Anda di halaman 1dari 30

KAJIAN ISLAM

1. Iman, Islam, Ihsan


2. Islam dan Sains
3. Islam dan Penegakan Hukum
4. Kewajiban Menegakan Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar
5. Fitnah Akhir Zaman
Disusun Sebagai Tugas Tersetruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampuh:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh

Nama : Veldi sukma azizi


NIm : E1S020079
Fakultas dan prodi : FKIP (Pendidikan Sosiologi)
Semester : 1(satu)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
T.A 2020/2O21

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas
selesainya tugas ini, semoga tugas ini bermanfaat bagi kita semua
Sholawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani,
S.Th.I.,M.Sos. sebagai dosen pengampuh mata kuliah Pendidkan Agama Islam yang
telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga dapat mengerjakan tugas artikel ini
Besar harapan penulis tugas ini akan memberi manfaat bagi para pembaca. Penulis
menyadari bahwa artikel ini masih terdapat banyak kekurangan, saran dan masukan
apabila ada kekurangan atau kesalahan dalam artikel ini mohon di maafkan

Tanjung, 16 Desember 2020

Veldi sukma azizi

2
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 4
I. Iman, Islam, Ihsan ............................................................................................................. 4
II. Islam dan Sains .................................................................................................................. 9
III. Islam dan Penegakan Hukum ......................................................................................11
IV. Kewajiban Menegakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar ...................................................14
V. Fitnah Akhir Zaman .........................................................................................................18
LAMPIRAN ...................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................29

3
PEMBAHASAN
I. Iman, Islam, Ihsan
• Iman

Pengertian Iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Selain itu menurut istilah
pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan di
amalkan dengan tindakan (perbuatan).
Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati
bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaannya,
kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dngan amal
perbuatan secara nyata.
Jadi, ketika seseorang dapat di katakan sebagai seorang mukmin (orang yang beriman)
yang sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Dan apabila seseorang
mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, kemudian di ikrarkan dengan lisan
dan dibuktikan dengan amal perbuatan.
Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tudak
dapat dipisahkan.
Beriman kepada Allah adalah suatu kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang.
Karena Allah memerintahkan agar umat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana
firman Allah yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RosulNya
(Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RosulNya, serta
kitab yang diturunkan sebelumnya. Dan barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rosul-rosulNya, dan hari kemudian, maka sungguh
orang itu telah tersesat sangat jauh.”(Q.S.An Nisa : 136)
Dari ayat di atas, kita bisa simpulkan bahwa bila kita ingkar kepada Allah maka akan
mengalami kesesatan yang nyata. Dan orang yang tersesat tidak akan bisa merasakan
kebahagiaan dalam hidup. Oleh karenanya, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah
untuk kebaikan manusia.
Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Yang mayoritas ulama
memandang keImanan beriringan dengan amal soleh, sehinga mereka menganggap
keImanan akan bertambah dengan bertambahnya amal soleh. Akan tetapi ada sebagaian
ulama yang melihat Iman berdasarkan sudut pandang bahwa ia merupakan aqidah yang

4
tidak menerima pemilahan (dikotomi). Maka seseorang hanya memiliki dua
kemungkinan saja: mukmin atau kafir, tidak ada kedudukan lain diantara keduanya.
Karena itu mereka berpendapat Iman tidak bertambah dan tidak berkurang.
Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui kriteria
bertambahnya Iman hingga sempurnanya Iman, yaitu:
1) Diyakini dalam hati
2) Diucapkan dengan lisan
3) Diamalkan dengan anggota tubuh.
Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas dari
adanya rukun Iman yang enam, yaitu:
1) Iman kepada Allah
2) Iman kepada malaikatNya
3) Iman kepada kitabNya
4) Iman kepada rasulNya
5) Iman kepada Qodho dan Qodar
6) Iman kepada hari akhir
Demikianlah kriteria amalan hati dari pribadi yang berIman, yang jika telah tertanam
dalam hati seorang mukmin enam keImanan itu maka akan secara otomatis tercermin
dalam prilakunya sehari-hari yang sinergi dengan kriteria keImanan terhadap enam poin
di atas.
Jika Iman adalah suatu keadaan yang bersifat dinamis, maka sesekali didapati
kelemahan Iman, maka yang harus kita lakukan adalah memperkuat segala lini dari hal-
hal yang dapat memperkuat Iman kembali. Hal-hal yang dapat dilakukan bisa kita mulai
dengan memperkuat aqidah, serta ibadah kita karena Iman bertambah karena taat dan
berkurang karena maksiat.
Ketika Iman telah mencapai taraf yang diinginkan maka akan dirasakan oleh pemiliknya
suatu manisnya Iman, sebagaImana hadits Nabi Muhammad saw. yang artinya:
“Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan
manisnya Iman: Menjadikan Allah dan RasulNya lebih dicintainya melebihi dari selain
keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya melainkan karena Allah,
membenci dirinya kembali kepada kekufuran sebagaImana bencinya ia kembali
dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR.Bukhori Muslim).

5
• Islam
Islam bersal dari kata, as-salamu, as-salmu, danas-silmu yang berarti: menyerahkan diri,
pasrah, tunduk, dan patuh. Berasal dari kata as-silmu atau as-salmu yang berarti damai
dan aman. Berasal dari kata as-salmu, as-salamu, dan as-salamatu yang berarti bersih
dan selamat dari kecacatan-kecacatan lahir dan batin.
Pengertian Islam menurut istilah yaitu, sikap penyerahan diri (kepasrahan, ketundukan,
kepatuhan) seorang hamba kepada Tuhannya dengan senantiasa melaksanakan
perintahNya dan menjauhi laranganNya, demi mencapai kedamaian dan keselamatan
hidup, di dunia maupun di akhirat.
Siapa saja yang menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Alloh, maka ia seorang
muslim, dan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Alloh dan selain Alloh maka
ia seorang musyrik, sedangkan seorang yang tidak menyerahkan diri kepada Alloh maka
ia seorang kafir yang sombong
Dalam pengertian kebahasan ini, kata Islam dekat dengan arti kata agama. Senada
dengan hal itu Nurkholis Madjid berpendapat bahwa sikap pasrah kepada Tuhan adalah
merupakan hakikat dari pengertian Islam. Dari pengertian itu, seolah Nurkholis Madjid
ingin mengajak kita memahami Islam dari sisi manusia sebagai yang sejak dalam
kandungan sudah menyatakan kepatuhan dan ketundukan kepada Tuhan, sebagaImana
yang telah diisyaratkan dalam surat al-A’rof ayat 172 yang artinya:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
“Bukankah Aku Ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami
menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap Ini (keesaan Tuhan)
Berkaitan dengan Islam sebagai agama, maka tidak dapat terlepas dari adanya unsur-
unsur pembentuknya yaitu berupa rukun Islam, yaitu:
1) Membaca dua kalimat Syahadat
2) Mendirikan sholat lima waktu
3) Menunaikan zakat
4) Puasa Romadhon
5) Haji ke Baitulloh jika mampu.

