Anda di halaman 1dari 52

KAJIAN ISLAM

1. Iman, Islam, Ihsan


2. Islam dan Sains
3. Islam dan Penegakan Hukum
4. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar
5. Fitnah Akhir Zaman

Di susun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam


Dosen Pengampuh:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:
Nama : Leza Puastri Putri
NIM : E1Q020029
Fakultas&Prodi : FKIP/Pendidikan Fisika
Semester : I (SATU)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
ini degan tepat waktu, atas hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
pendidikan agama islam tentang KAJIAN ISLAM

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang
sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos
sebagai dosen Terima kasih pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam untuk
kelas pendidikan fisika 1A
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat bagi yang membacanya

Penyusun, Lombok Tengah 12 Desember 2020

Nama : Leza puastri putri


NIM : E1Q020029

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER…………………………………………………… ……… .. i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………....iii

I. Iman, Islam, Ihsan…………………………………………………………………..1

II. Islam dan Sains …………………………………………………………………..12

III. Islam dan Penegakan Hukum ……………………………………………………19

IV. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar ………………………27


V. Fitnah Akhir Zaman ……………………………………………………………….40

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….47
LAMPIRAN……………………………………………………………………………48

iii
iv
I. IMAN, ISLAM, IHSAN

Dalam ayat al-quran Tuhan (allah) telah menjelaskan kepda kita bahwa
agama yang paling baik disisi-Nya adalah agama islam,dalam surat Al-imran
ayat 19 Telah di jelaskan,Allah Subhnallah Wa Ta’ala berfirman :

َ ِ ‫اِنَّ الَّ ِديْنَ آإْل‬


‫سلَم ِع ْندَهللا‬

Islam adalah agama yang paling sempurna, agama yang menunutun kehidupan
pemeluknya secara rinci dan jelas.karna islam datang untuk meluruskan agama-
agama terdahulu yang di ajarkan oleh rasul-rasul sebelumnya yang telah di
simpangkan dan menjadi pelengkap ajaran-ajaran rasul sebelumnya.Islam adalah
pembenaran,islam menuntun hidup manusia kepada kebaikan dalam segala
aspek kehidupan,tetapi banyak manusia yang tidak mengetahui dan
menyadarinya

Islam memiliki tiga tingkatan yaitu Islam, Iman, dan Ihsan. Iman, Islam dan
ihsan memiliki makna masing-masing dan saling bersangkut paut karna
memiliki kesamaan di antaranya, yang dimana ketiga pilar tersebut adalah cara
utama untuk menuju kehidupan yang bahagia di dunia maupun di akhirat.
Dengan begitu, seorang muslim bisa menjadi muslim yang seutuhnya dan
mencapai derajat mukmin dan muhsin.Iman, Islam, dan Ihsan adalah pokok-
pokok ajaran Islam. Trilogi Iman-Islam-Ihsan disebut juga Akidah-Ibadah-
Akhlak. Iman adalah kepercayaan atau keyakinan. Islam adalah pelaksanaan
atau pembuktian keyakinan.Ihsan adalah etika dalam keyakinan dan

1
pengamalannya.Pelaku iman disebut Mukmin.Pelaksana Islam disebut
Muslim.Pengamal Ihsan disebut Muhsin.

Trilogy dan pengertian iman, islam, dan ihsan disebutkan langsung Rasulullah
Saw dalam sebuh hadits shahih berikut ini :

‫س لَّ َم َذاتَ يَ ْو ٍم إِ ْذ طَلَ َع َعلَ ْينَ ا‬


َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ٌ ‫ بَ ْينَ َما نَ ْحنُ ُجلُ ْو‬: ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ أَ ْيضا ً قَا َل‬
ُ ‫س ِع ْن َد َر‬
َ ِ‫س ْو ِل هللا‬ ِ ‫عَنْ ُع َم َر َر‬
‫س إِلَى النَّبِ ِّي‬َ َ‫ َحتَّى َجل‬،ٌ‫ َوالَ َي ْع ِرفُ هُ ِمنَّا أَ َح د‬،‫الس فَ ِر‬
َّ ‫ الَ يُ َرى َعلَ ْي ِه أَثَ ُر‬،‫الش ْع ِر‬
َّ ‫س َوا ِد‬ َ ‫ش ِد ْي ُد‬
َ ‫ب‬ِ ‫ض الثِّيَا‬ِ ‫ش ِد ْي ُد َبيَا‬
َ ‫َر ُج ٌل‬
‫ فَقَ ا َل‬،‫س الَ ِم‬ْ ‫ يَا ُم َح َّمد أَ ْخبِ ْرنِي َع ِن ْا ِإل‬:‫ض َع َكفَّ ْي ِه َعلَى فَ ِخ َذ ْي ِه َوقَا َل‬ ْ َ ‫صلى هللا عليه وسلم فَأ‬
َ ‫سنَ َد ُر ْكبَتَ ْي ِه إِلَى ُر ْكبَتَ ْي ِه َو َو‬
‫الص الَةَ َوتُ ؤْ تِ َي‬ ُ ‫َش َه َد أَنْ الَ إِلَ هَ إِالَّ هللاُ َوأَنَّ ُم َح َّمدًا َر‬
َّ ‫س ْو ُل هللاِ َوتُقِ ْي َم‬ ْ ‫س الَ ُم أَنْ ت‬ ِ ‫ ْا ِإل‬: ‫س ْو ُل هللاِ صلى هللا عليه وس لم‬ ُ ‫َر‬
:‫ قَ ا َل‬،ُ‫ص ِّدقُه‬ َ ُ‫س أَلُهُ َوي‬ ْ َ‫ فَ َع ِج ْبنَ ا لَ هُ ي‬، َ‫ص َد ْقت‬
َ : ‫س بِ ْيالً قَ ا َل‬ َ ‫اس تَطَعْتَ إِلَ ْي ِه‬ ْ ‫ َوت َُح َّج ا ْلبَيْتَ إِ ِن‬   َ‫ض ان‬َ ‫َص ْو َم َر َم‬ ُ ‫ال َّزكاَةَ َوت‬
‫ قَ ا َل‬.‫ش ِّر ِه‬ ُ ‫ أَنْ تُؤْ ِمنَ ِباهللِ َو َمالَئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر‬: ‫فَأ َ ْخبِ ْرنِي َع ِن ْا ِإل ْي َما ِن قَا َل‬
َ ‫سلِ ِه َوا ْليَ ْو ِم اآل ِخ ِر َوتُ ؤْ ِمنَ ِبا ْلقَ َد ِر َخ ْي ِر ِه َو‬
ِ ‫ فَ أ َ ْخبِ ْرنِي ع‬:‫ قَ ا َل‬. ‫ أَنْ تَ ْعبُ َد هللاَ َكأَنَّكَ تَ َراهُ فَ إِنْ لَ ْم تَ ُكنْ تَ َراهُ فَإِنَّهُ يَ َرا َك‬:‫ قَا َل‬،‫سا ِن‬
‫َن‬ َ ‫ قَا َل فَأ َ ْخبِ ْرنِي َع ِن ْا ِإل ْح‬، َ‫ص َد ْقت‬ َ
‫ قَ ا َل أَنْ تَلِ َد ْاألَ َم ةُ َربَّتَ َه ا َوأَنْ تَ َرى‬،‫ قَا َل فَ أ َ ْخبِ ْرنِي عَنْ أَ َما َراتِ َه ا‬.‫سائِ ِل‬َّ ‫سؤ ُْو ُل َع ْن َها بِأ َ ْعلَ َم ِمنَ ال‬
ْ ‫ َما ا ْل َم‬:‫ قَا َل‬،‫سا َع ِة‬ َّ ‫ال‬
‫الس ائِ ِل ؟‬ َّ ‫ يَا ُع َم َر أَتَ ْد ِري َم ِن‬: ‫ ثُ َّم قَا َل‬،‫ق فَلَبِ ْثتُ َملِيًّا‬ َ َ‫ ثُ َّم ا ْنطَل‬،‫ان‬
ِ َ‫ا ْل ُحفَاةَ ا ْل ُع َراةَ ا ْل َعالَةَ ِرعَا َء الشَّا ِء يَتَطَا َولُ ْونَ فِي ا ْلبُ ْني‬
‫ قَا َل فَإِنَّهُ ِج ْب ِر ْي ُل أَتـَا ُك ْم يُ َعلِّ ُم ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم‬. ‫س ْولُهُ أَ ْعلَ َم‬
ُ ‫ هللاُ َو َر‬: ُ‫ قُ ْلت‬.  

Dari Umar r.a. ia berkata: ketika kami duduk-duduk di sisi Rasulullah Saw suatu hari,
tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan
berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak
ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di
hadapan Nabi Saw lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya
(Rasulullah Saw) seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang
Islam?"Maka bersabdalah Rasulullah Saw: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak
ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah
utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi
haji jika mampu."Kemudian dia berkata: “Anda benar!“. Kami semua heran, dia yang
bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan aku
tentang Iman“. Lalu beliau bersabda: "Engkau beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman
kepada takdir yang baik maupun yang buruk." Kemudian dia berkata: “Anda
benar“. Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang Ihsan“. Lalu beliau Saw
bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-

2
Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, maka Dia melihat engkau.” Kemudian dia berkata:
“Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “Yang
ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. 
Dia berkata: “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “. Beliau bersabda: “Jika seorang
hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada,
miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan
bangunannya."
Kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah)
bertanya: “Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya
lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian
(bermaksud) mengajarkan agama kalian (Islam)“. (Riwayat Muslim Hadits Arba’in No.
2. Hadis ini diriwayatlan juga oleh Bukhari, Abu Dawud, at-Turmudzi, Ibnu Majah,
Ahmad bin Hambal).

A. IMAN

Dalam hadits di atas, Rasulullah Saw mengemukakan Rukun Iman (Arkanul Iman),
yakni percaya kepada Allah SWT, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari kiamat,
dan takdir. Definisi dari iman secara etimologi berasal dari bahasa arab amana-
yukminu-imanan yang artinya percaya. Sedangkan secara terminologi menurut jumhur
ulama’ iman adalah at-tasdiqu bil qolbi,al-qoulu bil lisan,wa al a’malu bil
arkaan artinya membenarkan atau dalam hati,mengucapkan atau mengikrarkan dengan
lisan,mengamalkan dengan perbuatan.Iman sendiri sebenarnya adalah sebuah
pembuktian terhadap penyerahan diri kepada Tuhan yang maha esa (Allah) sebagai

3
pencipta sekeligus penguasa mutlak semesta alam.Dalam al-qur’an surat Al-hujarat
potongan ayat 14,Allah Subhanallahu ta’ala berfirman yang artinya : “Sesungguhnya
orang yang sebenarnya beriman ialah orang yang percaya kepada Allah dan Rasullnya.”

1.  Membenarkan dengan hati


“Membenarkan dengan hati” maksudnya adalah menerima kebenaran atas segala
sesuatu yang di sampaikan dan di ajarkan oleh rasulullah salallahu alaihi wasalam serta
rasul sebelumnya.
Allah Subhanallahu ta’ala berfirman :

ُ‫ َءا َمن‬  َ‫ٱلَّ ِذين‬ ‫ َويَ ْزدَا َد‬ ‫ب‬ َ َ‫ ْٱل ِك ٰت‬ ‫وا‬ ۟ ‫ َكفَر‬  َ‫لِّلَّ ِذين‬ ً‫فِ ْتنَ ۭة‬  ‫إاَّل‬ ‫ ِع َّدتَهُ ْم‬ ‫ َج َع ْلنَا‬ ‫ َوما‬  ًۙ‫م ٰلَٓئِ َك ۭة‬  ‫إاَّل‬ ‫ٱلنَّار‬ ‫ب‬
۟ ُ‫أُوت‬  َ‫ٱلَّ ِذين‬  َ‫لِيَ ْستَ ْيقِن‬ ‫ُوا‬ َ ‫أَصْ ٰ َح‬ ‫ َج َع ْلنَٓا‬ ‫َو َما‬
ِ َ َ ِ ِ
  ۚ ‫ َمثَاًۭل‬ ‫بِ ٰهَ َذا‬ ُ ‫ٱهَّلل‬ ‫أَ َرا َد‬ ‫ َما َذٓا‬  َ‫ َو ْٱل ٰ َكفِرُون‬  ٌ‫ض‬ ُ َّ ْ َ َ‫ ْٱل ِك ٰت‬ ‫وا‬ ۟ ُ‫أُوت‬  َ‫ٱلَّ ِذين‬ ‫َاب‬
َ ‫يَرْ ت‬  ‫ َواَل‬  ۙ‫إِي ٰ َم ۭنًا‬ ‫ٓو ۟ا‬
ۭ ‫ َّم َر‬ ‫قُلوبِ ِهم‬ ‫فِى‬  َ‫ٱل ِذين‬ ‫ َولِيَقُو َل‬  ۙ َ‫ َوٱل ُم ْؤ ِمنُون‬ ‫ب‬
‫لِ ْلبَ َش ِر‬ ‫ ِذ ْك َر ٰى‬  ‫إِاَّل‬ ‫ ِه َى‬ ‫ َو َما‬  ۚ‫هُ َو‬  ‫إِاَّل‬ ‫ك‬ َ ِّ‫ َرب‬ ‫جُ نُو َد‬ ‫يَ ْعلَ ُم‬ ‫ َو َما‬  ۚ‫يَ َشٓا ُء‬ ‫ َمن‬ ‫ َويَ ْه ِدى‬ ‫يَ َشٓا ُء‬ ‫ َمن‬ ُ ‫ٱهَّلل‬  ُّ‫ضل‬ ِ ُ‫ي‬ ‫ك‬ َ ِ‫َك ٰ َذل‬

Artinya : “Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan
tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-
orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang
yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan
orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya
ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah
dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah menyesatkan
orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya.Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia
sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.” ( QS.AL-Mudatsir :
31 )
2.  Mengucapkan dengan lisan
“mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan” maksudnya adalah menyatakan dengan
lisan bahwa dirinya beriman kepada allah dengan mengucapkan dua kalimat syahadat
yaitu “Asyhaduallah Ilaha Illallah Wa Asyhaduanna Muhammad Rasulullah” yang
artinya ( Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah ).Di riwayatkan Imam
Muslim dari abu hurairah Radhiallaahu anhu,ia berkata bahwasanya Rasulullah
salallahu alaihi wasalam bersabda :”Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh
cabang lebih yang paling utama adalah ucapan “LA ILAHA ILLALLAHU” dan yang

4
paling rendah adalah menyingkirkan rintangan (kotoran) dari tengah jalan, sedang rasa
malu (juga) salah satu cabang dari iman.”(HR.Muslim)
“Mengamalkan dengan perbuatan” maksudnya adalah sesuatu yang di yakininya dalam
hati dan yang di ikrarkannya dengan lisan di implementasikan dengan perbuatan sebagai
bukti bahwa dirinya benar-benar beriman kepada allah. Mengamalkannya dengan
ibadah-ibadah yang di perintahkan allah kepadanya dan menjauhi larangan-larangan-
Nya. Allah subhanallahu ta’ala berfirman :
ً ‫أُ ْولَئِكَ ُه ُم ا ْل ُمؤْ ِمنُ ْونَ َحقا‌ ً لَ ُه ْم د ََر َجاة ِع ْن ِد َربِّ ِه ْم َو َم ْعفِ َرةٌ َّو ِر ْز‬, َِ َ‫صاَل ةَ َو ِم َّما َرزَ ْقنَا ُه ْم يُ ْنفِقُ ْوِن‬
‫ق َك ِر ْي ٌِ ٌِم‬ َّ ‫اَلَّ ِديْنَ يُقِ ْي ُم ْونَ ال‬
Artinya : “Orang-orang yang mendirikan sholat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezeki yang kami berikan kepada mereka.Itulah orang yang beriman dengan sebenar-
benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan
ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.
Ulama’ terdahulu yang biasa di kenal saat ini dengan sebutan Ulama’ salaf
menggolongkan amal termasuk dalam kategori pengertian Iman.Oleh sabab itu Ulama’
salaf menganggap dan meyakini bahwa iman dapat bertambah dan berkurang atas
sesuatu yang di lakukannya.
Dalam masalah bertambah dan berkurangnya iman dapat di ketahui dari segi amal
perbuatan meskipun hanya terkadang sedikit salah menilainya,kita dapat mengetahui
bertambahnya iman bila seseorang mengerjakan hal-hal yang baik atau menjauhi
perbuatan yang buruk, dan sebaiknya apabila seseorang melakukan perbuatan yang
menentang syari’at atau perbuatan yang dilarang oleh allah maka imannya telah
meredup dan berkurang.
Ulama’ salaf membenarkan tentang adanya bertambah dan berkurangnya iman.dan
mereka menguatkannya dengan dalil-dalil yang telah di sebutkan di atas.

