Anda di halaman 1dari 46

1

Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Gizi pertama yang di dapatkan oleh bayi ketika baru lahir yaitu Air Susu ibu yang
masih berbentuk kolostrum dan berisi segala jenis gizi dari makronutrient,
mikronutrient hingga imunitas yang akan di dapatkan oleh bayi tersebut. Makanan
terbaik dan alamiah untuk bayi adalah Air Susu Ibu (ASI). Salah satu rekomendasi
dalam Global Strategy on Infant and Child Feeding, pola pemberian makan terbaik
bagi bayi dan anak sejak lahir sampai umur 24 bulan sebagai berikut : (1) Menyusui
segera dalam waktu satu sampai dua jam pertama setelah bayi lahir, (2) Menyusui
secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan, (3) Mulai memberikan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang baik dan benar sejak bayi berumur 6
bulan; dan (4) Tetap menyusui sampai anak berumur 24 bulan atau lebih.1

Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna
mencapai tumbuh kembang bayi maupun anak yang optimal sekaligus
mempertahankan kesehatan ibu setelah bersalin. Selain itu, ASI dapat meningkatkan
daya tahan tubuh bayi. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali dari susu
matang (matur), sehingga dapat melindungi bayi.2 World Health Organization (WHO)
dan United Nations Children’s Fund (UNICEF), melaporkan bahwa 60% kematian
balita langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kurang gizi dan 2/3 dari
kematian tersebut terkait dengan praktik pemberian makanan yang kurang tepat pada
bayi dan anak.3 Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak,
United Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO)
merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui Air Susu Ibu (ASI) selama paling
sedikit enam bulan. Menurut WHO bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai
resiko 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar
kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI. Berbagai
bukti menunjukkan bahwa ASI Eksklusif dapat mencegah berbagai penyakit seperti
diare dan pneumonia.2

Universitas Kristen Krida Wacana


2
Upaya perbaikan gizi di Indonesia melalui Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 pasal
128 dan 129 mengatur bahwa bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif. Adanya PP
No 33/2012 tentang pemberian ASI Eksklusif membuat semua pihak harus
mendukung ibu menyusui.4 Penurunan angka kematian bayi dan balita di Indonesia,
masih belum sesuai dengan target. Hasil survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SKDI) 2017 menunjukkan tingginya angka kematian bayi di Indonesia. Dimana
angka kematian bayi mencapai satu anak per seribu kelahiran (2,4%), sedangkan
angka kematian balita 3,6%.5 Berdasarkan Pusdatin Kemenkes RI tahun 2016,
persentase bayi baru lahir yang mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) kurang dari 1
jam sebesar 51,32%, dan lebih dari 1 jam sebesar 6,65% dari target 100%. Sedangkan
persentase bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif yaitu sebesar 35,27% dari
target 90%.6

Menurut Upaya Pelayanan Kesehataan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun
2016 cakupan ASI eksklusif di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
sebanyak 349.968 bayi umur 0-6 bulan dari 754.438 jumlah bayi 0-6 bulan (46,4%).
Gambaran ini masih dibawah cakupan nasional 52,3% terlebih target nasional sebesar
80%. Sementara di Kabupaten Karawang, cakupan ASI eksklusif tahun 2016 sebesar
31,2%.7 ASI juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Kolostrum mengandung
zat kekebalan 10-17 kali dari susu matang (matur), sehingga dapat melindungi bayi.8

Salah satu indikator untuk mencapai target cakupan pemberian ASI eksklusif adalah
dengan melaksanakan secara konsisten Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui (10 LMKM) di fasilitas pelayanan kesehatan. 4 Berdasarkan hal-hal di atas,
maka dipandang perlu untuk melakukan evaluasi terhadap program ASI Eksklusif di
wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya, kabupaten Karawang. Evaluasi ini diharapkan
dapat menjadi bahan pertimbangan bagi instansi terkait yaitu Puskesmas Tirtajaya
dalam upaya meningkatkan pencapaian ASI Eksklusif selanjutnya, sebagaimana yang
telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dan Provinsi, serta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Universitas Kristen Krida Wacana


3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
masalahnya adalah:

1.2.1 World Health Organization melaporkan bahwa 60% kematian balita


langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kurang gizi dan 2/3
dari kematian tersebut terkait dengan praktik pemberian makanan yang
kurang tepat pada bayi dan anak.

1.2.2 Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia didapatkan


masih tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu sebesar 27 per
1000 kelahiran hidup pada tahun 2017.

1.2.3 Berbagai bukti menunjukkan bahwa ASI Eksklusif dapat mencegah


berbagai penyakit seperti diare dan pneumonia. Di Indonesia 40 %
kematian balita disebabkan oleh kedua penyakit tersebut.

1.2.4 Cakupan pemberian ASI eksklusif nasional pada tahun 2014


berdasarkan data profil kesehatan dasar Indonesia sebesar 52,3% dari
target program 80%.

1.2.5 Kemenkes RI tahun 2016, persentase bayi baru lahir yang mendapat
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) kurang dari 1 jam sebesar 51,32 %, dan
lebih dari 1 jam sebesar 6,65% dari target 100%, sedangkan presentasi
bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif yaitu sebesar 35,27% dari
target 90%.

1.2.6 Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan cakupan
ASI eksklusif terendah yaitu sebesar 46,4 % pada tahun 2016.
1.2.7 Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, cakupan
ASI eksklusif tahun 2016 sebesar 31,2% dan masih belum mencapai
target.

Universitas Kristen Krida Wacana


4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui masalah, penyebab masalah, menyelesaikan masalah
yang terdapat pada program ASI eksklusif dan tingkat keberhasilan
program ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya periode
Januari 2018 sampai dengan Desember 2018 dengan pendekatan sistem.
1.3.2 Tujuan khusus
 Diketahuinya cakupan bayi 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif di
Puskesmas Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang pada bulan Januari
2018 sampai dengan Desember 2018.
 Diketahuinya cakupan bayi yang di Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di
Puskesmas Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang pada bulan Januari
2018 sampai dengan Desember 2018.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah dan
melatih mempersiapkan diri dalam menjalankan suatu program khususnya
program ASI eksklusif. Manfaat bagi evaluator juga dapat menumbuhkan
minat dan pengetahuan untuk mengevaluasi dan mengembangkan
kemampuan untuk berpikir kritis.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
Dapat merealisasikan Tridarma Perguruan Tinggi dan mewujudkan
UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
Kesehatan da juga mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana
(UKRIDA) sebagai Universitas yang menghasilkan dokter yang
berkualitas.
1.4.3 Bagi Puskesmas Tirtajaya Kabupaten Karawang

Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan program


ASI eksklusif disertai dengan usulan atau saran sebagai pemecahan
masalah. Dapat memberikan masukan dalam meningkatkan kerjasama

Universitas Kristen Krida Wacana


5
dalam melaksanakan program ASI eksklusif secara optimal. Serta
membantu kemandirian puskesmas dalam upaya lebih mengaktifkan
program ASI eksklusif sehingga dapat memenuhi tolok ukur cakupan
program.

1.4.4 Bagi masyarakat


Dapat meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam kegiatan
ASI eksklusif. Serta masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan
informasi tentang ASI eksklusif sehingga perilaku masyarakat dapat
berubah terutama tentang ASI eksklusif.

1.5 Sasaran
Semua bayi berusia 0 – 6 bulan di seluruh wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Tirtajaya, Kabupaten Karawang pada bulan Januari 2018 sampai dengan
Desember 2018

Universitas Kristen Krida Wacana


6

Bab II
Materi dan Metode

2.1 Materi

Materi yang dievaluasi terdiri dari laporan hasil dari kegiatan Puskesmas
mengenai program ASI Eksklusif di UPTD Puskesmas Kecamatan Tirtajaya,
Kabupaten Karawang pada bulan Januari 2018 sampai dengan Desember 2018,
antara lain:
 Pelaksanaan penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui ( 10 LMKM )
 Pelatihan kader
 Pojok ASI Eksklusif
 Pencatatan dan pelaporan program ASI Eksklusif.

2.2 Metode

Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan, analisis dan


pengolahan data dengan menggunakan pendekatan sistem sehingga dapat dicari
masalah yang ada pada program ASI eksklusif dengan cara membandingkan
cakupan program ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten
Karawang pada bulan Januari 2018 sampai dengan Desember 2018 terhadap
tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah kemudian
dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah tersebut berdasarkan
penyebab masalah yang ditemukan. Dengan cara membandingkan cakupan
program ASI terhadap tolok ukur terutama sesuai dengan yang telah ditetapkan
dan menemukan penyebab masalah. Tolok ukur utama yang dilakukan dalam
mengevaluasi program ASI eksklusif di program ASI eksklusif di Puskesmas
Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang.

