Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas ini
,semoga tugas ini bermanfaat bagi kita semua
Sholawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW , yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehimgga kita
dapat menikmati indahnya alam ciptaannya ,yang telah menunjukan kepada kita jalan yang
lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,M.Sos.
sebagai dosen pengampuh mata kuliah Pendidkan Agama Islam yang telah memberikan
arahan dan bimbingan sehingga dapat mengerjakan tugas artikel cover makalah ini
Besar harapan penulis tugas ini akan memberi manfaat bagi para pembaca.akhir kata penulis
memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan ,semoga dari makalah sederhana
ini dapat di ambil manfaatnya ,dan besar keinginan kami dapat menginspirasi bagi para
pembaca .
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
I.IMAN,ISLAM,IHSAN.............................................................................................
DAFTAR FUSTAKA..................................................................................................
LAMPIRAN.................................................................................................................
3
BAB I
“ Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang
mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya
bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya.
Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada
kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad,
beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah,
dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan
zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “.
Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya
lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau
beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda
benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda:
4
“ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau
tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku
tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu
dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau
bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang
bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba
meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar.
Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku
berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril
yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.(Riwayat Muslim)
5
Sesuai dengan hadits Rasulullah saw diatas sudah jelas bahwasanya ada enam rukun iman
yang harus diyakini untk menjadi seorang islam yang sempurna dan menjadi seorang hamba
Allah yang ihsan nantinya.
6
Taqdir artinya: beriman bahwasanya Allah telah mentaqdirkan semua yang ada dan
menciptakan seluruh mahluk sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahalu, dan menurut
kebijaksanaan-Nya, Maka segala sesuatu telah diketahui oleh Allah, serta telah pula tertulis
disisi-Nya, dan Dialah yang telah menghendaki dan menciptakannya.
2. Pengertian Islam
Kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata kerja
اسالما- اسلم – يسلمYang secara etimologi mengandung makna : Sejahtera, tidak cacat,
selamat. Seterusnya kata salm dan silm, mengandung arti : kedamaian, kepatuhan, dan
penyerahan diri.2[4] Dari kata-kata ini, dibentuk kata salam sebagai istilah dengan
pengertian : Sejahtera, tidak tercela, selamat, damai, patuh dan berserah diri. Dari uraian
kata-kata itu pengertian islam dapat dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri kepada
Allah.
ecara istilah kata Islam dapat dikemukan oleh beberapa pendapat :
b. Ab A’la al-Maudud berpendapat bahwa Islam adalah damai. Maksudnya seseorang akan
memperoleh kesehatan jiwa dan raga dalam arti sesungguhnya, hanya melalui patuh dan taat
kepada Allah.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam itu ialah tunduk dan
taat kepada perintah Allah dan kepada larangannya
7
قال:حدثنا عبيد هللا بن موسى قال اخبرنا حنظلة بن أبي سفيان عن عكرمة بن خالد عن ابن عمر رضي هللا عنهما قال
رسول هللا صلى هللا عليه و سلم ( بني اإلسالم على خمس شهادة أن ال إله إال هللا وأن محمدا رسول هللا وإقام الصالة
) وإيتاء الزكاة والحج وصوم رمضان
“Abdulloh bin musa telah bercerita kepada kita, dia berkata ; handlolah bin abi sufyan
telah memberi kabar kepada kita d ari ikrimah bin kholid dari abi umar ra. Berkata : rasul
saw. Bersabda : islam dibangun atas lima perkara : persaksian sesungguhnya tidak ada
tuhan selain Allah dan sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusannya, mendirikan
sholat, memberikan zakat, hajji dan puasa ramadlan”.3
a. Syahadat
b. Shalat
c. Zakat
d. Puasa
e. Haji
3. Pengertian Ihsan
Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi’il) yaitu :
احسن – يحسن – احسا ناartinya : ( فعل الحسنPerbuatan baik ).
Menurut istilah ada beberapa pendapat para ulama,yaitu:
a. Muhammad Amin al-Kurdi, ihsan ialah selalu dalam keadaan diawasi oleh Allah dalam
segala ibadah yang terkandung di dalam iman dan islam sehingga seluruh ibadah seorang
hamba benar-benar ikhlas karena Allah
b. Menurut iman namawi Ihsan adalah ikhlas dalam beribadah dan seorang hamba merasa
selalu diawasi oleh Tuhan dengan penuh khusuk, khuduk dan sebagainya.
8
Iman, Islam dan Ihsan satu sama lainya memiliki hubungan karena merupakan unsur-
unsur agama (Ad-Din).
Iman,Islam dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan
lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian
diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam
dilakukan dengan cara Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah.
Selain itu Iman, Islam, dan Ihsan sering juga diibaratkan hubungan diantara ketiganya
adalah seperti segitiga sama sisi yang sisi satu dan sisi lainya berkaitan erat. Segitiga
tersebut tidak akan terbentuk kalau ketiga sisinya tidak saling mengait. Jadi manusia yang
bertaqwa harus bisa meraih dan menyeimbangkan antara iman, islam dan ihsan.4[9]
Didalam al-qur’an juga disebutkan bahwa Iman, Islam, dan Ihsan memiliki
keterkaitan,yaitu dalam QS Al-Maidah ayat 3 dan QS Ali-Imron ayat 19 yang berbunyi :
QS Al-Maidah ayat 3 :
اليوم اكملت لكم دينكم و اتممت عليكم نعمتي و رضبت لكم االسال م دينا
“ Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kaliam agama kalian dan Aku telah
menyempurnakan nikmat kepada kalian dan Aku telah meridhai Islam adalah agama yang
benar bagi kalian”.
QS Ali-Imron ayat 19 :
ُ اإل
سل ِ َّ َإِ َّن الدينَ عِند
ِ َّللا
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam”.
Di dalam ayat tersebut dijelaskan kata Islam dan selalu diikuti dengan kata addin yang
artinya agama. Addin terdiri atas 3 unsur yaitu, Iman, Islam, dan Ihsan. Dengan kata lain
dapat dinyatakan bahwa iman merupakan keyakinan yang membuat seseorang ber-Islam dan
menyerahkan sepenuh hati kepada Allah dengan menjalankan syareatnya dan meninggalkan
segala yang dilarang oleh syariat Islam
D. Perbedaan Antara Iman, Islam, dan Ihsan
Disamping adanya hubungan diantara ketiganya, juga terdapat perbedaan diantaranya
sekaligus merupakan identitas masing-masing. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan
dalam hati. Islam merupakan sikap untuk berbuat dan beramal.Sedangkan Ihsan merupakan
9
pernyataan dalam bentuk tindakan nyata. Dengan ihsan, seseorang bisa diukur tipis atau
tebal iman dan islamnya.
Iman dan islam bila disebutkan secara bersamaan, maka yang dimaksud dengan Islam
adalah amal perbuatan yang nampak, yaitu rukun Islam yang lima, dan pengertian iman
adalah amal perbuatan yang tidak nampak, yaitu rukun iman yang enam. Dan bila hanya
salah satunya (yang disebutkan) maka maksudnya adalah makna dan hukum keduanya.
Ruang lingkup ihsan lebih umum daripada iman, dan iman lebih umum daripada Islam.
Ihsan lebih umum dari sisi maknanya; karena ia mengandung makna iman. Seorang hamba
tidak akan bisa menuju martabat ihsan kecuali apabila ia telah merealisasikan iman dan
ihsan lebih spesifik dari sisi pelakunya; karena ahli ihsan adalah segolongan ahli iman.
