Anda di halaman 1dari 7

Nama: Edwin Donny yahya

Nim : 18.1434.S

1. Gerhana matahari dan bulan


Definisi Gerhana
Gerhana matahari ( Khusufusy Syams  ) adalah hilangnya cahaya matahari sebagian atau
total pada waktu siang. Adapun gerhana bulan ( Khusuful Qamar ) adalah hilangnya cahaya
bulan sebagian atau total pada waktu malam.
 
Sabda Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam tentang Gerhana
Dari sahabat al-Mughirah bin Syu’bah, bahwa Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam 
bersabda,
َ ‫ فَإ ِ َذا َرأَ ْيتُ ُمو هُ َما فَا ْد عُوا هللاَ َو‬,‫ َوالَ لَ ِحيَاتِ ِه‬,‫ت أَ َح ٍد‬
} َ‫صلُّوا َحتَّى تَ ْن َك ِشف‬ ِ َ‫ت هللاِ الَ يَ ْن َك ِسف‬
ِ ْ‫ان لِ َمو‬ ِ ‫س َو ْالقَ َم َر آيَت‬
ِ ‫َان ِم ْن آيَا‬ َ ‫{إِ َّن ال َّش ْم‬
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua ayat (tanda) di antara ayat-ayat Allah.
Tidaklah terjadi gerhana matahari dan bulan karena kematian seseorang atau karena
hidup (lahirnya) seseorang. Apabila kalian melihat (gerhana) matahari dan bulan, maka
berdoalah kepada Allah dan sholatlah hingga tersingkap kembali.” (HR. Al-
Bukhari no. 1043, dan Muslim no. 915)
Sahabat Abu Musa al-Asy’ari radhiallahu ’anhu mengatakan, Nabi Shallallahu ’alaihi
wa sallam  bersabda, ”Tanda-tanda ini, yang Allah tampakkan, bukanlah terjadi karena
kematian atau kelahiran seseorang. Namun dengannya Allah memberikan rasa takut
kepada hamba-hamba-Nya. Maka apabila kalian melihat salah satu darinya, bersegeralah
untuk berdzikir, berdoa kepada-Nya dan memohon ampunan-Nya.” (HR. Al-
Bukhori no. 1059)
Hadits baginda Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam di atas menunjukkan kepada kita
bahwa gerhana bukanlah sekedar fenomena alam biasa. Gerhana merupakan fenomena
alam yang memang Allah kehendaki sebagai salah satu ayat (tanda) kebesaran-Nya.
Hadits di atas memberikan pelajaran dan tuntunan kepada kaum mukminin terkait
gerhana sebagai berikut:
I. Sebab, gerhana adalah Allah menjadikannya sebagai perimgatan agar hamba-
hamba-Nya takut kepada-Nya. Maka tatkala terjadi gerhana hendaklah umat
manusia segera ingat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan segera menyadari
bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala sedang mengingatkan kelalaian mereka
dengan ancaman adzab-Nya. Dari sini, jelaslah bagi kita kesalahan kebanyakan
kebanyakan orang yang justru menjadikan fenomena gerhana tersebut sebagai
hiburan bagi mereka. Ketika ada informasi bahwa gerhana akan terjadi pada hari
tertentu pada jam tertentu, maka mereka bersiap dengan kamera dan teropong
masing-masing, mencari tempat-tempat strategis untuk menyaksikan peristiwa
”indah” tersebut. Sungguh sangat jauh dari mengingat Allah Subhanahu wa
ta’ala, apalagi menyadari itu sebagai peringatan dari-Nya. Kesalahan ini
akibatmenganggap gerhana sebagai kejadian antariksa biasa, yang bersumber dari
sikap mengandalkan sains, tanpa mau mengundahkan berita dari
Allah Subhanahu wa ta’ala, Pencipta dan Penguasa seluruh  alam dengan segenap
galaksi dan langit yang ada didalamnya. Al-Hafidz Ibnu
Hajar rahimahullah berkata, ”Ini bantahan terhadap ahli astronomi yang mengira
bahwa gerhana merupakan peristiwa biasa, tidak akan maju atau mundur.”
II. Bantahan terhadap keyakinan-keyakinan/ mitos-mitos batil, atau legenda-legenda
kosong. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam membantah keyakinan yang ada
dikalangan musyrikin arab saat itu dengan sabdanya, ”Bukanlah terjadi karena
kematian atau kelahiran seseorang.” islam memberantas segala keyakinan/ aqidah
batil, diantaranya yang bersumber dari astrologi (ahli nujum) yang meyakini
bahwa pergerakan/ peredaran bintang, planet dan benda-benda langit lainnya
memberikan pengaruh/ ada kaitannya dengan kejadian-kejadian di bumi. Yang
dikenal sebagai zodiak, shio, atau nama yang lainnya sesuai dengan agama asal
masing-masing yang digagas oleh para filosof, rohaniawan atau paranormal.
Termasuk kejadian gerhana yang diyakini sebagai tanda atau sebab (bakal) terjadi
peristiwa atau bencana besar di muka bumi. Ini semua adalah batil. Seorang
mikmin yang berpegang pada kemurnian tauhid harus meninggalkan keyakinan-
keyakinan tersebut. Sangat disayangkan, ada sebagian di antara kaum muslimin
yang masih percaya dengan ramalan-ramalan bintang, termasuk pula mitos/
legenda seputar gerhana, atau meyakini peristiwa gerhana ada hubungan dengan
bencana alam atau lainnya. Al-Imam al-Khaththabi Rahimahullah berkata, ”Dulu
mereka pada masa jahiliyyah berkeyakinan bahwa gerhana menyebabkan
terjadinya perubahan di muka bumi, berupa kematian, bencana dan lain-lain.
