Anda di halaman 1dari 8

Analisis Daya Saing Usahatani Jagung di Kabupaten Grobogan

(Analysis of Corn Farm Competitiveness in Grobogan District)

Nur Muttaqien Zuhri1, Bambang Waluyo Hadi Eko Prasetiyono2 dan Vitus Dwi Yunianto2
1.
Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas
2
Diponegoro, Semarang Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Semarang - Indonesia
Corresponding author : Nur Muttaqien Zuhri, Magister Agribinis Pertanian, Fakultas
Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang – Indonesia. E-mail :
nurmuttaqienzuhri@gmail.com

ABSTRAK
Penanganan pasca panen yang tidak baik oleh petani akan menyebabkan turunnya
kualitas jagung yang dihasilkan. Rendahnya kesadaran dari petani dalam efisiensi usahatani
belum diterapkan dengan baik, sehingga daya saing komoditas jagung dipasar bisa meningkat.
Dibutuhkan perbaikan penanganan pada dalam manajemen usahatani yang berdaya saing.
Tujuan penelitian melakukan melakukan analisis daya saing usahatani jagung di Kabupaten
Grobogan.Metode penelitian yang digunakan sebagai indikator dalam menganalisis daya saing
adalah metode deskriptif dengan menggunakan Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil penelitian
menunjukkan usahatani jagung di Kabupaten Grobogan memiliki keunggulan kompetitif dilihat dari
nilai PP yang negatif dan PCR yang lebih besar dari satu. Daya serap dan pemasaran jagung dari
petani ditujukan ke industri pakan ternak karena setiap tahun kebutuhan jagung pada industry
pakan selalu mengalami peningkatan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah hasil rata-rata
nilai R/C ratio sebesar 2,5. Artinya dalam setiap pengeluaran biaya usahatani jagung Rp 100,00
akan menghasilkan penerimaan Rp250,00. Sedangkan hasil analisis daya saing, diperoleh nilai
PCR (Privat Cost Ratio) sebesar 0.4. Menunjukkan bahwa apabila nilai PCR <1, maka komoditi
jagung memiliki keunggulan kompetitif

Keywords : jagung, PAM, daya saing, komparatif, kompetitif

ABSTRACT
post-harvest handling by farmers will cause a decrease in the quality of maize produced.
The low awareness of farmers in farming efficiency has not been well implemented, so the
competitiveness of corn commodities in the market can increase. Improved handling is needed in
competitive farming management. The purpose of this research is to conduct an analysis of the
competitiveness of corn farming in Grobogan Regency. The research method used as an indicator
in analyzing competitiveness is a descriptive method using the Policy Analysis Matrix (PAM). The
results showed that corn farming in Grobogan Regency had a competitive advantage seen from the
negative PP value and PCR greater than one. The absorption and marketing of corn from farmers is
directed to the animal feed industry because every year the demand for corn in the feed industry is
always increasing. The conclusion of the study is the average R / C ratio of 2.5. This means that in
each expenditure of corn farming costs Rp. 100.00 will generate an income of Rp. 250.00. While
the results of the competitiveness analysis, the value of PCR (Private Cost Ratio) is 0.4. Shows that
if the value of PCR <1, then the commodity of corn has a competitive advantage