6
• Ihsan
Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti orang yang
berbuat baik. setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan prilaku yang
sesuai atau dilandaskan pada aqidah dan syariat Islam disebit Ihsan. Dengan demikian
akhlak dan Ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar
yang disebut akhlaqul karimah
Adapun dalil mengenai Ihsan dari hadits adalah potongan hadits Jibril yang sangat
terkenal (dan panjang), seperti yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, ketika nabi
ditanya mengenai Ihsan oleh malaikat Jibril dan nabi menjawab:
“…Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihatNya. Tapi
jika engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya Alloh melihatmu…..
Hadits tersebut menunjukan bahwa untuk melakukan Ihsan, sebagai rumusnya adalah
memposisikan diri saat beribadah kepada Alloh seakan-akan kita bisa melihatNya, atau
jika belum bisa memposisikan seperti itu maka posisikanlah bahwa kita selalu dilihat
olehNya sehingga akan muncul kesadaran dalam diri untuk tidak melakukan tindakan
selain berbuat Ihsan atau berbuat baik.
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba
Allah swt. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya.
Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan
kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat dimata Allah swt.
Rasulullah saw. pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh ajaran-
ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak
yang mulia. Para ulama menggolongkan ihsan menjadi 4 bagian yaitu:

• Ihsan kepada Allah


• Kepada diri sendiri
• Sesama manusia
• Bagi sesama mahluk
Al-Ghazali memberikan pendapat bahwa orang yang mau berhubungan langsung
dengan Allah maka harus terlebih dahulu memperbaiki hubungannya dengan sesama
manusia.

7
Untuk mengenal Allah swt maka sebelumnya perlu mengenal diri sendiri, karena pada
diri sendri setiap manusia ada unsur ketuhanan. Sedangkan cara untuk mengenal diri
adalah dengan mengetahui proses kejadian manusia itu sendiri.
• Kaitan Iman, Islam, dan Ihsan
Iman yang merupakan landasan awal, bila diumpamakan sebagai pondasi dalam
keberadaan suatu rumah, sedangkan islam merupakan entitas yang berdiri diatasnya.
Maka, apabila iman seseorang lemah, maka islamnya pun akan condong, lebih lebih
akan rubuh. Dalam realitanya mungkin pelaksanaan sholat akan tersendat-sendat,
sehingga tidak dilakukan pada waktunya, atau malah mungkin tidak terdirikan. Zakat
tidak tersalurkan, puasa tak terlaksana, dan lain sebagainya. Sebaliknya, iman akan
kokoh bila islam seseorang ditegakkan. Karena iman terkadang bisa menjadi tebal,
kadang pula menjadi tipis, karena amal perbuatan yang akan mempengaruhi hati.
Sedang hati sendiri merupakan wadah bagi iman itu. Jadi, bila seseorang tekun
beribadah, rajin taqorrub, maka akan semakin tebal imannya, sebaliknya bila seseorang
berlarut-larut dalam kemaksiatan, kebal akan dosa, maka akan berdampak juga pada
tipisnya iman.
Dalam hal ini, sayyidina Ali pernah berkata:
Artinya: Sahabat Ali. Berkata: sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar yang putih,
apabila seorang hamba melakukan kebaikan, maka sinar tersebut akan tumbuh dan
bertambah sehingga hati (berwarna) putih. Sedangkan kemunafikan terlihat seperti titik
hitam, maka bila seorang melakukan perkara yang diharamkan, maka titik hitam itu
akan tumbuh dan bertambah hingga hitamlah (warna) hati.
Adapun ihsan, bisa diumpamakan sebagai hiasan rumah, bagaimana rumah tersebut bisa
terlihat mewah, terlihat indah, dan megah. Sehingga padat menarik perhatian dari
banyak pihak. Sama halnya dalam ibadah, bagaimana ibadah ini bisa mendapatkan
perhatian dari sang kholiq, sehingga dapat diterima olehnya. Tidak hanya asal
menjalankan perintah dan menjauhi larangannya saja, melainkan berusaha bagaimana
amal perbuatan itu bisa bernilai plus dihadapan-Nya. Sebagaimana yang telah
disebutkan diatas kedudukan kita hanyalah sebagai hamba, budak dari tuhan, sebisa
mungkin kita bekerja, menjalankan perintah-Nya untuk mendapatkan perhatian dan
ridlonya. Disinilah hakikat dari ihsan,

8
II. Islam dan Sains
Istilah sains diambil dari bahasa Latin scio, scire, scientia, yang bermakna ”aku
tahu, mengetahui, pengetahuan” tentang apapun oleh siapapun dengan cara apapun.
Sains berarti ilmu, sains juga dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu dan
bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan
Berdasarkan “Webster New Collegiate Dictionary”, definisi dari sains adalah
pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian atau pengetahuan
yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum-hukum alam yang terjadi misalnya
didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Sains dalam hal ini merujuk kepada
sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang dengan menggunakan pengamatan
dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena-fenomena yang
terjadi di alam. dapat disimpilkan bahwa sains merupakan ilmu/pengetahuan yang dapat
menjelaskan sebuah gejala/fenomena alam, sehingga berguna bagi kehidupan manusia.
Dalam dunia sains, konsep sains seperti ini sering disebut sebagai konsep sains Islam,
yang notabennya adalah ilmu sains yang dalam mempelajarinya tidak akan pernah
bertentangan dengan hukum dan ajaran Islam. Karena sains itu sendiri dijadikan sarana
untuk beribadah kepadaNya, Sang Maha Pemilik Ilmu.
Penerapan sains Islam akan menciptakan suasana yang menggugah ingatan kita
kepada Allah, mendorong perilaku yang sesuai dengan ketentuan syariat, dan
mengingatkan nilai-nilai konseptual yang ada dalam al-Qur’an.
Dalam bidang pendidikan (khususnya Pendidikan Agama Islam), bentuk sains
seperti ini sangat diperlukan untuk mewujudkan kaum pelajar yang benar-benar
memahami konsep sains Islam, sehingga mereka tidak memiliki keraguan dan ketakutan
dalam mempelajari sains. Selain itu, untuk menghindarkan mereka dari perbuatan yang
dilarang oleh agama, yang biasanya disebabkan oleh minimnya pemahaman mereka.
Jadi, secara jelas konsep sains Islam akan menghasilkan kesempurnaan pemahaman
sains, dan mendatangkan kenikmatan kehidupan duniawi dan ukhrowi, yang tentunya
diidam-idamkan oleh semua orang yang beriman. Selain itu, buah manis dari konsep
sains Islam adalah akan melahirkan ilmuwan-ilmuwan Islam, yang nantinya akan
membangkitkan semangat kaum Muslimin dalam bidang ilmu pengetahuan.