Maka Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam mengajarkan bahwa itu adalah
keyakinan batil. Sungguh matahari dan bulan itu adalah dua makhluk yang tunduk
kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Keduanya tidak memiliki kekuatan
mempengaruhi sesuatu yang lainnya, tidak pula memiliki kemampuan membela
diri.” ( lihat Fathul Bari hadits no. 1040)
III. Tuntutan Islam ketika terjadi gerhana. Baginda Nabi Shallallahu ’alaihi wa
sallam mengajarkan kepada kita tuntunan syariat yang mulia ketika terjadi
gerhana matahari maupun gerhana bulan, yaitu ada tujuh hal (sebagaimana dalam
hadits-hadits tentang gerhana):
 Shalat gerhana
 Berdoa
 Beristighfar
 Bertakbir
 Berdzikir
 Bershadaqah
 Memerdekakan budak
(Lihat HR. Al-Bukhari no. 1040, 1044, 1059, 2519; Muslim no. 901, 912, 914)
Ini dilakukan sejak awal terjadinya gerhana, hingga berakhirnya yang ditandai
dengan kembalinya cahaya matahari atau bulan seperti sedia kala. Di antara doa
yang beliau perintahkan adalah berlindung dari adzab kubur. Karena gerhana
mengakibatkan suasana gelap meskipun pada siang hari, dan dalam suasana
tersebut hati manusia pasti dihinggapi rasa takut. Suasana yang demikian
mengingatkan kita akan suasana di alam kubur kelak. (Lihat Fathul Bari hadits
no.2519).
Karena gerhana merupakan peringatan akan adzab, maka sangat tepat dianjurkan
pada kesempatan tersebut untuk memerdekakan budak, sebab amal tersebut bisa
memerdekakan seseorang dari api neraka. (Lihat Fathul Bari hadits no. 2519).
Gerhana merupakan peristiwa penting dalam Islam. Islam bernar-benar mengajak
hamba untuk menyikapi gerhana yang sedang terjadi sebagai peringatan
dari Rabbul ’Alamin Subhanahu wa ta’ala. Hikmah ini tidak bisa diketahui
dengan ilmu sains, namun hanya bisa diketahui melalui wahyu yang diturunkan
kepada nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam.
Tidak melakukan shalat gerhana kecuali bila gerhananya terlihat. Sabda
Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam di atas, ”Apabila kalian melihat (gerhana)
matahari atau bulan, maka berdoalah kepada Allah dan shalatlah.”
Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam mengaitkan pelaksanaan shalat gerhana
dengan ”melihat (ru’yah)”. Al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimahullah mengatakan,
”… karena pelaksanaan shalat (gerhana) dikaitkan dengan
ru’yah.” (Lihat Fathul Bari hadits no. 1041). Artinya, apabila telah
diperkirakan dengan hisab astronomis terjadi gerhana namun terhalangi oleh
langit yang mendung, maka tidak dilakukan shalat gerhana. Atau gerhana
terjadi di wilayah lain/ belahan bumi lainnya, sehingga tidak terlihat. Misalnya
gerhana terjadi di Eropa, tidak terjadi di Indonesia, maka orang Indonesia tidak
disyariatkan untuk melaksanakan shalat gerhana. Atau terjadinya gerhana
matahari setelah tenggelamnya matahari, atau gerhana bulan setelah terbitnya
matahari sehingga tidak bisa teramati, maka tidak ada shalat gerhana pula.
IV. Gerhana bisa diketahui dengan hisab. Allah Subhanahu wa ta’ala Yang Maha
Kuasa telah menjadikan pergerakan matahari dan bulan berjalan dengan rapi
dan teratur, sehingga bisa diamati dan dihitung oleh manusia. Termasuk
gerhana bisa diketahui dengan hisab astronomis kapan terjadinya, di belahan
bumi mana sajakah terjadinya, serta jenis gerhananya, apakah gerhana total,
sebagian, cincin dan lain-lain. Namun tidak diambil darinya konsekuensi
hukum apapun terkait dengan shalat gerhana atau lainnya. Meskipun gerhana
bisa diketahui kapan waktu terjadinya berdasarkan hisab astronomis yang
sangat akurat, namun apabila ternyata pada hari-H dan jam-J nya gerhana tidak
teramati atau tidak terjadi di wilayah tersebut, maka shalat gerhana tidak bisa
dilaksanakan. Hal ini mirip dengan hilal di awal bulan, khususnya ketika
menentukan awal bulan Ramadhan dan Syawwal. Meskipun diketahui secara
pasti berdasarkan hisab astronomi yang akurat posisi hilal sekian derajat dan
dinyatakan memungkinkan untuk diru’yah, namun apabila fakta di lapangan
hilal tidak bisa diamati, maka berarti belum masuk Ramadhan atau Idul Fitri.
Kemudian, fakta bahwa gerhana bisa diketahui dengan hisab astronomis, tidak
menghilangkan sebab dan fungsi gerhana yang diberitakan oleh
Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam, yaitu ”Dengannya, Allah memberikan rasa takut
kepada hamba-hamba-Nya.” sekali lagi, gerhana bukan peristiwa biasa seperti halnya
pasang-surutnya ombak di lautan. Namun ada hikmah besar di balik itu. Oleh karena
itu –sebagaimana pada hadits-hadits di atas- sampai-sampai Nabi Shallallahu ’alaihi
wa sallam  berdiri ketakutan, khawatir itu sebagai tanda datangnya Kiamat, dan beliau
memerintahkan dengan 7 hal.