Keywords: corn, PAM, competitiveness, comparative, competitive

62 , VOL 38 , No.1 Maret 2020


PENDAHULUAN kondisi jagung tidak sesuai spesifikasi
Produksi jagung di Indonesia (Novitasari, 2016).
dalam setiap tahun mengalami Penanganan pasca panen yang
peningkatan yaitu dari tahun 2010 tidak baik oleh petani akan menyebabkan
sebesar 18.327.636 ton sampai di tahun turunnya kualitas jagung yang dihasilkan
2015 sebesar 19.612.435 ton (Purwasih (Suprem et al , 2013). Rendahnya
et al, 2017). Provinsi Jawa Tengah kesadaran dari petani dalam efisiensi
merupakan sentra produksi jagung yang usahatani belum diterapkan dengan baik,
cukup tinggi, dengan produksinya sehingga daya saing komoditas jagung
sebesar 3.212.391 ton pada tahun 2015, dipasar bisa meningkat. Dibutuhkan
Kabupaten Grobogan menjadi wilayah perbaikan penanganan pada dalam
dengan produksi jagung tertinggi manajemen usahatani yang berdaya
yaitu700.941 ton pada tahun 2016 (BPS, saing (Fitriati et al, 2015). Tujuan dari
2016). penelitian ini adalah melakukan analisis
Jagung digunakan untuk diolah daya saing usahatani jagung di
menjadi makanan dan pakan ternak. Akan Kabupaten Grobogan
tetapi, sebagian besar hasil produksi
jagung lebih banyak digunakan sebagai METODE PENELITIAN
bahan baku pembuatan pakan (Revina, Penelitian ini dilaksanakan pada
2008). Distribusi jagung sebagai bahan bulan Maret hingga Mei 2019 di
baku di industri pakan setiap tahun Kabupaten Grobogan yaitu pada
mengalami peningkatan, yaitu pada tahun Kecamatan Pulokulon, Geyer dan Toroh.
2013 sebesar 6.5 juta ton dan tahun 2014 Pemilihan lokasi secara sengaja
sebesar 7 juta ton (GMPT, 2016). ( purposive ) dengan pertimbangan
Sedangkan untuk konsumsi pakan merupakan daerah yang memiliki luas
nasional juga setiap tahun mengalami areal tanam dan produksi jagung
peningkatan yaitu pada tahun 2015 terbanyak dibandingkan kecamatan
sebesar 16.4 juta ton dan diperkirakan lainnya wilayah Kabupaten Grobogan.
pada tahun 2016 akan mengalami Sampel petani diambil secara Simple
peningkatan sebesar 17 juta ton Random Sampling dimana setiap
(Winarso, 2012). populasi yang ada mempunyai
Jawa Tengah memiliki industri kesempatan yang sama untuk dijadikan
pembuatan pakan yang cukup banyak, sampel. Jumlah sampel yang diambil
sehingga permintaan untuk bahan baku adalah sebanyak 90 responden.
jagung lokal cukup tinggi. Pemasok Metode Analisis Data Penelitian
jagung terbesar ke industri pakan adalah analisis daya saing komoditas
Kabupaten Grobogan. Selama ini hasil Jagungmenggunakan metode PAM yang
produksi jagung tingkat petani di dikembangkan oleh Monke dan Pearson
Kabupaten Grobogan cukup tinggi, tetapi (1995). Adapun tahapan dalam
hal tersebut tidak berbanding lurus penyusunan Tabel PAM adalah sebagai
dengan kualitas jagung yang dihasilkan. berikut :
Rendahnya kualitas jagung disebabkan 1. Mengidentifikasi seluruh input yang
oleh buruknya penanganan kegiatan digunakan dalam proses produksi.
pasca panen yang dilakukan oleh petani 2. Mengalokasikan input tradable dan
(Erlangga et al, 2012). Tingginya standar input non tradable.
penerimaan jagung di industri pakan, 3. Menghitung harga bayangan input,
menyebabkan hasil jagung di tingkat output, dan nilai tukar uang
petani sulit untuk bisa bersaing. Sehingga 4. Menganalisis keunggulan komparatif
harga jual jagung akan menurun karena dan kompetitif dengan model PAM.

1 2 2
Nur Muttaqien Zuhri , Bambang Waluyo Hadi Eko Prasetiyono dan Vitus Dwi Yunianto : Analisis Daya Saing Usahatani Jagung 63
Policy Analysis Matrix (PAM) sosial) dan daya saing (keunggulan
M o d e l PA M d i g u n a k a n u n t u k komparatif dan kompetitif) dengan
menganalisis keuntungan (privat dan formulasi pada Tabel 1.
Tabel 1. Tabel Policy Analysis Matrix

Sumber : Monkey dan Pearson (1989)


Keterangan:
1. Privat Profit (PP = D) : D = A – (B + C) 5. Faktor Transfer (FT = K) : K = C – G
2. Social Profit (PP = H) : H = E – (F + G) 6. Net Transfer (NT = L : L = D- H
3. Output Transfer (OT = I) : I = A – E 7. Privat Cost Ratio (PCR) : PCR = C/(A-B)

HASIL DAN PEMBAHASAN diperoleh dari hasil pendapatan dalam


Perhitungan penentuan analisis melaksanakan usahatani jagung. Hasil
daya saing dalam usatani jagung yang analisis daya saing dari perhitungan
dilakukan di Kabupaten Grobogan pendapatan dengan menggunakan
dengan mengambil sampel sebanyak 90 metode PAM (Policy Analysis Matrix )
responden terdiri dari petani jagung yang dalam usahatani jagung di Kabupaten
tersebar dalam beberapa wilayah antara Grobogan dapat sajikan pada Tabel 2.
lain di Kecamatan Pulokulon, Toroh dan tentang Policy Analysis Matrix.
Geyer. Pengumpulan sumber data
Tabel 2. Policy Analysis Matrix Usahatani Jagung Kabupaten Grobogan

Sumber : Data primer yang diolah (2018)