9
Di zaman sekarang, bila kita amati banyak orang yang mencoba menafsirkan
beberapa ayat al-Qur’an dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan modern. Tujuan
utamanya adalah untuk menunjukkan mukjizat al-Qur’an sebagai sumber segala ilmu,
dan untuk menumbuhkan rasa bangga kaum muslimin karena telah memiliki kitab yang
sempurna ini. ahkan pada sebuah sumber yang dikutip oleh penulis, dijelaskan bahwa
mukjizat Islam yang paling utama ialah hubungannya dengan ilmu pengetahuan. Surah
pertama (al-Alaq, ayat 1-5) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW ialah nilai
tauhid, keutamaan pendidikan, dan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan diberikan
penekanan yang mendalam.
Firman Allah SWT (Al-alaq 1-5) :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.”[16]
Kata “bacalah” dalam ayat tersebut mengandung arti tentang perintah menuntut
ilmu, apalagi pada saat itu (awal kenabian), bangsa Arab sedang berada pada zaman
jahiliyah (kebodohan).
Jika sains dikaitkan dengan fenomena alam, maka dalam al-Qur’an lebih dari 750
ayat menjelaskan tentang fenomena alam. Salah satunya adalah pada Surah Luqman,
ayat 10.
“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan dia meletakkan gunung-
gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan
memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. dan kami turunkan air
hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang
baik.
Dalam ayat tersebut, menjelaskan tentang betapa besarnya kekuasaan Allah
SWT. dalam menciptakan mahluk-mahlukNya. Tidak berhenti sampai disitu, kita juga
diperintahkan untuk mempelajarinya (mahluk). Hal ini telah banyak dilakukan oleh
orang (ilmuwan) Barat, dan malah kebanyakan dari kita hanya mengikuti apa yang
mereka katakan. Padahal, kita sebagai hambaNya seharusnya memiliki keharusan yang
lebih besar dari pada mereka. Karena bila diamati, tidak sedikit dari pandangan mereka
melenceng dari ajaran agama Islam. Bila kita hanya mengikuti mereka, dikhawatirkan

10
kita akan terjerumus kedalam jalan kesesatan bersama mereka. Seperti contoh,
pandangan Darwin tentang teori evolusi yang menyebutkan bahwa manusia zaman
dahulu memiliki bentuk fisik menyerupai kera, itu merupakan pendapat yang tidak
sesuai dengan al-Qur’an. Karena secara jelas, manusia pertama yang diciptakan Allah
adalah Nabi Adam AS.
Dari sini, maka pantaslah kalau di zaman ini banyak ilmuwan (ilmuwan Barat
khususnya) yang berusaha mempelajari al-Qur’an demi memahami suatu kajian sains.
Tapi, kita sebagai umat Muslim jangan sampai kalah dengan mereka, sehingga
peradaban Islam dapat bangkit kembali. Ketika peradaban Islam mulai bangkit, maka
kemungkinan besar dunia dapat dikuasai oleh Islam, sehingga konsep Islam sebagai
agama yang “Rahmatan lil-‘Alamin” (kesejahteraan bagi seluruh dunia) dapat terwujud
secara nyata.
III. Islam dan Penegakan Hukum

Hukum adalah komponen yang sangat erat hubungannya dengan masyarakat, dan pada
dasarnya hukum itu adalah masyarakat itu sendiri. Setiap tingkah laku masyarakat
selalu di monitor oleh hukum, baik hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak
tertulis.
Negara Indonesia adalah Negara hukum yang memiliki penduduk mayoritas
beragama islam, secara sengaja maupun tidak sengaja hal tersebut mempengaruhi
terbentuknya suatu aturan hukum yang berlandaskan atas agama Islam. Dalam sistem
Islam, sekuat apapun upaya untuk mengintervensi hukum pasti akan gagal.
Pasalnya, hukum Allah SWT tidak berubah, tidak akan pernah berubah, dan tidak
boleh diubah. Khalifah dan aparat negara hanya bertugas menjalankan hukum,
dan tidak berwenang membuat atau mengubah hukum. Mereka hanya diberi hak
untuk melakukan ijtihad serta menggali hukum syariah dari al-Quran dan Sunnah
Nabi saw. Pada dasarnya, syari’at adalah wahyu Allah yang terdapat pada Al-Qur’an
dan Sunnah (hadits). Syari’at bersifat fundamental, mempunyai ruang lingkup yang
lebih luas dari fikih, berlaku abadi, dan menunjukkan kesatuan dalam islam.
Sedangkan fikih adalah pemahaman manusia yang memenuhi syarat tentang syari’at
sebagaimana yang terdapat dalam kitab- kitab fikih. Karena itu sifatnya instrumental,
ruang lingkupnya terbatas, tidak berlaku abadi dapat berubah dapat berubah dari masa
ke masa, dan dapat berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Fikih

11
merupakan elaborasi atau rincian terhadap syari’ah melalui kegiatan ijtihad (usaha
yang sungguh-sungguhyang menggunaksegenap kemampuan yang ada dilakukan
oleh ahli hukum yang memenuhi syarat untuk mendapatkan suatu kepastian hukum
yang belum jelas atau tidak ada ketentuannya dalam al-qur’an ataupun hadits
Sifat Hukum Islam
• Rabbaniyyah
Sumber syariat/hukum dari Allah, artinya musyarri (pembuat syariat) adalah
Allah bukan manusia. Jika manusia pembuat syariat, maka akan terbawah
dengan rasa sabyektif, kelompoisme, dan keinginan-keinginan duniawi.

• Insaniyyah
Hukum Islam menghargai eksistensi manusia sebagai keturunan Adam pada
posisi yang sama, tidak ada perbedaan dalam strata sosial, hukum, politik,
ekonomi, sosial-kemasyarakatan. Yang membedakan satu dengan yang lain
adalah taqwa.

• Syumul
Bahwa hukum Islam shalih li kulli zaman wa makan dan Hukum Islam
meliputi seluruh aspek hidup manusia, mulai dari manusia tidur s.d bangun
lagi, baik sebagai abdullah/ individu maupun khalifatullah/kolektif

• Wasathiyyah
Hukum Islam memperhatihan aspek al-tawazun/keseimbangan. Qardawi
menyatakan yang dimaksud dengan keseimbangan yaitu, hukum Islam tidak
mengabaikan meletakkan aspek ruhiyah (spritual) dan maddiyah (materi),
fardiyah dan jamaiyah, waqiiyah (kontekstual) dan mitsaliyah (idealisme),
tsabat (tetap) dan taghayyur (perubahan).

• Waqiiyyah
Bahwa hukum Islam tidak mengabaikan konteks sebagai sebuah sunnatullah
sepanjang tidak bertentangan/melanggar dengan jiwa dan ruh syariat Allah.
Contoh, pada dasarnya sholat harus pada waktunya, akan tetapi konteksnya
musafir bisa di di jamak.

12
• Tatawwur
Hukum Islam selalu dinamis dan berdialog dengan perkembangan zaman dan
teknologi, akan tetapi hukum Islam selalau konsisten pada nilai-nilai syariat.

• Tsabat
Hukum Islam konsisten dalam menjaga nilai-nilai Ilahiyah dalam kondisi dan
suasana yang musykil sekalipun.

