Anda di halaman 1dari 9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian produksi


Produksi adalah proses transformasi pengubahan suatu masukan (input)
menjadi keluaran (output) yang memiliki nilai tambah. Kegiatan produksi umumnya
terdiri dari beberapa operasi yang disebut operasi produksi, dan dalam pelaksanaan
kegiatan produksi tersebut ada suatu sistem yang mengaturnya dan disebut sistem
produksi. Terminologi ‘sistem’ disini dapat didefinisikan sebagai integrasi dari
elemen-elemen sistem yang saling berhubungan dan berintegrasi untuk mencapai
tujuan tertentu dengan melakukan suatu transformasi.
Elemen-elemen dari suatu sistem produksi dapat diklasifikasikan berdasarkan
jenisnya menjadi lima kelompok (seringkali disebut 5M) yaitu manusia (manpower),
mesin (machine), material (material), metode (method) uang (money) dan informasi
(information).
Secara garis besar kegiatan produksi dapat dibagi menjadi kegiatan produksi
yang menghasilkan produk berupa barang dan produk yang berupa jasa/pelayanan.
Pokok bahasan praktikum sistem produksi ini adalah kegiatan produksi yang
menghasilkan produk, dan untuk selanjutnya hanya akan disebut kegiatan produksi.
Kegiatan produksi dapat diklasifikasikan dari berbagai macam hal, misalnya
berdasarkan sifat operasi produksi, yaitu :
1. Produksi manufaktur (manufacturing) yaitu kegiatan produksi yang proses
perubahan dari mulai bahan baku sampai produk jadi dapat dilihat dengan jelas
dan merupakan sesuatu yang diskret.
2. Produksi proses (kontinu/berkesinambungan) yaitu kegiatan produksi yang
proses perubahan bahan baku sampai produk jadi tidak dapat dilihat dengan jelas
(detail).
Sistem produksi manufaktur (diskret) dapat diklasifikasikan berdasarkan :

2.1.1 Tingkat/level dari struktur produk:

a. Operasi Pembentukan (Forming)


Operasi pembentukan umumnya tidak terjadi penambahan material atau
komponen, tetapi terjadi penambahan energi seperti : energi gerak, panas, dan
lain-lain, yang bertujuan untuk mengubah bentuk, ukuran, dan lain-lain.
b. Operasi Perakitan (Assembly)
Pada operasi perakitan terjadi penambahan atau penggabungan dua komponen
atau lebih untuk menjadi produk jadi.

2.1.2 Volume dan laju produksi


a. Produksi massal (Mass Production)
Laju serta tingkat produksi pada produksi massal umumnya tinggi, permintaan
terhadap produk yang dihasilkan tinggi dan peralatan umumnya mempunyai
fungsi khusus. Keahlian tenaga kerja pada lingkungan produksi ini tidak terlalu
tinggi sebagai akibat dari fungsi peralatan yang khusus.
b. Produksi Job Shop
Tingkat produksi rendah, peralatan mempunyai fungsi umum yang
mengharuskan keahlian tenaga kerja yang cukup tinggi. Sistem produksi bertipe
Job Shop ini membuat produk berdasarkan pesanan. Contoh: industri pesawat,
kapal, komponen-komponen peralatan pengeboran minyak.
c. Produksi Batch
Ukuran lot produksi adalah medium. Aktivitas produksi umumnya dilakukan
hanya sekali pada interval tertentu. Tujuan dilakukannya produksi batch adalah
untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap produk-produk yang diperlukan
secara kontinu. Peralatan umumnya mempunyai fungsi umum tetapi dirancang
untuk tingkat produksi tinggi.

2.1.3 Klasifikasi berdasarkan tata letak fasilitas produksi


a. Tata letak posisi tetap (fixed lay-out )
Produk (barang yang dihasilkan) berada pada satu tempat dari awal hingga akhir
produksi.
b. Tata letak berdasarkan proses (process lay-out )
Peralatan produksi dengan fungsi yang sama ditempatkan dalam lokasi yang
sama.
c. Tata letak berdasarkan produk (product lay-out )
Peralatan produksi disusun berdasarkan operasi produksi dari suatu produk.
Umumnya digunakan dalam produksi massal.
d. Tata letak berdasarkan teknologi kelompok (group technology)
Peralatan produksi dikelompokkan untuk menghasilkan part family (part-part
yang mempunyai kemiripan dalam bentuk ataupun proses).

Masing-masing jenis sistem produksi tersebut memiliki tujuan, kelemahan


serta kelebihan tersendiri, suatu sistem produksi pada dasarnya terdiri dari dua hal
yaitu sub-sistem perencana produksi dan sub-sistem pengendali produksi.
Perencanaan dan pengendalian produksi (production planning & control/ PPC)
berkepentingan untuk menetapkan :
1. Volume dan jenis produk yang akan dibuat.
2. Aspek waktu dari kegiatan produksi
Fokus perhatian PPC:
1. Mengendalikan aliran pekerjaan
2. Pemanfaatan kapasitas
3. Kinerja/performansi dalam pemenuhan permintaan.
Keputusan utama PPC meliputi :
1. Penjadwalan pekerjaan (work scheduling), pembebanan kerja (work loading),
termasuk penentuan saat pemenuhan pesanan (due date).
2. Alokasi kapasitas dan pengurutan pekerjaan (work sequencing).