Universitas Kristen Krida Wacana


7

Bab III
Kerangka Teoritis

3.1. Bagan Pendekatan Sistem

Gambar 1. Teori Sistem.9

Pengertian teori pendekatan sistem yang ada pada gambar di atas menerangkan
bahwa gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan dengan suatu
proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya
menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen tersebut dapat
dikelompokkan dalam enam unsur, yaitu:9
1. Masukan (input), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat
dalam sistem dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut,
terdiri dari tenaga (man), dana (money), sarana (material), metode
(method), mesin atau alat yang digunakan (machine), jangka alokasi
waktu (minute), lokasi masyarakat (market) dan informasi
(information).
2. Proses (process), adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di
dalam sistem dan berfungsi untuk mengubah masukan menjadi
keluaran yang direncanakan. Terdiri dari unsur perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating)
dan pemantauan (controlling).

Universitas Kristen Krida Wacana


8

3. Keluaran (output), adalah kumpulan bagian atau elemen yang


dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment), adalah dunia di luar sistem yang tidak
dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem,
terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.10
5. Umpan balik (feedback), adalah kumpulan bagian atau elemen yang
merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari
sistem tersebut, berupa pencatatan dan pelaporan yang lengkap,
monitoring dan rapat bulanan.
6. Dampak (impact), adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari
suatu sistem.
Keenam unsur sistem ini saling berhubungan dan mempengaruhi antara satu
dengan lain. Adapun yang dimaksud dengan bagian atau elemen tersebut ialah
sesuatu yang mutlak harus ditemukan, yang jika tidak demikian halnya, maka
tidak ada yang disebut dengan sistem tersebut.

3.2 Tolok Ukur

Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan
digunakan sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem yang
meliputi masukan, proses, keluaran, lingkungan dan umpan balik pada program
ASI Eksklusif seperti yang tertera pada lampiran. Tolok ukur digunakan sebagai
pembanding atau cakupan minimal yang harus dicapai dalam program ASI
eksklusif.8

Dalam menetapkan tolok ukur digunakan sepuluh langkah menuju keberhasilan


menyusui yang menjadi tolak ukur dalam menilai program ASI eksklusif adalah
membuat kebijakan tertulis tentang sepuluh langkah menuju keberhasilan
menyusu dan dikomunikasikan kepada semua staf pelayanan kesehatan, melatih
semua staf pelayanan dalam ketrampilan menerapkan kebijakan menyusu
tersebut dan tenaga kesehatan dapat menjelaskan kepada semua ibu hamil

Universitas Kristen Krida Wacana


9
tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa
kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi
kesulitan menyusui. Selain itu, tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas
pelayanan kesehatan wajib melakukan IMD bayi yang baru lahir kepada ibunya
paling singkat selama 1 (satu) jam. IMD dilakukan dengan cara meletakkan bayi
di dada atau perut ibu sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu.
Selain itu, membantu ibu cara menyusu dan mempertahankan menyusu
meskipun ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis, memberikan ASI saja
kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis, menerapkan rawat gabung
ibu dengan bayinya sepanjang waktu 24 (dua puluh empat) jam, menganjurkan
menyusu sesuai permintaan bayi, tidak memberi dot kepada bayi dan
mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusu dan merujuk ibu
kepada kelompok tersebut setelah keluar dari rumah sakit, rumah bersalin,
ataupun sarana pelayanan kesehatan contohnya puskesmas.

Universitas Kristen Krida Wacana


10

Bab IV
Penyajian Data

4.1 Sumber Data


Sumber data yang digunakan dalam evaluasi ini diambil dari data sekunder yang
berasal dari:
• Data geografis Puskesmas Tirtajaya, Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten
Karawang tahun 2018.
• Data demografis wilayah Puskesmas Tirtajaya, Kecamatan Tirtajaya
Kabupaten Karawang tahun 2018.
• Profil Puskesmas UPTD Puskesmas Tirtajaya tahun 2018.
• Laporan Bulanan program kegiatan Asi ekslusif di wilayah kerja
Puskesmas Tirtajaya periode Januari 2018 sampai dengan Desember
2018.

4.2. Data Umum


4.2.1 Data Geografis
4.2.1.1 Lokasi Puskesmas
Lokasi Gedung Puskesmas Tirtajaya terletak di pinggir Jalan Pisang Sambo,
kecamatan Tirtajaya, Karawang. Jarak antara Puskesmas Tirtajaya ke pusat kota
Karawang adalah ± 45 km dengan waktu tempuh ± 90 menit. Jarak terjauh ke
Puskesmas yaitu delapan kilometer dengan waktu tempuh terlama adalah 30
menit dan jarak terdekat yaitu 50 m dengan waktu tempuh tercepat dua menit.
4.2.1.2 Luas wilayah kerja
Puskesmas Tirtajaya memiliki wilayah kerja yang terdiri dari 11 desa, 48
dusun, 131 RT, dan 22.387 kepala keluarga dengan luas wilayah ± 113,628
km atau 11.362,815 Ha. Terdiri dari daratan, persawahan, dan tambak dengan
luas 175.327 Ha, dan laut dengan luas 4 mil x 57 km. Berikut nama-nama desa
beserta jumlah penduduk yaitu:

Universitas Kristen Krida Wacana


11
1. Desa Pisangsambo : 8.293 jiwa
2. Desa Sabajaya : 8.587 jiwa
3. Desa Medankarya : 6.381 jiwa
4. Desa Tambaksumur : 7.430 jiwa
5. Desa Tambaksari : 7.965 jiwa
6. Desa Srijaya : 6.463 jiwa
7. Desa Srikamulyan : 7.380 jiwa
8. Desa Kutamakmur : 4.847 jiwa
9. Desa Bolang : 5.274 jiwa
10. Desa Gempolkarya : 4.405 jiwa
11. Desa Sumurlaban : 3.718 jiwa
4.2.1.3 Batas wilayah kerja
Batas wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kecamatan Cibuaya
Sebelah Barat : Kecamatan Jayakerta
Sebelah Timur : Kecamatan Batujaya

4.3 Data Demografi


Jumlah penduduk Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang pada tahun
2018 adalah 87.350 jiwa. Kecamatan Tirtajaya terdiri dari 11 desa dengan
jumlah kepala keluarga 24.109 Kepala Keluarga (KK).Klasifikasi penduduk
berdasarkan mata pencaharian di wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya adalah
petani (39.81%), pedagang (13,84%), buruh (24,24%), nelayan (0.25%),
PNS/TNI/POLRI (0.65%), dan lain-lain (21.20%). Tingkat pendidikan
kepala keluarga di Kecamatan Tirtajaya sebagian besar adalah tamatan
SD/SLTP yaitu sebanyak 45.071 orang (64,30%).
Fasilitas Kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tirtajaya,
Kabupaten Karawang, tahun 2018: 1 unit Puskesmas induk, 4 unit Puskesmas
Pembantu (PUSTU), 11 unit Puskesmas keliling, 1 unit balai pengobatan swasta, 3
unit praktek dokter swasta, 27 buah praktek bidan swasta, 1 buah klinik 24 jam, 30

Universitas Kristen Krida Wacana


12
Paraji, 3 desa siaga aktif, 48 pos Posyandu Balita, 3 pos Posbindu Lansia, dan 1 pos
Pos UKK. Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Tirtajaya adalah:

1. Dokter umum :3 orang


2. Dokter gigi :1 orang
3. SKM :3 orang
4. Perawat (Akper) : 17 orang
5. Perawat (SBK) :6 orang
6. Bidan (Akbid) : 30 orang
7. Bidan (DI) :4 orang
8. Kesling (AKL) :0 orang
9. Analisis :1 orang
10. Perawat gigi :0 orang
11. Asisten apoteker :0 orang
12. Sopir :1 orang
13. Kader posyandu : 230 orang
14. Tenaga Sukwan : 26 orang
15. Cleaning service :3 orang

4.4 Data Khusus


4.4.1 Masukan
4.4.1.1 Tenaga (Man)
1. Pimpinan Puskesmas : 1 orang
2. Dokter Umum : 2 orang
3. Petugas Gizi Kesehatan : 1 orang
4. Bidan KIA dan PONED : 17 orang
5. Bidan Desa : 11 orang
6. Kader : 22 orang (11desa)
7. Konselor Asi : 2 orang