• Wadhu
Mashadir (sumber hukumnya jelas) Karena sumber hukumnya jelas, maka
falsafah nadzariyah ( kajian teoritis/ushul/qaidah fiqhiyah jelas) dan falsafah
tasyri (kerangkah operasuonalnya jelas). Tujuannya jelas yaitu, pengabdian
hanya kepada Allah semata, menciptakan tatanan min al-zdulamat ilaa al-nuur
dalam berbagai bidang, salaman fi al-dunya wa-alakhirat.

Di mata hukum Islam, semua orang memiliki kedudukan setara; baik ia Muslim, non-
Muslim, pria maupun wanita. Tidak ada diskriminasi, kekebalan hukum, atau hak
istimewa. Siapa saja yang melakukan tindakan kriminal (jarimah) dihukum sesuai
dengan jenis pelanggarannya. Dituturkan dalam riwayat sahih, bahwa pernah seorang
wanita bangsawan dari Makhzum melakukan pencurian. Para pembesar mereka
meminta kepada Usamah bin Zaid agar membujuk Rasulullah saw. agar
memperingan hukuman. Rasulullah saw. murka seraya bersabda:
Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah tatkala ada
orang yang terhormat mencuri, mereka biarkan; jika orang lemah yang mencuri,
mereka menegakkan had atas dirinya. Demi Zat Yang jiwaku berada dalam
genggaman-Nya, seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri niscaya akan aku
potong tangannya (HR al-Bukhari).
Imam al-Bukhari juga menuturkan sebuah riwayat dari Rafi’ bin Khudaij, yang
berkata, “Serombongan orang Anshar pergi ke Khaibar. Sesampainya di sana, mereka
berpisah- pisah. Lalu mereka mendapati salah satu anggota rombongan terbunuh.
Mereka berkata kepada orang yang mereka jumpai (Orang-orang Yahudi), ’Sungguh
kalian telah membunuh sahabat kami.’ Orang-orang Yahudi Khaibar itu menjawab,
’Kami tidak mengetahuai pembunuhnya.’ Orang-orang Anshar itu pun menghadap

13
menghadap Nabi saw., seraya berkata, “Ya Rasulullah, kami telah pergi ke Khaibar,
dan kami mendapati salah satu anggota rombongan kami terbunuh.’ Nabi saw.
bersabda, ’Al-Kubra al- kubra (Sungguh sangat besar).’ Kemudian Nabi saw
bersabda kepada mereka agar mereka menghadirkan dua orang saksi yang
menyaksikan orang yang membunuh anggota rombongannya. Mereka berkata, ’Kami
tidak mempunyai bukti.’ Rasulullah saw. bersabda, ’Mereka (orang-orang Yahudi
Khaibar) harus bersumpah.’ Orang-orang Anshar itu berkata, ’Kami tidak ridha
dengan sumpahnya orang Yahudi.’ Rasulullah saw. menolak untuk membatalkan
darahnya. Lalu Rasulullah saw. membayarkan diyat 100 ekor unta sedekah.” (HR al-
Bukhari), seraya berkata, “Ya Rasulullah, kami telah pergi ke Khaibar, dan kami
mendapati salah satu anggota rombongan kami terbunuh.’ Nabi saw. bersabda, ’Al-
Kubra al- kubra(Sungguh sangat besar).’ Kemudian Nabi saw bersabda kepada
mereka agar mereka menghadirkan dua orang saksi yang menyaksikan orang yang
membunuh anggota rombongannya. Mereka berkata, ’Kami tidak mempunyai bukti.’
Rasulullah saw. bersabda, ’Mereka (orang-orang Yahudi Khaibar) harus bersumpah.’
Orang-orang Anshar itu berkata, ’Kami tidak ridha dengan sumpahnya orang
Yahudi.’ Rasulullah saw. menolak untuk membatalkan darahnya. Lalu Rasulullah
saw. membayarkan diyat 100 ekor unta sedekah.” (HR al-Bukhari).
Saat itu Khaibar menjadi bagian Negara Islam. Penduduknya didominasi orang
Yahudi. Ketika orang Yahudi bersumpah tidak terlibat dalam pembunuhan,
Rasulullah saw. pun tidak menjatuhkan vonis kepada mereka karena ketiadaan bukti
dari kaum Muslim. Bahkan beliau membayarkan diyat atas peristiwa pembunuhan
tersebut. Hadis ini menunjukkan bahwa semua orang memiliki kedudukan setara di
mata hukum, tanpa memandang perbedaan agama, ras, dan suku.
IV. Kewajiban Menegakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Amar ma'ruf nahi munkar, (al`amru bil-ma'ruf wannahyu'anil-mun'kar) adalah
sebuah frase dalam bahasa Arab yang maksudnya sebuah perintah untuk mengajak atau
menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk bagi masyarakat.
Dalil Amar Ma'ruf Nahi Munkar adalah:
Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah
mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa

14
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).” [Luqman 17]
Jika kita tidak mau melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, maka Allah akan menyiksa
kita dengan pemimpin yang zhalim dan menindas kita dan tidak mengabulkan segala
doa kita:
Hendaklah kamu beramar ma’ruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi mungkar
(melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-
orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara
kamu berdo’a dan tidak dikabulkan (do’a mereka). (HR. Abu Zar)
Amar Ma'ruf Nahi Munkar dilakukan sesuai kemampuan. Yaitu dengan
tangan/kekuasaan jika dia adalah penguasa/punya jabatan. Dengan lisan/tulisan jika dia
adalah jurnalis atau intelektual. Atau minimal membencinya dalam hati atas
kemungkaran yang ada. Ini adalah selemah-lemah iman (Hadits).
Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi tanda keamanan kehidupan, sebagai
jaminan kebahagiaan individu dan komunitas, menegakkan makna-makna kebaikan dan
keshalihan umat, menghilangkan faktor-faktor yang merusak dan faktor-faktor yang
memperkeruh kehidupan.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar menyelesaikan masalah demi masalah sehingga
umat mencapai titik keselamatan dan kebahagiaan, dan menciptakan suasana keshalihan
dengan adab dan keutamaan, menutupi celah-celah kemunkaran dan keburukan,
menghapus angan-angan yang menjadi sumber syubhat.
Keberadaan Amar Ma’ruf Nahi Munkar akan membentuk pola pikir seorang muslim
untuk “rakus” terhadap adab-adab dan keutamaan yang menjadi sumber kemuliaan umat
ini, menjadikan itu semua sebagai karakter diri dan kekuasaan yang lebih kuat daripada
sebuah kekuatan, lebih adidaya daripada Qanun, membangkitkan rasa ukhuwah, saling
peduli, saling tolong menolong atas kebaikan dan ketaqwaan, saling perhatian satu sama
lainnya.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar inilah yang akan menjadi penyebab datangnya
pertolongan dan tamkin di dunia, dan menjadi akses kebahagiaan dunia dan akhirat.
(Mausu’ah Nadhrah An-Na’im, 3/539)
eandainya unsur Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan segala kompleksitasnya ini ditutup,
proses mengilmui dan mengamalkannya diremehkan, maka itu akan menggugurkan