Orang beriman disebut mukmin.Masih dalam hadits yang sama, kemudian malaikat
Jibril bertanya mengenai Iman kepada Rasulullah. Lalu Rasulullah menjawab,
Iman itu ialah engkau beriman kepada Alloh, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para
Rosul-Nya, hari akhir dan engkau beriman terhadap qodho’ dan qodar; yang baik
maupun yang buruk.
Dalam definisi ini, maka iman merupakan hal – hal yang mencakup amalan batin. Yaitu
keimanan atau kepercayaan terhadap Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, para rasul-Nya,
hari akhir, dan juga keimanan kepada takdir.Orang yang sudah mencapai derajat

5
keimanan maka disebut sebagai mukmin.Keimanan merupakan sesuatu yang lebih
khusus dibandingkan keislaman. Jadi, ketika seseorang disebut sebagai mukmin, maka
orang tersebut sudah pasti seorang muslim. Namun, tidak setiap muslim adalah seorang
mukmin.

B. ISLAM

Defenisi dari secara etimologi berasal dari bahasa arab aslama-yuslimu-islaman


yang artinya pasrah, atau tunduk. Islam secara bahasa artinya berserah diri dan
damai. Islam adalah agama Allah SWT.
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam" (QS. Ali
Imran:19).
Kata Islam berasal dari bahasa Arab yaitu aslama yang artinya patuh, pasrah,
menyerah diri, atau selamat.Pemeluk Islam atau orang yang tunduk dan patuh
berserah diri kepada Allah disebut Muslim.Sedangkan secara terminologyyaitu
agama yang berisi ajaran tauhid menyerah diri serta tunduk kepada Tuhan Allah
maha Esa yang di bawa nabi Muhammad Salallahu alaihi wasalam untuk
menunjukkan jalan yang lurus kepada ummatnya.
KH Endang Saifuddin Anshari mengemukakan, setelah mempelajari sejumlah rumusan
tentang agama Islam, lalu menganalisisnya, ia merumuskan dan menyimpulkan
pengertian Islam, bahwa agama Islam adalah:
 Wahyu yang diurunkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya untuk disampaikan
kepada segenap umat manusia sepanjang masa dan setiap persada.
 Suatu sistem keyakinan dan tata-ketentuan yang mengatur segala perikehidupan
dan penghidupan asasi manusia dalam pelbagai hubungan: dengan Tuhan,
sesama manusia, dan alam lainnya.
 Bertujuan: keridhaan Allah, rahmat bagi segenap alam, kebahagiaan di dunia
dan akhirat.
  Pada garis besarnya terdiri atas akidah, syariatm dan akhlak.
 Bersumberkan Kitab Suci Al-Quran yang merupakan kodifikasi wahyu Allah
SWT sebagai penyempurna wahyu-wahyu sebelumnya yang ditafsirkan oleh
Sunnah Rasulullah Saw. Wallahu a'lam.

6
Orang-orang yang telah islam atau orang yang telah memeluk agama islam di
sebut muslim. Orang-orang yang telah memeluk agama islam berarti dia telah
memasrahkan dirinya kepada allah dan melaksanakan perintah-Nya  dan menjauhi
larangan-Nya. Dan orang tersebut telah terbebani hukum (mukallaf)
Nama “Islam” bagi agama ini diberikan oleh Allah Subhanallahu ta’ala sendiri. Dia juga
menyatakan hanya Islam agama yang diridhai-Nya dan siapa yang memeluk agama
selain Islam kehidupannya akan merugi di akhirat nanti. Islam juga dinyatakan telah
sempurna sebagai ajaran-Nya yang merupakan rahmat dan karunia-Nya bagi umat
manusia, sehingga mereka tidak memerlukan lagi ajaran-ajaran selain Islam.Ini
membuktikan bahwa islam adalah agama yang peling benar, dan hal ini telah di jelaskan
dalam Al-qur’an surat Al-imran ayat 19.
Allah Subhanallahu ta’ala berfirman :

ْ ِ ‫إِنَّ الَّ ِديْنَ ِع ْندَهللا آإْل‬


‫سلَم‬

Artinya : “Sesungguhnya agama di sisi allah ialah islam”.(QS. 3 : 19)


Dan Allah berfirman dalam ayat lain :

ِ ‫سلَ ِم ِد ْينَا فَلَنْ ي ْقبَل ِم ْنهُ َو ُه َو ِفي اأْل َ ِخ َرة ِمنَ ا ْل َخ‬
َ‫س ِريْن‬ ْ ‫َو َمنْ يَّ ْبت َِغ ِغ ْير ا ِإل‬

Artinya : “Dan siapa saja yang memeluk agama selain islam, tidak akan di terima (oleh
Allah) dan dia termasuk orang-orang yang merugi di akhirat nanti.” (QS. Al-imran : 85)
Di tambah lagi dalam surat lain Allah subhanallahu ta’ala berfirman :

‫سلَ ِم ِد ْينَا‬ ِ ‫اليَو َم أَ ْك َم ْلتُ لَ ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم َوأَ ْت َم ْمتُ َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِى َو َر‬
ِ ‫ضيْتُ لَ ُك ْم‬
ْ ‫آإل‬

Artinya : “Pada hari ini Aku telah sempurnakan agamamu (islam) dan Aku telah 
limpahkan nikmat-Ku kepada mu dan Aku ridha islam sebagai agamamu.” (QS. 5:3)
Bahkan menurut Al-Quran, semua agama yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul
sebelum Muhammad pun pada hakikatnya adalah agama Islam dan pemeluknya disebut
Muslim (Q.S. 2:136), (Q.S. 10:72) dan banyak lagi ayat-ayat lainnya. Bahkan,

7
Hawariyun, yakni sebutan bagi pengikut Nabi Isa a.s., menyebut diri mereka Muslim
(Q.S. 3:52).

Rukun-rukun islam
1)     Mungucapkan Syahadat
Mengucapkan syhadat  ( ‫س ْو ُل هللا‬ ْ َ‫ش َه ُد اَنْ إَل اِلَ هَ اِاَّل هللا َوا‬
ُ ‫ش َه ُد اَنَّ محم د ال َّر‬ ْ َ‫ا‬ ) adalah sesuatu yang
harus dilakukan oleh orang islam maupun orang yang menghendaki masuk islam. Karna
syahadat adalah sebuah kesaksian diri bahwa tiada tuhan yang berhak di sembah kecuali
Tuhan (Allah) yang maha Esa, dan Nabi Muhammad Salallahu alaihi wasalam adalah
utusan-Nya.
2)     Mendirikan Sholat
Mendirikan sholat adalah salah satu bentuk cara berhubungan vertikal secara langsug
dari seorang hamba kepada Allah subhanallahu Ta’ala.
3)     Menunaikan Zakat
Menunaikan zakat adalah salah satu perintah Allah kepada hambanya untuk membagi
hartanya kepada orang-orang yang tidak mampu.Sehingga rasa kepedulian antara
sesama manusia terwujud. Kesolidaritasan da saling tolong menolong akan semakin
kuat ikatannya.
4)     Melaksanakan Puasa
Puasa adalah salah satu perintah tuhan yang sebagia besar manusia mampu
melaksanakannya.Rasa lapar dan haus, menahan hawa nafsu adalah bentuk kepedulian
atau kesetaraan semua manusia.Puasa mengajarkan kita bagaiman rasannya lapar dan
haus, agar kita peduli kepada manusia yang kelaparan dan tidak mampu.
5)     Menunaikan Haji
Haji adalah perintah Allah yang dimana keharusan pelaksananya adalah bagi orang-
orang yang mampu saja untuk menunaikannya. Haji adalah ajang tempat memper erat
ukhuwah atau persaudaraan antara ummat muslim se dunia.
Dalam hadits Arbain yang kedua, Rasulullah pernah ditanya oleh malaikat Jibril tentang
Islam. Kemudian Nabi Muhammad menjawab,

Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang haq) selain Alloh dan
bahwasanya Muhammad adalah utusan Alloh, engkau dirikan sholat, tunaikan zakat,

8
berpuasa romadhon dan berhaji ke Baitulloh jika engkau mampu untuk menempuh
perjalanan ke sana.
Jawaban Nabi mengatakan bahwa Islam adalah apa yang disebut dengan rukun Islam.
Yaitu amalan – amalan lahiriyah yang mencakup syahadat, shalat, puasa, zakat, dan
haji. Saat seseorang melakukan 5 amalan ini, maka orang tersebut dikatakan sebagai
muslim.
C. IHSAN
Tingkatan yang ketiga adalah Ihsan.Ihsan berasal dari bahasa Arab yaitu ahsan -
yuhsinu - ihsanan yang artinya kebaikan atau berbuat baik.Menurut istilah, ihsan ialah
berbakti dan mengabdikan diri kepada Allah SWT atas dasar kesadaran dan
keikhlasan.Pelakunya disebut Muhsin.ihsan sendiri merupakan usaha untuk selalu
melakukan yang lebih baik, yang lebih afdhal, dan bernilai lebih sehingga seseorang
tidak hanya berorientasi untuk menggugurkan kewajiban adalah beribadah, melainkan
justru berusaha bagaimana amal ibadahnya diterima dengan sebaik-baiknya oleh Allah.
SWT. Karena dia akan merasa diawasi oleh Allah, maka akan terus timbul dihatinya
tuntutan untuk selalu meng upgrade amal perbuatannya dari yang kurang baik menjadi
yang  baik, dari yang sudah baik, terus berusaha untuk yang lebih baik
demi diterimanya amal perbuatan mereka.

Sebagai contoh, seseorang yang melakukan sholat, cukup dengn


melakukan syarat dan rukun sholat saja, tanpa  harus khusu’ maupun khudu’.
Orang itu sudah tidak dituntut lagi kelak karena dia sudah melakukan
kewajibannya walaupun hanya sebatas menggugurkan kewajiban belaka. Beda
dengan orang yang muhsin (ihsan), maka dia akan melakukan sholat tersebut
dengan sesempurna mungkin, dia tidak hanya memperhatikan syarat dan rukun
saja, melainkan adab dalam sholat, kekhusyu’an, khudu’, dan hal-hal yang dapat
menghalangi sampainya ibadah tersebut sampai kepada hadroh sang kholiq.
Ihsan memiliki potensi untuk menjuhkan kita dari sifat buruk di hati atau
bisa di sebut penyakit hati seperti; sombong, riya’, hasud, dengki dan lain
sebagainya. Ihsan juga salah satu cara agar bagaimana Allah menerima ibadah-
ibadah kita.
Saat Rasulullah ditanya oleh malaikat Jibril mengenai perkara ihsan, maka Rasulullah
menjawab,

9
Yaitu engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila
kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia
melihatmu.

Perkara ihsan adalah perkara yang mencakup cara dan rasa seorang muslim dalam
beribadah. Ada dua tingkatan dalam ihsan.Yaitu seseorang yang beribadah seakan
mampu melihat Allah, dan jika tidak mampu, maka orang tersebut beribadah dengan
rasa diperhatikan oleh Allah.
Tingkatan ihsan ini merupakan tingkatan tertinggi seorang muslim karena melibatkan
perkara lahir dan batin. Seseorang yang mampu menjalani ibadah dengan perasaan
seperti ini akan dapat melaksanakan ibadah dengan rasa harap dan ingin sebagaimana
seorang hamba bertemu rajanya. Atau dengan perasaan takut dan cemas akan siksa yang
didapat.
Orang yang mampu beribadah dengan perasaan tersebut akan lebih mudah mendapatkan
manfaat sebenarnya dari suatu ibadah. Dan orang – orang semacam ini akan disebut
sebagai muhsin. Derajat muhsin ini hanya dapat dicapai jika seseorang telah menjadi
muslim dan mukmin terlebih dahulu. Ihsan atau kebaikan tertinggi adalah seperti
disabdakan Rasulullah Saw:

"Ihsan hendaknya kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan
jika kamu tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihat kamu.” (HR. Bukhari).

Selain dalam hal ibadah kepada Allah SWT, ihsan juga bermakna akhlak atau perilaku
baik kepada sesama sebagai pengamalan iman dan Islam. Rasulullah Saw bersabda

َ ‫ فَ ْليُ ْك ِر ْم‬، ‫اآلخ ِر‬


َ‫ َو َمنْ َك ان‬، ُ‫ض ْيفَه‬ ِ ‫وم‬ ِ َ‫ َو َمنْ َكانَ يُؤْ ِمنُ باهللِ َوالي‬، ُ‫ فَالَ يُؤْ ِذ َجا َره‬، ‫وم اآلخ ِر‬
ِ َ‫َمنْ َكانَ يُؤْ ِمنُ باهلل َوالي‬
‫ق َعلَي ِه‬ ْ َ‫ فَ ْليَقُ ْل َخ ْيراً أَ ْو لِي‬، ‫اآلخ ِر‬
ٌ َ‫س ُكتْ )) ُمتَّف‬ ِ ‫وم‬ ِ َ‫يُؤْ ِمنُ باهللِ َوالي‬

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia tidak
menyakiti tetangganya, barangisiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari
akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya, barangsiapa yang beriman kepada Allah
dan kepada hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam.” (Muttafaq ‘alaih).
Itulah perbedaan antara islam, iman, dan ihsan. Meskipun terdapat definisi yang berbeda
– beda antara ketiga hal tersebut, namun saat disebutkan salah satunya maka definisi

10
lainnya juga sudah termasuk. Misalnya, saat seseorang memutuskan untuk menjadi
muslim, maka orang tersebut bukan hanya melaksanakan 5 rukun islam saja. Tapi juga
memutuskan untuk menjadi mukmin dengan mempercayai 6 rukun iman dan juga
berusaha menjadi muhsin dengan beribadah sepenuh hati.