Maka, setiap muhsin adalah mukmin dan tidak setiap mukmin adalah muhsin. adalah
mukmin
E. Keutamaan Iman, Islam, Dan Ihsan Bagi Manusia
Setiap pemeluk Islam mengetahui dengan pasti bahwa Islam (Al-Islam) tidak sah tanpa
iman (Al-Iman), dan iman tidak sempurna tanpa ihsan (Al-Ihsan). Sebaliknya, ihsan
adalah mustahil tanpa iman, dan iman juga tidak mungkin tanpa Islam.
Ali Bin Abi Thalib mengemukakan tentang keutamaan Iman,Islam dan Ikhsan sebagai
berikut:
إن اإليمان ليبدو لمعة بيضاء فإذا عمل العبد الصالحات نمت فزادت حتى يبيض القلب كله وإن النفاق: قال علي
ليبدو نكتة سوداء فإذا انتهك الحرمات نمت وزادت حتى يسود القلب كله
“ Sahabat Ali Berkata : sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar yang putih, apabila
seorang hamba melakukan kebaikan, maka sinar tersebut akan tumbuh dan bertambah
sehingga hati (berwarna) putih. Sedangkan kemunafikan terlihat seperti titik hitam, maka
bila seorang melakukan perkara yang diharamkan, maka titik hitam itu akan tumbuh dan
bertambah hingga hitamlah (warna) hati”.
Jadi Iman,Islam dan Ikhsan mempunyai keutamaan yang sangat besar dalam pandangan
islam ini karena bagi para pelakunya akan diberikan Syurga oleh Allah SWT sebagaimana
yang telah dijanjikan oleh Allah SWT didalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
BAB II.
10
1. Pengertian islam dan sains
Islam, kata ini adalah suatu suku kata yang dipergunakan oleh nabi Muhammad SAW,
untuk nama ajaran yang dibawanya yaitu islam. Secara harfiah (etimologi), islam berasal
dari bahasa arab yang mempunyai banyak arti antara lain tunduk, patuh, berserah diri dan
selamat. Menurut istilah Harun Nasution memberikan definisi tentang islam, bahwa Islam
adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia
melalui Nabi Muhammad sebagai Rasul. Islam pada hakekatnya membawa ajaran-ajaran
yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan manusia
Sedangkan kata sains berasal dari bahasa latin “scientia” yang berarti pengetahuan. Ada pula
yang mendefinisikan sains adalah “pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan
pembuktian” atau “pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum –
hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Sains
dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang dengan
menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan
fenomena – fenomena yang terjadi di alam .
Mu’jizat islam (al-qur’an) yang paling utama ialah hubungannya dengan ilmu pengetahuan.
Surah pertama yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW ialah nilai tauhid,
keutamaan pendidikan dan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Islam juga
memerintahkan umatnya mencari ilmu untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di
akhirat kelak, sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Menutut ilmu itu wajib bagi setiap
orang islam”.
Al – qur’an (kitab suci umat islam) mengandung ilmu pengetahuan yang pasti dan tidak ada
pertentangan di dalamnya. Di dalam Al-qur’an terdapat kurang lebih 750 rujukan yang
berkaitan dengan ilmu, sementara tidak ada agama atau kebudayaan yang lain yang
menegaskan dengan begitu tegas akan pentingnya ilmu dalam kehidupan manusia untuk
menjamin kebahagiaannya di muka bumi ini dan di akhirat.
Ilmu yang terkandung dalam al-Qur’an antara lain ialah ilmu yang berhubungan dengan
kemasyarakatan yang memberi pedoman dan petunjuk dan juga terdapat maklumat atau
isyarat tentang perkara – perkara yang telah menjadi tumpuan kajian sains, misalnya
Kekuatan akal atau rasio manusia dalam realitas faktualnya tidaklah cukup untuk
menyingkap tabir rahasia kejadian dan kehidupan di alam semesta. Alasan logisnya,
manusia adalah makhluk yang merupakan sesuatu yang diciptakan dan berada dalam
keterbatasan, yang tak terbatas adalah Sang Kholik. Dengan demikian manusia adalah
11
noktah penciptaan dari totalitas ciptaan yang ada, yang mana kemampuan pengetahuannya
sangatlah bergantung pada kemurahan Sang Kholik.
Dalam hal ini islam sebagai ajaran yang datang dari Al-Kholiq sudah tentu lebih tinggi
kedudukannya dibandingkan sains. Artinya, realitas kebenaran yang ada dalam islam yang
mana bersumber dari wahyu lebih terjamin, sifatnya absolut dan bisa dipercaya karena ia
tidak datang dari kemampuan manusia yang terbatas.
Islam mengajarkan manusia untuk melakukan nazhar (mengadakan observasi dan penilitian
ilmiah) terhadap segala macam peristiwa alam diseluruh jagad ini dan juga terhadap
lingkungan masyarakat serta historisitas bangsa-bangsa terdahulu. Seperti dalam firmanNya
dalam surat Yunus ayat 101 “Lihatlah apa-apa yang dilangit dan dibumi…” dan surat Ali
Imron ayat 137 “Sesungguhnya telah berlaku sebelum kamu sunnah-sunnah Allah. Maka
berjalanlah kamu di muka bumi dan lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang
mendustakan agama”.
Dari penjelasan di atas dapat kita kritisi tentang perbedaan nazhar yang diperintahkan Allah
dan nazhar yang biasa dilakukan dalam sains. Berbeda dengan nazhar pada sains, yang
hanya menitik beratkan pada observasi dan eksplorisasi ilmiah untuk meneliti substansi
material alam semesta, nazhar yang diperintahkan agama tidak hanya sekedar kerja rasio dan
rasa, tetapi juga didorong aktif oleh manifestasi iman kepada Allah. Dengan demikian islam
mengajarkan bahwa segala sesuatu yang kita selidiki dan teliti secara mendalam itu adalah
terbatas pada ciptaan Allah dan semata-mata dalam rangka menigkatkan iman manusia
kepada Allah.
Di era modern ini sains sangatlah di unggulkan, pekerjaan manusia menjadi lebih mudah
dan ringan karena kemajuan dari sains dan teknologi. Selain memudahkan manusia dalam
menjalani aktifitas sehari-hari, sains juga mempunyai peran penting dalam peribadatan umat
islam.
Adapun peran sains dalam peribadatan muslim antara lain dalam penentuan waktu sholat,
penentuan arah qiblat, penentuan 1 ramadhan dan 1 syawal. Dalam penentuan waktu sholat,
al-qur’an dan hadits sebenarnya sudah menjelaskan hal tersebut namun masih bersifat
kualitatif sebab belum disebutkan pukul berapa awal setiap waktu sholat. Akan tetapi dari
hadits dan sumber-sumber lainnya, akhrinya para ulama dan ahli hisab atau ahli astronomi
dapat menyebutkan waktu sholat secara kuantitatif. Selain itu sains juga memiliki andil
dalam penentuan arah qiblat. Dalam penentuan arah qiblat biasanya menggunakan rumus-
rumus segitiga bola dan rumus-rumus sinar matahari.
Itulah beberapa peran dari sains terhadap islam dalam hal penerapan sains untuk
kesempurnaan peribadatan seorang muslim.
Keinginan atau obsesi akan bangkitnya kembali peradaban Islam secara jujur lahir dari
bentuk romantisisme terhadap sejarah masa lampau. Walau begitu, keinginan itu tentunya
sesuatu yang wajar. Bahkan menjadi kewajiban setiap muslim untuk dapat membangun
12
suatu peradaban yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Karena itu, catatan sejarah di atas akan
membuat kita lebih bijak dalam melihat ke arah mana kita akan menuju.
Satu hal yang jelas adalah sebuah peradaban baru dapat berdiri kokoh jika berhasil
membangun suatu sistem pengetahuan yang mapan. Bangkitnya peradaban Islam akan
sangat tergantung pada keberhasilan dalam bidang sains melalui prestasi institusional dan
epistemologis menuju pada proses dekonstruksi epistemologi sains moderen yang
memungkinkan nilai-nilai Islam terserap secara seimbang ke dalam sistem pengetahuan
yang dibangun tanpa harus menjadikan sains sebagai alat legitimasi agama dan sebaliknya.