15
esensi daripada kenabian, akan melenyapkan esensi beragama, akan membumikan
kelemahan, menyebarkan kesesatan, melestarikan kebodohan, menguatkan daya rusak,
membesarkan lubang kehancuran, merobohkan tatanan bernegara, menghancurkan
esensi penghambaan, dan akan terus terasa sampai akhir zaman. (Ihya ‘Ulumuddin,
2/306). Inilah kenapa Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi pokok dasar dalam agama
dan menjadi tiang penegak yang kokoh bagi umat Islam, menjadi esensi kekhalifahan
yang diamanahkan oleh Rabb Semesta Alam, dan menjadi maksud yang paling besar
dari diutusnya para Nabi. Sehingga ini menjadi kewajiban seluruh manusia, baik secara
individu dan komunitas (jamaah) sesuai dengan kemampuan dan kondisi.
Ada beberapa manfaat bila amar ma’ruf dan nahi munkar ditegakkan.
1. Kita akan menjadi bagian dari orang-orang mukmin
2. Segala kebaikan akan diberikan siapa saja yang melakukan aksi amar ma’ruf nahi
munkar, yaitu, orang-orang yang lahir dari umat terbaik (umat muslim)
3. Kita akan menjadi orang-orang yang shaleh
4. Kita akan mendapatkan keselamatan apabila kita mencegah perbuatan buruk
(munkar).
5. Kita akan menjadi orang-orang yang meraih kemenangan.
6. Allah akan memberikan rahmat dan karunianya kepada kaum tersebut, sehingga
tercipta kerukunan, kedamaian dan ketentraman.
7. Akan dijauhkan dari Azab Allah.
8. Ilmu yang dibawa oleh para ulama (sebagai pewaris para nabi) akan terjaga dengan
baik, sehingga dijauhkan dari kesesatan dalam menuntut ilmu, yaitu niat/motivasi
yang salah dan belajar pada orang yang salah. Dengan terjaganya para ulama yang
sholeh, maka akan lahirlah umara (penguasa) yang baik dan mampu memimpin
umatnya dengan adil. Keempat, bila seseorang sudah menjalankan amar ma’ruf dan
nahi munkar, maka hatinya akan tenang dan termotivasi untuk menjalankan
kehidupannya lebih baik lagi dari hari ke hari
• Akibat tidak melakukan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Musibah paling buruk yang menimpa suatu umat dan masyarakat adalah berkuasanya
diktator, mulut dikekang, lisan dipasung, dan pena dipatahkan, sehingga tidak ada yang
berani bersuara, atau menulis kata-kata untuk mengungkapkan kebenaran yang disia-
siakan, atau keinginan yang dikekang, atau nasihat yang tulus. Dengan demikian

16
kehidupan menjadi buruk, hidup menjadi susah, sumber-sumber kebaikan menjadi
kering, duri-duri kejahatan dan kerusakan tumbuh, kenistaan merajalela, dan tidak ada
yang bisa menghentikan, serta harga diri manusia diinjak-injak.
Apabila keburukan sampai ke batas ini, maka semua anggota masyarakat wajib
bergerak untuk memperbaikinya dan menyingkirkan kerusakan, jika tidak melakukanya,
maka mereka berhak mendapat balasan dan siksa dari Allah, dan Allah telah
menurunkan bencana dan kerusakan kepada orang-orang yang melakukan kemungkaran
dan yang mendiamkannya:
(Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang
yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-
Nya.) (QS. al Anfal: 25)
Dan Rasulullah r bersabda: «Sesungguhnya apabila manusia melihat orang zalim
dan mereka tidak mencegah kezalimannya, Allah akan menurunkan siksa kepada
mereka semua» (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Nasa'i)
Nabi juga bersabda:
«Jika engkau melihat umatku takut, sehingga tidak berani mengatakan kepada orang
zalim: wahai orang zalim, maka mereka tidak berarti lagi» (HR. Ahmad, al Hakim dan
al Bazzar)
Allah telah melaknat bani israil, mempertentangkan antara hati mereka dan
menurunkan siksa yang pedih kepada mereka, tatkala kemungkaran merajalela di antara
mereka, dan tidak ada seorangpun dari mereka yang bangkit untuk mencegahnya, itulah
firman Allah:
(Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera
Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat.
Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.) (QS. al Maidah: 78,
79)
Terkadang kemungkaran merajalela di masyarakat, orang-orang sudah terbiasa
dan akrab, dan tidak ada lagi yang berbicara, sehingga ia meracuni perasaan mereka,
dan mereka tidak lagi merasa bahwa ia merusak agama, akhlak dan adapt yang mulia,
mereka tidak lagi bisa membedakan antara yang ma'ruf dan yang mungkar, antara yang
baik dan buruk, halal dan haram, ketika itu pemahaman masyarakat berubah, dan

17
ukuran kebenaran sudah tidak jelas, sehingga kejujuran, amanat, beragama dipandang
sebagai keterbelakangan dan kebodohan, sementara dusta, khianat, dan jauh dari agama
dipandang sebagai kemajuan, yang baik mereka katakana mungkar dan yang mungkar
dikatakan baik.
Ini diperburuk lagi ketika di masyarakat banyak orang-orang munafik, yang
mempengaruhi penguasa yang zalim, mereka berkumpul di sekitar penguasa, membisiki
penguasa untuk melakukan kebatilan dan menyembunyikan kebenaran, suara-suara
mereka mengajak kepada kebatilan, mencegah kebaikan, menciptakan sifat masyarakat
munafik yang akan ditempatkan oleh di dasar neraka paling bawah:
(Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain
adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang
ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya[648]. mereka Telah lupa kepada
Allah, Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah
orang-orang yang fasik.) (QS. at Taubah: 67)
Ini sangat bertentangan dengan masyarakat beriman:
(Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka
taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.) (QS. at Taubah: 71)
Inilah masyarakat muslim yang penuh dengan para da'I kepada Allah, yang
mengerti agamanya, yang menjaga syari'atnya, suara kebenaran tidak pernah padam,
melaksanakan amar ma'ruf dan nahi mungkar, walaupun kegelapan meliputi mereka,
dan suara-suara kebatilan membahana.
Tidak diragukan bahwasanya suara-suara mereka yang keras dalam membela
kebenaran akan menebarkan kesadaran di masyarakat muslim, membangkitkan rasa
izzah dengan agama Allah, dan membuat opini umum yang disinari oleh petunjuk Allah
dan rasulnya.
V. Fitnah Akhir Zaman
Fitnah secara bahasa artinya adalah ujian, di dalam Alquran, kata finah mengandung
beberapa maknya, antara lain