  Hubungan antara islam, iman dan ihsan


Islam, iman dan ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan, ketiganya saling
berhubungan atau terdapat sangkut paut yang perlu di terapkan untuk menuju keridhoa-
Nya.Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah, keyakinan tersebut di
implementasikan melalui islam yang di dalamnya terdapat rukun-rukun yang wajib di
kerjakan, kemudian pelaksanaannya di lakukan dengan ikhlas setulus hati karena Allah
Subhanallahu ta’ala merasa seakan-akan kita melihat Allah, atau setidaknya merasa
Allah melihat dan mengawasi kita.’

II. ISLAM DAN SAINS

A. Tinjauan Umum tentang Islam dan Sains

11
1.Pengertian Islam dan Sains

Kata Islam memiliki konseptual yang luas, sehingga ia dipilih menjadi nama
agama (din) yang baru diwahyukan Allah. melalui Nabi Muhammad kata Islam
secara umum mempunyai dua kelompok kata dasar yaitu selamat, bebas,
terhindar, terlepas dari, sembuh, meninggalkan. Bisa juga berarti: tunduk, patuh,
pasrah, menerima. Kedua kelompok ini saling berkaitan dan tidak dapat terpisah
satu sama lain.

Adapun kata Islam secara terminologi dalam Ensiklopedi Agama dan Filsafat
dijelaskan bahwa Islam adalah agama Allah yang diperintahkan-Nya kepada
Nabi Muhammad untuk mengajarkan tentang pokok-pokok ajaran Islam kepada
seluruh manusia dan mengajak mereka untuk memeluknya.2

Harun Nasution menerangkan bahwa Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya


diwahyukan kepada seluruh masyarakat melalui Nabi Muhammad sebagai
Rasul.Islam pada hakikatnya membawa ajaranajaran yang bukan hanya
mengenai satu segi tetapi mengenai bebagai segi dari kehidupan
manusia.Sumber dari ajaran-ajaran yang mengadung berbagai aspek itu adalah
al-Qur’an dan hadis.
Kata sains dalam Webste’s New Word Dictonary berasal ari bahasa latin yakni
scire, yang artinya mengetahui. Jadi secara bahasa sains adalah keadaan atau
fakta mengetahui.4 Sains juga sering digunakan dengan arti pengetahuan
scientia.Secara istilah sains berarti mempelajari berbagai aspek dari alam
semesta yang teroganisir, sistematik dan melalui berbagai metode saintifik yang
terbakukan. Ruang lingkup sains terbatas pada beberapa yang dapat dipahami
oleh indera (penglihatan, sentuhan, pendengaran, rabaan, dan pengecapan) atau
dapat dikatakan bahwa sains itu pengetahuan yang diperoleh melalui
pembelajaran dan pembuktian.5

B. Ilmu Pengetahuan dan Agama Islam

12
Hubungan antara Islam dan sains dapat melahirkan keimanan dan sekaligus rasional,
atau semua gagasan ilmiah itu diketahui dengan dua sudut pandang.Pertama, apakah
konsepsi dalam Islam bertentangan dengan agama.

Sudut pandang kedua, merupakan landasan dalam membahas

hubungan antara Islam dan sains, yakni bagaimana keduanya ini berpengaruh pada
manusia. Agama dan sains sama-sama memberikan kekuatan, sains memberi manusia
peralatan dan mempercepat laju kemajuan, agama menetapkan maksud tujuan upaya
manusia dan sekaligus mengarahkan upaya tersebut.Sains membawa revolusi lahiriah
(material), agama membawa revolusi batiniah (spiritual).Sains memperindah akal dan
pikiran, agama memperindah jiwa dan perasaan. Sains melindungi manusia dari
penyakit, banjir, badai, dan bencana alam lain. Agama melindungi manusia dari
keresahan, kegelisahan dan rasa tidak nyaman.Sains mengharmoniskan dunia dengan
manusia dan agama menyelaraskan dengan dirinya.

Muhammad Iqbal menerangkan bahwa manusia membutuhkan tiga hal: pertama,


interpretasi spiritual tentang alam semesta. Kedua, kemerdekaan spiritual. Ketiga,
prinsip-prinsip pokok yang memiliki makna universal yang mengarahkan evolusi
masyarakat manusia dengan
berbasiskan rohani.”

Mengingat hal tersebut, Eropa modern membangun sebuah sistem yang realistis, bahwa
pengalaman yang diungkapkan dengan menggunakan akal saja tidak mampu
memberikan semangat yang ada dalam keyakinan hidup, dan ternyata keyakinan itu
hanya dapat diperoleh dari pengetahuan personal yang bersifat spiritual.Hal inilah yang
kemudian membuat akal semata tidak memberikan pengaruh pada manusia, sementara
agama selalu meninggikan derajat orang dan mengubah masyarakat.

Dasar dari gagasan-gagasan tinggi kaum muslim adalah wahyu, wahyu berperan
menginternalisasi (menjadikan dirinya sebagai bagian dari karakter manusia dengan
cara manusia memperlajarinya) aspek-aspek lahiriahnya sendiri. Bagi intelektual
muslim, basis spiritual dari kehidupan adalah tentang keyakinan. Demi keyakianan
inilah seroang muslim yang kurang tercerahkan pun dapat mempertaruhkan jiwanya.

13
Will Durant (Penulis History of Civilization) pernah mengatakan:

Harta itu membosankan, akal dan kearifan hanyalah sebuah cahaya redup yang dingin.
Hanya dengan cintalah kelembutan yang terlukiskan dapat menghangatkan hati.

Bisakah sains dan agama saling menggantikan posisi masing-masing?Pengalaman


sejarah telah menunjukkan bahwa akibat dari memisahkan keduanya telah membawa
kerugian yang tidak dapat ditutup.Agama harus dipahami dengan perkembangan sains,
sehingga terjadi pembaruan agama dari cengkrama mitos-mitos.Agama tanpa sains
berakhir dengan kemandekan. Sehingga apabila agama tanpa sains hanya akan
dijadikan alat orang-orang munafik mencapai tujuannya.

Sains tanpa agama bagaikan lampu terang yang dipegang pencuri yang membantu
pencuri lain untuk mencuri barang berharga di tengah malam. Atau bahkan sains tanpa
agama adalah pedang tajam ditangan pemabuk yang kejam.Ilmu pengetahuan dalam
Islam merupakan sederet penjabaran mengenai pandangan Islam yang tercantum dalam
ayat-ayat suci Al-Qur’an dan berkenaan dengan ilmu pengetahuan modern, diantaranya:
Teori Big Bang Sunting

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada
juga beriman?”

Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu.Ternyata
ilmu pengetahuan modern seperti teori Big Bang menyatakan bahwa alam semesta
(bumi dan langit) itu dulunya satu.Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang ini.

Garis edar planet Sunting

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.Masing-
masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”

Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak
dalam garis edar tertentu:

14
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya.Demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui.”

Langit yang mengembang (Expanding Universe) Sunting

Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih
terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:

“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-
benar meluaskannya.”

Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengembang.Dan inilah kesimpulan yang dicapai


ilmu pengetahuan masa kini.

Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-
menerus dengan kecepatan maha dahsyat.Para ilmuwan menyamakan peristiwa
mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.

Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu
pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala
tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan
dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya
memiliki permulaan, dan ia terus-humenerus “mengembang”.

Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi
Belgia, George Lemaitre, secara teoretis menghitung dan menemukan bahwa alam
semesta senantiasa bergerak dan mengembang.

Ciri Sains Islam

Adakah sains Islam?Pertanyaan ini muncul. Untuk menjawab pertanyaan ini perlu
dijawab dulu apa yang dimaksud dengan sains Islam. Sains Islam adalah segala disiplin
ilmu yang memiliki keterkaitan orisinal dengan sumber utama agama Islam, yaitu kitab
suci al-Qur’an dan al-Hadits. Sains Islam termasuk ilmu umum dan kajian islam . Sains
Islam termasuk ilmu alam dan ilmu sosial-kemanusiaan .Sains Islam termasuk ilmu
yang berbasis teks dan ilmu yang berbasis empiris. Pengikatnya, melambangkan Osman

15
Bakar dalam buku Islam and Science , is tauhid. Sepanjang ilmu pengetahuan itu
memiliki keterkaitan dengan prinsip tauhid, maka dia adalah sains Islam.

Dengan demikian, bila suatu konsep atau teori yang berkembang dalam disiplin ilmu itu
memiliki keterkaitan dengan prinsip tauhid, maka dia dapat disebut sebagai sains
Islam.Sebagai contoh, dalam tradisi psikologi Barat yang dilalui oleh Watkins dkk,
kebersyukuran (syukur) hanya berkaitan dengan perasaan keberlimpahan atas karunia
yang diterima dan tidak terkait dengan Tuhan sebagai pemberi.Dalam psikologi Islam,
kebersyukuran dengan kesadaran dan perilaku atas keberlimpahan yang bersumber dari
Tuhan. Dalam tradisi psikologi Barat yang mewujud oleh Petersen dan Seligman dalam
buku Character Strengths and Virtues , low hati (humility)berkaitan dengan ketiadaan
anggapan diri sebagai lebih spesial dari orang lain. Dalam psikologi Islam, rendah hati
(tawadhu ‘) yang berkaitan dengan kesediaan untuk menerima kebenaran -dari
seseorang dan kapan pun — dan tidak menganggap diri lebih dari orang lain.

Dari apa yang sudah dihasilkan oleh para ahli hukum, ahli ekonomi, ahli psikologi, dan
ahli-ahli dari beragam disiplin ilmu yang melakukan kajian sains Islam, dapat diketahui
bahwa sains Islam itu eksis. Sains Islam itu nyata adanya.

Ciri khas ilmu Islam berikutnya adalah amaliah.Apa yang diketahui haruslah berkaitan
dengan perilaku. Di samping pastinya apa yang dilakukan juga didasari oleh
pengetahuannya. Oleh karena itu, tidak mungkin seorang ilmuwan muslim itu sangat
tinggi ilmunya tapi tidak mengamalkannya.

Upaya Mewujudkan Sains Islam

Ada banyak jalan menuju Roma, ungkap sastrawan Idrus.Ada banyak jalan untuk
mewujudkan sains Islam. Kuntowijoyo dalam buku Paradigma Islampernah
menawarkan apa yang disebut sebagai objektivikasi. Objektivikasi adalah usaha untuk
mentransformasikan kebenaran mutlak yang ada dalam kitab suci yang bersifat normatif
menjadi kebenaran yang objektif yang dapat diukur.Kalau dalam al-Qur’an Proposal
berbagai konsep seperti keikhlasan keimanan, kebersyukuran, kesabaran, pemaafan, dan
seterusnya, maka konsep tersebut harus dapat diungkapkan secara jelas indikator dan
bagaimana pengukurannya.Upaya ini memang tidak mudah, karena ilmuwan perlu
memiliki pemahaman yang memadai tentang isi al-Qur’an dan al-Hadits.Meskipun

16
kemampuan mengakses langsung al-Qur’an tidak dimiliki, ilmuwan Muslim tidak harus
berputus asa.Ilmuwan Muslim dapat menjalin kerjasama dengan ahli-ahli tafsir al-
Qur’an dan ahli al-Hadits.

Selain itu, saya –dalam buku Agenda Psikologi Islami – pernah menawarkan teori
rekonstruksi.Rekonstruksi teori ini dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai
pemikiran dan temuan sains masa kini untuk dimasukkan dalam kerangka Islam tentang
suatu hal. Asumsi yang dibangun adalah kebenaran dapat ditemukan di mana-mana
dana dapat ditemukan dalam kitab berbagai agama. Namun, ilmu tertinggi adalah yang
bersumber langsung dari Allah ‘azza wa jalla .Dalam psikologi, upaya rekonstruksi ini
dilakukan dengan mengintegrasikan pemikiran dan temuan dari ilmu kontemporer
sekuler.Misalnya mengintegrasikan teknik relaksasi dan zikir, sehingga jadilah relaksasi
zikir.

Selain rekonstruksi teori, para ilmuwan juga menawarkan komparasi, komplementasi,


pengungkit, kritik Islam, pararelisasi, bahkan similarisasi.

Agenda Sains Islam di UII

Sewaktu mengisi kuliah umum di IAIN Kediri beberapa waktu lalu, saya mendapat
komentar yang menarik dari Ketua Prodi Psikologi Islam.“UII merupakan universitas
terdepan dalam mengembangkan ilmu-ilmu sosial-humaniora Islam.”Saya sendiri tidak
dapat menyatakan pendapatnya, tetapi saya bersyukur UII dipersepsikan sebagai
perguruan tingi yang peduli dengan pengembangan sains Islam.Sekurang-urutan
mengacu pada pendapat sahabat dari Kediri itu, program studi-program studi di UII
yang memiliki komitmen keislaman adalah ekonomi Islam, ilmu ekonomi, ilmu hukum,
dan psikologi.Prodi non ilmu pengetahuan sosial-humaniora yang masuk perspektif
Islam adalah kedokteran.

Saya berharap pimpinan UII memiliki agenda yang kuat untuk pengembangan sains
Islam di universitas nasional yang berpengalaman ini.Program aksi yang saya usulkan
adalah UII banyak memelopori rencana nasional dan internasional yang relevan dengan
sains Islam.Kepeloporan sudah dilakukan sejumlah Program Studi. Proyek yang sudah
dilakukan Program Pascasarjana Psikologi FPSB UII yang sejak 2015 hingga kini selalu
menggelar The Inter-Islamic University Conference on Psychology (IIUCP) in in moreh

17
kurang 8 universitas Islam. Prodi Psikologi sudah mengelar Konferensi Nasional
Psikologi Islam tiap tahun sejak 2015 dan juga menyelenggarakan The International
Conference on Islamic Psychology mulai 2018.

Yang tak kalah strategis dilakukan adalah UII menyediakan hibah buku ajar yang
berbasis konsep sains Islam.Apa yang sudah dilakukan dengan Proyek Menulis Buku
“Islam dalam Disiplin Ilmu” pada tahun 2015 perlu dilestarikan.

Tentu saja proyek yang paling menantang adalah memasukkan sains Islam dalam
kurikulum.Salah satu kapaian pembelajaran semestinya berkaitan dengan kemampuan
mengintegrasikan Islam dengan sains yang mempelajari.Apa yang dilakukan oleh IIUM
(Malaysia) dengan menyelenggarakan matakuliah Islamization of Knowledge, patur
menjadi perhatian sungguh-sungguh dari penyelenggara pendidikan di UII. UII dapat
menawarkan Matakuliah Islam dalam Disiplin Ilmu sehingga muncullah matkul Islam
dalam Disiplin Psikologi, Islam dalam Disiplin AKUNTANSI, Islam dalam Disiplin
Hubungan Internasional, dan sebagainya.