Universitas Kristen Krida Wacana


13
4.4.1.2 Dana (Money)
1. APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) : Tersedia,
tidak jelas tertulis dan rinciannya.
2. APBN (BOK/Bantuan Operasional Kesehatan) : Tersedia, tidak
jelas tertulis dan rinciannya.
4.4.1.3 Sarana (Material)
Sarana Medis
 Stetoskop
Dalam gedung : 5 buah
Luar gedung : 1 buah
 Tensimeter
Dalam gedung : 5 buah
Luar gedung : 1 buah
 Timbangan berat badan dewasa dan anak
Dalam gedung : 4 buah
Luar gedung : 1 buah
 Timbangan bayi : 1 buah
 Pengukur Tinggi badan (microtoise)
Dalam gedung : 4 buah
Luar gedung : 1 buah
 Termometer
Dalam gedung : 5 buah
Luar gedung : 1 buah
Sarana Non Medis
 Leaflet ASI eksklusif : Ada
 Poster ASI eksklusif : tidak ada
 Formulir wawancara ibu hamil/kuesioner : tidak ada
 Ruang Pojok ASI : ada
 Buku pedoman tenaga pelaksana gizi : ada
 Kartu status, alat tulis : ada
 Alat penyuluhan : ada
Universitas Kristen Krida Wacana
14

4.4.1.4 Metode
a. Penyuluhan
i) Perorangan
Penyuluhan perorangan yang diberikan oleh petugas kesehatan
Puskesmas kepada setiap ibu dan/atau anggota keluarga dari bayi yang
bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan sampai dengan periode
pemberian ASI eksklusif (usia 0-6 bulan) yang datang berobat di
Puskesmas melalui pemberian informasi mengenai manfaat ASI
Eksklusif secara singkat dan jelas.
Penyuluhan diberikan dengan cara wawancara. Informasi dan edukasi
ASI eksklusif paling sedikit mengenai keuntungan dan keunggulan
pemberian ASI. Gizi ibu dalam masa menyusu, persiapan dan
mempertahankan menyusu. Cara memberikan, menyimpan, mengolah
ASI perah pada ibu yang bekerja yang mempunyai bayi berusia 0-6
bulan.
ii) Kelompok (dilakukan di posyandu setiap bulan dan kelas ibu hamil).
 Pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi dua arah. Yaitu
dengan membahas berbagai manfaat ASI Eksklusif bagi ibu dan bayi
serta metode penyimpanan serta pemberian ASI Eksklusif dengan
baik. Memberikan motivasi kepada peserta ASI Eksklusif untuk
meneruskan pemberian ASI Eksklusif hingga bayi berusia enam
bulan dan melanjutkan sampai usia dua tahun sesuai dengan keadaan
pribadi dan keluarganya.
Penyuluhan juga dengan menerapkan 10 langkah keberhasilan
menyusui ( 10 LMKM ) yang terdiri dari:
 Membuat kebijakan tertulis tentang sepuluh langkah menuju
keberhasilan menyusu dan dikomunikasikan kepada semua staf
pelayanan kesehatan
 Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan
kebijakan menyusu tersebut.

Universitas Kristen Krida Wacana


15
 Menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat
dan managemen menyusu
 Tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan
kesehatan wajib melakukan Inisiasi Menyusu Dini bayi yang
baru lahir kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam.
Inisiasi Menyusu Dini dilakukan dengan cara meletakkan bayi
secara tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit bayi
melekat dengan kulit ibu
 Membantu ibu cara menyusu dan mempertahankan menysu
meskipun ibu dipisah dari bayinya.
 Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada
indikasi medis
 Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu
24 jam
 Menganjurkan menyusu sesuai permintaan bayi
 Tidak memberi dot kepada bayi
 Mendorong pembentukkan kelompok pendukung menyusu,
serta mengajak ibu kepada kelompok tersebut setelah keluar
dari fasilitas pelayanan kesehatan.
Dalam penyuluhan perkelompok, Puskesmas Tirtajaya mendukung
keberhasilan program pemberian ASI eksklusif dengan berpedoman
pada 10 LMKM yaitu dengan membuat kebijakan tertulis tentang
sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui dan dikomunikasikan
kepada semua staf pelayanan kesehatan. Kebijakanannya bersifat
aplikatif dalam bentuk petunjuk teknis dan prosedur tetap dengan
penjelasan yang dilengkapi dengan gambar-gambar. Kebijakan yang
disusun minimal memuat tentang IMD, pelarangan promosi susu
formula, dan larangan menggunakan dot atau kempeng, rawat gabung,
penatalaksanaan menyusui yang benar, managemen menyusui saat bayi
sakit dan lain-lain.

Universitas Kristen Krida Wacana


16
Staf pelayanan kesehatan di Puskesmas Tirtajaya dilatih dalam
keterampilan menerapkan kebijakan 10 LMKM. Pelatihan dilakukan
secara periodil dan diselenggarakan di fasilitas kesehatan atau tempat
pelatihan lain yang memadai. Fasilitator adalah tenaga konselor
menyusui yang telah dilatih sebagai fasilitator konseling menyusui
modul WHO 40 jam dan mendapat sertifikat. Materi pelatihan minimal
memuat tentang IMD, pelarangan promosi susu formula, dan larangan
penggunaan dot/kempeng, rawat gabung, penatalaksanaan menyusui
yang benar termasuk mengatasi kesulitan yang muncul saat menyusui,
managemen menyusui saat bayi sakit, dan pendampingan bagi ibu dan
keluarga. Metode pelatihan yang digunakan dapat berupa ceramah,
tanya jawab, diskusi, simulasi, dan lain-lain. Peserta pelatihan adalah
seluruh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan.
Tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya harus
menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir
sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.
Penjelasan dan informasi tentang manfaat dan penatalaksanaan
menyusui selain diberikan kepada ibu hamil, juga kepada suami dan
keluarga. Disinilah pentingnya membangun keterlibatan, dukungan dan
peran aktif suami dalam ikut menentukan keberhasilan ibu untuk
menyusui bayinya. Yang memberikan penjelasan adalah tenaga
kesehatan dan pendamping ibu dan keluarga yang telah dilatih. Materi
yang dijelaskan antara lain tentang Inisiasi Menyusu Dini, bahaya susu
formula, rawat gabung, penatalaksanaan menyusui yang benar
termasuk mengatasi kesulitan menyusui, dan manajemen menyusui
saat bayi sakit. Informasi ini dapat disampaikan pada saat kunjungan
pemeriksaan kehamilan, masa persalinan hingga masa nifas.
Tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya harus
melakukan IMD bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat
selama 1 (satu) jam. IMD dilakukan baik di ruang bersalin maupun di
ruang operasi. Inisiasi Menyusu Dini dilaksanakan oleh tenaga
Universitas Kristen Krida Wacana
17
kesehatan yang membantu proses persalinan. Ibu, suami, dan keluarga
berhak meminta pihak penyedia pelayanan kesehatan untuk melakukan
IMD sepanjang tidak ada kontraindikasi.
Tenaga Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya harus
membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi
medis. Yang membantu ibu untuk menyusui dengan benar adalah
tenaga kesehatan, suami, atau keluarga. Tenaga kesehatan harus
membantu ibu untuk memastikan posisi ibu dan perlekatan bayi pada
dada ibu sudah benar, menciptakan suasana yang tenang dan nyaman
untuk ibu menyusui, membantu ibu bagaimana cara mengatasi
kesulitan saat menyusui bayinya dan membantu ibu mengenali bayi
yang sudah kenyang, tersedak, atau kurang mendapat ASI. Selain itu,
tenaga kesehatan harus mendorong ibu untuk tetap menyusui walaupun
ibu dan bayi harus dirawat terpisah atas indikasi medis serta
meningkatkan peran suami dalam mendukung ibu tetap dapat
menyusui.
Tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya mennyarankan
ibu tetap memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada
indikasi medis. Selain itu tenaga kesehatan harus memberikan
penjelasan kepada ibu, ayah, dan keluarga bahwa bayi hanya
memerlukan ASI saja dan ASI saja sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi anak serta memberikan penjelasan tentang bahaya susu
formula dan makanan serta minuman lain selain ASI pada bayi baru
lahir kecuali atas indikasi medis. Selain itu menjamin pemenuhan gizi
ibu agar dapat menyusui dengan optimal.

Tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskemas Tirtajaya menganjurkan


menyusu sesuai permintaan bayi. Memberikan waktu seluas-luasnya
kepada ibu untuk menyusui bayinya. Membantu ibu, ayah, dan
keluarga untuk mengenali apakah bayi sudah kenyang, lapar ataupun
tersedak saat pemberian ASI dan memberikan penjelasan kepada ibu

Universitas Kristen Krida Wacana


18
bagaimana mengatasi keluhan fisik yang muncul saat menyusui semau
bayi. Selain itu, memberikan penjelasan pada ibu bahwa menyusui
merupakan bagian dari ibadah sehingga ibu termotivasi untuk
menyusui semau bayi, memberikan penjelasan kepada ayah dan
keluarga untuk menciptakan kondisi, situasi, suasana yang tenang,
nyaman, penuh kasih sayang sehingga memberikan kepercayaan diri
bagi ibu untuk menyusui semau bayi serta menjamin pemenuhan gizi
ibu menyusui secara optimal.

Tenaga kesehatan haruslah tidak memberikan dot atau kempeng


kepada bayi yang diberi ASI. Memberikan penjelasan kepada ibu, ayah
dan keluarga tentang bahaya penggunaan dot atau kempeng dan
melarang promosi dot/kempeng baik di fasilitas pelayanan kesehatan
dan di masyarakat. Penjelasan yang dapat diberikan berupa kempeng
atau dot mempunyai beberapa bahaya atau kerugian antara lain bayi
mengalami gangguan pada pertumbuhan gigi geligi, infeksi telinga
tengah juga meningkat pada bayi yang sering memakai kempeng.

Tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Wanakerta haruslah


mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusu dan merujuk
ibu kepada kelompok tersebut setelah keluar dari fasilitas pelayanan
kesehatan. Dalam pelaksanaan 10 Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui adalah dengan mengadakan pertemuan dalam rangka
menyamakan persepsi tentang perlunya kelompok pendukung ASI
(KP-ASI).
Kelompok pendukung ASI (KP-ASI) harus dibentuk di wilayah kerja
Puskesmas Wanakerta dari tingkat yang paling kecil yang
keanggotaannya terdiri ibu-ibu menyusui, suami, keluarga, serta tokoh
masyarakat dan agama. Pertemuan yang rutin diadakan untuk saling
mendukung pemberian ASI Eksklusif termasuk mengatasi
permasalahan atau kesulitan yang timbul selama menyusui. Selain itu,
mengadakan koordinasi dan kerjasama antar KP-ASI untuk saling

Universitas Kristen Krida Wacana


19
berbagi informasi dan pengalaman. Fungsi KP-ASI ini adalah
mensosialisasikan pemberian ASI kepada masyarakat.

b. Pelatihan Kader Mengenai ASI eksklusif


Pelatihan kader kesehatan mengenai ASI eksklusif dilakukan minimal
satu kali per tahun. Pelatihan boleh dijalankan oleh dokter, bidan,
konselor ASI eksklusif, atau bagian promosi kesehatan.
c. Pojok ASI Eksklusif
Suatu ruangan tertutup yang khusus buat ibu menyusui di Puskesmas.
Ruangan pojok ASI Eksklusif yang digunakan untuk tujuan
mempromosikan program ASI Eksklusif dengan diawasi oleh seorang
fasilitator ASI yang telah dilatih dan memiliki kemampuan untuk
memberikan konsultasi kepada ibu-ibu dalam proses menyusui dan
memerah ASI. Ruang pojok ASI haruslah diselenggarakan pada
bangunan yang permanen, dapat merupakan ruang tersendiri atau
merupakan bagian dari tempat pelayanan kesehatan yang ada di tempat
kerja dan tempat sarana umum. Terdapat dua konselor ASI yang akan
memberikan penyuluhan dengan wawancara tentang program ASI.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 2013, harus disediakan satu ruangan khusus untuk
menyusui atau memerah susu di sarana umum.
d. Inisiasi Menyusu Dini
Bidan desa/ bidan PONED/ kader akan berperan memberikan
pengarahan kepada ibu untuk memberikan kesempatan kepada bayi
memulai/inisiasi menyusui sendiri segera setelah lahir dengan
membiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu setidaknya satu jam
atau lebih sampai menyusui pertama selesai.
e. Pencatatan dan Pelaporan
Dilakukan dengan membuat Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
(SP2TP) Puskesmas Tirtajaya Kabupaten Karawang terutama tentang
cakupan ASI eksklusif.

Universitas Kristen Krida Wacana


20
4.4.2 Proses
4.4.2.1 Perencanaan (Planning)
Perencanaan tertulis mengenai:
a. Penyuluhan
i) Perorangan
Penyuluhan perorangan dilakukan saat melakukan kunjungan rumah
dan pemeriksaan kehamilan di pelayanan kesehatan yang dilakukan
pada setiap hari kerja oleh bidan kepada ibu yang mempunyai bayi
berusia 0-6 bulan melalui wawancara di UPTD Puskesmas Tirtajaya,
jam 08.00-12.00.
ii) Kelompok
Akan diadakannya penyuluhan mengenai ASI Eksklusif dan cara
menyusui yang benar kepada ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi
usia 0-6 bulan, akan dilaksanakan sebanyak satu bulan sekali di
posyandu yang dibantu oleh kader. Penuluhan kelompok ini
diselanggarakan saat kelas ibu hamil dan pada posyandu. Penyuluhan
pada posyandu dan kelas ibu hamil dilaksanakan sebanyak 6x kali
dalam satu bulan yang dibantu oleh kader.
Dalam pelaksanaan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui ( 10
LMKM ), Puskesmas Tirtajaya belum sepenuhnya mempunyai
kebijakan tertulis dalam peningkatan pemberian ASI (PP-ASI) yang
secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas kesehatan.
Kebijakan yang belum tertulis adalah perencanaan tentang pelatihan
terhadap seluruh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan tentang
sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui dan larangan
menggunakan dot atau kempeng kepada bayi yang di beri ASI.
Kebijakkan yang lain telah dilakukan secara tertulis.
b. Pelatihan Kader Mengenai ASI eksklusif
Akan dilakukan penjadwalan pelatihan kader mengenai program ASI
Eksklusif yang disediakan oleh petugas Program Gizi dan disesuaikan
dengan anggaran operasional yang tersedia setiap satu tahun sekali.

Universitas Kristen Krida Wacana


21

c. Pojok ASI Eksklusif


Akan disediakan suatu ruangan tertutup yang khusus untuk ibu
menyusui di Puskesmas beroperasi setiap hari selama 24 jam dengan
persyaratan sesuai ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 15 tahun 2013 yang didampingi seorang dan seorang
petugas puskesmas yang dapat mempromosikan usaha ASI Eksklusif
serta menjadi konselor ASI pada hari bekerja jam 08.00-12.00
d. IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan
akan melakukan inisiasi menyusu dini terhadap bayi yang baru lahir
kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam. Inisiasi Menyusu
Dini dilakukan oleh Bidan desa atau Bidan PONED. Bidan PONED
(Pelayanan Obestetri Neonatus Esensial Dasar) menerapkan IMD
(Inisiasi Menyusui Dini) di ruangan PONED di UPTD Puskesmas
Kecamatan Tirtajaya dengan memberikan pengarahan pada ibu yang
baru saja melahirkan untuk meletakkan bayi secara tengkurap di dada
atau perut ibu sehingga kulit bayi melekat/ kontak pada kulit ibu.
e. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan Dilakukan setiap bulan pada saat bayi berkunjung ke
posyandu oleh bidan desa di KMS kemudian direkapitulasi pada
register bayi pada kunjungan bulan Februari dan Agustus 2018.
Dibuatnya kebijakan tertulis tentang pencatatan yang berasal dari
fasilitas kesehatan yang turut terlibat dalam program ASI eksklusif.
Dibuat laporan dalam bentuk Laporan Bulanan. Pelaporan Dilakukan
pelaporan 2 kali per tahun yaitu Februari dan Agustus pada laporan
tahunan Puskesmas kepada Dinas Kesehatan.

