Nim : 18.1434.S
2. Proses embriologi
Embriologi merupakan bagian dari kajian biologi perkembangan (developmental of
biology). Biologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan
progresif struktur dan fungsi tubuh dalam hidup makhluk hidup. Sedangkan embriologi
adalah studi mengenai embrio dengan penekanan kepada polapola perkembangan embrio.
Untuk membedakan pemahaman anda tentang embriologi dengan biologi perkembangan,
di bagian berikut ini akan dituliskan beberapa pemikiran dan pendapat ahli embriologi
(Haviz, 2014).
Al-Qur’an memberikan perhatian yang besar tentang manusia, ini terbukti dengan begitu
banyaknya ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang membicarakan hal ikhwal manusia dalam
berbagai aspeknya, termasuk proses diciptakannya manusia. Berbeda dengan tahapan
atau proses penciptaan Adam dan Hawa, ataupun Isa putra Maryam. Tahapan penciptaan
manusia umumnya (bani Adam), tidaklah diciptakan secara langsung oleh Allah, dalam
arti sebagaimana Allah ketika menciptakan Adam, Hawa atau Isa as,. Dikatakan dalam
Al-Qur’an bahwa “sari pati tanah” yang pada mulanya digunakan untuk menciptakan
Adam manusia pertama, telah dirubah bentuknya menjadi cairan yang disebut dengan
sperma (nutfah/air mani) yang tersimpan di dalam organ reproduksi laki-laki, dan ovum
atau sel telur yang berada di dalam alat reproduksi wanita.
Artinya:
12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah.
13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim).
14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Pada ayat 12-13 surat Al-Mukminun, dijelaskan bahwa manusia diciptakan dari nutfah
atau saripati tanah. Kata sperma atau nutfah sering diterjemahkan dengan istilah air mani
atau setetes mani. Secara literal, kata ini berarti tetesan atau bagian kecil fluida cairan
kental, konsentrat. Dalam dunia sains kata ini di artikan sebagai konsentrasi fluida yang
mengandung sperma. Nutfah juga disebut sebagai air yang hina (mai’n mahin, surah al-
Mursalat, ayat 20) atau disebut juga dengan air yang terpancar (mai’n daafiq, surah at-
Tooriq, ayat 6). Istilah yang pertama merujuk kepada tempat keluarnya air itu sebagai
tempat yang hina, alat genitalia, yakni suatu organ yang juga berpungsi sebagai alat untuk
membuang urine. Sedangkan istilah yang kedua menunjukkan proses masuknya nutfah
(sperma) kedalam Rahim (Kementrian Agama RI, 2012).
3. Misteri laut
meski ditemukan pertama kali dikalangan bangsa Quraisy yang tidak mengenal dunia
kemaritiman, Alquran membahas masalah laut dalam berbagai sighat (bentuk). Syekh
Abdul Aziz az-Zuhairi menulis, sighat bahar (bentuk tunggal) disebut sebanyak 29 kali,
sighat bahrani (dua laut) sebanyak satu kali, sighat bahrain (dua laut) sebanyak empat
kali, sighat bihar (ja mak) sebanyak dua kali. Sementara itu, kata al-fulk (perahu)
disebutkan sebanyak 23 kali.
Salah satu ayat Alquran yang membahas tentang laut ada pada surah an-Nur ayat 40.
"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak yang di atasnya
ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih bertindih, apabila dia
mengeluarkan tangannya, tia da lah dia dapat melihatnya, (dan) barang siapa yang tiada
diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun."
Ayat tersebut memang ditempatkan da lam konteks sebagai analogi terhadap orang kafir
seperti tertera dalam ayat sebelumnya. Selain mengqiyaskan orang-orang kafir berada di
kegelapan, Allah SWT pun sebelumnya menyematkan kon disi fatamorgana yang ada di
dalam orang-orang kafir pada ayat 39. Meski demikian, tiap ayat Alquran punya rahasia,
termasuk dalam ayat tentang kegelapan lautan di atas.
Apa yang dikatakan Alquran tentang kegelapan yang bertindih-tindih di dalam lautan
seolah mengulangi apa yang dibuktikan dunia sains saat ini. Mengutip buku Oceans
karangan Danny Elder dan John Pernetta, kegelapan lautan dan samudra dijumpai pada
kedalaman 200 meter atau lebih. Di kedalaman ini, hampir tidak di jum pai cahaya.