Sumber Daya Manusia

Menurut saya, salah satu hal penting dalam pengembangan sains Islam adalah
rekrutmen SDM yang memiliki modal keislaman.Modal keislaman yang dimaksud
adalah komitmen yang besar untuk mengembangkan sains dan pengetahuan keilmuan
Islam yang memadai.Komitmen mengembangkan sains Islam adalah niat yang kuat
untuk mengintegrasikan segala hal, temasuk ilmu pengetahuan, dengan agama
Islam.Islam dan ilmu hal yang terpisah.Islam dan ilmu adalah satu
kesatuan.Pengetahuan keilmuan Islam adalah pengetahuan yang diakses langsun dari
kitab suci al-Qur’an dan al-Hadits.In hal ini adalah penting bagi SDM yang dimiliki UII
untuk memiliki akses langsung kepada isi al-Qu’an dan al-Hadits. Tanpa SDM yang
komit terhadap pengembangan sains Islam, tidak akan memungkinkan bagi UII untuk
terlibat secara aktif dalam pengembangan sains Islam.

18
III. ISLAM DAN PENEGAKAN HUKUM

Terdapat beberapa faktor yang dapat mendukung tegaknya hukum di suatu Negara
antara lain: Kaidah hukum, Penegak hukum, Fasilitas dan Kesadaran hukum warga
Negara. Dalam pelaksanaannya masih tergantung pada sistem politik Negara yang
bersangkutan.Jika sistem politik Negara itu otoriter maka sangat tergantung penguasa
bagaimana kaidah hukum, penegak hukum dan fasilitas yang ada.Adapun warga Negara
ikut saja kehendak penguasa (lihat synopsis).Pada sistem politik demokratis juga tidak
semulus yang kita bayangkan. Meski warga Negara berdaulat, jika sistem
pemerintahannya masih berat pada eksekutif (Executive heavy) dan birokrasi
pemerintahan belum direformasi, birokratnya masih “kegemukan” dan bermental
mumpung, maka penegakan hukum masih mengalami kepincangan dan kelambanan
(kasus “hotel bintang” di Lapas).
Belum lagi kaidah hukum dalam hal perundang-undangan yang simpang siur
penerapannya (kasus Prita). Agar suatu kaidah hukum berfungsi maka bila kaidah itu
berlaku secara yuridis, maka kemungkinan besar kaidah tersebut merupakan kaidah
mati (dode regel), kalau secara sosiologis (teori kekuasaan), maka kaidah tersebut
menjadi aturan pemaksa (dwang maat regel). Jika berlaku secara filosofi, maka
kemungkinannya hanya hukum yang dicita-citakan yaitu ius constituendum.
4 Kaidah hukum atauPeraturan itu sendiri, apakah cukup sistematis, cukup sinkron,
secara Kualitatif dan kuantitatif apakah sudah cukup mengatur bidang kehidupan
Tertentu.Dalam hal penegakan hukum mungkin sekali para petugas itu Menghadapi
masalah seperti sejauh mana dia terikat oleh peraturan yang ada, Sebatas mana petugas
diperkenankan memberi kebijaksanaan. Kemudian Teladan macam apa yang diberikan
petugas kepada masyarakat. Selain selalu Timbul masalah jika peraturannya baik tetapi
petugasnya malah kurang baik. Demikian pula jika peraturannya buruk, maka kualitas
petugas baik.Fasilitas merupakan sarana dalam proses penegakan hukum. Jika Sarana
tidak cukup memadai, maka penegakan hukum pun jauh dari optimal.Mengenai warga
negara atau warga masyarakat dalam hal ini tentang derajat Kepatuhan kepada
peraturan.Indikator berfungsinya hukum adalah Kepatuhan warga.Jika derajat
kepatuhan rendah, hal itu lebih disebabkan Oleh keteladanan dari petugas hukum.
Dalam Islam, keadilan disebutkan dengan kata-kata al-Adl, al-Qisth dan al-Mizan
(Muhammad Fuad Abd al-Baqi, 1987: 448-449 dan 544-545). Dalam Ayat Al-Qur`an

19
menurut Muhammad Fuad Abd al-Baqi, untuk menyebut “keadilan” dengan kata al-Adl,
dalam berbagai bentuk katanya disebut sebanyak 28 kali, kata al-Qisth dalam berbagai
shighahnya disebut sebanyak 27 kali, dan kata al-Mizan yang mengandung makna yang
relevan dengan keduanya disebut 23 kali. Banyaknya ayat Al-Qur`an yang
membicarakan keadilan menunjukkan bahwa Allah Swt. adalah sumber keadilan dan
memerintahkan menegakkan keadilan di dunia ini kepada para rasul dan seluruh
hambaNya. Walaupun tidak ada satupun ayat Al-Qur`an yang secara eksplisit
menunjukkan bahwa al-‘Adl merupakan sifat Allah, namun banyak ayat yang
menerangkan keadilanNya (M. Quraisy Shihab, 2000: 149). Oleh karena itu, dalam
kajian al-Asma al-Husna, al-Adl merupakan salah satu asma Allah, tepatnya asma yang
ke- 30 dari 99 al-Asma al-Husna itu. Melalui sifat keadilan ini Allah menyuruh untuk
lebih meyakini dan mendekatkan diri kepadaNya dan mendorong manusia berakhlak
dengan sifat adil Allah itu, dan juga mendorong mereka dengan sungguh-sungguh untuk
meraih sifat adil itu, menghiasi diri, dan berakhlak dengan keadilan itu (M. Quraisy
Shihab, 2000: 32-33).
Al-Qur`an, memerintahkan agar menegakkan keadilan kepada para Rasul, yang terdapat
(pada surat al-Hadid 57) ayat 25
‫ش ِد ْي ٌد َّو َمنَ افِ ُع‬ َ ‫س‬ ٌ ْ‫س ِۚط َواَ ْن َز ْلنَا ا ْل َح ِد ْي َد فِ ْي ِه بَأ‬ ِ ‫سلَنَا بِا ْلبَيِّ ٰن‬
ُ َّ‫ت َواَ ْنزَ ْلنَا َم َع ُه ُم ا ْل ِك ٰت َب َوا ْل ِم ْيزَ انَ لِيَقُ ْو َم الن‬
ْ ِ‫اس بِا ْلق‬ ُ ‫س ْلنَا ُر‬
َ ‫لَقَ ْد اَ ْر‬
‫للنَّاس وليعلَم هّٰللا منْ ي ْنصر ٗه ورسلَ ٗه با ْل َغي ۗ هّٰللا‬
ࣖ ‫ي َع ِز ْي ٌز‬ ٌّ ‫ب اِنَّ َ قَ ِو‬ ِ ْ ِ ُ ُ َ ُ ُ َّ َ ُ َ ْ َ ِ َ ِ ِ
Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan
kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku
adil.Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan, hebat dan banyak manfaat
bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-
rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat,
Mahaperkasa.

Allah SWT juga memerintahkan orang-orang mukmin untuk menegakkan keadilan, dan
termasuk ke dalam amal shalih serta orang mukmin yang menegakkan keadilan dapat
dikategorikan sebagai orang yang telah berupaya meningkatkan kualitas ketakwaan
dirinya. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa keadilan itu sebagai salah satu
indikator yang paling nyata dan dekat dengan ketakwaan. Firman Allah tersebut adalah

20
ُ ‫ش نَ ٰانُ قَ ۡو ٍم ع َٰلٓى اَ اَّل ت َۡع ِدلُ ۡوا‌ ؕ اِ ۡع ِدلُ ۡوا ُه َو اَ ۡق َر‬
‫ب‬ ُ ِ ‫ٰۤيـاَيُّ َها الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا ُك ۡونُ ۡوا قَ َّوا ا ِم ۡينَ هّٰلِل‬
‌ِ ‫ش َهدَٓا َء بِ ۡالقِ ۡس‬
َ ۡ‫ط ۖ َواَل يَ ۡج ِر َمنَّ ُكم‬
َ‫لِلت َّۡق ٰوى‌ َواتَّقُوا هّٰللا ‌َ ؕ اِنَّ هّٰللا َ َخبِ ۡي ۢ ٌر بِ َما ت َۡع َملُ ۡون‬
Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah,
(ketika) menjadi saksi dengan adil.Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku adillah.Karena (adil) itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa
yang kamu kerjakan.
‫هّٰللا‬
ّ ٰ ‫َو َع َد ُ الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ۙ ‫صلِ ٰح‬
‫ت لَ ُه ْم َّم ْغفِ َرةٌ َّواَ ْج ٌر َع ِظ ْي ٌم‬
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (bahwa)
mereka akan mendapat ampunan dan pahala yang besar.
Munculnya agama Islam di abad pertengahan membawa pengaruh dan perubahan
tatanan nilai kemasyarakatan yang dikenalkan oleh ajaran Kristen.Islam tumbuh di
daerah gersang yang tidak memiliki sistem dan tatanan nilai kemasyarakatan seperti
pada imperium Romawi tempat tumbuhnya ajaran Kristiani, sehingga corak dan watak
ajaran Islam berbeda dengan ajaran Kristiani.
Keadaan seperti ini justru merupakan keadaan yang paling tepat, sebab dengan
demikian Islam dapat memiliki kekuasaan untuk menumbuhkan masyarakat yang
menginginkannya tanpa sifat kecongkakan, lalu meletakkan aturan dan sistem baginya
yang selanjutnya membimbing hati dan jiwa mereka seperti halnya dengan sikap dan
amaliah mereka, serta menyatakan urusan duniawi dan agama dalam cita-cita dan
syariatnya.
Semua dibangun atas asas kesatuan antara alam dunia dan alam akhirat dalam sistem
tunggal yang hidup dalam hati setiap individu. Ajaran Islam menurut Quthb mengatur
bentuk hubungan Tuhan dengan makhluk-Nya, hubungan antara sesama makhluk,
dengan alam semesta dan kehidupan, hubungan manusia dengan dirinya, antara individu
dengan masyarakat, antara individu dengan negara, antara seluruh umat manusia, antara
generasi yang satu dengan generasi yang lain, semuanya dikembalikan kepada konsep
menyeluruh yang terpadu, dan inilah yang disebut sebagai filsafat Islam.
Islam memerintahkan kepada setiap manusia untuk berbuat adil atau menegakkan
keadilan pada setiap tindakandan perbuatan yang dilakukan (Qs. an-Nisaa (4): 58):
۟ ‫س أَن ت َْح ُك ُم‬
۞ َّ‫وا بِٱ ْل َعد ِْل ۚ إِنَّ ٱهَّلل َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُكم بِ ِٓۦه ۗ إِن‬ ِ َ‫ُّوا ٱأْل َ ٰ َم ٰن‬
ِ ‫ت إِلَ ٰ ٓى أَ ْهلِ َها َوإِ َذا َح َك ْمتُم بَيْنَ ٱلنَّا‬ ۟ ‫إِنَّ ٱهَّلل َ يَأْ ُم ُر ُك ْم أَن تُ َؤد‬

ِ َ‫س ِمي ۢ ًعا ب‬


‫صي ًرا‬ َ َ‫ٱهَّلل َ َكان‬

21
“Sesungguhnya Allah menyuruhmu menyampaikan ama- nat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apa bila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil.Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu.Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha
Melihat.”
Dalam Al-Qur’an Surat an-Nisaa ayat 135 juga dijumpal perintah kepada orang-orang
yang beriman untuk menjadi penegak keadilan, yaitu:
َ ‫ضوا فَ إِنَّ هَّللا‬ُ ‫س ِطفَاهَّلل ُ أَ ْولَى بِ ِه َما فَاَل تَتَّبِ ُعوا ا ْل َه َوى أَنْ تَ ْع ِدلُوا َوإِنْ تَ ْل ُووا أَ ْو تُ ْع ِر‬ ْ ِ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَ َّوا ِمينَ بِا ْلق‬
‫س ُك ْم أَ ِو ا ْل َوالِ َد ْي ِن َواأْل َ ْق َربِينَ إِنْ يَ ُكنْ َغنِيًّا أَ ْو فَقِي ًرا ًرا‬
ِ ُ‫ش َهدَا َء هَّلِل ِ َولَ ْو َعلَى أَ ْنف‬
ُ ‫َكانَ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِي‬
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benarpenegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah walaupun terhadap dirimu sendiri atau Ibu,
Bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia, kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemasalahatanya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dan kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau dengan
menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Segalanya apa yang kamu
lakukan’
Perintah untuk berlaku adil atau menegakkan keadilan dalam menerapkan hukum tidak
memandang perbedaan agama, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an
Surat asSyuura (42) ayat 15, yakni:
‫ب هَّللا ُ َربُّنَ ا َو َربُّ ُك ْم‬ٍ ‫فَلِ َذلِ َك فَا ْد ُع َو ْاتَقِ ْم َك َما أُ ِم ْرتَ َواَل تَتَّبِ ْع أَ ْه َوا َء ُه ْم َوقُ ْل آ َم ْنتُ بِ َما أَ ْن َز َل هَّللا ُ ِمنْ َوأُ ِم ْرتُ أِل َ ْع ِد َل بَ ْينَ ُك ُم ِكتَا‬
‫صي ُر‬ ِ ‫لَنَا أَ ْع َمالُنَا َولَ ُك ْم أَس ْع َمالُ ُك ْم اَل ُح َّجةَ بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ ُك ُم هَّللا ُ يَ ْج َم ُع بَ ْينَنَا َوإِلَ ْي ِه ا ْل َم‬
Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah:
“Aku beriman kepada semua kitab yaig diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya
berlaku adil di antara kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-
amal kamu.Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu Allah mengumpulkan antara
kita dan kepada-Nyalah kebali (kita).
Begitu pentingnya berlaku adil atau menegakkan keadilan, sehingga Tuhan
memperingatkan kepada orang-orang yang beriman supaya jangan karena kebencian
terhadap suatu kaum sehingga memengaruhi dalam berbuat adil, sebagaimana
ditegaskan dalam A1-Qur’an Surat al-Maidah (5) ayat 8, yakni:

22
ُ ‫ش نَآنُ قَ ْو ٍم َعلَى أَاَّل تَ ْع ِدلُوا ا ْع ِدلُوا ُه َو أَ ْق َر‬
‫ب‬ ُ ِ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُ وا ُكونُ وا قَ َّوا ِمينَ هَّلِل‬
ْ ِ‫ش َهدَا َء بِا ْلق‬
َ ‫س ِط َواَل يَ ْج ِر َمنَّ ُك ْم‬
َ‫لِلتَّ ْق َوى َواتَّقُوا هَّللا َ إِنَّ هَّللا َ َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu Untuk berlaku tidak
adil.Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa.Dan takwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Keadilan dalam sejarah perkembangan pemikiran Filasafat Islam tidak terlepas dan
persoalan keterpaksaan dan kebebasan. Para Teolog muslim terbagi dalam dua
kelompok, yaitu Kaum Mu’tazilah yang membela keadilan dan kebebasan, sedangkan
Kaum Asy’ari yang membela keterpaksaan. Kaum Asy’ari menafsirkan keadilan dengan
tafsiran yang khas yang menyatakan Allah itu adil, tidak berarti bahwa Allah mengikuti
hukum-hukum yang sudah ada sebelumnya, yaitu hukum-hukum keadilan tetapi berarti
Allah merupakan rahasia bagi munculnya keadilan. Setiap yang dilakukan oleh Allah
adalah adil dan bukan setiap yang adil harus dilakukan oleh Allah, dengan demikian
keadilan bukan lah tolok ukur untuk perbuatan Allah melainkan perbuatan Allahlah
yang menjadi tolok ukur keadilan.Adapun Kaum Mu’tazilah yang membela keadilan
berpendapat bahwa keadilan memiliki hakikat yang tersendiri dan sepanjang Allah
mahabijak dan adil, maka Allah melaksanakan perbuatannya menurut kriteria keadilan.
Murtadha Muthahhari mengemukakan bahwa konsep adil dikenal dalam empat
hal; pertama, adil bermakna keseimbangan dalam arti suatu masyarakat yang ingin
tetap bertahan dan mapan, maka masyarakat tersebut harus berada dalam keadaan
seimbang, di mana segala sesuatu yang ada di dalamnya harus eksis dengan kadar
semestinya dan bukan dengan kadar yang sama. Keseimbangan sosial mengharuskan
kita melihat neraca kebutuhan dengan pandangan yang relatif melalui penentuan
keseimbangan yang relevan dengan menerapkan potensi yang semestinya terhadap
keseimbangan tersebut. Al-Qur’an Surat ar-Rahman 55:7: 
ۙ َ‫ض َع ۡال ِم ۡيز‬
َ‫ان‬ َ ‫س َمٓا َء َرفَ َع َها َو َو‬
َّ ‫َوال‬
“Allah meninggikan langit dan dia meletakkan neraca (keadilan)”.
Para ahli tafsir menyebutkan bahwa, yang dimaksud oleh ayat tersebut adalah keadaan
alam yang diciptakan dengan seimbang. Alam diciptakan dan segala sesuatu dan dan
setiap materi dengan kadar yang semestinya dan jarak-jarak diukur dengan cara yang