2. Proses embriologi
Embriologi merupakan bagian dari kajian biologi perkembangan (developmental of
biology). Biologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan
progresif struktur dan fungsi tubuh dalam hidup makhluk hidup. Sedangkan embriologi
adalah studi mengenai embrio dengan penekanan kepada polapola perkembangan embrio.
Untuk membedakan pemahaman anda tentang embriologi dengan biologi perkembangan,
di bagian berikut ini akan dituliskan beberapa pemikiran dan pendapat ahli embriologi
(Haviz, 2014).

Sadler (2012) mengilustrasikan embriologi dengan sebuah contoh adanya perubahan


sebuah sel menjadi seorang bayi saat masih dalam kandungan ibu, yaitu suatu proses
yang menggambarkan bahwa telah terjadinya suatu fenomena besar dan sangat kompleks.
Ilmu yang mengkaji tentang fenomena ini disebut dengan embriologi. Pada proses ini,
termasuk juga kajian tentang aspek-aspek molekuler, seluler, dan struktural yang saling
berkontribusi untuk membentuk suatu organisme.

Al-Qur’an memberikan perhatian yang besar tentang manusia, ini terbukti dengan begitu
banyaknya ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang membicarakan hal ikhwal manusia dalam
berbagai aspeknya, termasuk proses diciptakannya manusia. Berbeda dengan tahapan
atau proses penciptaan Adam dan Hawa, ataupun Isa putra Maryam. Tahapan penciptaan
manusia umumnya (bani Adam), tidaklah diciptakan secara langsung oleh Allah, dalam
arti sebagaimana Allah ketika menciptakan Adam, Hawa atau Isa as,. Dikatakan dalam
Al-Qur’an bahwa “sari pati tanah” yang pada mulanya digunakan untuk menciptakan
Adam manusia pertama, telah dirubah bentuknya menjadi cairan yang disebut dengan
sperma (nutfah/air mani) yang tersimpan di dalam organ reproduksi laki-laki, dan ovum
atau sel telur yang berada di dalam alat reproduksi wanita.

