrastuktur Mutu
Satu-satunya cara memenuhi regulasi teknis
yang mewajibkan standar adalah pemenuhan SOCIETAL CONCERNS
Kesehatan, Keamanan, Lingkungan, Kesejahteraan ekonomi, perdagangan
keseluruhan persyaratan standar wajib. yang adil, proteksi pelanggan, hukum dan peraturan pemerintah.

Sebuah standar tidak akan dapat diterapkan


bila tidak terdapat piranti yang diperlukan
untuk membuktikan kesesuaian dengan
standar tersebut. Demikian juga pernyataan
kesesuaian terhadap sebuah standar tidak
akan dapat dipercaya oleh pihak lain bila INFRASTRUKTUR
MUTU
pernyataan tersebut tidak diberikan oleh Standardisasi
lembaga yang kompeten dan berwibawa. Oleh
karena itu penerapan standar perlu didukung Metrologi Penilaian
Kesesuaian
oleh kegiatan penilaian kesesuaian untuk
memberikan bukti-bukti obyektif kesesuaian
terhadap persyaratan standar, dan untuk
memastikan kompetensi lembaga-lembaga
penilaian kesesuaian diperlukan akreditasi oleh
lembaga akreditasi yang diakui.
Persyaratan di dalam sebuah standar, BUSINESS CONCERNS
Perdagangan, mutu, keuntungan, manufacturing, distribusi, purchasing,
khususnya yang terkait dengan produk, spesifikasi dan kontrak.
dinyatakan secara umum dalam bentuk nilai-nilai
kuantitatif hasil pengukuran, sehingga setiap Sumber: ISO and UNIDO (2010), Building Trust: The Conformity Assessment Toolbox.
pihak yang berkepentingan dengan penerapan
standar tersebut juga harus mengacu pada Standardisasi memiliki tujuan agar suatu
acuan pengukuran yang sama melalui sistem produk, proses atau jasa sesuai dengan
metrologi yang diakui. Oleh karena itu standar kegunannya. Tujuan-tujuan tersebut dapat
hanya dapat diterapkan secara efektif bila berwujud, tetapi tidak terbatas, pengendalian
tersedia sistem penilaian kesesuaian dan sistem variasi produk, kegunaan, kompatibilitas,
metrologi yang kompeten dan diakui pihak yang kebertukaran, kesehatan, keselamatan,
berkepentingan dengan penerapan standar. perlindungan lingkungan, kesepahaman,
Metrologi, standar dan penilaian kesesuaian unjuk kerja ekonomi, perdagangan, ataupun
pada saat ini telah berkembang cukup pesat kombinasi dari tujuan-tujuan tersebut.
sebagai piranti utama, baik bagi pelaku usaha Standar dapat digunakan oleh konsumen
maupun pemerintah untuk mengoptimalkan sebagai acuan untuk memilih produk, proses
proses produksi, kesehatan, perlindungan maupun jasa yang diharapkan dapat memenuhi
konsumen, lingkungan, keamanan dan mutu dan harapannya, dan juga dapat digunakan oleh
umum dinyatakan sebagai tiga tiang penyangga produsen sebagai acuan untuk menghasilkan
kegiatan standardisasi. Ketiganya merupakan produk dengan karakteristik yang diharapkan
infratruktur pengembangan pengelolaan mutu, dapat diterima oleh mayoritas konsumen.
lihat Figur 2.8. Metrologi, Standardisasi dan Dalam konteks ini, penerapan standar bersifat
Penilaian Kesesuaian Sebagai Infrastuktur Mutu. voluntari dan didorong oleh kebutuhan

SNI Penguat Daya Saing Bangsa 27


pasar, sedemikian hingga setiap pihak yang informasi kepada negara-negara anggota
membutuhkannya secara voluntari mengacu WTO lainnya tentang rencana pemberlakuan
pada persyaratan atau menerapkan persyaratan regulasi teknis yang berpotensi menimbulkan
sesuai standar. hambatan perdagangan dan merupakan
Masyarakat secara umum menghendaki kewajiban bagi negara anggota untuk
bahwa seluruh produk dan jasa yang beredar menginformasikan kepada sekretariat WTO
di pasar merupakan produk dan jasa yang dan anggota yang lain. Di samping itu, notifikasi
aman dan tidak membahayakan kesehatan juga dilakukan bila suatu negara bergabung
dan keselamatannya. Dengan meningkatnya menjadi anggota WTO, menerapkan Perjanjian
kesadaran masyarakat tentang kelestarian TBT, atau menerapkan Code of Good Practice
lingkungan hidup, proses untuk menghasilkan for the Preparation, Adoption and Application
produk tersebut tidak seharusnya mengganggu of Standards sesuai dengan pasal 15.2 dalam
kelestarian lingkungan. perjanjian TBT. Keharusan menotifikasi juga
berlaku bagi program kerja pengembangan
Dalam situasi seperti ini pemerintah perlu
standar, yang notifikasinya dialamatkan ke
mengintervensi pasar untuk memastikan
Sekretariat Pusat ISO/IEC. Langkah-langkah
keamanan, keselamatan, kesehatan
proses notifikasi regulasi teknis dapat dilihat
masyarakatnya dan juga memastikan kelestarian
pada Gambar 2.9. Langkah-langkah Proses
lingkungan hidup. Intervensi pemerintah dapat
Notifikasi Regulasi Teknis.
dilakukan dalam bentuk penetapan regulasi
teknis untuk menetapkan persyaratan wajib
terhadap produk, proses dan jasa yang relevan Gambar 2.9.
yang diperlukan agar produk, proses maupun Langkah-langkah Proses Notofikasi
jasa tersebut aman, tidak membahayakan Regulasi Teknis
kesehatan dan keselamatan masyarakat serta
kelestarian lingkungan hidup. Step 9
Entry into force of the regulation
min. 6 months