23
sangat cermat. Kedua,  adil adalah persamaan penafian terhadap perbedaan apa pun.
Keadilan yang dimaksudkan adalah memelihara persamaan ketika hak memilikinya
sama, sebab keadilan mewajibkan persamaan seperti itu, dan
mengharuskannya. Ketiga, adil adalahmemelihara hak-hak individu dan memberikan
hak kepada setiap orang yang berhak menerimanya.Keadilan seperti ini adalah keadilan
sosial yang harus dihormati di dalam hukum manusia dan setiap individu diperintahkan
untuk menegakkannya. Keempat, adil adalah memelihara hak atas berlanjutnya
eksistensi.
Konsepsi keadilan Islam menurut Qadrimempunyai arti yang lebih dalam daripada apa
yang disebut dengan keadilan distributif dan finalnya Aristoteles; keadilan formal
hukum Romawi atau konsepsi hukum yang dibuat manusia lainnya. Ia merasuk ke
sanubari yang paling dalam dan manusia, karena setiap orang harus berbuat atas nama
Tuhan sebagai tempat bermuaranya segala hal termasuk motivasi dan tindakan.
Penyelenggaraan keadilan dalam Islam bersumber pada Al-Qur’an serta kedaulatan
rakyat atau komunitas Muslim yakni umat.
Makna yang terkandung pada konsepsi keadilan Islam ialah menempatkan sesuatu pada
tempatnya, membebankan sesuatu sesuai daya pikul seseorang, memberikan sesuatu
yang memang menjadi haknya dengan kadar yang seimbang. Prinsip pokok keadilan
digambarkan oleh Madjid Khadduridengan mengelompokkan ke dalam dua kategori,
yaitu aspek substantifdan prosedural yang masing-masing meliputi satu aspek dan
keadilan yang berbeda.Aspek substantif berupa elemen-elemen keadilan dalam
substansi syariat (keadilan substantif), sedangkan aspek prosedural berupa elemen-
elemen keadilan dalam hukum prosedural yang dilaksanakan (keadilan prosedural).
Manakala kaidah-kaidah prosedural diabaikan atau diaplikasikan secara tidak tepat,
maka ketidakadilan prosedural muncul.Adapun keadilan substantif merupakan aspek
internal dan suatu hukum di mana semua perbuatan yang wajib pasti adil (karena firman
Tuhan) dan yang haram pasti tidak adil (karena wahyu tidak mungkin membebani
orangorang yang beriman suatu kezaliman). Aplikasi keadilan prosedural dalam Islam
dikemukakan oleh Ali bin Abu Thalib pada saat perkara di hadapan hakim Syuraih
dengan menegur hakim tersebut sebagai berikut:
1. Hendaklah samakan (para pihak) masuk mereka ke dalam majelis, jangan ada yang
didahulukan.

24
2. Hendaklah sama duduk mereka di hadapan hakim.
3. Hendaklah hakim menghadapi mereka dengan sikap yang sama.
4. Hendaklah keterangan-keterangan mereka sama didengarkan dan diperhatikan.
5. Ketika menjatuhkan hukum hendaklah keduanya sama mendengar.
Sebagai penutup uraian tentang keadilan dan perspektif Islam, saya mengutip pendapat
Imam Ali sekaligus sebagai “pemimpin Islam tertinggi di zamannya” beliau mengatakan
bahwa prinsip keadilan merupakan prinsip yang signifikan dalam memelihara
keseimbangan masyarakat dan mendapat perhatian publik. Penerapannya dapat
menjamin kesehatan masyarakat dan membawa kedamaian kepada jiwa mereka.
Sebaliknya penindasan, kezaliman, dan diskriminasi tidak akan dapat membawa
kedamaian dan kebahagiaan.

25
IV. KEWAJIBAN MENEGAKKAN AMAR MAKRUF DAN NAHI MUNKAR

Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kekhususan dan keistimewaan umat Islam yang
akan mempengaruhi kemulian umat Islam. Sehingga Allah kedepankan penyebutannya
dari iman dalam firman-Nya,

‫ب لَ َكانَ خَ ْي رًا‬ ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُمن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهللِ َولَوْ َءا َمنَ أَ ْه ُل ْال ِكتَا‬ ْ ‫ُكنتُ ْم َخ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
َ‫لَّهُ ْم ِّم ْنهُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َوأَ ْكثَ َرهُ ُم ْالفَا ِسقُون‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang
beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik“. [Ali Imron :110]

Demikian pula, Allah membedakan kaum mukminin dari kaum munafikin dengan hal
ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

َ‫صالَةَ َوي ُْؤتُونَ ال َّز َكاة‬ ِ ‫ْض يَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
َّ ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُمن َك ِر َويُقِي ُمونَ ال‬ ٍ ‫ضهُ ْم أَوْ لِيَآ ُء بَع‬ ُ ‫َو ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َو ْال ُم ْؤ ِمن‬
ُ ‫َات بَ ْع‬
‫َزي ٌز َح ِكي ُُم‬ َ ِ‫َويُ ِطيعُونَ هللاَ َو َرسُولَهُ أُوْ الَئ‬
ِ ‫ك َسيَرْ َح ُمهُ ُم هللاُ إِ َّن هللاَ ع‬

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf,
mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“.[At-Taubah:71]

Ketika membawakan kedua ayat diatas, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,”Dalam
ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan, umat Islam adalah umat terbaik bagi

26
segenap umat manusia. Umat yang paling memberi manfaat dan baik kepada
manusia.Karena mereka telah menyempurnakan seluruh urusan kebaikan dan
kemanfaatan dengan amar ma’ruf nahi mungkar.Mereka tegakkan hal itu dengan jihad
di jalan Allah dengan jiwa dan harta mereka.Inilah anugerah yang sempurna bagi
manusia. Umat lain tidak memerintahkan setiap orang kepada semua perkara yang
ma’ruf (kebaikan) dan melarang semua kemungkaran. Merekapun tidak berjihad untuk
itu. Bahkan sebagian mereka sama sekali tidak berjihad. Adapun yang berjihad -seperti
Bani Israil- kebanyakan jihad mereka untuk mengusir musuh dari
negerinya.Sebagaimana orang yang jahat dan dzalim berperang bukan karena menyeru
kepada petunjuk dan kebaikan, tidak pula untuk amar ma’ruf nahi mungkar.Hal ini
digambarkan dalam ucapan Nabi Musa Alaihissallam.

‫خَاس ِرينَ قَالُوا يَا ُمو َسى إِ َّن فِيهَا قَوْ ًما‬ ِ َ‫َب هللاُ لَ ُك ْم َوالَ تَرْ تَ ُّدوا َعلَى أَ ْدب‬
ِ ‫ار ُك ْم فَتَنقَلِبُوا‬ َ ‫ض ْال ُمقَ َّد َسةَ الَّتِي َكت‬
َ ْ‫يَاقَوْ ِم ا ْد ُخلُوا ْاألَر‬
ُ‫َاخلُ ونَ قَ ا َل َر ُجالَ ِن ِمنَ الَّ ِذينَ يَخَ افُونَ أَ ْن َع َم هللا‬
ِ ‫َّارينَ َوإِنَّا لَن نَّ ْد ُخلَهَا َحتَّى يَ ْخ ُر ُج وا ِم ْنهَ ا فَ إِن يَ ْخ ُر ُج وا ِم ْنهَ ا فَإِنَّا د‬
ِ ‫َجب‬
َ ‫اب فَإِذاَ َدخَ ْلتُ ُموهُ فَإِنَّ ُك ْم غَالِبُونَ َو َعلَى هللاِ فَتَ َو َّكلُوا إِن ُكنتُم ُّم ْؤ ِمنِينَ قَ الُوا يَا ُم‬
‫وس ى إِنَّا لَن نَّ ْد ُخلَهَآ‬ َ َ‫َعلَ ْي ِه َما ا ْد ُخلُوا َعلَ ْي ِه ُم ْالب‬
ِ َ‫أَبَدًا َما دَا ُموا فِيهَا فَ ْاذهَبْ أَنتَ َو َربُّكَ فَقَاتِآلَ إِنَّا هَاهُنَا ق‬
َ‫اع ُدون‬

Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu,
dan janganlah kamu lari ke belakang (karena kamu takut kepada musuh), maka kamu
menjadi orang-orang yang merugi.Mereka berkata,”Hai Musa, sesungguhnya dalam
negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa. Sesungguhnya kami sekali-kali tidak
akan memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya. Jika mereka keluar
daripadanya, pasti kami akan memasukinya”. Berkatalah dua orang diantara orang-
orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas
keduanya,”Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu. Maka bila kamu
memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu
bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. Mereka berkata,”Hai Musa,
kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di
dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua,
sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”. [Al-Maidah : 21-24]

Demikian pula firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

27
‫ال هَلْ َع َس ْيتُ ْم إِن‬ َ َ‫ث لَنَا َملِ ًكا نُّقَاتِلْ فِي َسبِي ِل هللاِ ق‬ ْ ‫إل ِمن بَنِى إِ ْس َرا ِءي َل ِمن بَ ْع ِد ُمو َسى إِ ْذ قَالُوا لِنَبِ ٍّي لَّهُ ُم ا ْب َع‬ ِ ‫أَلَ ْم تَ َر إِلَى ْال َم‬
‫ب َعلَ ْي ِه ُم ْالقِتَ ا ُل‬
َ ِ‫ارنَ ا َوأَ ْبنَآئِنَ ا فَلَ َّما ُكت‬ ُ
ِ َ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ْالقِتَا ُل أَالَّ تُقَاتِلُوا قَالُوا َو َمالَنَآ أَالَّ نُقَاتِ َل فِي َسبِي ِل هللاِ َوقَ ْد أ ْخ ِرجْ نَ ا ِمن ِدي‬
َ ِ‫ُكت‬
َ‫ت ََولَّوْ ا إِالَّ قَلِيالً ِّم ْنهُ ْم َوهللاُ َعلِي ُُم بِالظَّالِ ِمين‬

“Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil (sesudah Nabi Musa
wafat) ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka, “Angkatlah untuk kami
seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah”.Nabi
mereka menjawab,”Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak
akan berperang”.Mereka menjawab,”Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah,
padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-
anak kami”.Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling,
kecuali beberapa orang saja diantara mereka.Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang
yang dzalim“. [Al-Baqarah:246] Mereka berperang lantaran diusir dari tanah air beserta
anak-anak mereka.Sudah demikian ini, mereka pun masih melanggar perintah.Sehingga
tidak dihalalkan begi mereka harta rampasan perang.Demikan juga tidak boleh
mengambil budak-budak tawanan perang. [1] Demikianlah anugerah Allah Subhanahu
wa Ta’ala kepada umat Islam. Dia menjadikan amar ma’ruf nahi mungkar sebagai salah
satu tugas penting Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan beliau diutus untuk
itu, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

‫ف َويَ ْنهَ اهُ ْم َع ِن‬ ِ ْ‫ي األُ ِّمي ال ِذيْ يَ ِج ُدوْ نَهُ َم ْكتُوْ بًا ِع ْن َدهُ ْم فِ ْي التَّوْ َرا ِة َو ْا ِإل ْن ِج ْي ِل يَأْ ُم ُرهُ ْم بِ ْال َم ْعرُو‬ َّ ِ‫ال ِذ ْينَ يَتَّبِعُوْ نَ ال َّرسُوْ َل النَّب‬
ْ ‫ص َرهُ ْم َو ْاألَ ْغالَ َل الَّتِي َك ان‬
‫َت َعلَ ْي ِه ْم فَالَّ ِذ ْينَ َءا َمنُ وْ ا‬ ْ ِ‫ض ُع َع ْنهُ ْم إ‬ َ َ‫ث َوي‬ َ ِ‫ت َويُ َح ِّر ُم َعلَ ْي ِه ُم ْال َخبَ ائ‬
ِ ‫ْال ُم ْن َك ِر َويُ ِح لُّ لَهُ ُم الطَّيِّبَ ا‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬ َ ِ‫صرُوْ هُ َواتَّبَعُوْ ا النُّوْ َر الَّ ِذيْ أَ ْن َز َل َم َعهُ أُوْ لَئ‬ َ َ‫َو َع َزرُوْ هُ َون‬

“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada
pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-
Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung“. [Al- A’raaf : 157).

28
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan orang-orang yang selalu mewarisi
tugas utama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, bahkan memerintahkan umat
ini untuk menegakkannya, dalam firman-Nya.

ِ ‫َو ْلتَ ُكن ِّمن ُك ْم أُ َّمةُُ يَ ْد ُعونَ إِلَى ْالخَ ي ِْر َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
َ ِ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُمن َك ِر َوأُوْ الَئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung“. [Al-Imron:104]

Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kewajiban yang dibebankan Allah Subhanahu
wa Ta’ala kepada umat Islam sesuai kemampuannya. Ditegaskan oleh dalil Al Qur’an
dan As-Sunnah serta Ijma’ para Ulama. Dalil Al Qur’an Firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala.

ِ ‫َو ْلتَ ُكن ِّمن ُك ْم أُ َّمةُُ يَ ْد ُعونَ إِلَى ْالخَ ي ِْر َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
َ ِ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُمن َك ِر َوأُوْ الَئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung“.[Al-Imran:104]. Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat
ini,”Maksud dari ayat ini, hendaklah ada sebagian umat ini yang menegakkan perkata
ini”.

Dan firman-Nya.

ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُمن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهلل‬ ْ ‫ُكنتُ ْم خَ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah“. [Al-
Imran :110]. Umar bin Khathab berkata ketika memahami ayat ini,”Wahai sekalian
manusia, barang siapa yang ingin termasuk umat tersebut, hendaklah menunaikan syarat
Allah darinya”. Dalil Sunnah Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

ِ ‫ك أَضْ َعفُ ا ِإلي َم‬


‫ان‬ َ ِ‫َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكرًا فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَبِلِ َسانِ ِه فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه َو َذل‬

“Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, jika
tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu

29
selemah-lemahnya iman“. [HR Muslim]. Sedangkan Ijma’ kaum muslimin, telah
dijelaskan oleh para ulama, diantaranya: Ibnu Hazm Adz Dzahiriy, beliau berkata,
“Seluruh umat telah bersepakat mengenai kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar, tidak
ada perselisihan diantara mereka sedikitpun”.

Abu Bakr al- Jashshash, beliau berkata,”Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menegaskan
kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar melalui beberapa ayat dalam Al Qur’an, lalu
dijelaskan Rasulullah dalam hadits yang mutawatir. Dan para salaf serta ahli fiqih Islam
telah berkonsensus atas kewajibannya”.

An-Nawawi berkata,”telah banyak dalil-dalil Al Qur’an dan Sunnah serta Ijma yang
menunjukkan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar”

Asy-Syaukaniy berkata,”Amar ma’ruf nahi mungkar termasuk kewajiban, pokok serta


rukun syari’at terbesar dalam syariat.Dengannya sempurna aturan Islam dan tegak
kejayaannya”.

Para ulama berselisih tentang hal ini.Pendapat pertama memandang kewajiban tersebut
adalah fardhu ‘Ain. Ini merupakan pendapat sejumlah ulama, diantaranya Ibnu Katsir,
Az Zujaaj, Ibnu Hazm .Mereka berhujjah dengan dalil-dalil syar’i, diantaranya: 1.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

ِ ‫َو ْلتَ ُكن ِّمن ُك ْم أُ َّمةُُ يَ ْد ُعونَ إِلَى ْالخَ ي ِْر َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
َ ِ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُمن َك ِر َوأُوْ الَئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung“. [Ali Imran:104]

Mereka mengatakan bahwa kata ‫ ِم ْن‬dalam ayat ‫ ِم ْن ُك ْم‬untuk penjelas dan bukan untuk
menunjukkan sebagian.Sehingga makna ayat, jadilah kalian semua umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.
Demikian juga akhir ayat yaitu:

َ ِ‫َوأُوْ الَئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬

Menegaskan bahwa keberuntungan khusus bagi mereka yang melakukan amalan


tersebut.Sedangkan mencapai keberuntungan tersebut hukumnya fardhu ‘ain.Oleh

30
karena itu memiliki sifat-sifat tersebut hukumnya wajib ‘ain juga. Karena dalam kaedah
disebutkan:

ٌ‫َما الَ يَتِ ُّّم ْال َوا ِجبُ ِإالَّ بِ ِه فَهُ َو َوا ِجب‬

Satu kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu
hukumnya wajib. 2. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

‫ب لَ َكانَ خَ ْي رًا‬ ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُمن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهللِ َولَوْ َءا َمنَ أَ ْه ُل ْال ِكتَا‬ ْ ‫ُكنتُ ْم َخ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
َ‫لَّهُ ْم ِّم ْنهُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َوأَ ْكثَ َرهُ ُم ْالفَا ِسقُون‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang
beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik“. [Ali Imran :110]
Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan syarat bergabung dengan umat
Islam yang terbaik, yaitu dengan amar ma’ruf nahi mungkar dan iman. Padahal
bergabung kepada umat ini, hukumnya fardu ‘ain. Sebagaimana firman-Nya:

َ‫صالِحًا َوقَا َل إِنَّنِى ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِمين‬


َ ‫َو َم ْن أَحْ َسنُ قَوْ الً ِّم َّمن َدعَآ إِلَى هللاِ َو َع ِم َل‬

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang shaleh dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang berserah diri.” [Fushilat :33] Sehingga memiliki sifat-sifat tersebut menjadi fardhu
‘ain. Sebagaimana Umar bin Al Khathab menganggapnya sebagai syarat Allah bagi
orang yang bergabung ke dalam barisan umat Islam. Beliau berkata setelah membaca
surat Ali Imran:110

,”Wahai sekalian manusia, barang siapa yang ingin termasuk umat tersebut, hendaklah
menunaikan syarat Allah darinya”

Sedangkan pendapat kedua memandang amar ma’ruf nahi mungkar fardhu kifayah.Ini
merupakan pendapat jumhur ulama. Diantara mereka yang menyatakan secara tegas
adalah Abu Bakr Al-Jashash, Al-Mawardiy, Abu Ya’la Al-Hambaliy, Al Ghozaliy,
Ibnul Arabi, Al Qurthubiy, Ibnu Qudamah, An-Nawawiy, Ibnu Taimiya , Asy-Syathibiy

31
dan Asy-Syaukaniy. Mereka berhujjah dengan dalil-dalil berikut ini: 1. Firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

ِ ‫َو ْلتَ ُكن ِّمن ُك ْم أُ َّمةُُ يَ ْد ُعونَ إِلَى ْالخَ ي ِْر َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
َ ِ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُمن َك ِر َوأُوْ الَئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung“. [Ali Imran:104]

Mereka mengatakan bahwa kata ‫ِم ْن‬ dalam ayat ‫ِم ْن ُك ْم‬ untuk menunjukkan
sebagian.Sehingga menunjukkan hukumnya fardhu kifayah.

Imam Al Jashash menyatakan,”Ayat ini mengandung dua makna.Pertama, kewajiban


amar ma’ruf nahi mungkar.Kedua, yaitu fardu kifayah. Jika telah dilaksanakan oleh
sebagian, maka yang lain tidak terkena kewajiban”

Ibnu Qudamah berkata,”Dalam ayat ini terdapat penjelasan hukum amar ma’ruf nahi
mungkar yaitu fardhu kifayah, bukan fardhu ‘ain”. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

ِ ‫َو َما َكانَ ْال ُم ْؤ ِمنُونَ لِيَ ْنفِرُوا َكآفَةً فَلَوْ الَ نَفَ َر ِمن ُك ِّل فِرْ قَ ٍة ِمنهُ ْم طَآئِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الد‬
‫ِّين َولِيُن ِذرُوا قَ وْ َمهُ ْم إِ َذا َر َج ُع وا إِلَ ْي ِه ْم‬
َ‫لَ َعلَّهُ ْم يَحْ َذرُون‬

“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan
perang).Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya“. [At-Taubah : 122]

Hukum tafaquh fiddin (memperdalam ilmu agama) adalah fardhu kifayah. Karena Allah
Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan sekelompok kaum mukminin dan tidak semuanya
untuk menuntut ilmu. Oleh karena itu orang yang belajar dan menuntut ilmu tersebut
yang bertanggung jawab memberi peringatan, bukan seluruh kaum muslimin.Demikian
juga jihad, hukumnya fardhu kifayah.

Syeikh Abdurrahman As Sa’diy menyatakan,”Sepatutnya kaum muslimin


mempersiapkan orang yang menegakkan setiap kemaslahatan umum mereka. Orang
yang meluangkan seluruh waktunya dan bersungguh-sungguh serta tidak bercabang,

32
untuk mewujudkan kemaslahatan dan kemanfatan mereka. Hendaklah arah dan tujuan
mereka semuanya satu, yaitu menegakkan kemaslahatan agama dan dunianya

. Tidak semua orang dapat menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.Karena orang yang
menegakkannya harus memiliki syarat-syarat tertentu. Seperti mengetahui hukum-
hukum syari’at, tingkatan amar makruf nahi mungkar, cara menegakkannya,
kemampuan melaksanakannya. Demikian juga dikhawatirkan bagi orang yang beramar
ma’ruf nahi mungkar bila tanpa ilmu akan berbuat salah. Mereka memerintahkan
kemungkaran dan mencegah kema’rufan atau berbuat keras pada saat harus lembut dan
sebaliknya.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

‫ف َونَهَ وْ ا َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوهلِل ِ عَاقِبَ ةُ ْاألُ ُم وْ ِر‬


ِ ْ‫صالَةَ َو َءاتَ ُوا ال َّز َك اةَ َوأَ َم رُوْ ا بِ ْال َم ْعرُو‬
َّ ‫ض أَقَا ُموْ ا ال‬
ِ ْ‫ال ِّذ ْينَ إِ ْن َم َّكنَّاهُ ْم فِ ْي ْاألَر‬
“(yaitu)orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi,
niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf
dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allahlah kembali segala
urusan“. [QS. 22:41]

Imam Al Qurthubiy berkata,”Tidak semua orang diteguhkan kedudukannya dimuka


bumi, sehingga hal tersebut diwajibkan secara kifayah kepada mereka yang diberi
kemampuan untuknya”

Oleh karena itu Syeikh Islam Ibnu Taimiyah menyatakan,”Demikian kewajiban amar
ma’ruf nahi mungkar.Hal ini tidak diwajibkan kepada setiap orang, akan tetapi
merupakan fardhu kifayah” Akan tetapi hukum ini bukan berarti menunjukkan bolehnya
seseorang untuk tidak berdakwah, atau beramar makruf nahi mungkar.Karena
terlaksananya fardhu kifayah ini dengan terwujudnya pelaksanaan kewajiban
tersebut.Sehingga apabila kewajiban tersebut belum terwujud pelaksanaannya oleh
sebagian orang, maka seluruh kaum muslimin terbebani kewajiban tersebut.Pelaku amar
makruf nahi mungkar adalah orang yang menunaikan dan melaksanakan fardhu
kifayah.Mereka memiliki keistimewaan lebih dari orang yang melaksanakan fardhu
‘ain.Karena pelaku fardhu ‘ain hanya menghilangkan dosa dari dirinya sendiri,
sedangkan pelaku fardhu kifayah menghilangkan dosa dari dirinya dan kaum muslimin

33
seluruhnya.Demikian juga fardhu ‘ain jika ditinggalkan, maka hanya dia saja yang
berdosa, sedangkan fardhu kifayah jika ditinggalkan akan berdosa seluruhnya.

Tidak diragukan lagi bahwa amar ma’ruf nahi mungkar adalah upaya menciptakan
kemaslahatan umat dan memperbaiki kekeliruan yang ada pada tiap-tiap
individunya.Dengan demikian, segala hal yang bertentangan dengan urusan agama dan
merusak keutuhannya, wajib dihilangkan demi menjaga kesucian para pemeluknya.
Persoalan ini tentu bukan hal yang aneh karena Islam adalah akidah dan syariat yang
meliputi seluruh kebaikan dan menutup segala celah yang berdampak negatif bagi
kehidupan manusia.
Jika kita perhatikan dengan saksama, sebenarnya diutusnya para rasul dan
diturunkannya Al-Kitab adalah dalam rangka memerintah dan mewujudkan yang
ma’ruf, yaitu tauhid yang menjadi intinya, kemudian untuk mencegah dan
menghilangkan yang mungkar, yaitu kesyirikan yang menjadi sumbernya.
Jadi, segala perintah Allah subhanahu wa ta’ala yang disampaikan melalui rasul-Nya
adalah perkara yang ma’ruf. Begitu pula seluruh larangan-Nya adalah perkara yang
mungkar. Kemudian, Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan amar ma’ruf nahi
mungkar ini sebagai sifat yang melekat dalam diri nabi-Nya dan kaum mukminin secara
menyeluruh.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi
penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan
mencegah dari yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, serta taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah
Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (at-Taubah: 71)
Siapa pun meyakini bahwa kebaikan manusia dan kehidupannya ada dalam ketaatan
kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan
hal tersebut tidak akan sempurna tercapai melainkan dengan adanya amar ma’ruf nahi
mungkar. Dengan hal inilah umat ini menjadi sebaik-baik umat di tengah-tengah
manusia.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

34
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar….” (Ali Imran:
110)
Mengajak orang untuk berbuat kebaikan dan mencegah  atau melarang mereka dari
berbuat kemungkaran, yang dalam istilah syara’ dikenal dengan nama  amar ma’ruf dan 
nahi mungkar, ia adalah satu tiang agama.
Sebagian ulama kita pernah berkata jika seandainya Islam itu memiliki enam tiang maka
niscaya yang keenamnya adalah amar ma’ruf dan nahi mungkar.Setelah mengucapkan
dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, berpuasa di bulan suci Ramadhan, menunaikan
Zakat dan berhaji.
 
kata sebagian ulama kita  jikapun  ada rukun Islam yang keenam dan ingin ditambahkan
maka dia adalah amar ma’ruf dan nahi mungkar.
Mengapa?Sebab kedudukannya yang tinggi, dan begitu pentingnya hal itu, maka ada
perintah tegas didalam Al Qur’an dan Sunnah-Sunnah Rasulullah Rakan hal ini.
Di dalam Al-Qur’an Allah I menyebutkan secara variatif ayat-ayat untuk kaum
mukminin mengamalkan hal ini.Terkadang disebutkan dalam bentuk perintah, maupun
dalam bentuk predikat terbaik bagi orang-orang yang melakukannya. Dan kadang
disebutkan dalam bentuk azab yang turun akibat  ditinggalkan.
Didalam surah Ali Imran ayat 110  misalnya Allah Azza wa Jalla berfirman:
ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُمن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهّلل ِ َولَوْ آ َمنَ أَ ْه ُل ْال ِكتَ ا‬
ً‫ب لَ َك انَ خَ ْي را‬ ْ ‫ُكنتُ ْم خَ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
١١٠﴿ َ‫اسقُون‬ ِ َ‫﴾لَّهُم ِّم ْنهُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َوأَ ْكثَ ُرهُ ُم ْالف‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Perintah yang diturunkan kepada kaum muslimin secara keseluruhan dan secara khusus
kepada sekelompok dari umat ini.
Dalam ayat yang lain, masih di surah Ali Imran Allah I memberikan predikat khairu
ummah (umat terbaik) kepada umat Islam, disebabkan karena mereka selalu mengajak
sesamanya umat manusia untuk tunduk kepada aturan Allah dan mencegah mereka dari
perbuatan kemungkaran.