Tahapan Perkembangan Manusia

Dudek (2011) menguraikan perkembangan manusia diawali dari tahap prefertilisasi,


periode mingguan, periode embrionik dan organogenesis. Uraian lengkapnya sebagai
berikut:

 Prafertilisasi, meliputi perkembangan organ reproduksi seksual, perkembangan organ


reproduksi seksual, perkembangan kromosom, meiosis, organogenesis, spermatogenesis.
 Perkembangan minggu 1 (hari ke 1-7), meliputi fertilisasi, pembelahan, blastocyst dan
implantasi.
 Perkembangan minggu ke-2 (hari ke 8-14), meliputi pembentukan embrioblast lanjutan,
trophoblast lanjutan dan mesoderm ekstraembrio.
 Periode embrionik, meliputi pembentukan embrioblast lanjutan, vasculogenesis dan
plasentasi.
 Periode bulan 3 sampai lahir, disebut juga organogenesis sampai parturisi, terjadi
perkembangan organ dan sistem tubuh dan proses kelahiran.
Sedangkan secara terperinci, Al-Qur’an juga menjelaskan proses penciptaan manusia yang
diawali dengan pertemuan antara sel sperma dan sel telur, yang kemudian menjadi segumpal
darah, kemudian menjadi segumpal daging, dan terbentuk tulang dan otot serta akan
disempurnakan kepadanya organ-organ (proses organogenesis). Salah satu ayat dalam Al-
Qur’an yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia yaitu pada surat Al-Mukminun
ayat 12-14.

Artinya:

12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah.

13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim).

14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

Pada ayat 12-13 surat Al-Mukminun, dijelaskan bahwa manusia diciptakan dari nutfah
atau saripati tanah. Kata sperma atau nutfah sering diterjemahkan dengan istilah air mani
atau setetes mani. Secara literal, kata ini berarti tetesan atau bagian kecil fluida cairan
kental, konsentrat. Dalam dunia sains kata ini di artikan sebagai konsentrasi fluida yang
mengandung sperma. Nutfah juga disebut sebagai air yang hina (mai’n mahin, surah al-
Mursalat, ayat 20) atau disebut juga dengan air yang terpancar (mai’n daafiq, surah at-
Tooriq, ayat 6). Istilah yang pertama merujuk kepada tempat keluarnya air itu sebagai
tempat yang hina, alat genitalia, yakni suatu organ yang juga berpungsi sebagai alat untuk
membuang urine. Sedangkan istilah yang kedua menunjukkan proses masuknya nutfah
(sperma) kedalam Rahim (Kementrian Agama RI, 2012).
3. Misteri laut

meski ditemukan pertama kali dikalangan bangsa Quraisy yang tidak mengenal dunia
kemaritiman, Alquran membahas masalah laut dalam berbagai sighat (bentuk). Syekh
Abdul Aziz az-Zuhairi menulis, sighat bahar (bentuk tunggal) disebut sebanyak 29 kali,
sighat bahrani (dua laut) sebanyak satu kali, sighat bahrain (dua laut) sebanyak empat
kali, sighat bihar (ja mak) sebanyak dua kali. Sementara itu, kata al-fulk (perahu)
disebutkan sebanyak 23 kali.

Salah satu ayat Alquran yang membahas tentang laut ada pada surah an-Nur ayat 40.
"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak yang di atasnya
ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih bertindih, apabila dia
mengeluarkan tangannya, tia da lah dia dapat melihatnya, (dan) barang siapa yang tiada
diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun."

Ayat tersebut memang ditempatkan da lam konteks sebagai analogi terhadap orang kafir
seperti tertera dalam ayat sebelumnya. Selain mengqiyaskan orang-orang kafir berada di
kegelapan, Allah SWT pun sebelumnya menyematkan kon disi fatamorgana yang ada di
dalam orang-orang kafir pada ayat 39. Meski demikian, tiap ayat Alquran punya rahasia,
termasuk dalam ayat tentang kegelapan lautan di atas.

Apa yang dikatakan Alquran tentang kegelapan yang bertindih-tindih di dalam lautan
seolah mengulangi apa yang dibuktikan dunia sains saat ini. Mengutip buku Oceans
karangan Danny Elder dan John Pernetta, kegelapan lautan dan samudra dijumpai pada
kedalaman 200 meter atau lebih. Di kedalaman ini, hampir tidak di jum pai cahaya.
Sedangkan di bawah keda laman seribu meter, tidak terdapat cahaya sama sekali.

