Bab I
Pendahuluan
Gizi pertama yang di dapatkan oleh bayi ketika baru lahir yaitu Air Susu ibu yang
masih berbentuk kolostrum dan berisi segala jenis gizi dari makronutrient,
mikronutrient hingga imunitas yang akan di dapatkan oleh bayi tersebut. Makanan
terbaik dan alamiah untuk bayi adalah Air Susu Ibu (ASI). Salah satu rekomendasi
dalam Global Strategy on Infant and Child Feeding, pola pemberian makan terbaik
bagi bayi dan anak sejak lahir sampai umur 24 bulan sebagai berikut : (1) Menyusui
segera dalam waktu satu sampai dua jam pertama setelah bayi lahir, (2) Menyusui
secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan, (3) Mulai memberikan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang baik dan benar sejak bayi berumur 6
bulan; dan (4) Tetap menyusui sampai anak berumur 24 bulan atau lebih.1
Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna
mencapai tumbuh kembang bayi maupun anak yang optimal sekaligus
mempertahankan kesehatan ibu setelah bersalin. Selain itu, ASI dapat meningkatkan
daya tahan tubuh bayi. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali dari susu
matang (matur), sehingga dapat melindungi bayi.2 World Health Organization (WHO)
dan United Nations Children’s Fund (UNICEF), melaporkan bahwa 60% kematian
balita langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kurang gizi dan 2/3 dari
kematian tersebut terkait dengan praktik pemberian makanan yang kurang tepat pada
bayi dan anak.3 Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak,
United Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO)
merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui Air Susu Ibu (ASI) selama paling
sedikit enam bulan. Menurut WHO bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai
resiko 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar
kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI. Berbagai
bukti menunjukkan bahwa ASI Eksklusif dapat mencegah berbagai penyakit seperti
diare dan pneumonia.2
Menurut Upaya Pelayanan Kesehataan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun
2016 cakupan ASI eksklusif di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
sebanyak 349.968 bayi umur 0-6 bulan dari 754.438 jumlah bayi 0-6 bulan (46,4%).
Gambaran ini masih dibawah cakupan nasional 52,3% terlebih target nasional sebesar
80%. Sementara di Kabupaten Karawang, cakupan ASI eksklusif tahun 2016 sebesar
31,2%.7 ASI juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Kolostrum mengandung
zat kekebalan 10-17 kali dari susu matang (matur), sehingga dapat melindungi bayi.8
Salah satu indikator untuk mencapai target cakupan pemberian ASI eksklusif adalah
dengan melaksanakan secara konsisten Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui (10 LMKM) di fasilitas pelayanan kesehatan. 4 Berdasarkan hal-hal di atas,
maka dipandang perlu untuk melakukan evaluasi terhadap program ASI Eksklusif di
wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya, kabupaten Karawang. Evaluasi ini diharapkan
dapat menjadi bahan pertimbangan bagi instansi terkait yaitu Puskesmas Tirtajaya
dalam upaya meningkatkan pencapaian ASI Eksklusif selanjutnya, sebagaimana yang
telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dan Provinsi, serta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
1.2.5 Kemenkes RI tahun 2016, persentase bayi baru lahir yang mendapat
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) kurang dari 1 jam sebesar 51,32 %, dan
lebih dari 1 jam sebesar 6,65% dari target 100%, sedangkan presentasi
bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif yaitu sebesar 35,27% dari
target 90%.
1.2.6 Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan cakupan
ASI eksklusif terendah yaitu sebesar 46,4 % pada tahun 2016.
1.2.7 Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, cakupan
ASI eksklusif tahun 2016 sebesar 31,2% dan masih belum mencapai
target.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah dan
melatih mempersiapkan diri dalam menjalankan suatu program khususnya
program ASI eksklusif. Manfaat bagi evaluator juga dapat menumbuhkan
minat dan pengetahuan untuk mengevaluasi dan mengembangkan
kemampuan untuk berpikir kritis.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
Dapat merealisasikan Tridarma Perguruan Tinggi dan mewujudkan
UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
Kesehatan da juga mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana
(UKRIDA) sebagai Universitas yang menghasilkan dokter yang
berkualitas.
1.4.3 Bagi Puskesmas Tirtajaya Kabupaten Karawang
1.5 Sasaran
Semua bayi berusia 0 – 6 bulan di seluruh wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Tirtajaya, Kabupaten Karawang pada bulan Januari 2018 sampai dengan
Desember 2018
Bab II
Materi dan Metode
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi terdiri dari laporan hasil dari kegiatan Puskesmas
mengenai program ASI Eksklusif di UPTD Puskesmas Kecamatan Tirtajaya,
Kabupaten Karawang pada bulan Januari 2018 sampai dengan Desember 2018,
antara lain:
Pelaksanaan penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui ( 10 LMKM )
Pelatihan kader
Pojok ASI Eksklusif
Pencatatan dan pelaporan program ASI Eksklusif.