Penetapan regulasi teknis oleh pemerintah


suatu negara, dalam perdagangan internasional
merupakan tindakan yang dianggap berpotensi
menimbulkan hambatan perdagangan, sehingga
Step 8 Publication of the regulation
masyarakat internasional menyepakati aturan
melalui berbagai kesepakatan dan perjanjian
Step 7 Adoption of regulation
internasional. Kesepakatan yang diakui secara
luas oleh masyarakat internasional adalah
WTO agreement on Technical Barrier to Trade Step 6
End of comment period
(TBT) dan WTO Agreement on the Application
min. 60 days

of Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS), Step 5 Recieve & discuss comments

lihat Boks 2.1. WTO Agreement on TBT dan


WTO Agreement on SPS. Pemerintah Indonesia Step 4 Draft text upon request (or website)
telah meratifikasi Agreement on Establishing
WTO melalui UU No. 7 tahun 1994, di antaranya Step 3 Notification to other members

mencakup WTO Agreement on TBT dan WTO


Agreement on SPS. Step 2
Publication of a notice

Salah satu mekanisme penting terkait Step 1 Drafting of the regulation


dengan penerapan regulasi teknis adalah
notifikasi. Notifikasi adalah penyampaian

28 SNI Penguat Daya Saing Bangsa


Boks 2.1.
WTO Agreement TBT dan WTO Agreement on SPS

WTO Agreement on TBT


Hambatan Teknis Perdagangan (Technical Barrier to 2. Tidak boleh lebih membatasi daripada yang
Trade/TBT) merupakan salah satu bagian perjanjian dalam diperlukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang
World Trade Organization (WTO) yang mengatur hambatan dapat dilegitimasi dengan mempertimbangkan resiko
dalam perdagangan yang terkait dengan peraturan teknis yang diakibatkannya bila tidak dipenuhi.
(technical regulation), standar (standard), dan prosedur 3. Ditetapkan atas nama persyaratan keamanan negara,
penilaian kesesuaian (conformity assessment procedure). perlindungan dari praktik curang, perlindungan
WTO Agreement on TBT mengakui hak setiap negara untuk kesehatan manusia, perlindungan kehidupan atau
mengadopsi regulasi teknis yang dianggap memadai. kesehatan hewan atau tumbuhan atau lingkungan.
4. Analisis resiko dilakukan dengan mempertimbangkan
Dalam TBT hak penggunaan hambatan teknis yang
informasi ilmiah dan teknis yang tersedia, teknologi
dibenarkan adalah untuk tujuan: (1) Melindungi kehidupan
proses terkait atau tujuan akhir penggunaan produk.
atau kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, (2) Perlindungan
kelestarian lingkungan, (3) Kepentingan keamanan nasional, Selain itu, WTO Agreement on TBT menyatakan bahwa
(4) Pencegahan praktek perdagangan tidak sehat dari mitra bila diperlukan regulasi teknis dan terdapat standar
dagang, dan (5) Kepentingan konsumen lainnya. internasional atau bagian-bagiannya yang relevan, anggota
harus menggunakannya sebagai basis regulasi teknis,
Sebagai upaya untuk mencegah terlalu banyaknya
kecuali bila standar internasional tersebut atau bagian
ragam standar, WTO Agreement on TBT mendorong negara
yang relevan tidak efektif atau tidak tepat untuk memenuhi
anggota untuk menggunakan standar-standar internasional
tujuan penetapan regulasi teknis, sebagai contoh: faktor
di mana dianggap perlu. Lebih lanjut, negara anggota tidak
iklim, geografi atau penguasaan teknologi.
dicegah dari mengambil tindakan yang diperlukan untuk
Pada dasarnya WTO Agreement on TBT diterapkan untuk
menjamin standar nasionalnya dipenuhi. TBT telah menjadi
semua jenis produk, baik produk industri maupun produk-
hambatan non-tarif untuk perdagangan yang penting. TBT
produk pertanian serta produk-produk yang berkaitan
muncul ketika kebijakan domestik memaksakan regulasi,
dengan lingkungan/kelestarian sumberdaya alam. Namun
standar teknis, pengujian dan prosedur sertifikasi, atau
demikian, terdapat beberapa produk yang mendapatkan
persyaratan pelabelan berpengaruh pada kemampuan
pengecualian dalam penerapan TBT karena telah terikat
eksportir untuk mengakses pasar. Sesuai dengan semangat
peraturan lain, yakni produk-produk yang berkaitan dengan:
WTO dalam mewujudkan perdagangan multilateral tanpa
(1) Sanitary dan phitosanitary, (2) Produk yang berkaitan
hambatan, penerapan TBT didasarkan pada prinsip:
dengan sektor jasa, dan (3) Pengadaan pemerintah
1. Tidak disiapkan, diadopsi atau diterapkan untuk (government procurement). Khusus untuk pengadaan
menciptakan hambatan yang tidak diperlukan pemerintah terdapat ketentuan Agreement on Government
terhadap perdagangan internasional. Procurement (GPA) yang bersifat plurilateral.

WTO Agreement on SPS


WTO agreement on SPS menetapkan aturan dasar untuk standar keamanan pangan, kesehatan hewan dan tanaman
(food safety, animal and plant health). Meskipun setiap negara diijinkan menetapkan standarnya sendiri, dinyatakan juga
bahwa standar harus didasarkan pada ilmu pengetahuan, dan hanya diterapkan sejauh yang diperlukan untuk melindungi
kehidupan dan kesehatan serta keselamatan umat manusia, hewan dan tumbuhan.
Sebagai piranti yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk intervensi pasar, regulasi teknis disusun berdasarkan
kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu dan dengan mempertimbangkan risiko penetapan regulasi tersebut,
sebelum merumuskannya dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Regulasi teknis, secara umum terdiri dari
persyaratan karakteristik produk atau proses dan prosedur administratif yang diperlukan untuk menilai kesesuaian selama
produk atau proses tersebut dipasarkan atau beroperasi. Regulatorlah yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
regulasi teknis dan sangsi-sangsi yang dapat diberikan kepada pihak yang melakukan pelanggaran.