64 , VOL 38 , No.1 Maret 2020


Hasil analisis usahatani penerimaan dengan input tradable pada
menujukkan bahwa rata-rata penerimaan tingkat harga aktual. Berdasarkan hasil
petani dari usahatani jagung adalah Rp perhitungan pada Tabel 4.10. dapat dilihat
8.203.222.2 dengan rata-rata total biaya nilai PCR usatani petani jagung di
Rp 3.244.152.9. Hasil analisis R/C ratio Kabupaten Grobogan sebesar 0.4. nilai
privat menunjukkan angka 2,5 yang PCR dari setiap karakteristik petani yang
berarti setiap pengeluaran biaya kurang dari satu mengidentifikasikan
usahatani jagung Rp 100,00 akan usahatani jagung sudah efisien dan
menghasilkan penerimaan Rp 250,00. usahatani jagung dapat membayar biaya
Hal ini menunjukan usahatani jagung sumber daya domestik (non tradable)
menguntungkan bagi petani yang pada harga privat. Artinya, usahatani
memproduksi dan bagi masyarakat jagung yang dijalankan oleh setiap petani
secara keseluruhan. Dalam hal ini, di Kabupaten Grobogan memiliki
masyarakat tidak dirugikan dengan keunggulan kompetitif.
adanya usahatani jagung. Semakin kecil nilai PCR suatu
Rerata lahan yang dipergunakan komoditas, maka akan semakin besar
untuk usahatani jagung di Kabupaten keunggulan kompetitif yang dimilikinya.
Grobogan adalah 0,866 ha, terdiri dari Nilai PCR dari setiap karakteristik petani
beberapa lahan milik petani sendiri dan berbeda-neda, pada umumnya nilai PCR
menyewa baik dari pihak ketiga atau antara satu kabupaten dan kabupaten
lainya tidak begitu berbeda jauh.
PERHUTANI. Sebagian besar jagung
Penelitian Antriyandarti dan Ani (2017),
ditanam secara sistem monokultur. tentang analisis daya saing jagung di
Namun demikian, sebagian ditanam Kabupaten Blora menghasilkan nilai PCR
secara tumpangsari dengan kacang sebesar 0.2. Dan hasil penelitian yang
tunggak, kacang tanah, cabe dan juga dilakukan (Falatehan dan Wibowo,
mentimum. Rata-rata produksi jagung di 2008), tentang analisis daya saing jagung
lokasi penelitian adalah 1,85 ton. Jagung di Kecamatan Panunggalan Kabupaten
dipanen sebanyak 1,87 kali dalam 1 Grobogan mengasilkan nilai PCR
musim tanam. Jagung di jual dalam sebesar 0.57. Hal ini menunjukan bahwa
bentuk pipilan kering, pipilan jagung di sistem usahatani jagung sudah mampu
jual dengan harga Rp 3.500/kg membiayai faktor domestiknya pada
(penjualan secara cash). harga privat, atau dengan kata lain
Keunggulan Kompetitif berdaya saing pada aspek keunggulan
Keunggulan kompetitif suatu kompetitif dan masih terus membutuhkan
komoditas ditentukan oleh nilai dukungan agar terus dapat meningkatkan
keuntungan privat (KP) dan nilai Rasio daya saingnya.
Biaya Privat (PCR). Harga yang Daya Serap dan Pemasarannya
digunakan dalam analisis ini adalah Hasil penelitian yang telah
harga pasar (harga aktual) yang terjadi di dilakukan terhadap 90 responden petani
tingkat petani. Selain itu, harga pasar jagung di Kabupaten Grobogan dengan
sudah dipengaruhi oleh intervensi menganalisis daya serap dan area
pemerintah. Keunggulan kompetitif juga pemasaran hasil komoditas jagung. Area
dapat dilihat dari nilai PCR, dimana nilai pemasaran hasil jagung yang di jual oleh
ini menggambarkan efisiensi finansial petani di Kabupaten Grobogan tersaji
dari suatu sistem usahatani. PCR adalah pada Gambar 1. tentang pemasaran
rasio antara biaya input domestik dengan jagung di Kabupaten Grobogan.
nilai tambah atau selisih antara

1 2 2
Nur Muttaqien Zuhri , Bambang Waluyo Hadi Eko Prasetiyono dan Vitus Dwi Yunianto : Analisis Daya Saing Usahatani Jagung 65
Sumber : Data Primer yang diolah (2018)