35
‫ُك ْنتُ ْم خَ ي َْر أُ َّم ٍة‬
Artinya : “kalian adalah umat terbaik”
Dalam lanjutan ayatnya disebutkan bahwa umat terbaik yang pernah dikeluarkan kepada
seluruh umat manusia diatas permukaan bumi ini. Kata-kata “Kamu adalah umat yang
terbaik” artinya umat termulia dari seluruh umat yang pernah ada, ya umat Islam adalah
yang termulia dan  tertinggi. Kenapa? Allah menyebutkan sebabnya:
ِ ‫تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
 ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل‬
Artinya : “Kamu suka mengajak orang berbuat baik, mencegah dan melarang mereka
dari berbuat  kemungkaran dan beriman kepada Allah Jalla wa ‘Ala”
Kata para ulama Tafsir beriman kepada Allah hendaknya disebutkan yang pertama
sebab amar ma’ruf dan nahi mungkar adalah bagian dari iman.Tetapi dalam ayat ini
beriman kepada Allah disebutkan terakhir. Bahkan didahulukan amar ma’ruf nahi
mungkar hal  itu adalah demi menunjukkan keutamaannya, menunjukkan kemuliaannya
dan perintah Allah yang begitu kuat terhadap terhadap amar ma’ruf dan nahi mungkar.
Di dalam ayat lain Allah I malah menggambarkan   laknat yang Allah turunkan kepada
kaum yang tidak menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar ditengah masyarakat
mereka. Di dalam surah Al Maidah, Allah berfirman,
Allah telah melaknat orang-orang kafir dari kalangan ahlul kitab lewat lisan Nabi Daud
dan Nabi Isa putra Maryam alaihumus wassalatu wassalam.
ْ ُ‫َصوا َّو َكان‬
٧٨﴿ َ‫وا يَ ْعتَ ُدون‬ َ ‫ان دَا ُوو َد َو ِعي َسى ا ْب ِن َمرْ يَ َم َذلِكَ بِ َما ع‬ ْ ‫لُ ِعنَ الَّ ِذينَ َكفَر‬
ِ ‫ُوا ِمن بَنِي إِ ْس َرائِي َل َعلَى لِ َس‬
“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa putra
Maryam.Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui
batas.” (QS. Al-Maidah [5]: 78).
Mengapa?
ْ ُ‫س َما َكان‬
٧٩﴿ َ‫وا يَ ْف َعلُون‬ ْ ُ‫َكان‬
َ ‫وا الَ يَتَنَاهَوْ نَ عَن ُّمن َك ٍر فَ َعلُوهُ لَبِ ْئ‬
﴾ “Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka
perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS. Al-
Maidah[5]:78).
Mereka tidak saling mencegah dari perbuatan kemungkaran, tidak saling melarang dari
perbuatan kemaksiatan.Bahkan kata Allah ta’ala mereka justru melakukannya, mereka
justru memperbuatnya.

36
Kata Abdullah Bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, yang dimaksud dari ayat tersebut
adalah para ulama dari kalangan ahlul kitab yang melihat kemungkaran, menyaksikan
kemungkaran ditengah masyarakat mereka. Awalnya mereka mengingkari, mereka tidak
setuju dan mereka menegur, tetapi karena ketidaksabaran mereka, akhirnya  mereka 
tinggalkan perbuatan amar ma’ruf nahi mungkar itu. Mereka justru yang meninggalkan
nahi mungkar.
Akhirnya sifat sensitivitas dalam diri merekapun dicabut.Mereka tidak lagi menganggap
kemungkaran sebagai kemungkaran karena sudah terbiasa dilakukan oleh orang maka
mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa, justru merekapun terjatuh di
dalamnya.Merekapun melakukannya.Merekapun memperbuatnya.Maka kata
Allah.Mereka dilaknat dijauhkan dari rahmat Allah I.
Dalam kaidah syariat , menegakkan amar makruf nahi munkar adalah fardhu
kifayah.Amar makruf nahi munkar merupakan perintah menegakkan kebenaran dan
melarang kemungkaran (kejahatan).
Amar makruf nahi munkar tidak boleh dilakukan kecuali seseorang telah memahami
betul hakikat dan syarat-syaratnya.Setidaknya ada 5 syarat yang harus dipenuhi sebelum
menegakkan perintah Al-Qur'an tersebut.
Dalam Kitab Tanbihul Ghafilin, Ulama fiqih dan ilmu tafsir, Imam Abu Laits As-
Samarqandi (wafat 373 H) mengatakan, orang yang makruf (menganjurkan kebaikan)
dan nahi mungkar (mencegah kejahatan) itu harus memiliki niat ikhlas karena Allah
Ta'ala. Ia menegakkan agama Allah bukan semata-mata membela kepentingan diri
sendiri atau kepentingan golongannya.
Jika seseorang benar-benar ikhlas menegakkan amar makruf nahi munkar karena Allah,
maka ia akan mendapat pertolongan dari Allah sebagaimana ayat yang berbunyi: "In
tanshurullaha yan shurkum (jika kamu benar-benar menegakkan kalimatullah, maka
Allah akan menolong kamu)". Ia juga akan terpimpin dengan taufik dari Allah Ta'ala.
Ada satu kisah yang diriwayatkan dari Ikrimah, beliau berkata: "Ada seorang berjalan
tiba-tiba ia melihat sebuah pohon disembah orang maka ia marah dan langsung pulang
mengambil kapaknya lalu pergi menuju pohon itu untuk menebangnya. Di tengah jalan,
ia dihadang oleh Iblis laknatullah yang menyamar menyerupai manusia. Maka orang itu
( Iblis ) bertanya: "Engkau akan kemana?"
Orang itu menjawab: "Saya melihat pohon yang disembah orang, maka saya berjanji

37
kepada Allah akan memotong pohon itu, karena itu saya pulang mengambil kapak dan
pergi ke pohon itu." Iblis laknatullah berkata: "Apa urusanmu dengan sembahan orang,
biar orang lain, mereka telah jauh dari rahmat Allah."
Disebabkan rintangan Iblis itu maka mereka berkelahi dan Iblis kalah, sampai berulang
tiga kali Iblis tetap kalah. Lalu Iblis berkata: "Lebih baik kau kembali dan saya berjanji
padamu setiap hari akan memberikan padamu empat dirham di ujung tempat tidurmu."
Orang itu bertanya: "Apakah betul kau akan begitu?" Iblis menjawab: "Ya, aku jamin
tiap hari." Maka kembalilah orang itu ke rumahnya, maka benarlah pada esok hari ia
mendapat uang itu selama dua hari. Pada hari ketiga ternyata uang yang ditunggu tidak
ada.Kemudian esok harinya juga tidak ada. Karena ia tidak mendapatkan uang itu, ia
pun mengambil kapak dan segera pergi menuju pohon itu.
Maka di tengah jalan orang itu dihadang Iblis laknatullah yang menyerupai manusia dan
ditanya: "Kemana engkau mau pergi?" Jawabnya: "Ke pohon yang disembah orang itu,
aku akan menebangnya".
Iblis berkata: "Engkau tidak dapat berbuat demikian, adapun yang pertama kali itu
karena kau keluar dengan marahmu itu benar-benar karena Allah sehingga umpama
semua penduduk langit dan bumi akan menghalangi kamu tidak akan dapat. Adapun
sekarang kau keluar karena tidak mendapat uang maka bila kau berani maju setapak aku
akan aku patahkan lehermu."Maka orang itu ketakutan dan kembali ke rumahnya
dengan tangan hampa.
Keinginannya untuk menegakkan amar makruf nahi munkar tidak terwujud. Andai
niatnya ikhlas karena Allah dan tidak mau diperdaya oleh duniawi, tentulah ia akan
berhasil menegakkan perintah agama tersebut.
Imam Abu Laits berkata, seseorang yang akan menjalankan amar makruf dan nahi
munkar harus memenuhi lima syarat berikut, yaitu:
1. Berilmu, sebab orang yang bodoh tidak mengerti hakikat makruf dan munkar.
2. Ikhlas karena Allah Ta'ala dan niat untuk menegakkan agama Allah.
3. Kasih sayang kepada yang dinasihati, dengan lunak dan ramah tamah. Tidak
menggunakan kekerasan sebab Allah telah berpesan kepada Nabi Musa dan Nabi Harun
supaya berlaku lemah lembut ketika menghadapi Fir'aun.

4. Sabar dan tenang, sebab Allah berfirman "Wa'mur bil ma'rufi wanha anil-munkar
wash bir 'ala maa ashabaka (anjurkan kebaikan dan cegahlah yang mungkar dan

38
sabarlah terhadap segala penderitaanmu)."
5. Harus mengerjakan apa-apa yang dianjurkan supaya tidak dicemooh orang atas
perbuatannya sendiri sehingga tidak termasuk pada ayat yang berbunyi:
"Ata'murunannasa bil-birri watansauna anfusakum. Artinya, apakah kamu
menganjurkan kebaikan kepada orang lain sedangkan kamu melupakan dirimu.

V. FITNAH AKHIR ZAMAN

Akan datang suatu masa dimana bangsa mengeriyik kalian seoperti orang rakus
merebutkan makanan diatas meja, ditanyakan (kepada Rasulullah saw) apakah karena di
saat itu jumlah kita sedikit ? jawab rasulullah saw, tidak bahkan kamu saat itu mayoritas
tetapi kamu seperti buih di atas permukaaan air banjir, hanya mengikuti kemana air
banjir mengalir ( artinya kamu hanya ikut ikutan pendapat kebanyakan orang seakan
akan kamu tidak punya pedomn hidup ) sungguh Allah telah mencabut rasa takut dari
dada musuh musuh kamu, dan mencampakkan di dalam hatimu ‘al –wahn’ditanya
(kepada Rasulullah) apakah al- wahn itu ya Rasulullah ? jawabannya al – wahn adalah
cinta dunia dan benci mati.

Munculnya fitnah kubur ( ُ‫ )اَ ْلفِتَن‬adalah bentuk jamak dari kata ( ٌ‫)فِ ْتنَة‬, maknanya adalah
cobaan dan ujian.Kemudian banyak digunakan untuk makna ujian yang dibenci, lalu
dimutlakkan untuk segala hal yang dibenci atau berakhir dengannya seperti dosa,
kekufuran, pembunuhan, pembakaran, dan yang lainnya dari segala hal yang dibenci.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa di antara tanda-tanda hari
Kiamat adalah munculnya fitnah besar yang bercampur di dalamnya kebenaran dan
kebathilan. Iman menjadi goyah, sehingga seseorang beriman pada pagi hari dan
menjadi kafir pada sore hari, beriman pada sore hari dan menjadi kafir pada pagi
hari.Setiap kali fitnah itu muncul, maka seorang mukmin berkata, “Inilah yang
menghancurkanku,” kemudian terbuka dan muncul (fitnah) yang lainnya, lalu dia
berkata, “Inilah, inilah.”Senantiasa fitnah-fitnah itu datang menimpa manusia sampai
terjadinya hari Kiamat. Dijelaskan dalam hadits Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu
anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

39
ْ ‫ يُصْ بِ ُح ال َّر ُج ُل فِيهَا ُم ْؤ ِمنًا َويُ ْم ِسي َك افِرًا َويُ ْم ِسـي ُم ْؤ ِمنً ا َوي‬،‫ظلِ ِم‬
،‫ُص بِ ُح َك افِرًا‬ ْ ‫َي السَّا َع ِة فِتَنًا َكقِطَع اللَّي ِْل ْال ُم‬ ِ ‫إِ َّن بَ ْينَ يَد‬
ِ
َ َ‫ فَ َك ِّسرُوا قِ ِسيَّ ُك ْم َوقَطِّ ُع وا أَوْ ت‬،‫ َو ْال َما ِشي فِيهَا َخ ْي ٌر ِمنَ السَّا ِعي‬،‫اَ ْلقَا ِع ُد فِيهَا خَ ْي ٌر ِمنَ ْالقَائِ ِم َو ْالقَائِ ُم خَ يْـ ٌر ِمنَ ْال َما ِشي‬
‫ار ُك ْم‬
‫ فَإ ِ ْن ُد ِخ َل َعلَى أَ َح ِد ُك ْم فَ ْليَ ُك ْن كَخَ ي ِْر ا ْبن َْي آ َد َم‬،َ‫ َواضْ ِربُوا بِ ُسيُوفِ ُك ُم ْال ِح َجا َرة‬.

‘Sesungguhnya menjelang datangnya hari Kiamat akan muncul banyak fitnah besar
bagaikan malam yang gelap gulita, pada pagi hari seseorang dalam keadaan beriman,
dan menjadi kafir di sore hari, di sore hari seseorang dalam keadaan beriman, dan
menjadi kafir pada pagi hari. Orang yang duduk saat itu lebih baik daripada orang yang
berdiri, orang yang berdiri saat itu lebih baik daripada orang yang berjalan dan orang
yang berjalan saat itu lebih baik daripada orang yang berlari.Maka patahkanlah busur-
busur kalian, putuskanlah tali-tali busur kalian dan pukulkanlah pedang-pedang kalian
ke batu.Jika salah seorang dari kalian dimasukinya (fitnah), maka jadilah seperti salah
seorang anak Adam yang paling baik (Habil).’” [HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, Ibnu
Majah, dan al-Hakim dalam al-Mustadrak] Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan
dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda

ْ ‫بَا ِدرُوا بِاْألَ ْع َما ِل فِتَنًا َكقِطَع اللَّ ْي ِل ْال ُم‬


ُ‫ أَوْ يُ ْم ِسي ُم ْؤ ِمنًا َويُصْ بِ ُح َكافِرًا يَبِي ُع ِدينَ ه‬،‫ يُصْ بِ ُح ال َّر ُج ُل ُم ْؤ ِمنًا َويُ ْم ِسي َكافِرًا‬،‫ظلِ ِم‬ ِ
‫ض ِمنَ ال ُّد ْنيَا‬
ٍ ‫بِ َع َر‬.

“Bersegeralah kalian melakukan amal shalih (sebelum datangnya) fitnah-fitnah


bagaikan malam yang gelap gulita, seseorang dalam keadaan beriman di pagi hari dan
menjadi kafir di sore hari, atau di sore hari dalam keadaan beriman, dan menjadi kafir
pada pagi hari, dia menjual agamanya dengan kesenangan dunia.”

Diriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiyallahu anhuma, isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, ia berkata:

‫ ُسب َْحانَ هللاِ! َما َذا أُ ْن ِز َل ِمنَ ْال َخ َزائِ ِن؟ َو َمـا َذا أُ ْن ِز َل ِمنَ ْالفِت َِن؟‬:ُ‫ يَقُوْ ل‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم لَ ْيلَةً فَ ِزعًا‬
َ ِ‫ا ْستَ ْيقَظَ َرسُوْ ُل هللا‬
ِ ‫َاريَ ٍة فِي ْا‬
‫آلخ َر ِة‬ ِ ‫ُصلِّينَ ؟ رُبَّ َكا ِسيَ ٍة فِـي ال ُّد ْنيَـا ع‬ َ ‫ لِ َك ْي ي‬-ُ‫اجه‬َ ‫ي ُِري ُد بِ ِه أَ ْز َو‬- ‫ت‬
ِ ‫ب ْال ُح ُج َرا‬ َ ‫ص َوا ِح‬ َ ُ‫ َم ْن يُوقِظ‬.