SNI
SNIPenguat
Perkuat Daya Saing Bangsa 29
Untuk membantu menjamin bahwa standar nasional yang efektif, setara dengan
informasi ini dapat diketahui dengan mudah, standar internasional, untuk memperkuat daya
semua negara anggota WTO disyaratkan saing Indonesia, meningkatkan (keamanan
untuk menetapkan national enquiry points produk) transparansi dan efisiensi pasar,
dan melakukan notifikasi atas hal-hal yang sekaligus melindungi (keamanan produk)
spesifik atas kebijakan perdagangannya. Di keselamatan konsumen, kesehatan masyarakat,
Indonesia, BSN telah ditetapkan sebagai kelestarian fungsi lingkungan dan keamanan.
national notification authority dan enquiry point
Agar SNI memperoleh keberterimaan
untuk TBT, dan Departemen Pertanian sebagai
yang luas diantara pemangku kepentingan
national notification authority dan enquiry point
maka pengembangan SNI harus memenuhi
untuk SPS.
sejumlah norma, yakni: (a) terbuka bagi semua
Dalam Perjanjian TBT WTO, notifikasi pemangku kepentingan yang berkeinginan
dilakukan pada saat rancangan regulasi teknis untuk terlibat; (b) transparan agar semua
tersebut akan diberlakukan secara wajib oleh pemangku kepentingan dapat dengan mudah
regulator (article 2.9.2), dimana diberikan waktu memperoleh informasi berkaitan dengan
60 hari bagi anggota WTO untuk memberikan pengembangan SNI, (c) tidak memihak
tanggapan. Khusus bagi negara berkembang, dan konsensus sehingga semua pemangku
jika mengajukan permintaan, berhak kepentingan dapat menyalurkan pendapatnya
mendapatkan perpanjangan waktu pemberian dan diperlakukan secara adil, (d) efektif karena
tanggapan sampai 90 hari. memperhatikan keperluan pasar dan peraturan
Terkecuali dalam keadaan mendesak (urgent perundang-undangan yang berlaku, (e) koheren
matter) rancangan peraturan teknis tersebut dengan standar SNI lainnya dan koheren dengan
dapat ditetapkan terlebih dahulu kemudian standar internasional kecuali alasan iklim,
dinotifikasi ke sekretariat WTO akan tetapi geografis dan teknologi yang mendasar, demi
perlu disertakan alasan utama pemberlakuan memperlancar perdagangan internasional,
tersebut (legitimate objective) dan scientific (f) berdimensi nasional yakni memperhatikan
evidence. Scientific evidence diperlukan untuk kepentingan publik dan kepentingan nasional
untuk mengantisipasi pertanyaan-pertanyaan dalam meningkatkan daya saing perekonomian
yang akan diterima dari negara-negara anggota nasional dan menjamin kelestarian fungsi
terkait notifikasi tersebut. lingkungan serta memenuhi kebutuhan nasional
industri, perdagangan, teknologi dan sektor lain
2.4. STANDAR NASIONAL INDONESIA dari kehidupan nasional.
(SNI)
Mengingat bahwa penerapan standar
SNI adalah dokumen berisi ketentuan teknis memiliki jangkauan yang luas maka standar
(merupakan konsolidasi iptek dan pengalaman) perlu memenuhi kriteria berikut:
(aturan, pedoman atau karakteristik) dari
suatu kegiatan atau hasilnya yang dirumuskan 1. SNI tersebut harmonis dengan standar
secara konsensus (untuk menjamin agar suatu internasional dan pengembangannya
standar merupakan kesepakatan pihak yang didasarkan pada kebutuhan nasional,
berkepentingan) dan ditetapkan (berlaku termasuk industri.
di seluruh wilayah nasional) oleh BSN untuk 2. SNI yang dikembangkan untuk tujuan
dipergunakan oleh pemangku kepentingan penerapan regulasi teknis yang bersifat
dengan tujuan mencapai keteraturan yang wajib didukung oleh infrastruktur
optimum ditinjau dari konteks keperluan penerapan standar yang kompeten
tertentu. Kini diusahakan agar SNI menjadi sehingga tujuan untuk memberikan

30 SNI Penguat Daya Saing Bangsa


perlindungan kepentingan, keselamatan, dilakukan oleh Lembaga Penilaian
keamanan, kesehatan masyarakat atau Kesesuaian (LPK).
pelestarian fungsi lingkungan hidup 3. Penerapan wajib adalah bila SNI diacu
dan atau pertimbangan ekonomi dapat dalam suatu regulasi teknis. Pengawasan
tercapai secara efektif dan efisien. dilakukan oleh LPK dan Otoritas
3. Infrastruktur yang diperlukan untuk Pengawasan.
menunjang penerapan standar tersebut 4. Kesiapan industri/pelaku usaha di dalam
memiliki kompetensi yang diakui di tingkat negeri terhadap pemberlakuan standar
nasional/regional/internasional. yang diregulasi.
5. Tersedia skema penilaian kesesuaian sesuai
Ketentuan PP No. 102 Tahun 2000 tentang
dengan produk yang diatur.
Penerapan Standar mencakup dua aspek
6. Diperlukan koordinasi yang baik antara BSN,
penerapan standar (standard application), yaitu:
KAN, Regulator, LPK, Otoritas Pengawasan
1. Penerapan SNI secara voluntari oleh pelaku untuk mempersiapkan regulasi teknis dan
usaha, produsen maupun konsumen. dapat diterapkan dengan efektif.
2. Untuk keperluan kepentingan, 7. Pelaksanaan penerapan SNI yang
keselamatan, keamanan, kesehatan diberlakukan wajib harus mengacu
masyarakat atau pelestarian fungsi pada prinsip WTO agreement on TBT/
lingkungan hidup dan atau pertimbangan SPS, yakni: transparan, non-diskriminatif,
ekonomis, maka instansi teknis dapat menggunakan standar internasional
memberlakukan secara wajib sebagian atau SNI setara, dan mendorong saling
atau keseluruhan spesifikasi teknis dan/ pengakuan teknis untuk menjamin
atau parameter dalam SNI. kelancaran pelaksanaan penerapan.
Berdasarkan ketentuan tersebut, BSN 8. Kesesuaian penerapan standar dengan
sebagai lembaga yang bertanggung jawab prinsip WTO agreement on TBT/SPS dan
terhadap kegiatan standardisasi nasional, peraturan perundang-undanganan yang
menetapkan program untuk meningkatkan berlaku.
penerapan SNI secara sukarela dan penerapan 9. Sistem pengawasan yang akan diterapkan
SNI yang diperlukan untuk memenuhi ketentuan harus dipersiapkan dan dilaksanakan
dalam regulasi teknis yang ditetapkan oleh dengan efektif dan efisien termasuk
instansi teknis (regulator). Dalam hal regulasi pemberlakuan sanksi bila diperlukan.
teknis, bila pemerintah memiliki dasar yang 2.5. TATA CARA PENERAPAN SNI
kuat untuk menetapkan regulasi teknis maka
Dari kajian BSN yang dilakukan tahun
sejauh mungkin harus menggunakan atau
2006 menunjukkan bahwa para pelaku usaha
mengacu pada SNI yang relevan dengan
baru memanfaatkan hanya sekitar 20% dari
maksud penetapan regulasi teknis tersebut, dan
sekitar 6.800 SNI yang ada. Fakta ini menjadi
bila belum terdapat SNI yang relevan, regulator
tantangan bagi BSN untuk meningkatkan
dapat meminta kepada BSN untuk merumuskan
sosialisasi penerapan standar kepada pihak
dan menetapkan SNI yang diperlukan.
berkepentingan, utamanya para pelaku usaha.
Dalam hal pelaksanaan teknis penerapan Karena mereka belum sepenuhnya memahami
SNI berlaku kebijakan: hakekat penerapan standar, baik yang bersifat
voluntari maupun wajib.
1. Penerapan SNI dibuktikan dengan tanda
SNI. Penerapan standar harus dibuktikan
2. Penerapan dapat bersifat sukarela bagi dengan sertifikasi. Ada tiga tipe sertifikasi
SNI yang tidak diregulasi dan pengawasan untuk menyatakan bahwa suatu produk sudah