Sedangkan di bawah keda laman seribu meter, tidak terdapat cahaya sama sekali.
Penjelasan Harun Yahya tentang dunia bawah laut pun bisa menegaskan kembali betapa
benar firman Allah tentang gulita yang bertindih-tindih. Pengukuran dengan teknologi
saat ini berhasil mengungkapkan bahwa antara tiga hingga 30 persen sinar matahari
dipantulkan oleh permukaan laut. Jadi, hampir semua tujuh warna yang menyusun
spektrum sinar matahari diserap satu demi satu ketika menembus permu kaan lautan
hingga kedalaman 200 meter kecuali sinar biru. Di bawah kedalaman seribu meter, tidak
dijumpai sinar apa pun.
Tidak hanya itu, Harun Yahya yang me ngutip buku Oceanography, a View of the Earth
pun mencoba meneliti kalimat lain da lam ayat di atas. Ketika masih ada om bak lain di
atas ombak. Apa yang disebut kan itu ternyata juga dibuktikan secara ilmiah oleh
penelitian modern saat ini. Para ilmuwan menemukan keberadaan gelombang di dasar
lautan yang terjadi pada pertemuan antara lapisan-lapisan air laut dengan kerapatan atau
masa jenis berbeda.
Gelombang internal ini meliputi wila yah perairan di kedalaman lautan dan sa mudra.
Pada kedalaman ini, air laut punya massa jenis lebih tinggi dibandingkan la pis an air di
atasnya. Ajaibnya, gelombang internal ini punya sifat gelombang permu kaan. Dia bisa
pecah seperti ombak. Meski tidak bisa dilihat dengan mata manusia, keberadaannya dapat
dikenali lewat suhu atau perubahan kadar garam di tempattempat tertentu.
Kemukjizatan Alquran memang tak bisa diragukan. Apa yang dikatakan pada 15 abad
yang lalu ternyata terbukti oleh sains modern abad 20. Jika saja para awak the Challenger
mengetahui apa yang di tuang kan dalam surah an-Nur ayat 40, mung kin saja separuh
pertanyaan mereka akan terjawab.
Meski demikian, kita tidak bisa memungkiri bahwa dunia barat yang tidak mengenal
Alquran justru amat giat menggali ayat-ayat kauniyah yang bertebaran di alam semesta.
Beragam penelitian justru membuka tabir-tabir kebenaran yang sudah tertera pada ayat-
ayat suci. Padahal, Allah SWT memberi perintah pertama kali kepada kita untuk
membaca. Dengan nama Tuhan yang menciptakan.
Sudah saatnya kita mengambil hikmah dari ayat-ayat qauliyah yang bertebaran di dalam
Alquran dan ayat-ayat kauniyah di alam semesta. Terlebih tentang laut. Me ngutip apa
yang dikatakan Presiden Joko Widodo, sudah terlalu lama kita memunggungi laut. Sudah
terlalu lama juga kita mengabaikan ayat-ayat Allah tentang laut. Karena laut bisa menjadi
salah satu media untuk mengenal-Nya.
Hendaknya, kita pun mengingat kem bali pesan Rasulullah SAW yang mengistimewakan
para mujahid yang berjuang di laut. Sesuai dengan hadis yang dirawikan oleh Ummu
Haram bahwa Nabi SAW du duk-duduk di sisinya. Beliau pun tertawa. Lantas, Ummu
Haram berkata, "Mengapa engkau tertawa, wahai Rasulullah?" Kata Nabi, "Sejumlah
manusia dari umatku mengarungi lautan hijau (demi berjihad) di jalan Allah.
Perumpamaan mereka adalah seperti para raja atas keluarganya." Ummu Haram pun
berkata,"Wahai Ra sulullah, berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikanku dalam
golongan mereka." Lalu beliau berdoa, "Ya Allah, jadikan dia bagian dari mereka."
Wallau a'lam.
Sumber :
https://darussalaf.or.id/gerhana-dalam-tinjauan-syariat-islam/
Dudek RW. 2011. Embryology 5th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
https://republika.co.id/berita/ot31fn313/misteri-laut-dalam-alquran