Gambar 1 : Hasil Pemasaran Jagung di Kabupaten Grobogan


Hasil penelitian yang diperoleh baku pembuatan pakan. Menurut
dari 90 responden dari petani jagung di pendapat (Farid dan Lestari, 2015) bahwa
Kabupaten Grobogan, sebanyak 73 sebesar 83,3 persen jagung petani
responden menjual hasil jagung mereka diserap atau dibeli oleh pedagang.
ke industri pakan. Sedangkan sisanya 10 Sebesar 35,8% jagung yang dimiliki oleh
responden di jual ke industri makanan, 5 pedagang didistribusikanke peternakdan
responden dijual ke home industri dan 2 25,37% ke industri pakan. Kondisi ini
responden dikonsumsi sendiri. Tingginya mengindikasikan peran pedagang sangat
hasil jagung yang dipasarkan ke industri besar dalam mendistribusikan jagung
pakan karena harga jual yang diperoleh lokal ke pengolah jagung menjadi pakan.
petani dari industri cukup tinggi dan Harga jagung tingkat petani di
menjanjikan dari pada dijual ke industri Kabupaten Grobogan antara bulan Juli
makanan atau home industri, sehingga 2017 sampai Maret 2018 tersaji pada
para petani lebih memilih menjual hasil Gambar 2. Harga jagung di Kab
jagung ke industri pakan sebagai bahan Grobogan.

Sumber : Data Primer yang diolah (2018)

Gambar 2 : Harga Jagung di Kabupaten Grobogan

66 , VOL 38 , No.1 Maret 2020


Hasil penelitian yang diperoleh pendapat (Saleh et al, 2005), bahwa harga
dari 90 responden petani jagung di komoditas jagung akan selalu meningkat
Kabupaten Grobogan terkait harga jual setiap waktu karena dipengaruhi oleh
jagung tingkat petani dari bulan juli 2017 tingkat inflasi dan meningkatnya harga
sampai 2018. Diperoleh kesimpulan kebutuhan sarana prasarana budidaya
bahwa setiap bulan harga jual jagung di jagung. Kebutuhan bahan baku jagung di
tingkat petani mengalami kenaikan, harga industri pakan yang tinggi juga
jual jagung pada bulan juli 2017 Rp. mempengaruhi harga beli jagung di petani.
2.700,- sedangkan pada bulan Maret Kebutuhan bahan baku jagung di
2018 sudah mengalami kenaikan Rp industri pakan dengan mengambil salah
3.800,-. Harga tersebut diperkirakan bisa satu contoh perusahaan dari PT. Charoen
selalu berubah tergantung kondisi pasar, Pokhpand Indonesia dengan kebutuhan
tetapi dari hasil penelitian tersebut bahan baku jagung yang setiap waktu
disimpulkan bahwa usahatani jagung di mengalami kenaikan yang signifikan, hal
Kabupaten Grobogan sangat tersebut bisa dilihat pada gambar 3.
menjanjikan karena selalu terjadi Kebutuhan Bahan baku jagung.
kenaikan harga jual jagung. Menurut

Sumber : Data Primer yang diolah (2018)

Gambar 3 : Kebutuhan Bahan Baku Jagung Industri Pakan

Hasil penelitian yang dilakukan di pertumbuhan jagung untuk pakan jauh


PT. Charoen Pokhpand Indonesia, lebih cepat dibandingkan produksi jagung
diperoleh data kebutuhan bahan baku dalam negeri, sehingga industri pakan
jagung untuk pembuatan pakan. Terdapat harus mengimpor jagung dari berbagai
peningkatan kebutuhan yang signifikan negara seperti Cina, Argentina dan
dari bulan juli 2017 dengan kebutuhan Amerika Serikat untuk memenuhi
850 ton sampai pada bulan Maret 2018 kebutuhan jagung.
dengan kebutuhan 1250 ton jagung. KESIMPULAN
Tingginya permintaan industri pakan Analisis daya saing dengan
terhadap komoditas jagung tidak di menggunakan metode PAM (Policy
imbangi dengan kualitas jagung lokal Analysist Matrix) dengan perhitungan
yang kemudian menyebabkan jagung pendapatan usahatani petani jagung,
lokal tidak dapat diserap secara optimal, diperoleh hasil rata-rata nilai R/C ratio
sehingga kebijakan perubahaan untuk sebesar 2,5. Artinya dalam setiap
impor jagung harus dilakukan. Menurut pengeluaran biaya usahatani jagung Rp
pendapat (Yusdja dan Adang, 2003) 100,00 akan menghasilkan penerimaan