SNI Penguat Daya Saing Bangsa 31


memenuhi standar. Pertama, sertifikasi pihak 3. Memiliki manajemen puncak yang fokus
pertama yang didasarkan pada penyataan-diri pada mutu dan kepuasan konsumen.
(self-declaration) oleh produsen bahwa produk 4. Ketersediaan sarana produksi yang
yang dipasarkan telah melalui proses produksi memadai.
yang sistematis dan didokumentasikan. 5. Ketersediaan sarana uji kualitas produk.
Pernyataan ini tidak didasarkan oleh verifikasi 6 Ketersediaan SDM yang terlatih dan
valid dari pihak lain. Ini banyak terjadi di trampil dalam jumlah yang memadai, yang
lingkungan produk pertanian atau UKM. antara lain mencakup pekerja trampil,
Penerapan standar dengan cara ini tidak pekerja ahli, penyelia, manajer, tenaga
dianjurkan untuk produk yang memiliki tingkat administrasi, personil litbang (level
risiko bahaya yang tinggi. inovasi), personel QA, personel penguji/
laboratorium, Petugas Pengambil Contoh
Kedua, sertifikasi pihak kedua yang (PPC).
didasarkan pada pernyataan hasil verifikasi 7. Ketersediaan sistem informasi mencakup
yang dilakukan oleh pihak kedua (pembeli/ database, manajemen informasi
pelanggan) bahwa produk yang dihasilkan perusahaan dan lain-lain.
oleh produsen telah memenuhi standar 8. Memiliki jaringan kerja yang baik dengan
proses produksi yang disepakati dan pelaku usaha lain, jaringan pemasaran,
didokumentasikan. Cara penerapan standar pihak terkait kegiatan standardisasi
ini hanya memberikan manfaat langsung pada termasuk BSN, instansi teknis dan LPK
kedua pihak yang terlibat. serta pihak lain.
Ketiga, sertifikasi pihak ketiga yang Pembuktikan bahwa suatu produk telah
dilakukan oleh pihak lain yang tidak terkait sesuai dengan persyaratan SNI, dapat dilakukan
dengan produsen/penjual atau konsumen. Cara dengan proses sertifikasi produk melalui
ini disebut third party certification. Model ini LPK (lembaga penilaian kesesuaian) yang
semakin banyak digunakan dan berkembang memiliki kompetensi untuk lingkup produk
dengan pesat dan memerlukan dukungan tersebut. Produsen atau pemasok hendaknya
kegiatan penilaian kesesuaian. meyakinkan bahwa LPK yang dipilih memang
Terkiat dengan penerapan SNI, berikut ini telah memiliki akreditasi sesuai dengan lingkup
yang diperlukan. Perolehan akreditasi KAN
sampaikan beberapa persyaratan-peryaratan
membuktikan bahwa kompetensi LPK itu telah
yang harus dilakukan oleh pihak terkait.
diakui.
2.5.1. Kesiapan Pelaku Usaha/Produsen
2.5.2. Persyaratan Pembubuhan Tanda SNI
Pelaku usaha harus dengan jelas menentukan
Produsen yang menyatakan siap menerapkan
strategi penerapan standar. SNI yang akan
SNI dan bermaksud membubuhkan tanda SNI
dipergunakan harus betul-betul berada di dalam
pada hasil produksinya berkewajiban untuk:
batas kemampuan dan kapasitasnya serta
didukung oleh sumber daya dan dana yang 1. Memenuhi persyaratan perundang-
memadai. Kesiapan pelaku usaha/produsen undangan yang berlaku sebagai produsen
dapat dinilai dari beberapa aspek: legal.
2. Memiliki SPPT (Sertifikat Produk
1. Telah menerapkan sistem manajemen
Penggunaan Tanda) SNI yang dikeluarkan
mutu (ISO 9000, TQM, quality control).
LSPro.
2. Memiliki struktur organisasi, pembagian 3. Memproduksi dan/atau memperdagangkan
kewenangan dan uraian tugas yang jelas hasil produksinya sesuai dengan
dan terperinci. persyaratan SNI yang ditetapkan.