18
• Syirik, Allah berfirman, Dan perangilah mereka hingga tidak ada lagi
fitnah(kesyirikan) dan agama seluruhnya menjadi milik Allah. QS. Al-anfal: 39.
Mereka bertanya padamu tentang bulan haram, apa hukum berperang padanya,
katakan: berperang padanya adalah perkara besar, sementara
menghalangi(manusia) dari jalan Allah dan kufur padanya dan menghalangi
(manusia) dari masjidil haram dan mengusir penduduknya darinya lebih besar di
sisi Allah, dan fitnah(kekafiran) itu lebih besar dari memerangi mereka.QS:
Albaqarah: 217.
• Bermakna: siksaan, Allah berfirman, maka rasakanlah siksaan kalian, inilah
yang dahulu kalian minta menyegerakannya.QS.az-Zariyat: 14. Sesungguhnya
orang-orang yang menyiksa kaum mukminin dan mukminat kemudian mereka
tidak bertaubat, maka bagi mereka azab neraka jahannam dan bagi mereka azab
yang membakar. QS: al-buruj: 10.
• Bermakna ujian, Allah berfirman, dan kami akan menguji kalian dengan
kejelekan dan kebaikan sebagai bentuk fitnah(ujian). QS: Al- Anbiya: 35.Allah
juga berfirman:
Sesungguhnya harta-harta kalian dan anak-anak kalian adalah fitnah(ujian) QS:
at Taghabun:15.
• bermakna bencana dan hukuman, Allah berfirman:”Dan takutlah fitnah(bencana)
yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim diantara kalian saja secara
khusus.QS.Al-Anfal:25.
• Menghalangi manusia dari jalan Allah. Allah berfirman:, Hadis-hadis Nabi
tentang munculnya fitnah akhir zaman. Sesungguhnya sebelum kedatangan hari
kiamat akan ada hari-hari yang turun padanya kejahilan, dan ilmu diangkat, dan
akan terjadi banyak alharaj yaitu pembunuhan.HR Bukhari.. Dari Abu Hurairah-
radhiallahu ‘anhu dia berkata: bersabda Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa
sallam-:” zaman menjadi dekat, ilmu dicabut, dan muncul berbagai fitnah,
kekikiran meraja rela dan banyak terjadi alharaj (pembunuhan), mereka
bertanya:” apa itu Haraj ya Rasulullah:?beliau menjawab:”yaitu pembunuhan.
HR. Bukhari. Berkata Hudzaifah Ibnul Yaman: Suatu hari Umar bertanya:”
adakah diantara kalian yang menghafalkan Hadis Rasulullah tentag fitnah?
Hudzaifah berkata: Saya hafal seperti apa yang disebutkan Nabi, Umar

19
menjawab: sungguh kamu berani menjawabnya, bagaimana Beliau bersabda
tentang hal itu?Aku menjawab: fitnah seseorang pada keluarga, anak-anak dan
tetangganya, akan dapat dihapus dengan sholat, shadaqah dan amar ma’ruf( nahi
mungkar) Umar berkata: bukan hal ini yang ku ingginkan, tetapi yang
kumaksudkan adalah fitnah yang datang bagaikan gelombang lautan. Berkata
hudzaifah: tidak ada masalah bagimu dengan fitnah tersebut- wahai amirul
mukminin-, antaramu dan fitnah itu ada pintu yang terkunci. Umar bertanya:
apakah kelak pintu itu dirusak atau dibuka, Hudzaifah berkata: tidak, tetapi pintu
itu akan dirusak. Umar bertanya:’ sekiranya pintu itu dirusak maka tiadak akan
dapat ditutup kembali? Hudzaifah berkata: ya benar.Berkata salah seorang
perawi: kami segan bertanya pada Hudzaifah siapa yang dimaksud dengan
“pintu “tersebut, maka kami meminta agar Masruq bertanya padanya siapakah
yang dimaksudkan dengan pintu itu, maka Masruq bertanya pada Hudzaifah dan
ia menjawab bahwa pintu fitnah itu adalah Umar. Kembali Masruq
bertanya:apakah Umar mengetahui bahwa dialah pintu fitnah tersebut?dia
menjawab: ya, sebagaimana dia mengetahui bahwa sebelum esok akan datang
malam terlebih dahulu, karena aku telah memberitakannya dengan hadis yang
tidak ada padanya kekeliruan”. HR. Bukhari. Dari Abdurrahman bin Abd Rabbil
ka bah, dia berkata: aku masuk ke dalam sebuah masjid, tiba-tiba kudapati
Abdullah bi Amr bin al-Ash sedang duduk di bawah naungan Ka’bah ditengah
tengah kerumunan manusia yang mengintarinya, maka aku pergi mendatangi
mereka dan aku duduk mendekatinya, maka dia berkata: Dahulu kami pernah
bersama Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam suatu perjalanan,
kamipun singgah di suatu tempat. Diantara kami ada yang memperbaiki
tendanya dan ada juga yang berlatih memanah dan ada juga yang
mengembalakan hewan tunggangannya, tiba-tiba dikumandangakan seruan oleh
muazzin Rasulillah agar berkumpul untuk shalat, maka kami segera berkumpul
bersama Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam-selepas itu beliau bersabda:
sesungguhnya tidak pernah ada Nabi sebelumku kecuali wajib atasnya untuk
memberitahukan umatnya atas segala kebaikan yang dia ketahui untuk mereka,
dan memperingatkan mereka dengan segala keburukan yang dia ketahui untuk
mereka, dan sesungguhya umat kalian ini dijadikan keselamatannya pada

20
generasi awalnya dan akan datang menimpa generasi akhir uamt ini bencana dan
perkara-perkara yang kalian ingkari.Akan datang fitnah yang saling melemahkan
satu dengan yang lainnya..akan datang fitnah sehingga berkata seorang
mukmin:” inilah fitnah yang membinasakanku, kemudian fitnah tersebut
hilang…kemudian dia datang kembali sehingga berkata seorang mukmin:
mungkin inilah..inilah (yang membinasakanku. Maka barang siapa yang ingin
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga…maka hendaklah dia
mati tatkala ajal menjemputnya dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari
kemudian, dan hendaklah dia mendatangi (mempergauli)manusia dengan baik
sebagaimana yang dia ingginkan agar manusia berbuat yang serupa padanya,
maka barang siapa yang telah membaiat seorang pemimpin dan memberikan
padanya uluran tangan dan buah hatinya, maka hendaklah dia mematuhinya
semampunya, jika ada yang lain inggin merebut kekuasaan darinya maka
hendaklah kalian memenggal leher (memerangi) orang yang memberontak
tersebut.Kemudia aku mendekatinya dan bertanya: aku bersumpah demi
Allah,benarkah anda mendengarnya langsung dari Rasulullah? Maka dia
menunjuk ke telinga dan dadanya sembari berkata: kedua telingku ini benar-
benar mendengarnya dan hatiku memahaminya. Kemudian aku berkata padanya:
lihatlah ini anak pamanmu Muawiyah dia memerintahkan kami untuk memakan
harta antara kami dengan batil dan saling membunuh diri kami, padahal Allah
berfirman:”Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian memakan har-
harta kalian diantara kalian dengan jalan yang bati kecuali dengan jual dengan
keridhoan antara kalian dan janganlah kalian bunuh diri-diri kalian
sesungguhnya Allah begitu sayangnya terhadap kalian. Maka Abdullah diam
beberapa saat dan kemudian berkata: taatilah dia dalam ketaatan kepada Allah
dan jangan patuhi dia dalam maksiat kepada Allah. HR. Muslim.
Dengan demikian, teori fikih akhir zaman yang dijelaskan Habib Abu Bakar al-Adni al-
Masyhur ini menjawab kebutuhan-kebutuhan umat zaman sekarang ini. Di zaman yang
sudah makin banyak pergolakan, perubahan-perubahan yang sedemikian cepat,
terjadinya banyak permusuhan dan peperangan, maka umat Islam harus menentukan
sikapnya dengan benar. Agar tidak ikut tersulut api fitnah.