1 2 2
Nur Muttaqien Zuhri , Bambang Waluyo Hadi Eko Prasetiyono dan Vitus Dwi Yunianto : Analisis Daya Saing Usahatani Jagung 67
Rp250,00. Sedangkan hasil analisis daya Fitriati, D., Hasbullah, R. and Rachmat, R.
saing, diperoleh nilai PCR (Privat Cost (2015) 'Penentuan Prioritas
Ratio) sebesar 0.4. Menunjukkan bahwa Sarana Pascapanen Jagung
apabila nilai PCR <1, maka komoditi untuk Menurunkan Kehilangan
jagung memiliki keunggulan kompetitif. Hasil Dengan Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP)',
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Penelitian Pascapanen
Bakoye, O. N., Baoua, I., Seyni, H., Pertanian, 12(2), pp. 10–19.
Amadou, L., Murdock, L. L. and A v a i l a b l e a t :
Baributsa. D. (2017) 'Quality of http://download.portalgaruda.or
Maize for Sale in Markets in g/article.php?article=453926&v
Benin and Niger', Journal of al=6411
Stored Products Research.
Elsevier Ltd, 71(1), pp. 99–105. GPMT (Gabungan Perusahaan Makanan
doi: 10.1016/j.jspr.2017.02.001. Ternak). (2016) 'Livestock Feed
P r o d u c t i v i t y ' ,
BPS (Badan Pusat Statistik). (2016) http://asosiasigpmt.blogspot.co
'Grobogan District in Figures m. (Accessed: 12 May 2017).
2016 ', Provinsi Jawa Tengah.
Monkey, E. A., and Pearson, S.R. 1989.
Erlangga, N., Purwadaria, H. K. and The Policy Analysis Matrix for
Firdaus, M. (2012) 'Improvement Agricultural Development.
of Mangosteen Farming and Cornell University Press.
Postharvest Handling Strategies London.
Based on Global Gap Standard
At Kiara Pedes , Purwakarta Novitasari, D. R. (2016) 'Pengendalian
District', Jurnal Manajemen & Kualitas Statistika Produk Pakan
Agribisnis, 9(Edisi Khusus), pp. Ternak Ayam Di PT. Japfa
6 9 – 7 7 . d o i : Comfeed Indonesia Tbk.', Jurnal
http://dx.doi.org/10.17358/jma.9 Sains dan Seni ITS, 5(2), pp.
.2.69-77. 133–138. Available at:
http://repository.its.ac.id/42002/.
Falatehan, A. F., dan Wibowo, A. 2008.
Analisis Keunggulan Kompetitif Purwasih, R., Firdaus, M. and Hartoyo, S.
dan Komparatif Pengusahaan (2017) 'Transmisi Harga Jagung
Komoditi Jagung di Kabupaten di Provinsi Lampung', Jurnal
Grobogan ( Studi Kasus : Desa Agribisnis Indonesia, 5(1), pp.
Panunggalan , Kecamatan 75–88.
Pulokulon , Kabupaten
Grobogan , Jawa Tengah ). Revina, L. (2008) 'Analisis Faktor-Faktor
Jurnal Agribisnis Dan Ekonomi Yang Mempengaruhi Produksi
Pertanian.2(1): 1–15. Dan Impor Jagung Di Indonesia',
Journal of Economics and
Farid, M dan Lestari, M. 2015. Potret Policy, 7(1), pp. 102–112. doi:
Jagung Indonesia: Menuju 10.15294/jejak.v7i1.3847.
Swasembada Tahun 2017.
Badan Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan
Perdagangan (Leaflet). Jakarta.

68 , VOL 38 , No.1 Maret 2020


Saleh, C., Sumedi dan Jamal, E. 2005. Winarso, B. (2012) 'Prospek dan Kendala
Analisis Pemasaran Jagung di Pengembangan Agribisnis
Indonesia. Ekonomi Jagung Jagung di Propinsi Nusa
Indonesia. Pustaka Utama. Tenggara Barat Prospects and
Jakarta. Constraints Agricultural
Development of Corn in West
Suprem, A., Mahalik, N. and Kim, K. Nusa Tenggara Province', Jurnal
(2013) 'A review on application of penelitian pertanian, 12(2), pp.
technology systems, standards 103–114.
and interfaces for agriculture and
food sector', Computer Yusdja, Yusmichad dan Adang, A. 2003.
Standards and Interfaces. Analisis Kebijakan Tarif Jagung
Elsevier B.V., 35(4), pp. Antara Petani Jagung dan
3 5 5 – 3 6 4 . d o i : Peternak. Pusat Analisis Sosial
10.1016/j.csi.2012.09.002. Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Bogor.

1 2 2
Nur Muttaqien Zuhri , Bambang Waluyo Hadi Eko Prasetiyono dan Vitus Dwi Yunianto : Analisis Daya Saing Usahatani Jagung 69

Anda mungkin juga menyukai