Perencana produksi (production planner) berfungsi untuk menetapkan :


1. Produk yang harus diproduksi.
2. Kuantitas produk tersebut diproduksi.
3. Waktu untuk memulai aktivitas produksi.
4. Sumber-sumber yang dibutuhkan untuk berproduksi .

Pengendali produksi (production controller) berfungsi untuk :


1. Menganalisis dan mengkalkulasi apakah sumber-sumber yang ada dapat atau
tidak untuk memenuhi target produksi.
2. Menganalisis dan mengkalkukasi apakah produksi bisa dijalankan sesuai dengan
rencana.
3. Apabila produksi tidak dapat dijalankan sesuai dengan rencana, maka pengendali
aktivitas produksi akan melakukan berbagai tindakan perbaikan.

Tujuan utama perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) adalah :


1. Memaksimumkan pelayanan pada konsumen.
a. Waktu pemenuhan pesanan (lead time) yang singkat dan sesuai dengan
jadwal (due date).
b. Pemenuhan order konsumen.
2. Meminimumkan investasi pada persediaan (bahan baku, WIP, part, assembly, dan
produk jadi).
3. Memaksimumkan efisiensi penggunaan sumber-sumber produksi.

Tujuan ini satu sama lain saling konflik, sehingga keputusan yang harus dilakukan
adalah trade off diantara tujuan tersebut.
Fungsi-fungsi yang terlibat pada masalah perencanaan dan pengendalian
produksi adalah :
1. Perencanaan Produksi
a. Menyiapkan rencana produksi tingkat agregat (keseluruhan) perusahaan
b. Menjadwalkan penyelesaian produk secara spesifik
c. Merencanakan urutan proses stasiun kerja/mesin
2. Perencanaan Persediaan
a. Menyiapkan persediaan bahan baku, WIP, dan bahan jadi tingkat agregat.
b. Merencanakan persediaan produk individu (item) dengan mempertimbangkan
berbagai faktor seperti: ukutan lot ekonomis, lead time, ketidakpastian
permintaan dan tingkat pelayanan kepada konsumen.
3. Perencanaan Kapasitas
Perencanan kapasitas jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek
untuk memenuhi target produksi, termasuk akuisisi fasilitas dan peralatan,
penambahan atau pengurangan tenaga kerja, waktu lembur dan sub-kontrak.
4. Pengesahan Produksi dan Pengadaan
a. Pengesahan produksi melalui order produksi atai jadwal produksi
b. Pengesahan pengadaan bahan baku dan komponen melalui permintaan pembelian
(purchasing).
5. Pengendalian Produksi, Persediaan dan Kapasitas
a. Pengendalian, pencatatan dan pelaporan kontiniu mengenai kemajuan proses
produksi, tingkat persediaan dan kapasitas.
b. Perbandingan aktivitas produksi aktual terhadap aktivitas produksi yang
direncanakan.
c. Memperbaiki variasi (perubahan) dari rencana dengan bekerja sama mengatasi
masalah yang timbul.
6. Penyimpanan dan Pergerakan Material
a. Menerima bahan atau material dari pemasok.
b. Menyimpan di gudang.
c. Pengambilan stock order dari bagian produksi atau konsumen.
d. Pengemasan (packing).
e. Penanganan material (material handling) dalam pabrik.
2.2 Sistem Fisik
Sistem fisik ini terdiri dari manusia, mesin atau peralatan, dan lingkungan
produksinya. Sistem fisik seringkali menghadapi permasalahan dalam pencapaian
tujuannya. Sehubungan dengan hal ini, dibutuhkan suatu supervisi yang dilakukan
oleh sistem pengendali produksi.