21
Karena itu, konsep fikih akhir zaman bukan sekedar mempelajari tanda-tanda hari
kiamat saja, tetapi bagaimana mensikapi tanda tersebut menjadi suatu rumusan dan
kaidah. Makanya disebut “fikih”, karena berupa rumusan-rumusan dan kaidah. Karena
rumusannya tentang mensikapi zaman akhir, maka disebut fikih akhir zaman. Atau bisa
disebut fikih tahawwulat. Tahawwul artinya berubah. Karena mempelajari kaidah-
kaidah menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi sebelum hari kiamat.
Konsep fikih akhir zaman ini didasarkan pada hadis jibril. Yaitu hadis yang memuat
definisi tentang Islam, Iman, Ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat, yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Hadis itu berbunyi: Dari Umar bin Khattab ra berkata: Ketika kamiberada dengan
Rasulullah ‫ ﷺ‬suatu hari, muncullah seorang lelaki yang pakaiannyasangat putih,
rambutnya sangat hitam, tidak terlihat sisa perjalanan diwajahnya dan tak seorang pun
dari kami yang mengetahui orang itu. Duduklah iadi hadapan Nabi Muhammad ‫ﷺ‬,
kemudian ia sandarkan kedua lututnya kepada kedualutut Rasulullah, dan ia letakkan
kedua telapak tangannya di atas pahaRasulullah dan ia berkata: Wahai Muhammad,
beritahu saya tentang Islam. Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab: Islam adalah bahwa
kamu bersaksi bahwasanya tiadatuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah
utusan Allah, mendirikansholat, menunaikan zakat, berpuasa ramadhan dan berhaji ke
Ka’bah jikakamu mampu. Kemudian orang itu berkata: Kamu benar! Umar berkata:
Kami merasaheran kepada orang itu, dia bertanya kepada Nabi Muhammad dan
kemudian membenarkannya. Hingga perkataanorang itu: Maka beri tahu aku tentang
hari kiamat. Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: orang yang ditanya tentangnya/hari
kiamat (maksudnya adalah Rasulullah ‫ )ﷺ‬tidak lebih tahu daripada yang bertanya (yaitu
Jibril). Kemudianorang itu berkata: Maka beritahulah aku tentang tanda-tandanya.
Rasulullah bersabda: Ketika seorang budak perempuan melahirkan pemiliknya atau
nyonyanya,dan ketika kamu melihat orang-orang tak beralas kaki, tak berpakaian,
miskin,penggembala kambing saling tinggi meninggi dalam bangunan.
Dari hadis tersebut, maka rukun agama ada empat; yaitu Islam, iman, ihsan dan hari
akhir. Fikih tahawulat pondasi dasarnya adalah rukun agama ke-empat. Dalam hadis
Jibril di atas, hanya disebut sedikit di antara tanda hari kiamat. Tetapi pada intinya,
menjelaskan tentang banyaknya fitnah agama. Fitnah adalah cobaan yang bersifat

22
umum ataumenyeluruh yang menimpa perorangan ataupun umat Islam secara
keseluruhan danberpotensi menyebabkan tergelincirnya orang tersebut dari jalan agama.
Habib Abu Bakar al-Adni al-Masyhur menjelaskan ada dua misi dari rukun agama yang
empat itu, supaya umat Muslim terhindar dari fintah.
Yaitu, pertama, memperbaharui bahasa metode da’wah, dengan anggapan da’wah
datang terdahulu sebelum datangnya fiqih usul, yang dimulai dari diutusnya nabi
Muhammad ‫ﷺ‬, juga sebagai pembaharuan metode ulama-ulama yang adil, didalam
penyampaian sesuatu yang dilandasi dengan al-hikmah dan pengajaran yang baik, juga
sebagai mengatur ulang norma-norma salamah dan sanad yang di landasi dengan
menjaga lidah dari mencela dan menjaga tangan dari pertumpahan darah, kecuali yang
allah syariatkan dan wajibkan (yaitu berjihad). (An-Nubdzah as-Shughra).
Kedua, sebagai konservasi ilmu-ilmu sawabit (Islam, iman dan ihsan) dan maksud dari
‘konservasi’ yaitu: menjaga kemuliaan dan sanad yang terdapat pada ilmu-ilmu (aqidah,
syariah dan tingkatan suluk) baik di dalam periode maupun pada para ahli ilmu,
(menjaganya) dari permainan orang-orang yang merubah-rubah agama dan fitnah yang
menyesatkan (An-Nubdzah as-Shughra).
• Fitnah-fitnah Akhir Zaman
Rasulullah Shallallahu 'Alayhi wa Sallam pernah menyampaikan tentang fase atau
periode yang dilalui umat Islam. Singkatnya, ada 5 periode yang akan dan telah dilalui
oleh umat Islam. Kelima periode tersebut adalah periode kenabian, periode
kepemimpinan dengan metode kenabian, periode kepemimpinan secara dinasti yang
memaksakan, periode kepemimpinan diktator dan kepemimpinan dengan metode
kenabian kembali.
Ketige periode yang disebutkan di atas telah kita lalui. Periode pertama adalah dimana
Rasulullah langsung yang menjadi pemimpin bagi umat Islam. Sedangkan periode
kedua adalah masa dimana 5 khalifah, Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali dan Hasan,
memimpin kaum muslimin selepas wafatnya Rasulullah. Adapun periode ketiga, yaitu
ketika para pemimpin kaum muslimin memaksakan metode dinasti dalam
kepemimpinannya, namun masih menjadikan syariat Islam sebagai landasan hukum
pada pemerintahannya. Periode ini berakhir pada tahun 1924, alias hampir 100 tahun
yang lalu.

