Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN BIOLOGI MEDIK

“Sel Epithel Manusia (Urin)”

Dosen Pengampu:
Emilda Sari,S.Pd,M.Si
Parlindungan Nasution, S.Tr, TLM
Amalia Selviani, S,Tr, TLM
Disusun Oleh :
Dinda Aridha Fitri Hutabarat
191071010

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI


LABORATORIUM MEDIK POLTEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN PONTIANAK
2020
PRAKTIKUM 7
Hari/Tanggal Kamis/3 Desember 2020
Judul Sel Epithel Manusia (Urin)
Tujuan Mengamati struktur sel-sel epitel pada urin manusia
Dasar Teori Urine atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam
tubuh melalui proses urinalisasi. Ekskresi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal. Sekresi urin bermanfaat untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Peranan urin sangat penting
dalam mempertahankan homeostasis tubuh, karena sebagian
pembuangan cairan tubuh adalah melalui sekresi urin
(Sudiono, dkk., 2009).
Pemeriksaan urin terdiri dari pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik sedimen dan kimia urin. Pemeriksaan
makroskopik dilakukan untuk menilai warna, kejernihan,
bau, berat jenis dan pH. Analisis kimiawi dilakukan
terhadap protein, glukosa dan keton. Pemeriksaan
mikroskopik untuk melihat adanya sedimen urine seperti
eritrosit, leukosit, sel epitel, torak, bakteri, kristal, jamur dan
parasit (Hardjoeno dan Fitriani, 2007).
Sedimen urin adalah unsur yang larut di dalam urin, yang
berasal dari darah, ginjal dan saluran kemih. Sedimen urin
dapat memberikan informasi penting bagi klinis dalam
membantu menegakkan diagnosa dan melihat perjalanan
penyakit penderita dengan kelainan ginjal dan saluran
kemih (Hardjoeno dan Fitriani, 2007).
Urin yang digunakan dalam pemeriksaan ialah urin sewaktu
yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet
formalin. Formalin atau senyawa formaldehida merupakan
bahan pengawet urin yang khusus digunakan untuk
mengawetkan sedimen, pengawetan sedimen merupakan hal
yang sangat penting apabila hendak melakukan pemeriksaan
kuantitatif unsur-unsur dalam sedimen. Larutan formaldehid
40% sebanyak 1 – 2 ml digunakan untuk mengawetkan urin
24 jam. Pengaruh formalin terhadap eritrosit dan leukosit
adalah sebagai pengawet karena formalin mencegah
penguraian komponen yang terdapat dalam urine (kecuali
elektrolit), cairan tubuh lain oleh bakteri dan jamur.
Pemeriksaan urin lebih dari 2 jam perlu ditambahkan
pengawet karena dapat menurunkan kualitas hasil
pemeriksaan terutama jumlah sel eritrosit pada urin.
Penyebabnya adalah sel eritrosit memiliki berat jenisnya
yang kurang dari 1.010 dengan ph alkali. Waktu
pemeriksaan yang ditunda menyebabkan bakteri
berkembang di dalam urin yang akan menyebabkan Ph
alkali berubah dan mengakibatkan hancurnya eritrosit
(Sanuddin, 2013).
Pemeriksaan urin di rumah sakit sering tertunda yang
disebabkan pengiriman spesimen urine dari ruangan untuk
pasien rawat inap dan banyaknya jumlah pasien menjadi
perhatian untuk diteliti lebih lanjut guna mengetahui
pengaruh penundaan melalui pemberian pengawet urine
terhadap jumlah eritorosit.
Sel-sel epitel dalam urine berasal dari lapisan sistem
genitourinari. Sel epitel dapat dijumpai dalam jumlah besar
atau normal yang merupakan pengelupasan dari sel-sel tua,
atau merupakan epitel yang rusak dan pengelupasan
disebabkan oleh proses inflamasi atau penyakit ginjal.
Setiap kali dijumpai sel-sel epitel dengan ciri khas yang
abnormal, seperti bentuk, ukuran, inklusi, atau pola
kromatin inti yang tidak biasa, maka diperlukan pengujian
sitologi tambahan. Sel-sel ini dapat menunjukkan neoplasia
pada saluran genitourinaria atau dapat merupakan hasil dari
suatu tindakan, seperti kemoterapi atau radiasi (Riswanto
dan Rizki, 2015).
Sel epitel yang dapat dijumpai dalam urine yaitu epitel
skuamosa, epitel transisional dan epitel ginjal (tubular).Sel
tersebut diklasifikasikan menurut asal tempatnya dalam
sistem genitourinari.Banyak laboratorium yang melaporkan
adanya sel-sel epitel tanpa membedakan jenisnya karena
membuat perbedaan antara sel-sel epitel yang muncul dalam
berbagai bagian dari saluran kemih mungkin sulit (Mundt
dan Shanahan, 2011).
Alat 1. Mikroskop
2. Pot Sampel
3. Cotton Bud
4. Objeck Glass
5. Cover Glass
6. Tusuk Gigi
Bahan 1. Aquaest
2. Larutan Yodium/Methilen Blue
3. Kertas Tissue
4. Sampel Segar :
 Urin pagi hari bangun tidur. Perhatikan pot atau
wadah sampel urin harus bersih, kering dan
tertutup agar tidak tumpah
Cara Pembuatan Bahan  Larutan Yodium
Diketahui : Mr Iodine = 253.81 gr/mol
Rumus :
N = (gr x n ) / (MrxV)
0.1 = (gr x 2 ) / (253.81 x 1L )
gr = ( 253.81 x 0.1N )/2
gr = 12.69 gram
Jadi Iodine yang diperlukan 12.69 gram.