Efisiensi suatu sistem pengendali produksi akan ditentukan oleh konsistensi


dan kualitas keputusan serta keandalan komunikasi informasi. Peran utama sistem
pengendali adalah pengambilan keputusan, sehingga sistem ini memerlukan
informasi baik yang berhubungan dengan sistem fisik ataupun yang menyangkut
eksternal.
Dengan memperhatikan dua sistem tersebut maka untuk suatu sistem produksi
akan terjadi tiga jenis aliran :
1. Aliran Material
Aliran material adalah aliran bahan, part, komponen, produk atau peralatan yang
dibutuhkan untuk melakukan proses perubahan (transformasi) baik berupa proses
produksinya ataupun aliran yang mendukung transformasi tersebut.
2. Aliran Data atau Informasi
Aliran data adalah mekanisme keputusan (order produksi) dan mekanisme
informasi tentang apa yang harus dibuat, berapa banyak, kapan serta status
informasi (proses), status part, status produk dan status sumber dayanya.
3. Aliran Keputusan
Untuk melakukan kegiatan pada suatu sistem produksi, aliran material, aliran
data serta keputusan perlu ditata, sehingga peran/fungsi kedua sistem pada sistem
produksi dapat berjalan lancar sebagaimana mesinya.
Dalam melakukan aktivitas produksi akan terjadi kegiatan yang mengalirkan
material dan informasi, dimana terutama akan melibatkan fungsi-fungsi sebagai
berikut :
1. Teknik Produksi
2. Perencanaan dan Pengendalian Produksi
3. Produksi

Fungsi-fungsi dari sistem pengendali produksi dan sistem fisik dari sistem
produksi adalah :
1. Pemasaran dan Penjualan (Sales and Marketing)
2. Perancangan Produk (Product Design and Engineering)
3. Teknik Industri (Industrial Engineering)
4. Teknik Produksi (Manufacturing Engineering)
5. Perencanaan dan Pengendalian Produksi (Production Planning and Control)
6. Produksi (Manufacturing)
7. Pengendalian Kualitas (Quality Control)
8. Penerimaan, Pengiriman dan Pengendalian Persediaan (Reciveing, Shipping and
Inventory Control)

Performansi suatu sistem produksi (perakitan atau pembentukan) dapat dilihat


pada performansi sistem perencanaan dan pengendaliannya atau performansi sistem
fisiknya.

2.3 Performansi Sistem


Performansi dari sistem perencanaan dan pengendalian produksi dapat diukur
dari beberapa hal berikut :
1. Tingkat kemungkinan untuk dilaksanakan.
Merupakan hal yang sia-sia, jika kita membuat rencana yang tidak mungkin
dilaksanakan.
2. Tingkat kemudahan dalam melakukan aktivitas pengendalian.
3. Tingkat keseimbangan pembagian kerja.

Performansi sistem fisik dapat dilihat dari parameter-parameter berikut :


1. Pencapaian dalam target produksi (dalam hal volume, waktu, dan lain-lain)
Parameter ini merefleksikan seberapa jauh target produksi tercapai dengan
menggunakan nilai persentase dari rasio tingkat produksi per-satuan waktu
terhadap target produksi per-satuan waktu.
2. Kualitas Produksi
Parameter ini merefleksikan seberapa jauh hasil produksi memenuhi spesifikasi
atau ketentuan, dengan alat ukur rasio jumlah produksi gagal terhadap jumlah
produksi keseluruhan.
3. Ongkos produksi
4. Kepuasan kerja dan tenaga kerja
Ukuran terhadap cara kerja, suasana kerja yang dirasakan oleh para pekerja dalam
memenuhi tugasnya.
2.4 Perhitungan Waktu
2.4.1 Waktu Baku
Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan atau
menyelesaikan suatu aktivitas atau pekerjaan oleh tenaga kerja yang wajar
pada situasi dan kondisi yang normal sehingga didapatkan waktu baku atau
waktu standar secara umum.

2.4.2 Idle Time


Idle Time adalah waktu yang tidak produktif dimana seorang karyawan masih
dibayar namun tidak bekerja dikarenakan adanya penghentian mendadak
sebagai akibat dari factor-faktor diluar kendali perusahaan.

2.4.3 Balance Delay


Balance Delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan lintasan yang
dihasilkan dari waktu mengganggur sebenarnya yang disebabkan karena
pengalokasian

2.4.4 Efesiensi Stasiun Kerja


Efesiensi waktu kerja adalah adanya hasil yang dicapai sebanding dengan
proses-proses kegiatan yang dilakukan, dimana terdapat ratio antara output
dengan input.

2.4.5 Line Efeciency


Line Efeciency merupakan rasio dari total waktu stasiun kerja dibagi dengan
siklus dikalikan jumlah stasiun kerja (Baroto, 2002) atau jumlah efisiensi
stasiun kerja dibagi jumlah stasiun kerja (Nasution, 1999).
2.4.6 Smoothnes Index
Smoothnes Index merupakan indeks yang menunjukan kelancaran relatif dari
penyeimbang lini perakitan tertentu.

2.4.7 Work Station


Work station merupakan tempat pada lini perakitan dimana proses perakitan
dilakukan. Setelah menentukan interval waktu siklus, maka jumlah stasiun
kerja yang efesien dapat ditetapkan dengan rumus (Baroto, 2002).

2.4.8 Precedence Diagram


Precedence Diagram menggambarkan hubungan antara dua atau lebih
aktivitas dalam suatu network. Terdapat dua jenis representasi proyek dalam
jaringan, yaitu event-on-node dan activity-on-node. Precedence diagram
merupakan salah satu bentuk dari activity-on-node.

Anda mungkin juga menyukai