2.2 Metode
Bab III
Kerangka Teoritis
Pengertian teori pendekatan sistem yang ada pada gambar di atas menerangkan
bahwa gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan dengan suatu
proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya
menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen tersebut dapat
dikelompokkan dalam enam unsur, yaitu:9
1. Masukan (input), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat
dalam sistem dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut,
terdiri dari tenaga (man), dana (money), sarana (material), metode
(method), mesin atau alat yang digunakan (machine), jangka alokasi
waktu (minute), lokasi masyarakat (market) dan informasi
(information).
2. Proses (process), adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di
dalam sistem dan berfungsi untuk mengubah masukan menjadi
keluaran yang direncanakan. Terdiri dari unsur perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating)
dan pemantauan (controlling).
Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan
digunakan sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem yang
meliputi masukan, proses, keluaran, lingkungan dan umpan balik pada program
ASI Eksklusif seperti yang tertera pada lampiran. Tolok ukur digunakan sebagai
pembanding atau cakupan minimal yang harus dicapai dalam program ASI
eksklusif.8
Bab IV
Penyajian Data
4.4.1.4 Metode
a. Penyuluhan
i) Perorangan
Penyuluhan perorangan yang diberikan oleh petugas kesehatan
Puskesmas kepada setiap ibu dan/atau anggota keluarga dari bayi yang
bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan sampai dengan periode
pemberian ASI eksklusif (usia 0-6 bulan) yang datang berobat di
Puskesmas melalui pemberian informasi mengenai manfaat ASI
Eksklusif secara singkat dan jelas.
Penyuluhan diberikan dengan cara wawancara. Informasi dan edukasi
ASI eksklusif paling sedikit mengenai keuntungan dan keunggulan
pemberian ASI. Gizi ibu dalam masa menyusu, persiapan dan
mempertahankan menyusu. Cara memberikan, menyimpan, mengolah
ASI perah pada ibu yang bekerja yang mempunyai bayi berusia 0-6
bulan.
ii) Kelompok (dilakukan di posyandu setiap bulan dan kelas ibu hamil).
Pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi dua arah. Yaitu
dengan membahas berbagai manfaat ASI Eksklusif bagi ibu dan bayi
serta metode penyimpanan serta pemberian ASI Eksklusif dengan
baik. Memberikan motivasi kepada peserta ASI Eksklusif untuk
meneruskan pemberian ASI Eksklusif hingga bayi berusia enam
bulan dan melanjutkan sampai usia dua tahun sesuai dengan keadaan
pribadi dan keluarganya.
Penyuluhan juga dengan menerapkan 10 langkah keberhasilan
menyusui ( 10 LMKM ) yang terdiri dari:
Membuat kebijakan tertulis tentang sepuluh langkah menuju
keberhasilan menyusu dan dikomunikasikan kepada semua staf
pelayanan kesehatan
Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan
kebijakan menyusu tersebut.
Kepala Puskesmas
Hj. Teti Suhernayati, SKM
Pelaksana :
Kader Terlatih dan Bidan Desa
Tabel 2. Catatan Jumlah Bayi Usia 0-6 Bulan yang Gagal ASI Eksklusif
Bulan Februari 2018 dan Agustus 2018 di Puskesmas Kecamatan
Tirtajaya
Desa Sumurlaban 7 9
Desa Srijaya 10 16
Desa Bolang 3 15
Desa Kutamakmur 10 10
Desa Srikamulyan 15 10
Jumlah 122 159
Tabel 3. Catatan Bayi Usia 0-6 Bulan yang Mendapat ASI Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Tirtajaya Bulan Februari 2018 dan Agustus
2018
Bulan Jumlah Bayi Usia 0-6 Bulan dengan ASI Eksklusif
Tabel 4. Jumlah Bayi 0 – 6 Bulan yang Datang dan Tercatat dalam KMS
di Wilayah Kerja Puskesmas Tirtajaya bulan Februari 2018 dan Agustus
2018
Bulan Jumlah Bayi Usia 0-6 Bulan
4.4.3.1.1 Cakupan Bayi Umur 0-6 Bulan yang Mendapatkan ASI Eksklusif
Bulan Februari 2018 dan Agustus 2018 :
Jumlah bayi lahir hidup mendapat IMD bulan Januari – Desember 2018
x 100 %
Jumlah persalinan pada Nakes bulan Januari – Desember 2018
¿ ( 11360
239
) x 100 %=91,10 %
a. Target : 100 % per tahun (berdasarkan PKP Puskesmas Tirtajaya 2017)
b. Kesimpulan : Cakupan sebesar 91,10% belum sesuai target yaitu
100%, sehingga didapatkan besar masalah 8,90%.