32 SNI Penguat Daya Saing Bangsa


4. Mengikuti pedoman dan ketentuan 3. Standar yang diacu harus harmonis dengan
yang ditetapkan LSPro, termasuk skema standar internasional, kecuali bila ada
sertifikasi. alasan iklim, geografis dan teknologi yang
mendasar.
Dalam pemberian SPPT SNI berlaku sistem
4. Tersedia infrastruktur penilaian kesesuaian
sertifikasi produk dan skim yang sesuai dengan
yang kompeten.
produk atau jasa berdasarkan pedoman
5. Tersedia infrastruktur pengawasan sesuai
dan ketentuan yang ditetapkan oleh BSN.
dengan peraturan dan undang-undangan.
Pemberian tanda SNI pada produk (proses dan
6. SNI wajib diberlakukan sama terhadap
jasa) komersil menunjukkan bahwa:
produk dan/atau jasa produksi dalam
1. Produk telah memenuhi persyaratan SNI negeri atau impor yang diperdagangkan di
setelah diuji. wilayah Indonesia.
2. Ada kesepakatan tertulis antara pihak 7. Khususnya bagi produk atau jasa asal impor,
manufaktur produk dengan LPK yang telah pemberlakuan SNI wajib dilaksanakan
memiliki akreditasi nasional (KAN). sesuai dengan peraturan perundang-
3. Pihak manufaktur secara teratur di audit undangan yang berlaku.
oleh LPK sesuai tata cara yang berlaku. 8. Harus dinotifikasi ke WTO.
4. LPK meyakini bahwa produk yang beredar
telah memenuhi persyaratan SNI lewat 2.5.4. Penunjukkan Atau Registrasi LPK
pengujian laboratorium terakreditasi.
Penunjukan atau registrasi oleh regulator
5. Pihak otoritas pengawasan secara perodik
harus bersifat terbuka, dalam arti seluruh
dapat melakukan pengawasan di unit
lembaga penilaian kesesuaian yang telah
produksi pelaku usaha dan pasar.
diakreditasi untuk parameter-parameter yang
6. Pihak otoritas pembinaan/pengawasan
ditetapkan dalam SNI yang diacu oleh regulasi
dapat melakukan pembinaan atau
memberlakukan sanksi bila pelaku usaha teknis memiliki hak yang sama untuk ditunjuk
tidak memenuhi standar terkait. atau diregistrasi setelah memenuhi persyaratan
administratif tertentu. Untuk menghindari
2.5.3. Persyaratan Pemberlakuan SNI Wajib duplikasi penilaian terhadap lembaga penilaian
Regulasi teknis harus mencakup tujuan kesesuaian tersebut, status akreditasi yang
pemberlakuan, menyebutkan dengan jelas diberikan oleh KAN harus ditetapkan sebagai
jenis produk dan/atau jasa, standar yang diacu persyaratan kompetensi untuk melakukan
berikut ketentuan sistem penilaian kesesuaian, kegiatan penilaian kesesuaian sesuai lingkup
penggunaan sertifikat kesesuaian dan tanda akreditasinya sehingga tidak memerlukan
kesesuaian. Persyaratan pemberlakuan SNI penilaian kompetensi tambahan oleh regulator
secara wajib adalah sebagai berikut: yang berwenang.
1. Pemberlakuan SNI secara wajib terhadap Dalam hal untuk mencegah dipasarkannya
produk/jasa ditetapkan dengan Peraturan produk impor yang membahayakan keamanan,
Instansi Teknis terhadap sebagian atau keselamatan, kesehatan masyarakat atau
keseluruhan aspek spesifikasi teknis pelestarian fungsi lingkungan hidup dan atau
dan/atau parameter dalam SNI dengan pertimbangan ekonomis secara nasional,
memperhatikan aspek-aspek keselamatan,
regulasi teknis dapat mensyaratkan importir
keamanan, kesehatan masyarakat,
produk untuk melengkapi produk dengan
pelestarian lingkungan hidup, moralitas
hasil-hasil penilaian kesesuaian oleh lembaga
dan/atau pertimbangan ekonomis.
penilaian kesesuaian di negara asal produk
2. Tujuan yang sah harus jelas dan dimengerti
yang telah diakreditasi oleh partner MRA KAN
benar oleh semua pihak terkait.

SNI Penguat Daya Saing Bangsa 33


atau oleh lembaga penilaian kesesuaian yang lingkungan hidup dan atas pertimbangan
diakui secara internasional dalam sistem saling ekonomi secara nasional.
pengakuan lainnya untuk persyaratan teknis 2. Penerapan regulasi teknis memerlukan
yang setara dengan persyaratan teknis dalam Lembaga Penilaian Kesesuaian yang
SNI yang diacu oleh regulasi teknis. Contoh memiliki kemampuan melakukan penilaian
International Electrotechnical Commission for kesesuaian terhadap seluruh parameter
Electrical Equipment Council Board (IECEE-CB) atau spesifikasi teknis yang ditetapkan
Scheme untuk produk elektroteknik. dalam SNI yang diacu dalam regulasi teknis.
3. Akreditasi dapat diberikan untuk sebagian
Pendekatan ini dapat diambil oleh regulator atau seluruh parameter standar, oleh
bila belum tersedia lembaga penilaian karena itu regulator perlu melakukan
kesesuaian di dalam negeri untuk lingkup yang evaluasi terhadap lingkup akreditasi yang
relevan dengan regulasi teknis dimaksud, dan telah diberikan kepada lembaga penilaian
semua atau sebagian besar obyek regulasi kesesuaian tersebut.
teknis tersebut adalah produk impor. Dengan 4. Status akreditasi lembaga penilaian
pendekatan ini perlindungan maksimum kesesuaian berlaku selama periode
terhadap kepentingan, keselamatan, dan untuk kondisi tertentu, sehingga
keamanan, kesehatan masyarakat atau regulator berkewajiban memastikan
pelestarian fungsi lingkungan hidup dan atau bahwa pada saat ditunjuk atau diregistrasi
pertimbangan ekonomis secara nasional sesuai status akreditasinya untuk keseluruhan
dengan maksud penetapan regulasi teknis parameter SNI yang diacu oleh regulasi
tersebut tetap dapat dicapai meskipun belum teknis berlaku sesuai persyaratan KAN.
5. Penerapan regulasi teknis dapat
terdapat infrastruktur nasional untuk keperluan
berimplikasi pemberian sangsi kepada
tersebut.
semua pihak yang melanggar. Regulator
Namun demikian bila semua atau sebagian memiliki tugas dan tanggungjawab untuk
besar obyek regulasi teknis tersebut adalah melaksanakan pengawasan.
produk nasional (domestik), sebelum 2.5.5. Tanda Kesesuaian
penetapan regulasi teknis regulator harus
memastikan ketersediaan lembaga penilaian Kesesuaian terhadap standar, khususnya
kesesuaian di dalam negeri yang kompeten (dan untuk produk, dapat digunakan oleh
telah diakreditasi) yang memiliki lingkup sesuai masyarakat sebagai dasar pemilihan produk
bila pada produk tersebut terdapat tanda yang
persyaratan regulasi teknis sebagai bentuk
menunjukkan kesesuaian maka penandaannya
dukungan terhadap perkembangan produsen
akan memberikan petunjuk pada konsumen
dan produk nasional.
bahwa produk tersebut memiliki mutu sesuai
Terkait dengan penunjukan atau registrasi standar yang dimaksud. Produsen memerlukan
lembaga penilaian kesesuaian oleh regulator, penandaan terhadap produk-produknya
beberapa pertimbangan berikut perlu dengan harapan konsumen memilih produknya
mendapat perhatian: atas dasar karakteristik yang diwakili oleh
produk tersebut. Produk yang memenuhi
1. Penerapan regulasi teknis dapat
persyaratan SNI berhak membubuhkan tanda
berimplikasi pemberian ijin atau larangan
SNI pada produknya berdasarkan hasil penilaian
untuk memasarkan produk tertentu
Lembaga Sertifikasi Produk yang kompeten
atau melakukan proses tertentu yang
(diakreditasi KAN).
merupakan tanggung-jawab pemerintah
demi keselamatan, keamanan, kesehatan Standar selalu dikembangkan atas dasar
masyarakat atau pelestarian fungsi pertimbangan tertentu, dan oleh karena itu