4.4.2.2 Pengorganisasian (Organizing)


Dibuat bagan pengorganisasian program ASI eksklusif, tenaga pelaksana gizi
sebagai koordinator program (programmer), kemudian programmer
melakukan koordinasi dengan konselor ASI untuk kemudian melimpahkan

Universitas Kristen Krida Wacana


22
tugas kepada pelaksana program. Kepala Puskesmas sebagai penanggung
jawab program, melimpahkan kekuasaan kepada koordinator program
(programmer), kemudian programmer melakukan koordinasi dengan
pelaksana program. Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang
teratur dalam melaksanakan tugasnya:

Kepala Puskesmas
Hj. Teti Suhernayati, SKM

Petugas Pencatatan dan Pelaporan


Program (Ka. Subag Tata Usaha)

Koordinator Program Gizi


Hj. N. Tarkinah,Am.Keb

Konselor Asi Ekslusif:


Hj. Radifah S.KM

Pelaksana :
Kader Terlatih dan Bidan Desa

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Program ASI eksklusif Puskesmas


Kecamatan Tirtajaya Pengorganisasian dalam Program ASI Eksklusif
yang dibagi berdasarkan Jabatan

Pengorganisasian dalam program ASI eksklusif dibagi berdasarkan jabatan:


o Kepala Puskesmas (Ibu Hj. Teti Suhernayati, SKM)
 Sebagai penanggung jawab program
 Monitoring pelaksanaan kegiatan gizi keluarga
 Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan gizi keluarga di
wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya
o Koordinator dan Pelaksana Bagian Gizi (Ibu Hj. N. Tarkinah, Am.Keb)
 Sebagai koordinator dan pelaksana program.

Universitas Kristen Krida Wacana


23
 Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan melaporkan
hasil pencatatan kepada Kepala Puskesmas Tirtajaya setiap bulan.
o Konselor ASI (Ibu Hj. Radifah S.KM)
 Sebagai orang yang dipilih oleh puskesmas yang dikirim untuk
mengikuti pelatihan konselor ASI oleh dinas kesehatan
 Mampu melatih kader-kader posyandu yang dipilih sebagai kader
ASI pada satu wilayah.
o Bidan Desa, Bidan Puskesmas, dan Kader
 Sebagai tenaga pelaksana 10 Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui di setiap kelurahan di wilayah kerja Puskemas Tirtajaya
 Sebagai pelaksana kegiatan penyuluhan perorangan dan kelompok
mengenai ASI eksklusif
 Melakukan pencatatan bayi yang berkunjung ke Posyandu dan
merekapitulasi data untuk dilaporkan ke koordinator dan pelaksana
gizi keluarga.

4.4.2.3 Pelaksanaan (Actuating)


a. Penyuluhan
Penyuluhan perorangan belum dilakukan saat melakukan kunjungan
rumah maupun saat pemeriksaan kehamilan di pelayanan kesehatan.
Sedangkan penyuluhan kelompok sudah dilakukan saat kelas ibu hamil
dan posyandu setiap bulannya.
i) Perorangan
Dilakukan pada setiap hari kerja oleh bidan kepada ibu hamil dan ibu
yang mempunyai bayi berusia 0-6 bulan melalui wawancara di UPTD
Puskesmas Tirtajaya, jam 08.00-12.00. Tidak ada data pencatatan jumlah
penyuluhan perorangan.
ii) Kelompok
Membahas mengenai berbagai manfaat ASI eksklusif bagi ibu dan bayi
serta metode penyimpanan serta pemberian ASI eksklusif yang baik.
Serta memberikan motivasi kepada peserta ASI eksklusif untuk

Universitas Kristen Krida Wacana


24
meneruskan pemberian hingga 6 bulan dan melanjutkan sehingga ke usia
2 tahun sesuai dengan keadaan pribadi dan keluarganya.
Pada penyuluhan kelompok yang juga melaksanakan program 10 Langkah
Menuju Keberhasilan Menyusui ( 10 LMKM ) yaitu:
1. Terdapat beberapa staf pelayanan kesehatan yang belum dilatih
dalam ketrampilan menerapkan kebijakan 10 LMKM.
2. Sudah diberikan informasi kepada semua ibu hamil tentang
manfaat dan manajemen menyusu sewaktu kelas ibu hamil.
3. Bidan PONED dan bidan desa telah melakukan IMD pada bayi
yang baru lahir kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu)
jam di wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya.
4. Ibu telah dibantu cara menyusu dan mempertahankan menyusu
meskipun ibu dipisah dari bayinya sewaktu penyuluhan yang
dilakukan oleh konselor ASI.
5. Petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya sudah
memberikan penjelasan terutama tentang bahaya susu formula
dan makanan serta minuman lain selain ASI pada bayi baru
lahir kecuali atas indikasi medis.
6. Telah diterapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang
waktu 24 (dua puluh empat) jam di wilayah kerja Puskesmas
Tirtajaya. Tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Tirtajaya terutama bidan PONED dan bidan desa telah
mengupayakan penyediaan ruang rawat gabung dengan sarana
dan prasarana yang memadai.
7. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI
kepada bayi baru lahir sewaktu lahir di bidan desa atau di ruang
PONED Puskesmas Tirtajaya.
8. Belum dilakukan penjelasan kepada keluarga yang mempunyai
bayi usia 6 bulan ke bawah supaya tidak memberikan dot atau
kempeng kepada bayi yang diberi ASI dan belum diberi
larangan dalam promosi dot atau kempeng baik di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Universitas Kristen Krida Wacana
25
9. Belum dibentuk kelompok pendukung ASI dan merujuk ibu
kepada kelompok tersebut setelah keluar dari fasilitas pelayanan
kesehatan.
b. Pelatihan Kader Mengenai ASI eksklusif
Pelatihan dilakukan 1 tahun sekali. Pelatihan kader ASI Ekslusif baru
di bentuk pada bulan Januari 2019 yang di pimpin oleh satu orang
Bidan Desa sebagai Konselor ASI di Puskesmas Tirtajaya.
c. Pojok ASI Eksklusif
Ada ruangan khusus didampingi seorang petugas puskesmas yang dapat
mempromosikan usaha ASI Eksklusif serta menjadi konselor ASI pada
hari kerja jam 08.00-12.00 WIB, tetapi belum beroperasi secara
maksimal.
a. Inisiasi Menyusu Dini
Bidan desa/ bidan PONED/ kader memberikan pengarahan kepada ibu
untuk memberikan kesempatan kepada bayi memulai/inisiasi menyusui
sendiri segera setelah lahir dengan membiarkan kontak kulit bayi
dengan kulit ibu setidaknya satu jam atau lebih sampai menyusui
pertama selesai. Namun, tidak ada dokumentasi atau pelaporan menenai
program ini.
b. Pencatatan dan Pelaporan
Dilakukan dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) oleh bidan desa dan bidan PONED pada setiap kali
kegiatan posyandu, saat telah melakukan IMD dan saat melakukan
penyuluhan dalam kelas ibu hamil. Dilakukan pelaporan tertulis sekali
kali setiap bulan pada laporan bulanan Puskesmas oleh petugas Program
Gizi berdasarkan laporan dari bidan-bidan desa dan bidan PONED.
Selain itu, dilakukan pelaporan 2 kali per tahun yaitu Februari dan
Agustus pada laporan tahunan Puskesmas kepada Dinas Kesehatan.

Universitas Kristen Krida Wacana


26
4.4.2.4 Pengawasan (Controlling)
 Pertemuan / Rapat (Lokakarya Mini Bulanan) Tiap bulan diadakan satu
kali rapat di Puskesmas Tirtajaya dan dipimpin oleh Kepala Puskesmas
untuk mengetahui apakah program berjalan sesuai dengan rencana. Jika
terdapat masalah dalam program terutama tentang ASI Eksklusif, akan
dilakukan penambah baikan dalam hal tersebut.
 Penilaian mengenai seluruh hasil kegiatan yang digunakan untuk
menentukan program tahun depan, diadakan satu tahun sekali.
 Pengawasan petugas bagian gizi terhadap pelaksanaan program
penyuluhan dalam kelas ibu hamil. Pengawasan dilakukan untuk
menilai apakah terdapat kendala atau masalah dalam setiap perencanaan
dan pelaksanaan terhadap program ASI Eksklusif.

4.4.3 Keluaran (Output)


4.4.3.1 Cakupan ASI Eksklusif di Puskesmas Tirtajaya
a. Jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif dari bulan Januari 2018
sampai dengan Desember 2018: 517 bayi.
b. Jumlah sasaran bayi 0-6 bulan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Tirtajaya dari bulan Januari 2018 sampai dengan Desember 2018: 802
bayi.