Ini sejalan dengan gagasan islamisasi pengetahuan yang pernah dilontarkan oleh Ismail Raji
Al-faruqi.
Mengapa masyarakat Islam perlu melakukan reformasi sains moderen? Bukankah sains
moderen telah begitu banyak memberikan manfaat bagi manusia? Pernyataan ini mungkin
benar jika kita melihat tanpa sikap kritis bagaimana sains moderen membuat kehidupan
(sekelompok) manusia menjadi lebih sejahtera. Argumen yang masuk akal datang dari Sal
Restivo yang mengungkap bagaimana sains moderen adalah sebuah masalah sosial karena
lahir dari sistem masyarakat moderen yang cacat.
Secara historispun kita bisa memahami bagaimana sains moderen lahir sebagai mesin
eksploitasi sistem kapitalisme. Paul Feyerabend bahkan mengkritik sains moderen sebagai
ancaman terhadap nilai-nilai demokrasi, kualitas hidup manusia, dan bahkan kelangsungan
hidup bumi beserta isinya. Dalam kondisisi seperti ini, Islam semestinya dapat menjadi
suatu alternatif dalam mengembangkan sains ke arah yang lebih bijak.
Walau begitu, islamisasi pengetahuan adalah sebuah proyek ambisius untuk tidak
menyebutnya utopia. Proyek islamisasi pengetahuan yang sarat dengan nilai akan sangat
sulit tercapai karena bertentangan dengan dogma sains moderen yang mengklaim dirinya
sebagai “bebas” nilai sehingga bersifat netral dan universal. Klaim netralitas dan
universalitas sains moderen itu sendiri pada dasarnya bermasalah. Netralitas justru menjadi
tempat perlindungan bagi sains moderen dari kritik terhadap berbagai permasalahan sosial
yang diproduksinya. Sementara universalitas tidak lebih dari sekedar alat hegemoni sains
moderen terhadap sistem pengetahuan yang lain.
Studi sosial dan kultural terhadap sains moderen yang dilakukan beberapa sarjana memberi
cukup bukti bahwa sains dan pengetahuan yang dihasilkannya selalu bersifat kultural,
terkonstruksi secara sosial, dan tidak pernah lepas dari kepentingan ekonomi dan politik.
Inilah tantangan terbesar bagi saintis muslim dalam upaya membangun sistem pengetahuan
yang islami.
Kenyataan bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di
dunia selalu dikaitkan dengan harapan akan bangkitnya Islam di negara ini. Fakta kuantitatif
ini sayangnya belum cukup bagi kita untuk bersikap optimis. Kendala besar bagi cita-cita
tersebut ada pada dua sisi. Sisi pertama adalah masih lemahnya tradisi ilmiah di Indonesia.
Walaupun Indonesia memiliki perguruan tinggi yang cukup berkualitas, kegiatan ilmiah
yang sehat, khususnya dalam bidang sains, dalam menghasilkan pengetahuan yang orisinil
masih jauh dari harapan.
13
Kondisi ini menjadi lebih lemah lagi karena terpisahnya sains dan filsafat dalam wacana
akademik. Masuknya sains dalam kategori ilmu eksakta sementara filsafat sebagai ilmu non-
eksakta adalah indikasinya. Padahal kategori eksakta dan non-eksakta tersebut bersifat ilusif.
Ini menyebabkan tidak terbentuknya suatu tradisi filsafat kritik sains yang mapan, dan
sebaliknya, sains berjalan sendiri seolah-olah dia bersifat otonom.
Pada sisi kedua, merujuk pada tesis Nurcholish Majid, satu kenyataan bahwa masyarakat
Islam di Indonesia tidak mewarisi tradisi intelektual peradaban Islam ketika masa keemasan.
Islam muncul di Indonesia justru ketika tradisi intelektual Islam sedang mengalami
penurunan di tempat asalnya sehingga tradisi intelektual tersebut tidak sempat terserap
dalam sistem sosial dan kebudayaan. Disamping itu, salah satu syarat tumbuhnya tradisi
intelektual adalah adanya sikap keterbukaan atau inklusivitas karena suatu sistem
pengetahuan baru dapat terbentuk dengan baik jika berada dalam sistem sosial yang
menghargai perbedaan dan keberagaman pemikiran. Hal ini menjadi isu penting mengingat
masih kuatnya eksklusivitas di berbagai lapisan masyarakat Islam di Indonesia.
Sebagai penutup, apa yang diuraikan di atas adalah suatu bentuk kepedulian terhadap Islam
dan sains di Indonesia yang patut mendapat perhatian publik secara terus menerus untuk
membangkitan semangat dan tradisi kritik sains sekaligus kritik bagi masyarakat Islam di
Indonesia. Dan karenanya studi relasi antar sains dan Islam seharusnya menjadi agenda
penting, baik dalam tradisi filsafat Islam maupun dalam wacana sains di level teoritis
maupun praksis.
BAB III
A.PAPARAN PEMBAHASAN
-undang hanya boleh diterapkan terhadap peristiwa yang disebut dalam undang-
undang, dan terjadi setelah undang-undang itu dinyatakan berlaku; (b) undang-
undang yang dibuat peguasa yang lebih tinggi mempunyai kedudukan yang
lebih tinggi pula; (c) undang- undang yang bersifat khusus mengesampingkan
undang-undang yang
bersifat umum jika pembuatnya sama; (d) undang-undang yang berlaku belakangan,
membatalkan undang-undang yang berlaku terdahulu; (e) undang- undang tidak dapat
diganggu gugat; (f) undang- undang merupakan suatu sarana untuk mencapai
kesejahteraan spiritual dan material bagi masyarakat maupun pribadi seseorang.
● Faktor Masyarakat
Karena penegakan hukum berasal dari masyarakat dan untuk masyarakat
dalam arti umum, maka masyarakat adalah salah satu fenomena yang sangat
mempengaruhi penegakan hukum. Dari sudut sosial dan budaya, masyarakat
Indonesia merupakan masyarakat majemuk (plural society) dengan sekian
banyak golongan etnik dan budaya. Disamping itu, bagian terbesar penduduk
tinggal di wilayah pedesaan yang berbeda gaya hidup pada wilayah perkotaan.
Karena itu, para penegak hukum harus memperhatikan stratifikasi sosial, tatanan
16
status dan peranan yang ada di lingkungan tersebut. Setiap stratifikasi sosial
pasti ada dasar-dasarnya, seperti kekuasaan,
terhadap stratifikasi sosial tersebut, akan dapat diketahui lambang- lambang kedudukan yang berlaku
dengan segala macam gaya, disamping akan dapat diketahui pula faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuasaan dan wewenang beserta penerapannya di dalam kenyataan.
Karena itu para pembuat dan penegak hukum harus memahami masyarakat dimana
hukum akan diterapkan.
a. Faktor kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya dari faktor-faktor
lainnya yang mempengaruhi penegakan hukum. Sebab kebudayaan (sistem) hukum
pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai
mana merupakan konsepsi- konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik
(sehingga dianutnya), dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari). Nilai- nilai
tersebut lazimnya merupakan pasangan nilai-nilai yang mencerminkan dua keadaan
ekstrim yang harus diserasikan. Pasangan nilai yang dimaksud Adalah terhadap
stratifikasi sosial tersebut, akan dapat diketahui lambang- lambang kedudukan yang
berlaku dengan segala macam gaya, disamping akan dapat diketahui pula faktor-
faktor yang mempengaruhi kekuasaan dan wewenang beserta penerapannya di dalam
kenyataan. Karena itu para pembuat dan penegak hukum harus memahami
masyarakat dimana hukum akan diterapkan.
pengaruh dari kegiatan modernisasi dibidang material tidak mustahil akan menempatkan
nilai kebendaan pada posisi yang lebih tinggi daripada nilai keakhlakan. Penempatan nilai
17
kebendaan pada posisi yang lebih tinggi dan lebih penting, akan mengakibatkan berbagai
aspek proses hukum akan mendapat penilaian dari segi kebendaan belaka.