34 SNI Penguat Daya Saing Bangsa


pemenuhan persyaratan standar diharapkan karakteristik produk maupun standar sistem
dapat mencapai tujuan tertentu yang melatar maupun proses yang relevan dengan sistem
belakangi pengembangan standar tadi. Bila dan proses produksi produk yang dimaksud.
satu standar atau lebih dikembangkan dengan
Sesuai kerangka perdagangan global,
maksud:
persyaratan-persyaratan di dalam standar
1. Pencapaian karakteristik keunggulan yang terkait tujuan perlindungan terhadap
mutu, penandaannya akan memberikan kepentingan, keselamatan, keamanan,
petunjuk pada konsumen bahwa produk kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi
tersebut memiliki mutu sesuai standar lingkungan hidup dan/atau pertimbangan
yang dimaksud. ekonomis secara nasional, dapat ditetapkan
2. Mencapai interoperability dan sebagai persyaratan wajib lewat regulasi teknis.
interchangeability maka penandaannya
Dalam praktek, berbagai negara menetapkan
akan memberikan petunjuk kepada
pembedaan antara tanda pemenuhan
pelanggan bahwa produk tersebut dapat
kesesuaian terhadap standar yang bersifat
dioperasikan atau dipertukarkan dengan
sukarela dengan tanda kesesuaian terhadap
produk tertentu yang dikehendaki oleh
regulasi teknis (yang mengacu pada standar).
pelanggan.
Identifikasi pembedaan tanda (sebagian atau
3. Penetapan varietas (jenis) produk,
seluruh persyaratan) tersebut dinyatakan
penandaannya dapat memberikan
sebagai regulatory marking yang setara dengan
petunjuk kepada konsumen bahwa produk
CE mark (Uni Eropa) atau CCC mark (RRC) yang
tersebut sesuai memenuhi persyaratan
bersifat wajib sebagai prasyarat bagi produk-
varietas yang dikehendakinya.
produk yang diatur dalam regulasi teknis.
Di lain pihak, produsen memerlukan Sedangkan contoh tanda kesesuaian sukarela
penandaan terhadap produk-produknya
Gambar 2.10. National Quality Mark
dengan harapan konsumen memilih produknya
atas dasar karakteristik-karakteristik yang
diwakili oleh produk tersebut. Kebutuhan tanda
kesesuaian oleh produsen dan konsumen ini
pada dasarnya bersifat sukarela dan produsen
maupun konsumen berhak untuk memilih
tanda kesesuaian sesuai dengan kebutuhannya.
Sesuai dengan PP 102 tahun 2000, produsen
yang menghasilkan produk yang memenuhi
persyaratan SNI berhak untuk membubuhkan
tanda SNI pada produknya berdasarkan hasil-
hasil penilaian kesesuaian (sertifikasi produk)
yang kompeten (diakreditasi oleh KAN).
Tanda SNI merupakan national quality mark
yang menunjukkan kesesuaian produk dengan
keseluruhan persyaratan-persyaratan yang
ditetapkan dalam SNI yang relevan. Untuk
keperluan ini, KAN dapat menetapkan satu SNI Tanda pemenuhan kesesuaian terhadap standar dilakukan oleh berbagai
atau lebih yang relevan dengan produk tertentu negara. Contoh dari tanda pemenuhan kesesuaian terhadap standar di
beberapa negara: Inggris, Jepang, Jerman (atas: kiri ke kanan), Amerika
sebagai persyaratan untuk memperoleh tanda Serikat, Indonesia, China (tengah: kiri ke kanan), Korea dan Perancis
SNI, baik SNI yang langsung menetapkan (bawah: kiri ke kanan).