Universitas Kristen Krida Wacana


27
Tabel 1. Catatan Jumlah Bayi Usia 0-6 Bulan yang Mendapat ASI Saja
Bulan Februari 2018 – Agustus 2018 di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya
Desa Jumlah bayi usia 0-6 bulan

Februari 2018 Agustus 2018


Desa Pisang Sambo 30 32
Desa Sabajaya 16 14
Desa Gempolkarya 19 21
Desa Medankarya 12 8
Desa Tambaksumur 20 20
Desa Tambaksari 18 11
Desa Sumurlaban 12 10
Desa Srijaya 17 17
Desa Bolang 13 17
Desa Kutamakmur 18 28
Desa Srikamulyan 18 23
Jumlah 193 201

Tabel 2. Catatan Jumlah Bayi Usia 0-6 Bulan yang Gagal ASI Eksklusif
Bulan Februari 2018 dan Agustus 2018 di Puskesmas Kecamatan
Tirtajaya

Desa Jumlah bayi usia 0-6 bulan

Februari 2018 Agustus 2018


Desa Pisang Sambo 23 24
Desa Sabajaya 9 19
Desa Gempolkarya 15 28
Desa Medankarya 7 10
Desa Tambaksumur 20 11
Desa Tambaksari 3 7
Universitas Kristen Krida Wacana
28

Desa Sumurlaban 7 9
Desa Srijaya 10 16
Desa Bolang 3 15
Desa Kutamakmur 10 10
Desa Srikamulyan 15 10
Jumlah 122 159

Tabel 3. Catatan Bayi Usia 0-6 Bulan yang Mendapat ASI Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Tirtajaya Bulan Februari 2018 dan Agustus
2018
Bulan Jumlah Bayi Usia 0-6 Bulan dengan ASI Eksklusif

Februari 2018 193


Agustus 2018 201
Jumlah 394

Universitas Kristen Krida Wacana


29

Tabel 4. Jumlah Bayi 0 – 6 Bulan yang Datang dan Tercatat dalam KMS
di Wilayah Kerja Puskesmas Tirtajaya bulan Februari 2018 dan Agustus
2018
Bulan Jumlah Bayi Usia 0-6 Bulan

Februari 2018 315


Agustus 2018 360
Jumlah 675

4.4.3.1.1 Cakupan Bayi Umur 0-6 Bulan yang Mendapatkan ASI Eksklusif
Bulan Februari 2018 dan Agustus 2018 :

Jumlah bayi 0−6 bulan mendapat ASI Eksklusif di wilayah kerja


UPTD Puskesmas Tirt ajaya 394
Jumlah bayi0−6 bulan yang datang dan tercatat dalam register ( )
x 100 %=
675
x 100 %=58,37
pencatatan
di wilayahkerja UPTD PuskesmasTirtajaya
KMS

a. Target : 90% per tahun (berdasarkan PKP Puskesmas Tirtajaya


2018)
b. Kesimpulan : Cakupan sebesar 58,37% belum sesuai target yaitu 90%,
sehingga didapatkan besar masalah sebesar 31,63%

Universitas Kristen Krida Wacana


30
4.4.3.2. Cakupan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
4.4.3.2.1 Jumlah Bayi Lahir Hidup yang Mendapatkan Inisiasi Menyusu
Dini Bulan Januari 2018 sampai dengan Desember 2018

Tabel 5. Catatan Jumlah Bayi Lahir Hidup dan Jumlah yang


Mendapatkan Inisiasi Menyusu Dini Bulan Januari 2018 sampai dengan
Desember 2018
Jumlah bayi Jumlah bayi lahir hidup
Bulan lahir hidup yang diberikan IMD

Januari 2018 109 100


Februari 2018 118 109
Maret 2018 112 104
April 2018 106 100
Mei 2018 104 103
Juni 2018 102 90
Juli 2018 109 99
Agustus 2018 122 106
September 2018 113 96
Oktober 2018 127 110
November 2018 122 112
Desember 2018 116 110
Jumlah 1360 1239

Universitas Kristen Krida Wacana


31
4.4.3.2.2 Persentase Bayi Lahir Hidup yang Mendapatkan IMD Bulan
Januari 2018 sampai dengan Bulan Desemberr 2018

Persentase (%) Cakupan IMD :

Jumlah bayi lahir hidup mendapat IMD bulan Januari – Desember 2018
x 100 %
Jumlah persalinan pada Nakes bulan Januari – Desember 2018

¿ ( 11360
239
) x 100 %=91,10 %
a. Target : 100 % per tahun (berdasarkan PKP Puskesmas Tirtajaya 2017)
b. Kesimpulan : Cakupan sebesar 91,10% belum sesuai target yaitu
100%, sehingga didapatkan besar masalah 8,90%.

4.4.4 Lingkungan
4.4.4.1 Lingkungan Fisik
 Lokasi
Setiap desa telah memiliki bidan desa. Setiap desa terdapat akses jalan
yang bisa dilalui sepeda motor tetapi tidak mempengaruhi pelaksanaan
program secara signifikan.
 Transportasi
Tersedia sarana transportasi.angkutan umum dan sepeda motor.
 Fasilitas Kesehatan lain : ada
4.4.4.2 Lingkungan non fisik
 Sosial Budaya
Masih terdapat kepercayaan masyarakat yang salah mengenai ASI
sehingga menggantikan pemberian ASI dengan susu formula atau
makanan tambahan sebelum usia 6 bulan terhadap bayi terutama bila
ASI tidak bisa keluar atau dianggap berkurang produksinya. ASI saja
dianggap tidak cukup memenuhi nutrisi bagi bayi hingga usia 6 bulan
sehingga diberi MP-ASI sebelum waktunya. Nutrisi dan Gizi ibu yang
kurang serta cara menyusui yang salah membuat ASI ibu tidak lancar.
Gencarnya iklan susu formula membuat ibu ingin memberikan susu

Universitas Kristen Krida Wacana


32
formula karena dianggap lebih baik daripada ASI Eksklusif.
Kurangnya pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap ibu untuk
dapat memberikan ASI Eksklusif.

4.4.5 Umpan balik


 Pencatatan dan pelaporan bulanan lengkap, sesuai dengan waktu yang
ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan dalam evaluasi
Program Gizi.
 Rapat kerja yang membahas laporan kegiatan untuk mengevaluasi
program yang telah dijalankan.
 Konselor ASI belum berjalan maksimal
 Baru dilaksanakan Pelatihan Kader ASI pada bulan Januari 2019
 Tersedia ruangan khusus untuk kegiatan Pojok ASI eksklusif, tetapi
belum berfungsi maksimal dan tidak memadai

4.4.6 Dampak
 Dampak langsung yaitu memenuhi kebutuhan asupan gizi bayi 0-6
bulan: belum dapat dinilai.
 Dampak tidak langsung yaitu meningkatkan derajat kesehatan anak
dan mengurangi angka kesakitan dan kematian anak: belum dapat
dinilai.

Universitas Kristen Krida Wacana


33
Bab V
Pembahasan Masalah

5.1 Masalah menurut variabel keluaran


Tabel 6 Tabel Masalah Menurut Variable Keluaran
No Variabel Tolok Ukur (%) Pencapaian(%) Besar
Masalah
(%)
1. Cakupan ASI eksklusif 90 58,37 35,14
2. Cakupan Inisiasi Menyusui Dini 100 91,10% 8,90

5.2 Masalah Menurut Variabel Masukan


Tabel 7 Tabel Masalah Menurut Variable Masukan
No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1. Tenaga  Tenaga Petugas Gizi  Ada 1 orang tenaga (-)


(Men) Keluarga sebagai sebagai koordinator
koordinator dan dan pelaksana Program
pelaksana Program Gizi Gizi
Keluarga

 Terdapat petugas terpilih  Keluarga Terdapat 2


(-)
sebagai Konselor ASI petugas terpilih sebagai
Konselor ASI

 Terdapat kader aktif  Kader sudah aktif 20


(+)
yang terlatih dan orang tapi tidak ada
kelompok pendukung asi kelompok pendukung
ASI
2. Dana  BOK  Ada (-)
(Money)
 APBD  Ada (-)

3. Sarana  Infocus  Ada (-)


(Material)  Ada (-)
 Ada (+)
 Layar  Ada (-)
 Ada (-)
(-)
Universitas Kristen Krida Wacana
34
 Leaflet  Ada (-)
 Lembar balik  Ada (+)
 Ada

 Poster

 Materi PPT

: Ada

 Alat tulis
 Ruang Pojok ASI

4. Metode  Melaksanakan 10  Belum melaksanakan 10 (+)


(Method) Langkah Menuju Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui Keberhasilan Menyusui