Langkah - langkah membuat larutan Iodine/Iodium 0.1N


( 0.05 M) :
1. Timbang Iodine sebanyak 12.69 gram + KI 18 gram,
masukkan dalam gelas beker 250 ml.
2. Tambah aquadest 150 ml. Aduk hingga larut
sempurna. Jika masih susah larut bisa ditambahkan
KI lagi.
3. Setelah larut sempurna, masukkan larutan iodine ke
dalam labu takar 1000 ml, tambahkan aquadest
sampai tanda batas. Gojog hingga homogen.
4. Segera pindahkan ke dalam botol reagen gelap dan
beri label.

 Larutan Methylen Blue


1. Timbang secara seksama 100 mg Metilen Blue
serbuk.
2. Larutkan bahan tersebut ke dalam Beaker Glass
yang audah terisi 100 ml aquades.
3. Panaskan larutan pada suhu sekitar 60-70 °C, sambil
diaduk perlahan agar bahan serbuknya larut
seluruhnya.
Simpan Larutan indikator dalam botol reagen coklat untuk
menambah tingkat keawetannya
Cara Kerja 1. Lakukan homogenisasi sampel dengan
mengaduk pot sampel memakai tusuk gigi yg
baru & bersih.
2. Letakkan satu tetes sampel ke atas objeck glass,
kemudian tutup dengan cover glass dengan hati-
hati agar tidak terjadi gelembung udara.
3. Amati di bawah mikroskop, dengan teliti &
seksama.
4. Gambar struktur sel epithel manusia yang
tampak pada mikroskop.
5. Beri pewarna setetes larutan yodium/methilen
blue di tepi cover glass, buang kelebihannya
dengan kertas tissue.
6. Gambar bagian atau struktur sel dan organella
yang tampak pada mikroskop
Hasil Pengamatan  SEL EPITEL SKUAMOSA
 SEL EPITEL TRANSISIONAL

 SEL EPITEL GINJAL

Pembahasan Ada 3 jenis sel epitel yang dapat dijumpai dalam urine,
yaitu epitel skuamosa, epitel transisional dan epitel ginjal
(Strasinger dan Lorenzo, 2008). Epitel skuamosa berukuran
paling besar (diameter 40 - 60μm) dan berbentuk tipis,
datar, berinti bulat kecil (kadang tidak berinti) dan
sitoplasmanya luas. Sel epitel transisional lebih kecil dari
epitel skuamosa (20 – 40μm), tapi lebih besar dari epitel
tubulus ginjal. Bentuknya bulat atau oval, pelihedral,
berekor atau memiliki tonjolan, inti sentral. Epitel tubulus
ginjal jarang dijumpai dalam sedimen urine. Sel ini ada
yang berbentuk bulat atau oval, poligonal atau kuboid,
kolumnar, lonjong, mengandung inti oval besar, kadang
bergranula dan ukurannya lebih besar dari leukosit
(Riswanto dan Rizki, 2015).
Sel epitel dijumpai dalam jumlah besar atau normal karena
adanya pengelupasan sel-sel tua, atau epitel yang rusak dan
mengelupas yang disebabkan oleh proses inflamasi atau
penyakit ginjal (Riswanto dan Rizki, 2015).
Sel epitel skuamosa mudah diamati menggunakan
pembesaran daya rendah karena ukurannya yang besar. Sel
epitel transisional dan ginjal sebaiknya dinilai dengan
menggunakan pembesaran daya tinggi. Setelah sel-sel epitel
yang diamati pada 10 lapang pandang pada perbesaran yang
tepat, laporan harus menunjukkan setiap jenis sel epitel
yang ditemui. Format laporan dapat menggunakan istilah
deskriptif seperti tidak ditemukan, sedikit, sedang, atau
banyak per lapang pandang, atau mungkin menggunakan
angka, misalnya 5-10 sel per lapang pandang (Brunzel,
2013).
Kadar normal sel epitel di dalam kencing manusia biasanya
berkisar 0 – 4 sel per lapang pandang.Bila angka sel epitel
melebihi dari jumlah tersebut, artinya tubuh sedang
mengalami masalah, terutama di bagian sistem urologi,
seperti ginjal dan kandung kemih. 
Dokter biasanya menyarankan untuk menjalani pemeriksaan
jumlah sel epitel jika tes urine secara visual atau kimia
menunjukkan hasil yang tidak normal. Mungkin juga
membutuhkan tes ini ketika mengalami gejala penyakit
ginjal atau saluran kemih, seperti:
 Sering Buang Air Kecil (Anyang-Anyangan),
 Sakit Kencing,
 Sakit Perut
 Sakit Punggung.

Kesimpulan Sel-sel epitel dalam urine berasal dari lapisan sistem


genitourinari. Sel epitel dapat dijumpai dalam jumlah besar
atau normal yang merupakan pengelupasan dari sel-sel tua,
atau merupakan epitel yang rusak dan pengelupasan
disebabkan oleh proses inflamasi atau penyakit ginjal. Ada
3 jenis sel epitel yang dapat dijumpai dalam urine, yaitu
epitel skuamosa, epitel transisional dan epitel ginjal.
Daftar Pustaka http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1124/5/Chapter%202.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1054/4/Chapter2.pdf
https://hellosehat.com/urologi/epitel-dalam-urine/#gref
https://www.alodokter.com/hati-hati-keberadaan-sel-epitel-
dalam-urine-menandakan-adanya-penyakit

PRAKTIKAN DOSEN NILAI

Dinda Aridha Fitri H.


191071010

Anda mungkin juga menyukai