Anda di halaman 1dari 2

Apakah saya salah satu dari generasi yang diharapkan Bangsa?

(Sepenggal perjuangan Rifky Adhia Pratama dalam mewujudkan mimpinya untuk


Indonesia yang lebih baik)

Bagiku, Indonesia bukan sekadar Tanah Air, melainkan sebuah surga yang nyata.
Keramahan dan toleransi antar penduduknya mampu menciptakan kedamaian dalam suasana
bermasyarakat, kekayaan alam yang melimpah sehingga mampu dinikmati dan diolah sebagai
sumber ekonomi, serta segala yang telah Indonesia berikan, membuatku bersyukur menjadi
warga negaranya dan terbuai untuk tidak mengecewakan ibu pertiwi. Menjadi mahasiswa
merupakan langkah awal bagiku untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang telah diangankan
sedari kecil untuk membalas budi para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia.
Hari orientasi universitas menjadi pemicu perjuanganku karena dihadapkan dengan
beberapa mahasiswa berprestasi baik di tingkat nasional, regional, maupun internasional.
Melihat pencapaian mereka, terlintas di pikiranku “Apakah saya salah satu dari generasi yang
diharapkan Bangsa?”. Namun, sebagai insan dewasa yang telah mengenal apa yang baik dan
apa yang buruk untuk diri pribadi, pertanyaan ketidak-yakinan tersebut saya ubah menjadi
sebuah tantangan. Perjuangan di kehidupan kampus, saya mulai dengan bergabung sebagai
tim Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Unpad yang telah mengharumkan Indonesia di mata
dunia. Salah satunya meraih juara umum pada 67th International Choral Competition, Arezo,
Italia dan berhasil melaju ke ajang paduan suara paling bergengsi yaitu European Grand Prix
Competition 2020.
Menjadi mahasiswa kimia yang selalu dihadapkan dengan ujian serta laporan
praktikum di setiap harinya, membuat perjuanganku di PSM terasa lebih berat daripada
teman angkatan yang didominasi oleh mahasiswa sosial humaniora (SOSHUM). Benar
nyatanya bahwa perjuangan tidak akan pernah mengkhianati hasil karena pada akhir tingkat
pertama, saya dinobatkan sebagai penyanyi tenor terbaik angkatan 2018, serta mendapatkan
IPK di atas rata-rata teman kimia lainnya. Awal semester ketiga, saya tersadar bahwa meraih
prestasi bukan hanya tentang pencapaian dan kepuasan untuk diri pribadi. Meraih prestasi
harus bisa memberikan dampak bagi sekitar, baik itu untuk jangka panjang maupun jangka
pendek. Kesadaran itulah yang memicu saya untuk memberanikan diri mengikuti lomba
karya tulis ilmiah dan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa). Kedua kompetisi tersebut saya
jadikan sebagai wadah utntuk menguji gagasan yang saya punya untuk membuat Indonesia
lebih baik dengan cara mengamalkan ilmu yang telah didapat pada perkuliahan. Walaupun
gagasan karbon aktif dari ampas tahu hanya mengantarkan saya pada tahap lolos abstak karya
tulis UGM, namun gagasan deteksi dini kanker dengan memanfaatkan tongkol jagung
mengantarkan saya sebagai salah satu finalis karya tulis ilmiah tingkat nasional yang
diadakan oleh Kimia IPB. Itu artinya bahwa topik deteksi dini kanker lebih unggul dari sisi
substantif dan dapat memberikan kebermanfaatan yang luas karena urgensinya yang sangat
dibutuhkan, mengingat bahwa angka mortalitas akibat kanker di Indonesia sangat tinggi bila
dibandingkan dengan negara lain dalam lingkup ASEAN.
Perjuanganku untuk memantaskan diri menjadi generasi yang diharapkan bangsa terus
berlanjut. Pada awal semester 4, saya memutuskan untuk mengikuti pemilihan mahasiwa
berprestasi di tingkat jurusan. Dengan modal nekat bersaing dengan kakak tingkat, namun
akhirnya terpilih menjadi mahasiwa berprestasi yang mewakili kimia untuk tahap pemilihan
di fakultas. Di tingkat fakultas, saya dihadapkan dengan kakak tingkat yang lebih mumpuni
dari segi prestasi dan pengalamnnya. Namun saya tidak menyerah dan berendah diri,
melainkan terus menambah semangat dan mengatur strategi untuk memaksimalkan di sesi
presentasi gagasan ilmiah serta wawancara. Dengan keberanian dan strategi tersebut berhasil
membawa saya ke posisi mahasiswa berprestasi 3 FMIPA Unpad.
Tidak genap dua bulan berkuliah, pandemi covid-19 mulai menempa Indonesia.
Pembelajaran dan aktivitas kampus semuanya beralih ke sistem daring. Metode belajar
mandiri mungkin sudah bisa diatasi oleh mahasiwa. Namun tidak demikian untuk pelajar
SMA, terlebih lagi bagi mereka yang akan melaksanakan UTBK di tahun ini. Oleh karena itu,
saya membulatkan tekad mengajak teman mahasiwa lain di seluruh Indonesia dengan prestasi
di bidang akademik, untuk memberikan pelatihan UTBK, kedinasan STIS dan IPDN. Didapat
25 teman volunteer dari UGM, ITB , ITS, UPI, Unpad, STIS dan IPDN. Dengan pelatihan
ini, kami berhasil mengantarkan siswa kami lolos UTBK ke Unpad, UPI, bahakn ITB. Nama
proyek sosial-edukasi kami adalah DREAM FIGHTER. Selain itu kami juga mengadakan
pelatihan beasiswa agar mereka dapat berkuliah tanpa khawatir dengan masalah finansial
keluarga mereka yang memburuk akibat pandemi. Puji syukur, ada beberapa siswa yang
berhasil mendapatkan beasiswa JFL dengan bimbingan langsung dari saya. Pada intinya
sekecil apapun hal yang kita lakukan, selagi itu dengan niat untuk memantaskan diri sebagai
generasi yang diharapkan bangsa, maka hal itu akan terasa bermakna untuk kita jalankan.

Anda mungkin juga menyukai