5.3 Masalah Menurut Variabel Proses


Tabel 8. Masalah menurut variable proses
No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah
1. Perencanaan  Penerapan 10 LMKM  Sudah direncanakan (-)
penerapan 10
LMKM
 Terdapat kebijakan  Sudah terdapat (-)
tertulis pelatihan kebijakan tertulis
kader ASI eksklusif pelatihan kader ASI
eksklusif
 Terdapat kebijakan  Sudah terdapat (-)
tertulis pembuatan kebijakan tertulis
pojok ASI pembuatan pojok
ASI
 Melakukan Inisiasi  Sudah direncanakan (-)
Menyusu Dini segera untuk melakukan
setelah bayi lahir IMD segera setelah
bayi lahir
Universitas Kristen Krida Wacana
35
 Penyuluhan perorangan  Belum (+)
dilakukan setiap kali dilakukannya
melakukan kunjungan penyuluhan
rumah dan pemeriksaan perorangan setiap
kehamilan di fasilitas
melakukan
pelayanan kesehatan,
kunjungan rumah
sedangkan penyuluhan
kelompok dilaksanakan
dikelas ibu hamil setiap
satu bulan sekali
 Pencatatan dilakukan  Sudah direncanakan (-)
setiap bulan dan SP2TP dan
direkapitulasi pada perencanaan
bulan Februari dan pelaporan 2 kali per
Agustus dan dibuat
tahun kepada Dinas
laporan bulanan yang
Kesehatan yaitu
akan dilaporkan ke
dinas kesehatan setiap pada bulan Februari
tahun dan Agustus setiap
tahunnya
2. Pengorganisasian  Dibentuk struktur  Struktur organisasi (-)
organisasi, kepala sudah dibentuk dan
puskesmas sebagai jelas, dalam
penanggungjawab pelaksanaannya
program, melimpahkan
sudah berjalan
kekuasaan kepada
sesuai dengan
koordinator program
(programmer), struktural
kemudian melakukan organisasi.
koordinasi dengan
pelaksana program
3. Pelaksanaan  Diterapkan pelaksanaan  Belum diterapkan (+)
10 LMKM sepenuhnya 10
 Dilakukan IMD segera LMKM
setelah bayi lahir  Sudah dilakukan
 Mengoperasionalkan (-)
IMD segera setelah
pojok ASI pada hari
bayi lahir
kerja dengan dua orang
konselor ASI  Sudah tersedianya
tempat namun
belum beroperasi (+)
maksimal
 Dilakukan pelatihan  Telah dilakukan (-)
kader minimal pelatihan kader pada
setahun sekali November 2018

Universitas Kristen Krida Wacana


36
oleh konselor ASI
 Dilakukan  Penyuluhan (+)
penyuluhan perorangan belum
perorangan di setiap dilaksanakan
kunjungan rumah dan dengan baik,
pemeriksaan sedangkan
kehamilan di fasilitas penyuluhan
pelayanan kesehatan, kelompok tidak
sedangkan rutin dilaksanakan
penyuluhan kelompok setiap bulan
dilaksanakan saat
kelas ibu hamil setiap
satu bulan sekali
 Dibuat Pencatatan dan  Tidak semua (+)
Pelaporan kegiatan dilakukan
pencatatan secara
baik dan benar
4. Pengawasan  Dilakukan  Sudah dilakukan (-)
pertemuan/rapat pengawasan
bulanan dan juga program dalam
tahunan yang bentuk lokakarya
dipimpin oleh kepala mini bulanan
puskesmas untuk
mengetahui apakah
program berjalan
sesuai dengan rencana

5.4 Masalah menurut variabel lingkungan


Tabel 9. Masalah Menurut Variable Lingkungan
No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1. Fisik  Lokasi Mudah dijangkau oleh (-)


masyarakat ke bidan desa
dan terdapat pustu di
wilayah kerja Puskesmas
Tirtajaya

 Transportasi Tersedia sarana


(-)
transportasi sehingga
memudahkan masyarakat

Universitas Kristen Krida Wacana


37
dalam memperoleh
informasi mengenai ASI
Eksklusif
2. Non Fisik  Sosial budaya  Masih banyak yang (+)
memberikan MP ASI
sebelum waktunya
pada bayi, mengganti
ASI dengan susu
formula. Sehingga hal
ini akan berpengaruh
terhadap pencapaian
program ASI
Eksklusif.

Variabel lingkungan yang berpengaruh pada pemberian ASI Eksklusif adalah


faktor sosial budaya yaitu di wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya masih banyak yang
memberikan MP-ASI sebelum waktunya pada bayi, mengganti ASI dengan susu
formula. Sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap pencapaian program ASI
Eksklusif. Walaupun pada variabel lingkungan terdapat masalah, namun variabel ini
tidak akan di bahas karena lingkungan adalah dunia luar sistem yang tidak akan
dikelola oleh sistem.

Universitas Kristen Krida Wacana


38
Bab VI

Perumusan Masalah

6.1 Masalah Menurut Keluaran

6.1.1. Cakupan ASI eksklusif periode Januari 2018 sampai dengan Desember
2018 sebesar 58,37 % dari tolok ukur 90%.

6.1.2. Cakupan Inisiasi Menyusui Dini periode Januari 2018 sampai dengan
Desember 2018 sebesar 91,10 % dari tolok ukur 100%.

6.2 Masalah dari unsur lain

6.2.1 Masalah dari masukan

1. Belum berjalan secara maksimalnya Konselor ASI dan baru terbentuk


pelatihan kader ASI pada bulan Januari 2019 serta belum adanyan kader
yang khusus tentang ASI.
2. Belum melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

6.2.2 Masalah dari proses

1. Belum terlaksana semua 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui


yaitu:
 Belum terdapat pelatihan sepenuhnya kepada staf pelayanan
kesehatan dalam menerapkan 10 LMKM. Pelatihan dilakukan
secara periodik dan diselenggarakan di fasilitas kesehatan atau
tempat pelatihan lain yang memadai.
 Belum dilakukan penjelasan kepada keluarga bayi supaya tidak
memberikan dot atau kempeng kepada bayi. Tidak terdapat
kebijakan tertulis tentang larangan promosi dot atau kempeng baik
di fasilitas pelayanan kesehatan dan di masyarakat
 Belum dibentuk kelompok pendukung ASI sehingga ibu belum
dirujuk kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Sarana
Pelayanan kesehatan.
Universitas Kristen Krida Wacana
39
2. Belum adanya penjadwalan pelatihan kader ASI yang dapat membina ibu
yang memiliki bayi usia 0-6 bulan untuk memberikan ASI eksklusif.
Belum adanya kelompok pendukung ASI.

6.2.3 Masalah dari lingkungan

 Beberapa ibu tidak melanjutkan pemberian ASI karena merasa air


susunya kurang dan tidak keluar atau merasa anaknya tidak mau
diberikan ASI ataupun beberapa ibu merasa payudaranya sakit sehingga
menghentikan pemberian ASI kepada anaknya, sehingga masih banyak
ibu yang memberikan MP ASI sebelum waktunya pada bayi atau
mengganti ASI dengan susu formula.
 Mayoritas penduduk mempunyai tingkat pengetahuan tentang ASI yang
masih rendah, sehingga menyebabkan kurang tahu akan manfaat
pemberian, bagaimana cara pemberian ASI dan cara penyimpanannya
masih kurang.
 Tingkat sosial budaya yang rendah mengenai kesadaran dan perilaku
gizi masyarakat yang baik dan atas kesadaran sendiri. Serta kurangnya
dukungan keluarga terhadap ibu untuk memberikan ASI eksklusif.
 Tidak ada pencatatan dan pelaporan mengenai IMD yang dilakukan
oleh bidan praktek swasta saat menolong persalinan.

Universitas Kristen Krida Wacana


40
Bab VII
Prioritas Masalah

7.1 Prioritas Masalah


Prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan metode sederhana. Dari rumusan
masalah, langkah berikutnya adalah membuat prioritas masalah dari keluaran. Dengan
menggunakan salah satu teknik misalnya metode sederhana, ditentukan hanya dua
prioritas masalah saja yang harus diselesaikan. Jika pada tahapan perumusan masalah
hanya ada dua masalah saja, maka pada keadaan ini tidak terdapat tahapan prioritas
masalah. Masalah yang dua itu langsung dilakukan penyelesaian masalah. Oleh itu,
pada evaluasi program ini tidak dilakukan prioritas masalah karena jumlah masalah
tidak lebih dari dua.8

7.2 Masalah menurut keluaran

7.1.1 Cakupan ASI eksklusif sebesar 58,37% dari target 90%.

7.1.2 Cakupan Inisiasi Menyusui Dini sebesar 91,10 % dari target


100%.

7.3 Prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan metode sederhana

Tidak dilakukan prioritas masalah (skoring) karena jumlah masalah


tidak lebih dari dua.

Universitas Kristen Krida Wacana


41
Bab VIII

Penyelesaian Masalah

8.1 Masalah 1: Cakupan ASI Eksklusif periode Januari 2018 sampai dengan Desember
2018 sebesar 58,37% dari tolok ukur 90%.