BAB IV
Agama Islam mengarungi umatnya agar peduli terhadap nasib orang lain. Jangan
sampai orang lain terjerumus dalam kesesatan. Dalam ayat 104 Surah Ali 'Imran
tersebut, Allah Ta'ala mengingatkan umat islam agar diantara mereka ada yang
bertanggung jawab membina masyarakat disekitarnya dengan cara melakukan amar
ma'ruf nahi munkar. Amar ma'ruf artinya perintah agar melakukan perbuatan-
perbuatan baik, sedangkan nahi munkar berarti mencegah atau menghalangi
timbulnya perbuatan yang dilarang oleh ajaran Islam.
Kata ma'ruf berasal dari kata urf yang artinya, terlihat, diimplementasikan, atau
diterima. Karena perbuatan terpuji mudah dikenal, menerapkan, menerapkan, dan
diterima oleh masyarakat, maka orang yang mengerjakannya akan dikenal dengan orang
yang baik, karena dapat menggunakan akal sehatnya. Munkar berarti yang dibenci, tidak
disenangi, dan ditolak. Karena perbuatan itu tidak layak, tidak patut, dan tidak pantas
dilakukan oleh siapa pun, sebab bertentangan dengan norma-norma agama dan akal
sehat. Maka orang yang melakukan kemunkaran akan tidak baik oleh masyarakat.
Kata munkar itu maknanya lebih luas dari kata maksiat. Dosa maksiat itu eratnyanya
dengan ta'lif (pembebanan terhadap hukum). Sedangkan kemunkaran situasi demikian.
Misalnya ada anak kecil (belum baligh) atau orang gila (tidak berakal) sedang pesta
minuman keras, maka kita wajib membubarkannya, karena itu perbuatan munkar.
Meskipun demikian bagi tidak adanya suatu perbuatan yang disebut maksiat atau
mendatangkan dosa, tetapi perbuatan tersebut adalah perbuatan munkar
Kegiatan amar ma'ruf nahi munkar sering disebut sebagai kegiatan dakwah Islamiyah.
Karena itu jangan segan-segan beramar ma'ruf nahi munkar, agar kita dapat menikmati
kehidupan masyarakat yang bahagia, aman, tentram dan sejahtera. Malah jika sudah tidak
ada lagi yang mau melakukan amar ma'ruf nahi munkar, sudah dipastikan kehidupan
dalam masyarakat akan menjadi kacau balau. merajalelanya kemunkaran yang menjadi
penyakit masyarakat akan berakibat malapetaka seperti yang pernah terjadi pada kaum
Bani Israil dalam Qur'an Surah Al-Maidah ayat 78-79 yang artinya “Orang-orang kafir
dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Daud dan Isa puta Maryam. Yang
18
demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melebihi batas. Mereka tidak saling
mencegah mencegah munkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh sangat buruk apa
yang selalu mereka perbuat itu ”
Pada hakikatnya amar ma’ruf nahi munkar merupakan bagian dari upaya menegakkan
agama dan kemaslahatan di tengah-tengah umat. Secara spesifik amar ma’ruf nahi munkar
lebih dititiktekankan dalam mengantisipasi maupun menghilangkan kemunkaran, dengan
tujuan utamanya menjauhkan setiap hal negatif di tengah masyarakat tanpa menimbulkan
dampak negatif yang lebih besar. Menerapkan amar ma’ruf mungkin mudah dalam batas
tertentu tetapi akan sangat sulit apabila sudah terkait dengan konteks bermasyarakat dan
bernegara. Oleh karena itu orang yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar harus mengerti
betul terhadap perkara yang akan ia tindak, agar tidak salah dan keliru dalam bertindak.
Menerapkan amar ma’ruf mungkin mudah dalam batas tertentu tetapi akan sangat sulit
apabila sudah terkait dengan konteks bermasyarakat dan bernegara. Oleh karena itu orang
yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar harus mengerti betul terhadap perkara yang
akan ia tindak, agar tidak salah dan keliru dalam bertindak. Syekh an-Nawawi Banten di
dalam kitab beliau, Tafsir Munir berkata, “Amar ma’ruf nahi munkar termasuk fardlu
kifayah. Amar ma’ruf nahi munkar tidak boleh dilakukan kecuali oleh orang yang tahu betul
keadaan dan siasat bermasyarakat agar ia tidak tambah menjerumuskan orang yang
diperintah atau orang yang dilarang dalam perbuatan dosa yang lebih parah. Karena
sesungguhnya orang yang bodoh terkadang malah mengajak kepada perkara yang batil,
memerintahkan perkara yang munkar, melarang perkara yang ma’ruf, terkadang bersikap
keras di tempat yang seharusnya bersikap halus dan bersikap halus di dalam tempat yang
seharusnya bersikap keras.” (Syekh an-Nawawi al-Jawi, Tafsir Munir, Beirut, Dar al-Kutub
al-Ilmiyyah, 2005, cetakan ketiga, jilid II, halaman 59) Terlebih dalam persoalan yang
berpotensi menimbulkan problematika sosial keamanan yang lebih besar. Dalam
kemungkaran seperti ini kewenangan amar ma’ruf nahi mungkar tidak diserahkan pada
perseorangan ataupun kelompok, akan tetapi hanya diserahkan kepada pemerintah. Dan
pemerintah harus menerapkan kebijakan atas dasar prinsip maslahat dengan tetap dilandasi
nilai-nilai agama yang benar.
Selain itu, beberapa tahapan atau prosedur harus dilakukan dalam realisasi pelaksanaan amar
ma’ruf. Tidak semudah kita menaiki tangga, akan tetapi harus melalui tahapan yang paling
ringan, baru kemudian melangkah pada hal yang agak berat
: ان
ِ اْلي َم
ِ ف ُ سانِ ِه َو َمن لَم يَستَطِ ع فَ ِبقَل ِب ِه َوذَلِكَ أَض َع
َ َمن َرأَى مِ ن ُكم ُمنك ًَرا فَليُغ َِيرهُ ِبيَ ِد ِه فَإِن لَم يَستَطِ ع فَ ِب ِل
19
“Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka hendaknya ia menghilangkannya
dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Orang yang tidak mampu
_dengan lisannya_, maka dengan hatinya. Dan dengan hati ini adalah lemah-lemahnya
iman.” (HR. Muslim)
Maksud dari hadits ini bukanlah seperti yang banyak disalahpahami oleh orang-orang yang
beranggapan bahwa kalau mampu menghilangkan dengan tangan maka harus langsung
dengan tangan. Anggapan seperti ini salah besar dan bertentangan dengan nilai rahmat
(belas kasih) di dalam Islam. Akan tetapi pemahaman yang benar dari hadits di atas adalah,
seseorang yang melihat kemunkaran dan ia mampu menghilangkan dengan tangan, maka ia
tidak boleh berhenti dengan lisan jika kemungkaran tidak berhenti dengan lisan, dan orang
yang mampu dengan lisan, maka ia tidak boleh berhenti hanya dengan hati.
وال تكفي كراهة القلب لمن قدر على النهي باللسان،وال يكفي الوعظ لمن أمكنه إزالته باليد
“Tidak cukup memberi nasihat bagi orang yang mampu menghilangkan kemunkaran dengan
tangan. Dan tidak cukup ingkar di dalam hati bagi orang yang mampu mencegah
kemunkaran dengan lisan.” (Muhyiddin Abu Zakariya an-Nawawi, Raudlatut Thâlibîn,
Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2005, cetakan kelima, jilid V, halamann 123).