SNI Penguat Daya Saing Bangsa 35


adalah GS mark (Jerman) yang bersifat sukarela Pengawasan terhadap impor porduk wajib
tetapi menjadi acuan bagi masyarakat Jerman SNI didasarkan oleh beberapa dasar hukum
sebagai dasar pemilihan produk. penerapan SNI antara lain Undang-undang
No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
Sebagai ilustrasi, seluruh produk yang
konsumen, Peraturan Pemerintah No. 58 tahun
memiliki CE mark dapat dipasarkan dengan
2001, Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun
bebas di seluruh negara anggota Uni Eropa.
2000 dan Keputusan Memperindag No. 753/
Tetapi, tanpa GS mark mungkin produk itu
MPP/Kep/11/2002 mengenai Standardisasi dan
menjadi tidak laku ketika masuk dan dijual di
Pengawasan SNI. Contoh impor barang wajib
pasaran Jerman. Masyarakat Jerman selaku
SNI adalah Penerapan SNI Ban yang merujuk
konsumen telah menjadikan GS mark sebagai
pada regulasi berupa Kep. Menperindag
acuan dalam memilih produk yang akan dibeli.
No. 595/MPP/Kep/9/2004 jo Kep. Bersama
Agar produknya dapat diterima dan dibeli oleh
Menteri Perindustrian No. 12/MIND/PER/3/2006
masyarakat Jerman, produsen menerapkan GS
dan Menteri Perdagangan No. 07/M-DAG/
mark yang sukarela menjadi wajib, karena tidak
PER/3/2006 jo Peraturan Dirjen IAK No. 11/IAK/
mau mengambil resiko produknya tidak terjual.
Per/III/2006 tentang Penerapan SNI Ban.
Sebagai gambaran dapat disampaikan GS mark
untuk IT and Office equipment dalam skema GS 2.6. MANFAAT PENERAPAN STANDAR
mark mensyaratkan ketentuan-ketentuan atau
Menurut Dr. Bambang Setiadi, Kepala
standar tentang ergonimics yang tidak tercakup
Badan Standardisasi Nasional, dalam tulisannya
dalam EU Directives.
berjudul Nasionalisme Di Era Globalisasi Dengan
2.5.6 Pengawasan Regulasi Teknis Standar Nasional Indonesia (SNI), standar
membantu menyediakan bahasa dan ukuran
Perkembangan sistem perdagangan
sama yang mengurangi waktu pemasaran
internasional, yang diikuti dengan
produk dan keyakinan antar pelaku. Standar
kecenderungan meningkatnya volume dan
juga membantu pengurangan biaya produksi
nilai transaksi, mempengaruhi interaksi
karena optimalisasi desain dan pengembangan
antara pelaku ekonomi. Direktorat Jenderal
produk. Keamanan produk juga dapat didukung
Bea dan Cukai (DJBC), sebagai suatu institusi
oleh standar karena standar membatasi risiko
pemerintah, memainkan berbagai fungsi di
dan menyesuaikan dengan aturan yang ada.
antaranya trade facilitator, industrial assistance,
Standar juga terbukti mendatangkan manfaat
revenue collector dan community protector.
dalam mendorong terbukanya akses ke pasar
Sebagai community protector, DJBC harus global. Yang sekarang semakin disadari adalah
dapat melakukan pengawasan atas lalu lintas fungsi standar terkait dengan manajemen
produk sehingga dapat mencegah masuknya resiko. Melalui penerapan standar, resiko dan
produk yang membahayakan kepentingan, ketidakpastian menjadi berkurang. Bahkan,
keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat standar memperbaiki pengaruh lingkungan
atau pelestarian fungsi lingkungan hidup serta yaitu melalui proses mengurangi pengaruh
perlindungan masyarakat sebagai konsumen negatif lingkungan.
atas masuknya produk yang tidak memenuhi
Di bidang perdagangan, perlahan tapi pasti,
standar yang ditetapkan. dan atau atas
dan sulit sekali bergerak mundur, terjadilah
pertimbangan ekonomis secara teknis. DJBC
proses integrasi ekonomi dunia. Dalam proses
sesuai dengan bidang tugasnya yang tertuang
perdagangan berlangsung proses kontradiksi
dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1995,
globalisasi, melemahnya multilateralisme
mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam
dan berlanjutnya ekspansi regionalisme
melakukan pengawasan atas impor produk
dan kerjasama blok. Di pasar finansial,
wajib SNI yang telah ditetapkan instansi teknis.

36 SNI Penguat Daya Saing Bangsa


secara kasat mata terlihat globalisasi pasar secara kuantitatif manfat standar yang
keuangan internasional yang dibarengi dengan diterapkan.
peningkatan kerjasama kebijakan keuangan.
Yang juga akan mendapatkan keuntungan
Dunia perdagangan juga sarat dengan
dari diterapkannya standar oleh produsen
kerjasama multilateral melalui percepatan
produk adalah konsumen. Penerapan standar
jaringan kerjasama global dalam produksi,
memberi manfaat kepada konsumen dalam hal:
processing dan pelayanan. Riset meyakinkan
bahwa 84% pengguna standar internasional 1. Memperoleh jaminan atas kualitas
memenuhi persyaratan negara lain, 62% merasa minimum produk yang dikonsumsi atau
menggunakan standar memudahkan proses dipergunakan.
kontrak dan 54% merasa menggunakan standar 2. Mendapatkan perlidungan keamanan dan
memudahkan serta mengurangi hambatan. keselamatan atas produk yang dikonsumsi
atau dipergunakan.
Di Inggris sejak 1948, standar memberikan
3. Karena standar dapat mendorong tongkat
kontribusi bagi perekonomian sebesar 2,5
efisiensi produksi, maka konsumen dapat
milyar poundsterling di samping berperan
membeli produk-produk dengan tingkat
meningkatkan produktivitas nasional harga yang efisien.
hingga 13%. Di Jerman, penerapan standar 4. Memberikan pembelajaran kepada
terbukti memberi keuntungan ekonomi yang konsumen untuk lebih cermat dan
mencapai 1% dari gross domestic product. Di cerdas dalam mengkonsumsi atau
Kanada dilaporkan standar menyumbang 17% memapergunakn produk. Standar
pertumbuhan produktivitas upah buruh dan 9% memuat kualifikasi/spesifikasi produk yang
pertumbuhan ekonomi dari 1981 ke 2004. memungkin konsumen dapat memilik
Di bidang industri, penerapan standar telah produk sesuai dengan kebutuhannya.
membuka dimensi dan tantangan-tantangan 5. Memberikan ruang bagi konsumen untuk
baru yang berimplikasi positif bagi pelaku menuntut (claim) terkait dengan manfaat
industri dalam hal proses inovasi, pengurangan suatu produk sesuai janji produsen.
ongkos produksi, keamanan produk, akses Sementara itu, pemerintah yang
pasar global, manajemen resiko, kepedulian berkewajiban melmberikan perlindungan
lingkungan, manajemen mutu, hubungan kepada warganegaranya juga memperoleh
pelanggan, efisien energi dan tanggung jawab manfaat lewat penerapan standar. Selain
sosial (social responsibility). keutungan perbaikan ekonomi nasional,
Di Indonesia sendiri penerapan standar penerapan standar memberi manfaat kepada
oleh industri terbukti membawa manfaat pemerintah dalam hal:
yang dignifikan. Ini terungkap dari hasil riset 1. Standar memberikan acuan dasar bagi
penerapan SNI pada 5 produk. Di produk air perlindungan kesehatan, keselamatan,
minum diperoleh keuntungan ekonomi sebesar keamanan, dan lingkungan bagi
Rp. 2,78 triliun, minyak goreng Rp. 17,5 triliun, masyarakat.
garam beryodium Rp. 399,3 miliar, pupuk 2. Standar menjadi acuan pembentuk
potasium klorida Rp. 840 miliar, dan pupuk kesetaraan perdagangan, atau menjadi
SP-36 Rp. 77,3 miliar. Kegiatan standardisasi penghambat atas ketidak-seimbangan
yang menghasilkan berbagai reduksi atau perdagangan global.
penghematan dapat diukur secara kuantitatif. 3. Standar memberikan informasi dasar
Boks 2.2. Scorecard Penerapan Standar dalam tentang technological know-how yang
Value Change Perusahaan dapat dipergunakan dikembangkan oleh industri maju,
sebagai acuan bagi perusahan untuk mengukur terutama dikaitkan dengan keputusan