4.4.4 Lingkungan
4.4.4.1 Lingkungan Fisik
Lokasi
Setiap desa telah memiliki bidan desa. Setiap desa terdapat akses jalan
yang bisa dilalui sepeda motor tetapi tidak mempengaruhi pelaksanaan
program secara signifikan.
Transportasi
Tersedia sarana transportasi.angkutan umum dan sepeda motor.
Fasilitas Kesehatan lain : ada
4.4.4.2 Lingkungan non fisik
Sosial Budaya
Masih terdapat kepercayaan masyarakat yang salah mengenai ASI
sehingga menggantikan pemberian ASI dengan susu formula atau
makanan tambahan sebelum usia 6 bulan terhadap bayi terutama bila
ASI tidak bisa keluar atau dianggap berkurang produksinya. ASI saja
dianggap tidak cukup memenuhi nutrisi bagi bayi hingga usia 6 bulan
sehingga diberi MP-ASI sebelum waktunya. Nutrisi dan Gizi ibu yang
kurang serta cara menyusui yang salah membuat ASI ibu tidak lancar.
Gencarnya iklan susu formula membuat ibu ingin memberikan susu
4.4.6 Dampak
Dampak langsung yaitu memenuhi kebutuhan asupan gizi bayi 0-6
bulan: belum dapat dinilai.
Dampak tidak langsung yaitu meningkatkan derajat kesehatan anak
dan mengurangi angka kesakitan dan kematian anak: belum dapat
dinilai.
Poster
Materi PPT
: Ada
Alat tulis
Ruang Pojok ASI
Perumusan Masalah
6.1.1. Cakupan ASI eksklusif periode Januari 2018 sampai dengan Desember
2018 sebesar 58,37 % dari tolok ukur 90%.
6.1.2. Cakupan Inisiasi Menyusui Dini periode Januari 2018 sampai dengan
Desember 2018 sebesar 91,10 % dari tolok ukur 100%.
Penyelesaian Masalah
8.1 Masalah 1: Cakupan ASI Eksklusif periode Januari 2018 sampai dengan Desember
2018 sebesar 58,37% dari tolok ukur 90%.
Penyebab masalah:
Masih terdapat banyak mitos mengenai ASI, seperti bayi lapar seandainya hanya
diberikan ASI, susu kuning (kolostrum) harus dibuang dan sebagainya. Belum
terlaksana semua 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui yaitu:
• Belum terdapat pelatihan sepenuhnya kepada staf pelayanan kesehatan
dalam menerapkan 10 LMKM. Pelatihan dilakukan secara periodik dan
diselenggarakan di fasilitas kesehatan atau tempat pelatihan lain yang
memadai.
• Belum dilakukan penjelasan kepada keluarga bayi supaya tidak
memberikan dot atau kempeng kepada bayi. Tidak terdapat kebijakan
tertulis tentang larangan promosi dot atau kempeng baik di fasilitas
pelayanan kesehatan dan di masyarakat
• Belum dibentuk kelompok pendukung ASI sehingga ibu belum dirujuk
kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Sarana Pelayanan kesehatan.
• Tersedia ruangan pojok ASI tetapi belum beroperasi dan berjalan dengan
baik.
• Belum ada penjadwalan pelatihan kader ASI secara tetap dan belum
berjalan secara maksimal konselor ASI yang bertugas membimbing kader-
kader.
• Ibu kembali bekerja sebagai buruh tani, sehingga banyak pemberian MP-
ASI sebelum waktunya, atau mengganti ASI dengan susu formula.
8.2 Masalah 2 : Cakupan Inisiasi Menyusui Dini periode Januari 2018 sampai dengan
Desember 2018 sebesar 91,10 % dari tolok ukur 100%.
Penyebab masalah:
Pencatatan dan pelaporan dari bidan praktek swasta belum ada
Penyelesaian Masalah:
Membuat kebijakan tentang pencatatan dan pelaporan IMD pada bidan praktek
swasta serta meningkatkan peran konselor ASI usebagai pengumpul data untuk
meminta data langsung kepada bidan praktek swasta yang kemudian akan
direkapitulasi oleh pemegang program ASI.