Dalam proses amar ma’ruf nahi munkar, tetap harus mendahulukan tindakan yang paling
ringan sebelum bertindak yang lebih berat. Syekh Abdul Hamid asy-Syarwani berkata di
dalam kitabnya, Hasyiyah asy-Syarwani
: فإذا حصل التغيير بالكالم اللين فليس له التكلم بالكالم. والواجب على اآلمر والناهي أن يأمر وينهى باألخف ثم األخف
الخشن وهكذا كما قاله العلماء
“Wajib bagi orang yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar untuk bertindak yang paling
ringan dulu kemudian yang agak berat. Sehingga, ketika kemungkaran sudah bisa hilang
dengan ucapan yang halus, maka tidak boleh dengan ucapan yang kasar. Dan begitu
seterusnya).” (Syekh Abdul Hamid asy-Syarwani, Hasyiyah asy-Syarwani ala Tuhfahtil
Muhtaj, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2003 cetakan keempat, jilid 7, halaman 217)
Dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar, seseorang harus lebih arif dan bijak karena
terkadang dalam menghasilkan tujuan amar ma’ruf nahi mungkar, seseorang harus
menghilangkannya sedikit demi sedikit, tidak memaksakan harus hilang seluruhnya dalam
waktu seketika itu.
: ينبغي لمن أمر بمعروف أو نهى عن منكر أن يكون برفق وشفقة على الخلق يأخذهم بالتدريج فإذا رآهم تاركين ألشياء من
الواجبات فليأمرهم باألهم ثم األهم فإذا فعلوا ما أمرهم به انتقل إلى غيره وأمرهم وخوفهم برفق وشفقة مع عدم النظر منه لمدحهم
20
وذمهم وعطاءهم ومنعهم وإال وقعت المداهنة وكذا إذا ارتكبوا منهيات كثيرة ولم ينتهوا بنهيه عنها كلها فليكلمهم في بعضها حتى
ينتهوا ثم يتكلم في بعضها حتى ينتهوا ثم يتكلم في غيرها وهكذا.
“Bagi orang yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar harus bersikap lembut dan belas
kasih kepada manusia, ia harus bertindak pada mereka dengan bertahap. Ketika ia melihat
mereka meninggalkan beberapa kewajiban, maka hendaknya ia memerintahkan pada mereka
dengan perkara wajib yang paling penting kemudian perkara yang agak penting. Kemudian
ketika mereka telah melaksanakan apa yang ia perintahkan, maka ia berpindah pada perkara
wajib lainnya. Hendaknya ia memerintahkan pada mereka dan menakut-nakuti mereka
dengan lembut dan belas kasih... begitu juga ketika mereka melakukan larangan-larangan
agama yang banyak dan mereka tidak bisa meninggalkan semuanya, maka hendaknya ia
berbicara kepada mereka di dalam sebagiannya saja hingga mereka menghentikannya
kemudian baru berbicara sebagian yang lain, begitu seterusnya.” (al-Habib Zain bin Sumith,
al-Minhaj as-Sawi, Jeddah, Dar al-Minhaj, 2006 cetakan ketiga, halaman 316-317)
Amar ma’ruf nahi munkar hukumnya fardlu kifayah. Pada kemunkaran tingkat tertentu, hak
amar ma’ruf hanya bisa dimiliki pemerintah bukan perseorangan atau kelompok. Dilakukan
semampunya tanpa memaksakan di atas kemampuan. Pelaksanaannya harus bertahap dari
hal yang paling ringan kemudian hal yang agak berat, dan seterusnya. Tidak menimbulkan
fitnah yang lebih besar bagi diri maupun orang lain.
Ketika kita lihat amar ma’ruf yang ada di Indonesia, mayoritas persyaratan tidak bisa
terpenuhi dengan baik. Karena terkadang pelaksanaan yang seharusnya menjadi tugas
pemerintah, secara sewenang-wenang dilakukan oleh oknum individu maupun kelompok.
Belum cukup sampai di situ, cara, sasaran maupun media yang digunakan tidak
mencerminkan amar ma’ruf yang beretika Islam. Dengan realita seperti ini, amar ma’ruf
tidak akan menjadi kemashlahatan, namun justru menimbulkan dampak negatif yang lebih
besar dan menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat.
Amar ma’ruf nahi mungkar adalah kewajiban bagi tiap-tiap muslim yang memiliki
kemampuan. Artinya, jika ada sebagian yang melakukannya, yang lainnya terwakili. Dengan
kata lain, hukumnya fardhu kifayah.
Namun, boleh jadi, hukumnya menjadi fardhu ‘ain bagi siapa yang mampu dan tidak ada
lagi yang menegakkannya. Al-Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Amar ma’ruf
nahi mungkar menjadi wajib ‘ain bagi seseorang, terutama jika ia berada di suatu tempat
yang tidak ada seorang pun yang mengenal (ma’ruf dan mungkar) selain dirinya; atau jika
tidak ada yang dapat mencegah yang (mungkar) selain dirinya. Misalnya, saat melihat anak,
istri, atau pembantunya, melakukan kemungkaran atau mengabaikan kebaikan.” (Syarh
Shahih Muslim)
21
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Amar ma’ruf nahi mungkar adalah
fardhu kifayah. Namun, terkadang menjadi fardhu ‘ain bagi siapa yang mampu dan tidak ada
pihak lain yang menjalankannya.”
Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah mengemukakan hal yang sama,
“Ketika para da’i sedikit jumlahnya, kemungkaran begitu banyak, dan kebodohan
mendominasi, seperti keadaan kita pada hari ini, maka dakwah (mengajak kepada kebaikan
dan menjauhkan umat dari kejelekan) menjadi fardhu ‘ain bagi setiap orang sesuai dengan
kemampuannya.”
Dengan kata lain, kewajibannya terletak pada kemampuan. Dengan demikian, setiap orang
wajib menegakkannya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu, dengarlah serta taatlah
dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu. Dan barang siapa dijaga dirinya dari
kekikiran, mereka itulah orang yang beruntung.” (at-Taghabun: 16)
Kemampuan, kekuasaan, dan kewenangan adalah tiga hal yang terkait erat dengan proses
amar ma’ruf nahi mungkar. Yang memiliki kekuasaan tentu saja lebih mampu dibanding
yang lain sehingga kewajiban mereka tidak sama dengan yang selainnya.
Al-Qur’an telah menunjukkan bahwa amar ma’ruf nahi mungkar tidak wajib bagi tiap-tiap
individu (wajib ‘ain), namun secara hukum menjadi fardhu kifayah. Inilah pendapat yang
dipegangi mayoritas para ulama, seperti al-Imam al-Qurthubi, Abu Bakar al-Jashash, Ibnul
Arabi al-Maliki, Ibnu Taimiyah, dan lain-lain rahimahumullah.
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah
orang-orangyangberuntung.”(AliImran:104)
ان
ِ اْلي َم
ِ ف ُ َسانِ ِه فَإِن لَم يَستَطِ ع فَبِقَلبِ ِه َوذَلِكَ أَضع
َ َمن َرأَى مِ ن ُكم ُمنك ًَرا فَليُغَيِرهُ بِيَ ِد ِه فَإِن لَم يَستَطِ ع فَبِ ِل
“Siapa di antara kalian yang melihat suatu kemungkaran, maka cegahlah dengan tangannya.