SNI Penguat Daya Saing Bangsa 37


Boks 2.2.
Scorecard Penerapan Standar Dalam Value Change Perusahaan

FUNCTIONS KEY INDICATORS SCORECARDS

INBOUND Transaction costs > Standardized interfaces allow for easier handling and better conditions
LOGISTICS
Warehousing > Reduction in stocks

OPERATIONS Process efficiency > Decreasing production costs, higher output


> Increased quality and less control
> Economies of scale because of reduced variety, interoperability of
products
Product requirements > Increase in production costs to satisfy higher requirements
Transaction costs > Standardized interfaces, knowledge transfer
Equipment and infrastructure > Reduced risk cost due to better quality of components and interfaces

OUTBOUND Transaction costs > Standardized interfaces time and costs


LOGISTICS > Simplified contractual agreements
Customs handling > Known specifics allow faster and easier passing of customs

MARKETING Price > Higher willingness to pay for perceived/ guaranteed quality
AND SALES Sales volume > Larger potential customer base increases sales potential
> Higher likelihood to win contracts
> Increased competition
Higher exports > Easier access to foreign markets
Transaction costs > Facilitated demonstration of reliability
> Lower costs of communicating and contracting on terms and conditions
License fees > Potential to gain from license fees on technology needed to comply with
the standards
Market share > Increase in market share if domestic standard is preferred

CUSTOMER Easier support > Standardized training, documentation of procedures and products
SERVICE
Reduced liability costs > Compliance with standards reduces probability of failures

Reduced need for customer service > Reduced number of recalls, less complaints and inquiries
Quality > Better match with expectations resulting in higher customer satisfaction

PROCUREMENT Transaction costs > Lower spending on supplies based on standardized interfaces
Flexibility in supply chain > Greater choice and broader selection of suppliers
Prices > Higher bargaining power

R&D Knowledge management > Cost savings in development


> Cost of purchasing standards
> Cost of personnel participating in standard setting processes
Technology transfer > Participation in R&D results of (larger) companies
> Cost savings for new market entrants
Interoperability > Reduced costs in handling results and applying findings
Personnel > Availability of trained and experienced personnel for standardized technologies
Technical knowledge > Gain of competitive advantage
Commercial risk reduction > Better ability to identify future trends and influence adverse standards
> Easier replacement of products when supported by accepted standards

Sumber: ISO (2010), Economic benefits of consensus- based standards.

38 SNI Penguat Daya Saing Bangsa


investasi dan penggunaan sumberdaya sekaligus “perisai” (untuk menangkal serangan
serta implementasi teknologi. produk asing masuk ke dalam pasar domestik)
dalam menghadapi persaingan usaha di era
Penerapan standar juga memberikan
CAFTA, di mana harus berhadapan dengan
manfaat kepada masyarakat luas dalam
kekuatan ekonomi raksasa dunia: China!
menciptakan tingkat kualitas hidup dan
perlindungan terhadap lingkungan hidup
dalam rangka menciptakan tingkat kehidupan
dan kesejahteraan lebih baik. Perhatian kepada
perlindungan atas fungsi lingkungan hidup
telah menjadi bidang penerapan standar,
yakni: ISO 14000/SNI 19-14000 tentang Sistem
Manajemen Lingkungan (SML).
Alhasil, penerapan standar membawa
dampak positif bagi berbagai komponen
bangsa. Dalam konteks peningkatan daya saing
nasional di era perdagangan bebas CAFTA,
penerapan standar menjadi sangat strategis,
dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Standar merupakan landasan
pertumbuhan.
2. Standar memberikan akses ke pasar yang
lebih baik dan memfasilitasi perdagangan.
3. Memberikan keuntungan bagi industri
dalam hal peningkatan mutu, keamanan,
kehandalan dan efisiensi produksi.
4. Meningkatkan daya saing dengan
membantu industri untuk menguasai
pengetahuan, teknologi, pengertian
bersama dan mengurangi risiko.
5. Standar dapat membentuk cara kerja di
berbagai sektor dan menciptakan sinergi
yang mempercepat laju pemasaran bagi
produk, proses dan jasa.
6. Standar yang memspesifikasi karakteristik
kinerja standar akan dapat memicu inovasi
dan merupakan pendukung mulai dari
konsep perencanaan hingga pasar.
Dilatarbelakangi dengan berbagai pemikiran
dan pandangan yang sudah dikemukakan di
atas, BSN mencanangkan suatu Action Plan
dalam bentuk 11 Langkah Gerakan Nasional
Penerapan SNI (GENAP SNI) untuk menghadapi
dampak implementasi CAFTA terhadap daya
saing industri domestik. Penerapan standar
diyakini merupakan “senjata ampuh” (untuk
menyerang dan menerobos pasar luar negeri)

SNI Penguat Daya Saing Bangsa 39

Anda mungkin juga menyukai