Penjelasan Harun Yahya tentang dunia bawah laut pun bisa menegaskan kembali betapa
benar firman Allah tentang gulita yang bertindih-tindih. Pengukuran dengan teknologi
saat ini berhasil mengungkapkan bahwa antara tiga hingga 30 persen sinar matahari
dipantulkan oleh permukaan laut. Jadi, hampir semua tujuh warna yang menyusun
spektrum sinar matahari diserap satu demi satu ketika menembus permu kaan lautan
hingga kedalaman 200 meter kecuali sinar biru. Di bawah kedalaman seribu meter, tidak
dijumpai sinar apa pun.

Tidak hanya itu, Harun Yahya yang me ngutip buku Oceanography, a View of the Earth
pun mencoba meneliti kalimat lain da lam ayat di atas. Ketika masih ada om bak lain di
atas ombak. Apa yang disebut kan itu ternyata juga dibuktikan secara ilmiah oleh
penelitian modern saat ini. Para ilmuwan menemukan keberadaan gelombang di dasar
lautan yang terjadi pada pertemuan antara lapisan-lapisan air laut dengan kerapatan atau
masa jenis berbeda.

Gelombang internal ini meliputi wila yah perairan di kedalaman lautan dan sa mudra.
Pada kedalaman ini, air laut punya massa jenis lebih tinggi dibandingkan la pis an air di
atasnya. Ajaibnya, gelombang internal ini punya sifat gelombang permu kaan. Dia bisa
pecah seperti ombak. Meski tidak bisa dilihat dengan mata manusia, keberadaannya dapat
dikenali lewat suhu atau perubahan kadar garam di tempattempat tertentu.

Kemukjizatan Alquran memang tak bisa diragukan. Apa yang dikatakan pada 15 abad
yang lalu ternyata terbukti oleh sains modern abad 20. Jika saja para awak the Challenger
mengetahui apa yang di tuang kan dalam surah an-Nur ayat 40, mung kin saja separuh
pertanyaan mereka akan terjawab.

Meski demikian, kita tidak bisa memungkiri bahwa dunia barat yang tidak mengenal
Alquran justru amat giat menggali ayat-ayat kauniyah yang bertebaran di alam semesta.
Beragam penelitian justru membuka tabir-tabir kebenaran yang sudah tertera pada ayat-
ayat suci. Padahal, Allah SWT memberi perintah pertama kali kepada kita untuk
membaca. Dengan nama Tuhan yang menciptakan.

Sudah saatnya kita mengambil hikmah dari ayat-ayat qauliyah yang bertebaran di dalam
Alquran dan ayat-ayat kauniyah di alam semesta. Terlebih tentang laut. Me ngutip apa
yang dikatakan Presiden Joko Widodo, sudah terlalu lama kita memunggungi laut. Sudah
terlalu lama juga kita mengabaikan ayat-ayat Allah tentang laut. Karena laut bisa menjadi
salah satu media untuk mengenal-Nya.

Hendaknya, kita pun mengingat kem bali pesan Rasulullah SAW yang mengistimewakan
para mujahid yang berjuang di laut. Sesuai dengan hadis yang dirawikan oleh Ummu
Haram bahwa Nabi SAW du duk-duduk di sisinya. Beliau pun tertawa. Lantas, Ummu
Haram berkata, "Mengapa engkau tertawa, wahai Rasulullah?" Kata Nabi, "Sejumlah
manusia dari umatku mengarungi lautan hijau (demi berjihad) di jalan Allah.
Perumpamaan mereka adalah seperti para raja atas keluarganya." Ummu Haram pun
berkata,"Wahai Ra sulullah, berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikanku dalam
golongan mereka." Lalu beliau berdoa, "Ya Allah, jadikan dia bagian dari mereka."
Wallau a'lam.

Sumber :
https://darussalaf.or.id/gerhana-dalam-tinjauan-syariat-islam/
Dudek RW. 2011. Embryology 5th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Haviz, M. 2014. Konsep Dasar Embriologi: Tinjauan Teoritis. Jurnal Sainstek Vol. VI


No. 1 Hal. 96-101. STAIN Batusangkar.

https://republika.co.id/berita/ot31fn313/misteri-laut-dalam-alquran

Anda mungkin juga menyukai