Jika belum mampu, cegahlah dengan lisannya. Jika belum mampu, dengan hatinya, dan
pencegahan dengan hati itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim no. 70 dan lain-lain)
Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan kita agar kita beribadah dan menjalankan ketaatan
kepada-Nya sebaik mungkin. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
22
“(Dialah) yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (al-Mulk: 2)
Amar ma’ruf nahi mungkar adalah ibadah, ketaatan, dan amal saleh. Karena itu, harus
dilakukan dengan benar dan penuh keikhlasan agar menjadi amalan saleh yang diterima. Al-
Imam Fudhail Ibnu Iyadh rahimahullah mengemukakan bahwa suatu amalan meskipun
benar tidak akan diterima jika tidak ada keikhlasan, begitu pun sebaliknya. Keikhlasan
berarti semata-mata karena Allah subhanahu wa ta’ala, sedangkan kebenaran berarti harus
berada di atas sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Para penegak amar ma’ruf nahi mungkar hendaknya memerhatikan dan memenuhi beberapa
syarat berikut.
1.Syarat pertama
Dalam kaitannya dengan amar ma’ruf nahi mungkar, ilmu yang harus dimiliki meliputi tiga
hal, antara lain: Mengetahui yang ma’ruf dan yang mungkar serta dapat membedakan antara
keduanya; Mengetahui dan memahami keadaan objek yang menjadi sasarannya; serta
mengetahui dan menguasai metode atau langkah yang tepat dan terbaik sesuai dengan
petunjuk jalan yang lurus (ketentuan syariat). Tujuan utamanya adalah supaya tercapai
maksud yang diinginkan dari proses amar ma’ruf nahi mungkar dan tidak menimbulkan
kemungkaran yang lain.
2.Syarat kedua
“Sesungguhnya Allah Mahalembut dan menyukai sikap lemah lembut dalam tiap urusan.
Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan kepada sikap lemah lembut sesuatu yang tidak
akan diberikan kepada sikap kaku atau kasar dan Allah subhanahu wa ta’ala akan
memberikan apa-apa yang tidak diberikan kepada selainnya.” (HR. Muslim “Fadhlu ar-
Rifq” no. 4697, Abu Dawud “Fi ar-Rifq” no. 4173, Ahmad no. 614, 663, 674, dan 688, dan
ad-Darimi “Bab Fi ar-Rifq” no. 2673)
ُالرفقَ َال َي ُكو ُن فِي شَيءٍ ِإ َّال زَ انَهُ َو َال يُنزَ عُ مِ ن شَيءٍ ِإ َّال شَانَه
ِ ِإ َّن
23
“Tidaklah sikap lemah lembut itu ada dalam sesuatu, melainkan akan menghiasinya, dan
tidaklah sikap lemah lembut itu dicabut dari sesuatu, melainkan akan menghinakannya.”
(HR. Muslim no. 4698, Abu Dawud no. 2119, dan Ahmad no. 23171, 23664, 23791)
Al-Imam Sufyan ibnu Uyainah rahimahullah mengatakan, “Tidak boleh beramar ma’ruf dan
bernahi mungkar selain orang yang memiliki tiga sifat: lemah lembut, bersikap adil
(proporsional), dan berilmu yang baik.”
Termasuk sikap lemah lembut apabila senantiasa memerhatikan kehormatan dan perasaan
manusia. Oleh karena itu, dalam beramar ma’ruf nahi mungkar hendaknya mengedepankan
kelembutan dan tidak menyebarluaskan aib atau kejelekan. Kecuali, mereka yang cenderung
senang dan bangga untuk menampakkan aibnya sendiri dengan melakukan kemungkaran
dan kemaksiatan secara terang-terangan. Sebab itu, tidak mengapa untuk mencegahnya
dengan cara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi.
3.Syarat ketiga
Tenang dan sabar menghadapi kemungkinan adanya gangguan setelah beramar ma’ruf nahi
mungkar.
Gangguan seolah-olah menjadi suatu kemestian bagi para penegak amar ma’ruf nahi
mungkar. Oleh karena itu, jika tidak memiliki ketenangan dan kesabaran, tentu kerusakan
yang ditimbulkannya jauh lebih besar daripada kebaikan yang diinginkan.
Al-Imam ar-Razi rahimahullah menjelaskan bahwa orang yang beramar ma’ruf nahi
mungkar itu akan mendapat gangguan, maka urusannya adalah bersabar.
Al-Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga mengemukakan bahwa para rasul adalah
pemimpin bagi para penegak amar ma’ruf nahi mungkar. Allah subhanahu wa ta’ala telah
memerintah mereka semua agar bersabar, seperti firman-Nya:
Allah subhanahu wa ta’ala juga menyebutkan wasiat Luqman kepada putranya dalam
firman-Nya:
24
“Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang ma’ruf dan
cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu,
sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.” (Luqman: 17)
Seseorang yang beramar ma’ruf nahi mungkar berarti telah memosisikan dirinya sebagai
penyampai kebenaran. Padahal tidak setiap orang ridha dan suka dengan kebenaran. Oleh
karena itu, ia pasti akan mendapat gangguan, dan itu menjadi cobaan serta ujian baginya.
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami
telah beriman’, dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang
sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti
mengetahui orang-orang yang dusta.” (al-‘Ankabut: 2—3)
BAB V
A.PAPARAN PEMBAHASAN
Hidup manusia saat ini telah berada di akhir zaman , dan sudah dekat dengan waktu hari
kiamat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam telah menjelaskan dalam sejumlah
hadisnya tentang dekatnya dengan hari kiamat ini. Walaupun, kapan akan hari kiamat,
seberapa lama lagi hari kiamat, itu adalah ilmu yang di rahasiakan di sisi Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
Akan datang suatu masa di mana bangsa mengeroyok kalian seperti orang rakus merebutkan
makanan di atas meja, ditanyakan (kepada Rasulullah saw) apakah karena di saat itu jumlah
kita sedikit? Jawab Rasulullah saw, tidak bahkan kamu saat itu mayoritas tetapi kamu
seperti buih di atas permukaan air banjir, hanya mengikuti kemana air banjir mengalir
(artinya kamu hanya ikut-ikutan pendapat kebanyakan orang seakan-akan kamu tidak punya
pedoman hidup) sungguh Allah telah mencabut rasa takut dari dada musuh-musuh kamu,
dan mencampakkan di dalam hatimu 'al-wahn' ditanyakan (kepada Rasulullah) apakah al-
wahn itu ya Rasulullah? Jawabnya: wahn adalah cinta dunia dan benci mati
َّ َللاُ ال
, َشاك ِِرين َّ سيَج ِزي
َ و: قال, وبمايفتنون ليحذروا, وبما يكرهون ليصبروا, الحمد هلل يبتلى عباده بما يحبون ليشكروا
عظِ ي ٌم وأشهد أن الأله إال َ وقال إِنَّ َما أَم َوالُ ُكم َوأَو َالدُ ُكم فِتنَةٌ َوهللاُ عِندَهُ أَج ٌر, ب َ ِصابِ ُرونَ أَج َرهُم بِغَي ِر ح
ٍ سا َّ وقال إِنَّ َما ي َُوفَّى ال
وأشهد أن سيدنا محمدا رسول هللا سأل ربه أن يجيره, وقانا بتعاليم دينه الفتن ماظهرمنها وما بطن وهو الحكيم العليم, هللا
وقال اللهم أالطف لي فى تيسير كل عسير فان تيسير كل عسير عليك يسير, من حزي الدنيا وفتنتها ومن عذاب األخرة
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه الذين تلقوا البالء بالصبر. وأسألك اليسر والمعافاة فى الدنيا واألخرة
مايزال البالء بالمؤمن والمؤمنة فى نفسه وولده وماله حتى يلقى هللا: ونصب أعينهم قوله صلى هللا عليه وسلم, والرضا
وقد فاز المتقون, فيا عبادهللا أوصيكم ونفسى بتقوى هللا, أمابعد. وما عليه خطيئة.