23
Saat ini, kita berada pada periode keempat, dimana kepemimpinan yang memimpin
kaum muslimin di berbagai penjuru dunia menunjukkan kediktatorannya. Walaupun
secara zhohirnya mereka adalah sama dengan kaum muslimin pada umumnya, akan
tetapi sangat disayangkan, ternyata kebanyakan dari mereka hanyalah sebatas
kepanjangan tangan dari Blok-blok Barat ataupun Blok-blok Timur yang tidak suka
kaum muslimin hidup dalam kebebasan.
Pada saat ini pula, kita dapat mendapati begitu banyak penindasan, tekanan dan fitnah
yang ditujukan kepada kaum muslimin dari orang-orang barat. Mulai dari tuduhan
terorisme, penghapusan etnis, pelarangan berkunjung, hingga penjajahan yang masih
diderita oleh kaum Muslim di Palestina. Kita tidak mengeluhkannya dan tidak mencela
zaman ini, karena ini sendiri merupakan bukti kebenaran sabda Rasulullah 1400 tahun
yang lalu mengenai suatu periode yang pasti dilalui oleh umat Islam. Namun, kita juga
tidak menyerah dengan apa yang menimpa kita ini.
• Fitnah dalam agama, yaitu dengan mudahnya manusia berpindah dari agama
Islam.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam menjelaskan: “Cepat-cepatlah kalian
beramal shalih
sebelum datang fitnah, seperti malam yang gelap. Seorang pada pagi harinya
dalam keadaan
mukmin, kemudian pada sore harinya menjadi kafir. Pada sore harinya dalam
keadaan mukmin,
pada pagi harinya menjadi kafir; dia menjual agamanya dengan benda-benda
dunia.” (HR. Muslim)
• Fitnah kebodohan, kerakusan, dan kekacauan dengan dicabutnya ilmu agama
dari hati manusia.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Zaman semakin dekat, ilmu
dicabut,
muncul fitnah-fitnah, tersebar kebakhilan-kebakhilan, banyak terjadi al-haraj.
Para
sahabat bertanya, ‘Apakah al-haraj itu, ya Rasulullah?” beliau menjawab,
‘Pembunuhan.’”
(Muttafaqun ‘alaih)

24
Ilmu akan dicabut dari hati manusia dengan cara diwafatkannya para ulama’ ahli
ilmu
agama. Maka setelah itu akan terjadilah kebodohan dimana-mana dan akan ada
muncul da’i-da’i
yang menyeru ke dalam neraka jahanam.
• Diangkatnya amanah dari manusia.
Hal ini merupakan tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat. Sebagaimana yang
telah
di kabarkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam yang ketika itu datang
seorang Badui
kepada beliau dan berkata, “Kapankah hari kiamat akan terjadi?” Beliau
menjawab dengan
sabdanya: “Apabila telah disia-siakannya amanah, maka tunggulah hari kiamat!
Orang tersebut
kembali bertanya, ‘Bagaimana disia-siakannya, wahai Rasulullah?’ beliau
menjawab, ‘Apabila
suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tungguhlah
hari kiamat.’” (HR.Bukhari)
Pada kenyataan yang bisa kita amati adalah dengan dicabutnya sifat amanah dari
pundak-
pundak para pemimpin. Kepemimpinan merupakan amanah yang sangat besar.
Sebagaimana
sabda shallahu ’alaihi wasallam: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap
kalian akan diminta
pertanggungjawaban terhadap apa yang pimpin.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hal tersebut telah muncul di zaman ini seperti yang bisa kita amati seksama,
yaitu
banyaknya para pemimpin yang tidak melaksanakan amanahnya dengan baik.
Mereka malah
menyelewengkan amanah itu untuk kepentingan dirinya sendiri dan keluarganya
seperti halnya

25
korupsi yang telah merajalela dimana-mana. Hal itu termasuk bentuk
penyelewengan amanah yang seharusnya disampaikan kepada rakyat.
• Fitnah harta.
Macam-macam fitnah tersebut merupakan sebagian dari tanda-tanda hari kiamat.
Dari
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa
sallam bersabda:
“Sesungguhnya di antara tanda hari kiamat ialah; diangkat ilmu (agama),
tersebar kejahilan
(terhadap agama), arak diminum (secara leluasa), dan zahirnya zina (secara
terang-terangan)”.
(HR. al-Bukhari no. 78 dan Muslim no. 4824)
Fitnah-fitnah tersebut mulai muncul setelah wafatnya Umar bin al-Khattab.
Karena beliau
merupakan dinding pembatas antara kaum Muslimin dengan fitnah tersebut,
sebagaimana yang
diterangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau berkata kepada
‘Umar: “Sesungguhnya
antara kamu dan fitnah itu terdapat pintu yang akan hancur.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Maka kita semua harus berhati-hati pada fitnah-fitnah tersebut, karena hal
tersebut akan
menghancurkan semua umat. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
“Dan takutlah
kepada fitnah yang tidak hanya menimpa orang yang zhalim di antara kalian
semata dan
ketahuilah, bahwa Allah memiliki adzab yang sangat pedih.” (QS. al-Anfal: 25).

WALLAHUA’LAM

26
LAMPIRAN
• Kaitan Iman Islam dan Iman

• Islam dan Saind

• Islam dan Penegakan Hukum

• Kewajiban Menegakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

27
• Fitnah Akhir Zaman

28
DAFTAR PUSTAKA
Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an
Hadis, (Yogyakarta: Azna Books, 2010)
At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah, Ensiklopedia Islam Al-
Kamil, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2010)
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta:Rajawali Press, 2001)
Thanthawi, Ali, Aqidah Islam; Doktrin dan Filosofis, (Pajang:Era Intermedia,2004).
Daradjat, Zakiah, dkk., Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996).
Wahhab, Muhammad bin Abdul, Tiga Prinsip Dasar dalam Islam,(Riyadh:
Darussalam,2004).
Al-Imam al-Syaikh Ibrahim bin Ismail. Tth. Ta’lim al-Muta’allim. Semarang: Pustaka
al-Alawiyah.
Butt, Nasim. 2001. Sains dan Masyarakat Islam (Diterjemahkan oleh Masdar Hilmy
dari Buku Science and Muslim Society). Bandung: Pustaka Hidayah.
Fauziyah, Lilis R.A. dan Andi Setyawan. 2009. Kebenaran al-Qur’an dan Hadits. Solo:
Tiga Serangkai.
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/1786489-pengertian-filsafat-sains/log
http://my.opera.com/ilmyaku/blog/2009/11/04/sains-dalam-islam
Mahdi, Ghulsyani. 2001. Filsafat-Sains Menurut Al-Qur’an (Diterjemahkan oleh Agus
Efendi dari Buku The Holy Quran and the Science of Nature). Bandung: Penerbit
Mizan.
Noordin, Sulaiman. 2000. Sains Menurut Perspektif Islam (Diterjemahkan oleh
Munfaati). Jakarta: Dwi Rama.
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an. 1990. Al-Qur’an dan
Terjemahnya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an
Ghazali, Imam, Mukasyafatul Qulub, Terj. Fatihuddin Abul Yasin, Surabaya: Terbit
Terang, 1990
Iwudh, Ahmad Abduh, Mutiara Hadis Qudsi, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2006
Qasyimi, Muhammad Jalaludin, Roudhlotul Mu’minin. Terj. Abu Ridho. Semarang:
Assyifa.
Ash Shiddiqey, Muhammad Teungku Hasbi, Al-Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki
Putra, 2001

29
Nawawi, Imam, Riyadhus Sholihin, Terj. Ahmad Sunarto, Jakarta: Pustaka Amani, 1990
Dahlan, Ali Usman, Hadits Qudsy Pola Pembinaan Akhlak Muslim, Bandung: CV.
Diponegoro
Tirmidhi, Imam, Sunan At Tirmidhi, Bairut: Darul Kutub Al- Ilmiyah

30

Anda mungkin juga menyukai