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terbangun pada suatu malam yang


menakutkan, lalu beliau berkata, ‘Subhaanallaah, harta simpanan apakah yang telah
diturunkan? Fitnah apakah yang telah diturunkan?Siapakah yang membangunkan
pemilik kamar-kamar -yang beliau maksud adalah isteri-isterinya- sehingga mereka

40
melakukan shalat? Banyak sekali wanita yang berpakaian di dunia, di akhirat kelak dia
telanjang.[HR. Al-Bukhari] Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash
Radhiyallahu anhuma, ia berkata:

َ َ‫ فَق‬، ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم‬


:‫ال‬ َ ِ‫ فَاجْ تَ َم ْعنَا إِلَى َرسُو ِل هللا‬.ً‫صالَةَ َجا ِم َعة‬ َّ ‫ اَل‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ِ‫نَادَى ُمنَـا ِدي َرسُو ِل هللا‬
‫ َوإِ َّن أُ َّمتَ ُك ْم هَ ِذ ِه‬،‫ َويُ ْن ِذ َرهُ ْم َش َّر َما يَ ْعلَ ُمهُ لَهُ ْم‬،‫إِنَّهُ لَ ْم يَ ُك ْن نَبِ ٌّي قَ ْبلِي إِالَّ َكانَ َحقًّا َعلَ ْي ِه أَ ْن يَ ُد َّل أُ َّمتَهُ َعلَـى َخي ِْر َما يَ ْعلَ ُمهُ لَهُ ْم‬
ُ‫ َوت َِجي ُء ْالفِ ْتنَ ة‬،‫ْض ا‬ ً ‫ْض هَا بَع‬ ُ ‫ق بَع‬ ُ ِّ‫ فَيُ َرق‬،ٌ‫ َوتَ ِجي ُء فِ ْتنَ ة‬،‫صيْبُ آ ِخ َرهَا بَالَ ٌء َوأُ ُمو ٌر تُ ْن ِكرُونَهَا‬ ِ ُ‫ َو َسي‬،‫ج ُِع َل عَافِيَتُهَا فِي أَ َّولِهَا‬
‫آلخ ِر‬ ِ ‫ار َويُ ْد َخ َل ْال َجنَّةَ فَ ْلتَأْتِ ِه َمنِيَّتُهُ َوه َُو ي ُْؤ ِمنُ بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم ْا‬ ِ َّ‫ هَ ِذ ِه… فَ َم ْن أَ َحبَّ أَ ْن يُ َزحْ َز َح َع ِن الن‬،‫ هَ ِذ ِه‬: ُ‫فَيَقُو ُل ْال ُم ْؤ ِمن‬.

“Seorang penyeru Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berseru, ‘Shalat


berjama’ah!’ Lalu kami berkumpul bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
kemudian beliau berkata, ‘Sesungguhnya tidak ada seorang Nabi pun sebelumku
melainkan wajib baginya untuk menunjuki umatnya kepada kebaikan yang ia ketahui,
dan memberikan peringatan kepada mereka dari kejelekan yang ia ketahui, dan
sesungguhnya umat kalian ini, dijadikan keselamatannya di awalnya, dan (orang) yang
ada di akhirnya akan tertimpa musibah juga berbagai perkara yang kalian ingkari, dan
datanglah fitnah, sebagiannya menjadi lebih ringan (karena besarnya fitnah yang
setelahnya,-penj.), dan datanglah fitnah, lalu seorang mukmin berkata, ‘Ini, ini…’ maka
barangsiapa ingin diselamatkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka
hendaklah kematian mendatanginya dalam keadaan dia beriman kepada Allah dan hari
Akhir.’” [HR. Muslim][6] Baca Juga  35-37. Mengambil Ilmu dari Orang
Bodoh.Banyaknya Para Wanita Yang Berpakaian Tetapi Telanjang Dan hadits-hadits
tentang fitnah banyak sekali. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan
peringatan kepada umatnya dari berbagai fitnah, memerintahkan mereka untuk
berlindung darinya. Beliau mengabarkan bahwa akhir dari umat ini akan ditimpa
musibah juga fitnah yang sangat besar, tidak ada yang bisa melindungi darinya kecuali
keimanan kepada Allah dan hari Akhir, tetap bersama jama’ah kaum muslimin, mereka
adalah Ahlus Sunnah -walaupun mereka hanya sedikit-, menjauhkan diri dari berbagai
fitnah, dan memohon perlindungan darinya.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

َ‫تَ َع َّو ُذوا بِاهللِ ِمنَ ْالفِتَ ِن َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَن‬.

41
“Mohonlah perlindungan kepada Allah dari segala fitnah, yang nampak darinya dan
yang tersembunyi.”
Hidup manusia saat ini telah berada di akhir zaman , dan sudah dekat dengan waktu hari
kiamat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam telah menjelaskan dalam sejumlah
hadisnya tentang dekatnya dengan hari kiamat ini. Walaupun, kapan akan hari kiamat,
seberapa lama lagi hari kiamat, itu adalah ilmu yang dirahasiakan di sisi Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

Tetapi Baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengisyaratkan tentang


dekatnya hari kiamat. Sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadis:

‫ َويُ ِشي ُر بِإِصْ بَ َع ْي ِه فَيَ ُم ُّد هُ َما‬،‫ت أَنَا َوالسَّا َعةُ َكهَاتَي ِْن‬
ُ ‫بُ ِع ْث‬.

“Jarak diutusnya aku dan hari kiamat seperti dua (jari) ini.”Beliau memberikan isyarat
dengan kedua jarinya (jari telunjuk dan jari tengah), lalu merenggangkannya. (HR.
Bukhari)

‫ص ِغي ُر َو يَ ْه َر ُم فِيهَا ْال َكبِي ُر‬


َّ ‫يَرْ بُو فِيهَا ال‬
“Anak-anak kecil menjadi dewasa dan orang yang tua menjadi pikun.”
“Yaitu apabila kebanyakan dari umat ini telah meninggalkan sunnah.”

Lalu para sahabat bertanya: “Kapan akan terjadi hal itu Wahai Abu Abdurrahman?”
Maka beliau menjawab: “Apabila telah pergi para ulamanya.” Artinya banyak yang
meninggal dunia dari kalangan ulama, banyak orang-orang yang wafat dari kalangan
para ulama

“Dan semakin banyak orang-orang yang bodohnya.Semakin banyak ahli qira’ah, tapi
semakin sedikit yang faqih kepada makna-makna ayat Al-Qur’an.”Semakin sedikit
orang yang faham kepada isi dari Al-Qur’an.

Kemudian beliau mengatakan: “Apabila semakin banyak pemimpin kalian tetapi


semakin sedikit orang yang amanah,” orang yang adil, orang yang menegakkan hukum

42
Allah. Berkuasa, memiliki jabatan, memiliki tahta, tetapi berada dalam kondisi dzalim,
tidak menegakkan syariat Allah.Semakin sedikit yang amanah.

Kemudian beliau mengatakan: “Dan apabila telah dicari dunia dengan ibadah (amal
shalih),” artinya orang-orang beramal shalih tapi tujuannya dunia, tidak berkaitan
dengan surga, tidak berkaitan dengan kehidupan setelah kematian. Yang diharapkan
ketika melakukan amal saleh adalah untuk kehidupan dunia.

“Dan apabila semakin banyak orang-orang yang tafaqquh tentang urusan dunia (tapi
tidak tafaqquh tentang urusan agama),” artinya semakin sedikit orang yang belajar
tentang agama Allah, belajar tentang tauhid, belajar tentang aqidah, belajar tentang
iman, belajar tentang Islam, belajar tentang halal dan haram semakin sedikit.Dan
sibuknya sebagian besar di antara kita adalah dengan dunia ini.

Fitnah terbesar pada hari ini adalah melihat berbagai kedzaliman.Mungkin di berbagai
negara rakyat mencium bau kedzaliman dari para pemimpinnya. Di sisi lain, kita pun
melihat begitu dahsyatnya rekayasa musuh kepada kaum muslimin dan rekayasa musuh
terhadap Islam. Dan kita seorang muslim yang punya ghiroh iman pasti ingin
melakukan sesuatu, melawan terhadap semua kedzaliman ini, melawan setiap
keburukan ini. Dan tentunya itu adalah alamat dalam diri kita ada iman.
Karena ghirah itu sebagaimana dinyatakan di dalam hadis, ghirah itu berupa energi yang
ada dalam diri seorang mukmin yang disebutkan di dalam hadis:

ْ َ‫ َو َذلِ َك أ‬،‫ست َِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه‬


‫ض َعفُ اإْل ِ ي َمان‬ ْ َ‫ فَإِنْ لَ ْم ي‬،‫سانِ ِه‬ ْ َ‫ فَإِنْ لَ ْم ي‬،‫َمنْ َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َك ًرا فَ ْليُ َغيِّ ْرهُ بِيَ ِد ِه‬
َ ِ‫ست َِط ْع فَبِل‬

“Apabila kamu melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu (kekuasaanmu),


kalau tidak mampu maka dengan lisanmu, kalau tidak mampu maka dengan cara engkau
tidak menyetujuinya (benci dalam hatimu), dan itu adalah bagian yang lemah dari iman
kita.” (HR. Muslim).
Dengan semakin jauhnya zaman kita saat ini dengan zamannya baginda Nabi
Muhammad SAW & para sahabat, & juga seiring dengan perkembangan dinamika
masyarakat, maka dewasa ini sering kita lihat perselisihan di antara kaum muslimin
sendiri. Terhadap permasalahan ini, Baginda Rasulullah SAW sudah memberikan

43
pedoman bagi kita agar mengikuti as-sawaad al-a’zhom (jama’ah kaum muslimin yang
terbanyak), karena kesepakatan mereka (as-sawaad al-a’zhom) mendekati ijma’,
sehingga kemungkinan keliru sangatlah kecil.

‫ حدثني أبو خلف‬. ‫ حدثنا معاذ بن رفاعة السالمي‬. ‫ حدثنا الوليد بن مسلم‬. ‫حدثنا العباس بن عثمان الدمشقي‬
‫ يقول إن أمتي ال تجتمع على‬: ‫األعمى قال سمعت أنس بن مالك يقول سمعت رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬
‫ فإذا رأيتم اختالفا فعليكم بالسواد األعظم‬. ‫ضاللة‬
“Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan.Oleh karena itu, apabila
kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah kelompok mayoritas (as-sawad al
a’zham).”
[HR. Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al
Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah hadits Shohih].

Al-Imam as-Suyuthi rahimahullaah menafsirkan kata As-sawadul A’zhom sebagai


sekelompok (jamaah) manusia yang terbanyak, yang bersatu dalam satu titian manhaj
yang lurus. [Syarah Sunan Ibnu Majah: 1/283]. Menurut al-Hafidz al-Muhaddits Imam
Suyuthi, As-Sawad Al-A’zhom merupakan mayoritas umat Islam.

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Atsqolani menukil perkataan Imam Ath-Thabari mengenai


makna kata “jamaah” dalam hadits Bukhari yang berbunyi, “Hendaknya kalian bersama
jamaah”, beliau berkata, “Jamaah adalah As-Sawad Al-A’zhom.” [Lihat Fathul Bari juz
13 hal. 37].Ibnu Hajar al-Atsqolani pun memaknai “Jama’ah” sebagai As-Sawad Al-
A’zhom (mayoritas umat Islam).

Hadits di atas juga senada dengan hadits yang masyhur dan shohih berikut ini

‫اختلفت اليهود على إحدى وسبعين فرقة سبعين من النار وواحدة في الجنة واختلفت النصارى على اثنتين‬
‫وسبعين فرقة إحدى وسبعون فرقة في النار وواحدة في الجنة وتختلف هذه األمة على ثالث وسبعين فرقة اثنتان‬
‫ السواد األعظم‬: ‫ انعتهم لنا قال‬: ‫وسبعون في النار وواحدة في الجنة فقلنا‬

“Umat Yahudi terpecah menjadi 71 firqoh, 70 firqoh di neraka dan 1 firqoh di surga.
Umat Nashoro terpecah menjadi 72 firqoh , 71 firqoh di neraka dan 1 firqoh di surga.

44
Umat ini akan terpecah menjadi 73 firqoh, 72 firqoh di neraka dan 1 firqoh di
surga.”Kami (para sahabat) bertanya, “Tunjukkan sifatnya untuk kami.”Beliau
menjawab, “As-Sawad Al-A’zhom.”[Ath-Thabrani, Al-Kabir juz 8 hal. 273 nomor
8.051].

Al-Haitsami berkata, “Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan At-Tirmidzi secara


ringkas.Juga diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan rijalnya tsiqoh.”[Majma’ Az-Zawaid
juz 6 hal. 350 nomor 10.436]. Begitu juga senada dg hadits shohih berikut ini
‫ال يجمع هللا أمر أمتى على ضاللة أبدا اتبعوا السواد األعظم يد هللا على الجماعة من شذ شذ فى النار‬

“Allah tidak akan membiarkan ummatku dalam kesesatan selamanya. Ikutilah As-
Sawad Al-A’zhom. Tangan (rahmah dan perlindungan) Allah bersama
jamaah.Barangsiapa menyendiri/menyempal, ia akan menyendiri/menyempal di dalam
neraka.”Diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Ibnu Abbas juz 1 hal.202 nomor 398 dan dari
Ibnu Umar juz 1 hal. 199 nomor 391 [Jami’ul Ahadits: 17.515]

Demikianlah nasehat Rasulullah SAW kepada kita, agar kita mengikuti mayoritas umat
Islam dan jangan menyendiri/menyempal, karena ancamannya neraka. Rasulullah
Shollallaah SAW telah menjamin bahwa mayoritas umat Islam tidak mungkin berada
dalam kesesatan, sebagai umat Islam sudah pasti kita wajib iman/percaya dan tidak ada
keragu-raguan setitikpun pada beliau.

Semoga kita semua tergolong dalam kelompok As-Sawad Al-A’zhom (mayoritas umat
Islam) yaitu kaum ahlussunnah wal jama’ah yang selalu berpedoman kepada Al-Qur’an,
al-Hadits, al-Ijma’ wa al-Qiyas, yang kemudian pengamalan syari’atnya/fiqhnya
berdasarkan salah satu dari 4 madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali), aqidahnya
berdasarkan faham Asy’ariyah-Maturidiyah, dan ihsannya mengikuti Syekh Imam Abu
Qosim Al-Junaidi Al-Baghdadi.

45
DAFTAR PUSTAKA

https://www.risalahislam.com/2018/01/pengertian-iman-islam-dan-ihsan-trilogi.html

https://paudit.alhasanah.sch.id/tahukah-anda/apa-perbedaan-islam-iman-dan-ihsan/

https://akademisi12.blogspot.com/2016/makalah-iman-islam-dan-ihsan html

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Islam_dan_ilmu_pengetahuan

https://fpscs.uii.ac.id/blog/2019/05/07/membangun-sains-islam/#:~:text=Sains%20Islam
%20adalah%20segala%20disiplin,ilmu%20umum%20dan%20islamic
%20studies.&text=Sains%20Islam%20meliputi%20ilmu%20yang%20berbasis%20teks
%20dan%20ilmu%20yang%20berbasis%20empiris.

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/una/article/download/15193/pdf

https://asysyariah.com/kewajiban-amar-maruf-nahi-mungkar-2/

http://rumahtarbiyah.com/kewajiban-ber-amar-maruf-nahi-mungkar/

https://kalam.sindonews.com/read/53353/69/penuhi-5-syarat-ini-jika-ingin-
menegakkan-amar-makruf-nahi-munkar-1590854716?showpage=all

https://almanhaj.or.id/2708-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-hukum-islam.html

https://islam.nu.or.id/post/read/39988/fitnah-akhir-zaman

https://kalam.sindonews.com/read/253068/72/nasehat-menghadapi-ujian-dan-fitnah-
akhir-zaman-1606864343?showpage=all

https://almanhaj.or.id/3209-6-munculnya-berbagai-macam-fitnah.html

http://majelisalmunawwarah.blogspot.com/2017/07/kelompok-yang-selamat-di-akhir-
zaman.html

https://www.jurnalfai-uikabogor.org/index.php/mizan/article/download/122/38

46
https://customslawyer.wordpress.com/2014/06/21/keadilan-dalam-perspektif-islam/

LAMPIRAN\

47
48

Anda mungkin juga menyukai