25
Kaum Muslimin Rahimakumullah Marilah kita tingkatkan taqwa kita kepada Allah swt
dengan melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi segala larangannya karena dengan
taqwa, fa insyaallah kita mendapatkan kebahgiaan di dunia dan di akhirat (allahumma
amin). Kaum muslimin Rahimakumullah Salah satu mu'jizat Rasulullah saw Nabiyyur
Rahmah (seorang nabi yang paling sayang kepada umatnya) adalah sabda beliau yang
menjelaskan kondisi umat di masa yang akan datang, sabda tadi diriwayatkan oleh sahabat
Hudzaifah Ibn Yaman ra. Di mana beliau berkata:
كان الناس يسألون رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عن الخير وكنت أسأله عن الشر مخافة أن يدركني فقلت يا رسول هللا
إنا كنا في جاهلية وشر فجاءنا هللا بهذا الخير فهل بعد هذا الخير شر قال نعم فقلت هل بعد ذلك الشر من خير قال نعم وفيه
دخن قلت وما دخنه قال قوم يستنون بغير سنتي ويهدون بغير هديي تعرف منهم وتنكر فقلت هل بعد ذلك الخير من شر
قال نعم دعاة على أبواب جهنم من أجابهم إليها قذفوه فيها فقلت يا رسول هللا صفهم لنا قال نعم قوم من جلدتنا ويتكلمون
بألسنتنا قلت يا رسول هللا فما ترى إن أدركني ذلك قال تلزم جماعة المسلمين وإمامهم فقلت فإن لم تكن لهم جماعة وال
إمام قال فاعتزل تلك الفرق كلها ولو أن تعض على أصل شجرة حتى يدركك الموت وأنت على ذلك
Orang-orang bertanya kepada Rasulullah saw tentang 'kebaikan' (Islam) sedang aku
(Hudzifah) bertanya tentang 'kejelekan' karena aku khawatir kejelekan itu menimpa pada
diriku. Aku bertanya (Hudzifah) "wahai Rasulullah kita dahulu pernah hidup di zaman
jahiliyah yang penuh keburukan, kemudian ember lillah- Allah menggantikannya dengan
kebaikan (Islam), apakah setelah kebaikan (Islam) ini akan muncul suatu kejelekan kembali?
Kemudian Rasulullah saw menjawab : ya, ada. Kemudian aku (Hudzaifah) bertanya: apakah
setelah kejelekan yang terjadi itu akan muncul kembali kebaikan (Islam)? Beliau (Rasulullah
saw) menjawab: ya, masih ada, tetapi kebaikan itu tidak murni, ada kekaburan (campuran)
nya. Kemudian aku (Hudzaifah) bertanya: apa kekaburannya wahai Rasulullah? Rasulullah
menjawab: yaitu kelompok (kaum) yang mengaku muslim tetapi perbuatannya tidak murni
menurut sunnahku (ada campuran/kotoran-kotoran aqidah dan faham yang tidak menurut
sunahku), dan mereka memberi petunjuk tidak menurut petunjukku. Sebagian perbuatan
mereka ada yang kamu anggap baik karena (cocok dengan sunahku) dan sebagiannya yang
lain ada yang kamu ingkari (karena) tidak sesuai dengan sunahku (Islam). Islam dibelokkan
ajarannya oleh mereka menurut kepentingannya (kelompok mereka) dan jangan sampai ada
anggapan bahwa Islam agama yang memudar (melemah) maka ajaran Islam dirubah-rubah
oleh mereka, disesuaikan dengan perkembangan zaman (yang tambah rusak ini) Kemudian
aku (Hudzaifah) bertanya: apakah setelah kebaikan (yaitu Islam yang dibawa oleh kaum
yang tidak murni Islamnya itu) timbul kejelekan lagi, wahai Rasulullah? Jawabannya ya,
ada. Yaitu dai-dai yang berdiri di depan pintu-pintu neraka jahannam. Barang siapa yang
melaksanakan dakwah dan ajakannya, maka mereka da'i-da'i tersebut melempar orang tadi
ke dalam neraka jahannam, dai-dai itu mengaku sebagai muslim tetapi terang-terangan
dakwahnya memusuhi Islam dan bertentangan dengan Islam. Kemudian aku (Hudzaifah)
bertanya: jelaskan kami (wahai Rasululllah) sifat/identitas da'i-dai itu? Rasulullah
menjawab, mereka itulah orang yang kulitnya sama dengan kulit kita dan berbicara dengan
bahasa kita. Kemudian aku (Hudzaifah) bertanya: apa yang kamu perintahkan kepada kami
jika keadaan seperti itu menemui kami? Jawab Rasulullah: kamu harus (wajib) bergantung
dengan kelompok orang-orang Islam dan pimpinan-pimpinannya. Kemudian Kemudian aku
(Hudzaifah) bertanya: kalau sudah tidak ada kelompok orang-orang Islam dan pimpinan-
26
pimpinannya, bagaimana wahai Rasulullah? Rasulullah saw menjawab : tinggalkan semua
kelompok-kelompok yang non muslim (semuanya), berpegang teguhlah kepada Islam
walaupun kamu sendirian. Begitu pentingnya pendirian ini hingga Rasulullah saw
menggambarkannya (seakan-akan kamu menggigit pokok pohon sehingga kamu mati
sendirian dalam keadaan demikian) Kaum Muslimin Rahimakumullah Kondisi umat seperti
yang digambarkan oleh hadits Rasulullah yang diriwayatkan shabat Hudzaifah Ibnu Yaman
di atas kini menjadi kenyataan. Dimana sekarang ini umat Islam diterpa oleh bermacam-
macam fitnah yang menjadikan umatnya ini kembali kepada akhlaq zaman jahiliyyah.
Agama masyarakat mereka diliputi berbagai kejelekan, kejahatan, kehancuran dan
perselisihan. Persis seperti yang disampaikan oleh Sayyidina Umar bin Khattab dengan kata-
kata beliau:
Sesungguhnya orang yang tumbuh besar di dalam agama Islam dan tidak mengenal zaman
jahiliyah, inilah yang merusak ajaran Islam sendiri Kualitas iman umat Islam saat ini tengah
melorot jauh dibandingkan pendahulu-pendahulu mereka, jika kita cari sebabnya tidak lain
karena cinta dunia dan benci mati,
(, )ال: قال (صلى هللا عليه وسلم, قيا أ من قلة نحن يومئذ،يوشك ان تتداعى عليكم االمم كما تتداعى االكلة على قصعتها
: قالوا، وليقذفن هللا في قلوبكم الوهن، ولينزعن هللا المهابة من قلوب اعدائكم منكم، ولكنكم غثاء كغثاء السيل،بل انتم كثير
)حب الدنيا وكراهية الموت: )وما الوهن يا رسول هللا؟ قال (صلى هللا عليه وسلم
Akan datang suatu masa di mana bangsa mengeroyok kalian seperti orang rakus
merebutkan makanan di atas meja, ditanyakan (kepada rasulullah saw) apakah karena di saat
itu jumlah kita sedikit? Jawab rasulullah saw, tidak bahkan kamu saat itu mayoritas tetapi
kamu seperti buih di atas permukaan air banjir, hanya mengikuti kemana air banjir mengalir
(artinya kamu hanya ikut-ikutan pendapat kebanyakan orang seakan-akan kamu tidak punya
pedoman hidup) sungguh Allah telah mencabut rasa takut dari dada musuh-musuh kamu,
dan mencampakkan di dalam hatimu 'al-wahn' ditanyakan (kepada Rasulullah) apakah al-
wahn itu ya Rasulullah? Jawabnya: wahn adalah cinta dunia dan benci mati. Penyakit-
penyakit cinta dunia ini disebabkan merasuknya rasa cinta kepada harta, tahta, wanita, di
hati manusia. Manusia ingin kaya, pangkat tinggi, punya pengaruh hebat, terkenal dimana-
mana. Manakala keinginan ini dicapai tanpa mengikuti aturan Allah, maka inilah disebut
materialistis, faha, kebenaran seperti yang disinyalir hadits Rasulullah saw:
يأتي على الناس زمان همتهم بطونهم وشرفهم متاعهم وقبلتهم نساؤهم ودينهم دراهمهم ودنانيرهم أولئك شر الخلق ال
خالق لهم عند هللا
Akan datang kepada manusia di mana perhatianya adalah perutnya, kebanggaan mereka
adalah harta (benda) qiblatnya adalah wanita, agama mereka adalah uang dirham dan dinar,
mereka itulah makhluk paling jelek dan tidak mendapat bagian di sisi Allah. Dalam kondisi
di mana kaum muslimin mendiamkan semua kemungkaran ini berlangsung di negeri nereka,
27
maka penyakit cinta dunia merajalela. Banyak kaum muslimin yang terjerat menjadi
kapitalis matrialistis, tidakkan mereka ingat firman Allah swt.