9.1 Kesimpulan
Dari hasil penilaian Program ASI Eksklusif yang dilakukan dengan pendekatan sistem di
Puskesmas Kecamatan Tirtajaya untuk periode Januari 2018 sampai dengan Desember
2018, didapatkan beberapa permasalahan sesuai dengan tujuan khusus yaitu sebagai
berikut :
1) Pada indikator program ASI eksklusif ditemukan masalah pada cakupan ibu yang
menyusui bayinya secara eksklusif maka dari itu untuk masalah ini perlunya
dilakukan penyuluhan secara simultan dengan pengawasan secara langsung
pemberian ASI eksklusif oleh petugas yang berkompeten dan juga melaksanakan
pelatihan kader ASI yang berkesinambungan serta membentuk kelompok
pendukung ASI yang di ambil dari warga desa.
2) Pada indikator program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ditemukan masalah pada
pencatatan dan pelaporan dari bidan praktek swasta yang belum ada data untuk
masalah ini perlunya dilakukan pembuatan kebijakan tentang pencatatan dan
pelaporan IMD pada bidan praktek swasta serta meningkatkan peran konselor ASI
sebagai pengumpul data yang kemudian akan direkapitulasi oleh pemegang
program ASI.
9.2 Saran
Merencanakan pembagian tugas dan kerjasama lintas program dan lintas sektoral
secara rinci dan jelas.
Menggerakkan tenaga kesehatan yang ada untuk tujuan mempromosikan program
ASI eksklusif dengan cara membuat kebijakan tertulis yang diketahui oleh seluruh
staf puskesmas tentang 10 (sepuluh) Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
(LMKM) sebagai pedoman dalam pelaksanaan program ASI eksklusif dalam waktu
satu bulan ke depan dan mensosialisasikannya kepada semua petugas. Hal-hal yang
dapat dilakukan oleh Puskesmas Tirtajaya antara lain:
Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan
untuk menerapkan kebijakan 10 LMKM kepada semua petugas kesehatan.
Universitas Kristen Krida Wacana
44
Memberikan penjelasan kepada ibu, ayah, dan keluarga tentang bahaya
penggunaan dot atau kempeng dan melarang promosi dot atau kempeng baik
di fasilitas pelayanan kesehatan dan di masyarakat
Mengoperasionalkan secara maksimal pojok ASI beserta dua konselor pendamping
Melakukan penyuluhan perorangan secara rutin sesuai dengan perencanaan untuk
memberi pengetahuan untuk ibu yang sedang mengandung dan baru saja
melahirkan
Membuat kebijakan tentang pencatatan dan pelaporan Inisiasi Menyusui Dini
(IMD) pada bidan praktek swasta tiap bulannya yang kemudian akan diserahkan
datanya kepada pemegang program ASI
Meningkatkan peran dari konselor ASI sebagai pengumpul data IMD pada bidan
praktek swasta yang diserahkan tiap bulannya dan kemudian akan direkapitulasi
oleh pemegang program ASI tiap enam buan sekali
Meningkatkan kegiatan penyuluhan terutama di Posyandu mengenai topik yang
berhubungan dengan ASI Eksklusif juga mendengarkan keluh kesah ibu selama
menyusui agar petugas dapat membantu permasalahan tersebut.
Apabila saran penyelesaian masalah ini dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik oleh
petugas-petugas kesehatan, maka diharapkan dapat membantu keberhasilan program ASI
Eksklusif di Puskesmas Tirtajaya dan masalah-masalah yang sama untuk program ini tidak
akan terulang untuk periode berikutnya.
1) Kementerian Kesehatan RI Dirjen Bina Gizi dan kesehatan ibu dan Anak. Materi
penyuluhan pemberian air susu ibu dan makanan pendamping asi. Direktorat Bina Gizi;
2014
2) Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi
Masyarakat. Managemen laktasi buku panduan bagi bidan dan petugas kesehatan di
puskesmas. Jakarta; 2014.
3) Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rekomendasi praktik pemerian makan berbasis bukti pada
bayi dan batita di indonesia untuk mencegah malnutrisi. Diunduh dari
:http://www.idai.or.id/wp-content/uploads/2015/07/merged_document.pdf, Diunduh
tanggal: 28 Januari 2019.
4) Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman penyelenggaraan pelatihan konseling
menyusui dan pelatihan fasilitator konselling menyusui. Jakarta: Departemen Kesehatan;
2009. h. 5-7.
5) Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Presentasi angka kematian bayi dan balita di
Indonesia; 2017.
6) Kementerian Kesehatan RI. Pusat data dan informasi presentasi inisiasi menyusui dini dan
asi eksklusif di Indonesia. Jakarta; 2017. h. 118.
7) Dinkes Jawa Barat. Profil kesehatan Jawa Barat. Dinkes Jawa Barat; 2016.
8) Rusli U. Panduan inisiasi menyusui dini. Jakarta: Pustaka Bunda; 2012.
9) Anwar A : Pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3, Jakarta, 2006.
10) Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan
Puskesmas Kabupaten/Kota Karawang Tahun 2016; Karawang, Profil Expos, 2016.