Penyebab masalah:

Masih terdapat banyak mitos mengenai ASI, seperti bayi lapar seandainya hanya
diberikan ASI, susu kuning (kolostrum) harus dibuang dan sebagainya. Belum
terlaksana semua 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui yaitu:
• Belum terdapat pelatihan sepenuhnya kepada staf pelayanan kesehatan
dalam menerapkan 10 LMKM. Pelatihan dilakukan secara periodik dan
diselenggarakan di fasilitas kesehatan atau tempat pelatihan lain yang
memadai.
• Belum dilakukan penjelasan kepada keluarga bayi supaya tidak
memberikan dot atau kempeng kepada bayi. Tidak terdapat kebijakan
tertulis tentang larangan promosi dot atau kempeng baik di fasilitas
pelayanan kesehatan dan di masyarakat
• Belum dibentuk kelompok pendukung ASI sehingga ibu belum dirujuk
kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Sarana Pelayanan kesehatan.
• Tersedia ruangan pojok ASI tetapi belum beroperasi dan berjalan dengan
baik.
• Belum ada penjadwalan pelatihan kader ASI secara tetap dan belum
berjalan secara maksimal konselor ASI yang bertugas membimbing kader-
kader.
• Ibu kembali bekerja sebagai buruh tani, sehingga banyak pemberian MP-
ASI sebelum waktunya, atau mengganti ASI dengan susu formula.

Universitas Kristen Krida Wacana


42
Penyelesaian Masalah:

• Melakukan penyuluhan ASI eksklusif secara rutin dan menyeluruh di setiap


desa di wilayah kecamatan Tirtajaya.
• Meningkatkan kerjasama lintas sektoral terutama tokoh masyarakat sekitar
untuk mendorong ibu agar memberikan ASI eksklusif
• Pengawasan secara langsung oleh petugas di pojok ASI yang dapat
memberikan konsultasi kepada ibu-ibu menyusui.
• Melaksanakan pelatihan kader ASI yang berkesinambungan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat yang di pimpin oleh konselor ASI. Membentuk
kelompok pendukung ASI yang di ambil dari warga desa.
• Mengajak ibu-ibu yang datang ke posyandu yang sedang hamil dan sedang
menyusui anaknya untuk menyusui anaknya bersamaan di dalam satu ruangan
selama 15 menit saat posyandu berlangsung sambil dilakukan pemantauan dan
penyuluhan juga dilakukan tanya jawab setelah diberikan penyuluhan dari
bidan, kader dan pesertanya, juga setelah itu diberikan Pemberian Makanan
Tambahan untuk ibu yang menyusui tersebut.

8.2 Masalah 2 : Cakupan Inisiasi Menyusui Dini periode Januari 2018 sampai dengan
Desember 2018 sebesar 91,10 % dari tolok ukur 100%.

Penyebab masalah:
Pencatatan dan pelaporan dari bidan praktek swasta belum ada
Penyelesaian Masalah:
 Membuat kebijakan tentang pencatatan dan pelaporan IMD pada bidan praktek
swasta serta meningkatkan peran konselor ASI usebagai pengumpul data untuk
meminta data langsung kepada bidan praktek swasta yang kemudian akan
direkapitulasi oleh pemegang program ASI.

Universitas Kristen Krida Wacana


43
Bab IX
Penutup

9.1 Kesimpulan

Dari hasil penilaian Program ASI Eksklusif yang dilakukan dengan pendekatan sistem di
Puskesmas Kecamatan Tirtajaya untuk periode Januari 2018 sampai dengan Desember
2018, didapatkan beberapa permasalahan sesuai dengan tujuan khusus yaitu sebagai
berikut :
1) Pada indikator program ASI eksklusif ditemukan masalah pada cakupan ibu yang
menyusui bayinya secara eksklusif maka dari itu untuk masalah ini perlunya
dilakukan penyuluhan secara simultan dengan pengawasan secara langsung
pemberian ASI eksklusif oleh petugas yang berkompeten dan juga melaksanakan
pelatihan kader ASI yang berkesinambungan serta membentuk kelompok
pendukung ASI yang di ambil dari warga desa.
2) Pada indikator program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ditemukan masalah pada
pencatatan dan pelaporan dari bidan praktek swasta yang belum ada data untuk
masalah ini perlunya dilakukan pembuatan kebijakan tentang pencatatan dan
pelaporan IMD pada bidan praktek swasta serta meningkatkan peran konselor ASI
sebagai pengumpul data yang kemudian akan direkapitulasi oleh pemegang
program ASI.

9.2 Saran

Saran untuk Puskesmas Kecamatan Tirtajaya:

 Merencanakan pembagian tugas dan kerjasama lintas program dan lintas sektoral
secara rinci dan jelas.
 Menggerakkan tenaga kesehatan yang ada untuk tujuan mempromosikan program
ASI eksklusif dengan cara membuat kebijakan tertulis yang diketahui oleh seluruh
staf puskesmas tentang 10 (sepuluh) Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
(LMKM) sebagai pedoman dalam pelaksanaan program ASI eksklusif dalam waktu
satu bulan ke depan dan mensosialisasikannya kepada semua petugas. Hal-hal yang
dapat dilakukan oleh Puskesmas Tirtajaya antara lain:
 Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan
untuk menerapkan kebijakan 10 LMKM kepada semua petugas kesehatan.
Universitas Kristen Krida Wacana
44
 Memberikan penjelasan kepada ibu, ayah, dan keluarga tentang bahaya
penggunaan dot atau kempeng dan melarang promosi dot atau kempeng baik
di fasilitas pelayanan kesehatan dan di masyarakat
 Mengoperasionalkan secara maksimal pojok ASI beserta dua konselor pendamping
 Melakukan penyuluhan perorangan secara rutin sesuai dengan perencanaan untuk
memberi pengetahuan untuk ibu yang sedang mengandung dan baru saja
melahirkan
 Membuat kebijakan tentang pencatatan dan pelaporan Inisiasi Menyusui Dini
(IMD) pada bidan praktek swasta tiap bulannya yang kemudian akan diserahkan
datanya kepada pemegang program ASI
 Meningkatkan peran dari konselor ASI sebagai pengumpul data IMD pada bidan
praktek swasta yang diserahkan tiap bulannya dan kemudian akan direkapitulasi
oleh pemegang program ASI tiap enam buan sekali
 Meningkatkan kegiatan penyuluhan terutama di Posyandu mengenai topik yang
berhubungan dengan ASI Eksklusif juga mendengarkan keluh kesah ibu selama
menyusui agar petugas dapat membantu permasalahan tersebut.
Apabila saran penyelesaian masalah ini dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik oleh
petugas-petugas kesehatan, maka diharapkan dapat membantu keberhasilan program ASI
Eksklusif di Puskesmas Tirtajaya dan masalah-masalah yang sama untuk program ini tidak
akan terulang untuk periode berikutnya.

Universitas Kristen Krida Wacana


45
Daftar Pustaka

1) Kementerian Kesehatan RI Dirjen Bina Gizi dan kesehatan ibu dan Anak. Materi
penyuluhan pemberian air susu ibu dan makanan pendamping asi. Direktorat Bina Gizi;
2014
2) Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi
Masyarakat. Managemen laktasi buku panduan bagi bidan dan petugas kesehatan di
puskesmas. Jakarta; 2014.
3) Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rekomendasi praktik pemerian makan berbasis bukti pada
bayi dan batita di indonesia untuk mencegah malnutrisi. Diunduh dari
:http://www.idai.or.id/wp-content/uploads/2015/07/merged_document.pdf, Diunduh
tanggal: 28 Januari 2019.
4) Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman penyelenggaraan pelatihan konseling
menyusui dan pelatihan fasilitator konselling menyusui. Jakarta: Departemen Kesehatan;
2009. h. 5-7.
5) Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Presentasi angka kematian bayi dan balita di
Indonesia; 2017.
6) Kementerian Kesehatan RI. Pusat data dan informasi presentasi inisiasi menyusui dini dan
asi eksklusif di Indonesia. Jakarta; 2017. h. 118.
7) Dinkes Jawa Barat. Profil kesehatan Jawa Barat. Dinkes Jawa Barat; 2016.
8) Rusli U. Panduan inisiasi menyusui dini. Jakarta: Pustaka Bunda; 2012.
9) Anwar A : Pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3, Jakarta, 2006.
10) Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan
Puskesmas Kabupaten/Kota Karawang Tahun 2016; Karawang, Profil Expos, 2016.

Universitas Kristen Krida Wacana


46

Universitas Kristen Krida Wacana

Anda mungkin juga menyukai