ور ِ َّ فَ َال تَغُ َّرنَّ ُك ُم ال َح َياة ُ الدُّن َيا َو َال َيغُ َّرنَّ ُكم ِب
ُ اَلل الغ َُر
تعسى عبد الدينار تعسى عبد الدرهم تعسى عبد الخميصه تعسى عبدالخميصه ان اعطى رضى وان لم يعطى سخط
Celakalah hamba dinar dan hamba dirham, celakalah hamba pakaian jika iya diberi senang
jika tidak diberi ia marah Ungkapan hamba dinar dan dirham menunjukkan orang yang
mengabdikan diri untuk mendapatkan keuntungan materi dengan menyepelekan ajaran
Allah, hamba pakaian adalah mereka yang selalu mengikuti perkembangan mode terkini dan
trendi, yaitu mereka yang menghambur-hamburkan uang untuk mendapatkan berbagai jenis
model pakaian terbaru. Cara hidup seperti ini merupakan tipu daya (yahudi) untuk
menyesatkan umat manusia dari jalan Allah. cara hidup inilah cara hidup yang berdasarkan
system kapitalis matrialitis yang menjadikan harta dunia adalah tuhannya dan tujuan
hidupnya, sedangkan cinta dunia adalah sumber fitnah dan malapetaka. Kaum Muslimin
Rahimakumullah Oleh karena itu marilah kita dalam menghadapi zaman yang penuh fitnah
dan zaman jahiliyyah modern yang penuh kerusakan dan yang dilanda dengan perselisihan
perpecahan ini, marilah kita mengikuti pesan dan perintah Rasulullah saw yang
diriwayatkan oleh sahabat Hudzfah Ibnul Yaman RA. Di atas
yaitu bagi mereka yang mengaku sebagai orang muslim, mari bergabung dengan kelompok
saudara yang muslim, sebab Rasulullah saw bersabda
Seseungguhnya Allah tidak mengumpulkan umatkan (Islam) terhadap suatu kesesatan. Dan
marilah kita tetap menjadi muslim yang teguh, memegang iman dan prinsip/pendirian
bagaikan batu karang tak goyah karena hembusan badai duit dan krisis. Tak lekang oleh
panas dan tak lapuk oleh hujan
. طوبى لمن هدي إلى االسالم ولوكان عيشه كفافا وقنع به
Berbahagialah orang yang ditunjukkan kepada Islam walaupun hidupnya pas-pasan dan ia
terima apa yang menjadi qadha dan qadarnya. Dan ingatlah ucapan seorang syair:
28
طلع الصاح فأطفأ القنديل# وكتابه أقوى وأقوم قيال التذكروا الكتاب لسوالف عنده# أللـــه أكبر إن دين محمد
Allah adalah maha besar sesungguhnya agama Muhammad dan kitabnya adalah paling kuat
dan lurus ucapannya. Janganlah kamu sebutkan kitab-kitabnya orang karena dahulu di
sisinya sebagai perbandingan, itu adalah bagaikan perbandingan sinar suh dengan lampu,
begitu fajar suh terbit, padamlah lampu-lampu itu. Kaum muslimin Rahimakumullah
Demikianlah khutbah hari jum'at ini semoga kita menjadi muslim yang teguh imannya dan
selamat dari fitnah dan mudah-mudahan umat Islam sadar akan pentingnya persatuan
ربنا ال تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب
Ya Tuhan kami, janganlah kau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah kau
beri petunjuk kepada kami. Dan kurniakanlah rahmat dari sisi engkau karena sesungguhnya
engkaulah Maha Pemberi
29
ini sendiri merupakan bukti kebenaran sabda Rasulullah 1400 tahun yang lalu mengenai
suatu periode yang pasti dilalui oleh umat Islam. Namun, kita juga tidak menyerah dengan
apa yang menimpa kita ini.
• Fitnah dalam agama, yaitu dengan mudahnya manusia berpindah dari agama Islam.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam menjelaskan: “Cepat-cepatlah kalian beramal
shalih
sebelum datang fitnah, seperti malam yang gelap. Seorang pada pagi harinya dalam
keadaan
mukmin, kemudian pada sore harinya menjadi kafir. Pada sore harinya dalam
keadaan mukmin,
pada pagi harinya menjadi kafir; dia menjual agamanya dengan benda-benda dunia.”
(HR. Muslim)
• Fitnah kebodohan, kerakusan, dan kekacauan dengan dicabutnya ilmu agama dari
hati manusia.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Zaman semakin dekat, ilmu dicabut,
muncul fitnah-fitnah, tersebar kebakhilan-kebakhilan, banyak terjadi al-haraj. Para
sahabat bertanya, ‘Apakah al-haraj itu, ya Rasulullah?” beliau menjawab,
‘Pembunuhan.’”
(Muttafaqun ‘alaih)
Ilmu akan dicabut dari hati manusia dengan cara diwafatkannya para ulama’ ahli
ilmu
agama. Maka setelah itu akan terjadilah kebodohan dimana-mana dan akan ada
muncul da’i-da’i
yang menyeru ke dalam neraka jahanam.
Diangkatnya amanah dari manusia.
Hal ini merupakan tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat. Sebagaimana yang telah
di kabarkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam yang ketika itu datang seorang
Badui
kepada beliau dan berkata, “Kapankah hari kiamat akan terjadi?” Beliau menjawab dengan
31
Maka kita semua harus berhati-hati pada fitnah-fitnah tersebut, karena hal tersebut
akan
menghancurkan semua umat. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala: “Dan
takutlah
kepada fitnah yang tidak hanya menimpa orang yang zhalim di antara kalian semata
dan
ketahuilah, bahwa Allah memiliki adzab yang sangat pedih.” (QS. al-Anfal: 25).
DAFTAR PUSTAKA
Noordin, Sulaiman. 2000. Sains Menurut Perspektif Islam (Diterjemahkan oleh Munfaati).
Jakarta: Dwi Rama.
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an. 1990. Al-Qur’an dan
Terjemahnya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an
Ghazali, Imam, Mukasyafatul Qulub, Terj. Fatihuddin Abul Yasin, Surabaya: Terbit Terang,
1990
Iwudh, Ahmad Abduh, Mutiara Hadis Qudsi, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2006
Qasyimi, Muhammad Jalaludin, Roudhlotul Mu’minin. Terj. Abu Ridho. Semarang: Assyifa.
32
.
LAMPIRAN
B. Hadits Iman,Islam dan Ihsan
“ Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang
mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya
bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya.
Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada
kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad,
beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah,
dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan
zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “.
Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya
lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau
beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda
benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda:
“ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau
tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku
33
tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu
dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “,
34
35
36
37