Makalah Promkes PJ

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

PENYAKIT JANTUNG

Disusun oleh
Nama : Asmi iradia
Nim : 19010091
Kelas : 1 B

Kelas : IB
Mata kuliah : Promosi Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan
Pembimbing :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MEDIKAL NURUL ISLAM SIGLI

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Penyakit Jantung” ini


disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Promosi Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan
di Jurusan S1 Keperawatan stikes medika nurul islam.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini dimasa
mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada
umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………...........................................
1

DAFTAR
ISI…………………………………………………………….............................................. 2

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………........................................
3

A. Latar belakang……………………………………………….....................................
3
B. Rumusan masalah…………………………………………....................................4
C. Tujuan penulisan……………………………………………....................................
5

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………........................................
6

A. Defenisi Diabetes Melitus…………………………………............................... 6


B. Tanda dan gejala diabetes melitus………….........................…………….. 8
C. Patofisiologi diabates melitus………………………………........................... 8
D. Klasifikasi diabetes militus……………………….............................…………. 12
E. Komplikasi………………………………………….......................................………..
13
F. Konsep asuhan keperawatan............................................................ 15

BAB III PENUTUP…………………………………………………...........................................


… 31
A. KESIMPULAN………………………………........................................…………….
31
B. SARAN………………………………..........................................
…………………….. 31

DAFTAR PUSTAKA………………………………........................................…………………..
32

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi penyebab kematian
utama di Indonesia. Penyebabnya adalah terjadinya hambatan aliran darah pada arteri
koroner yang mensuplai darah ke otot jantung. Hambatan tersebut berupa plak, dan
prosesnya memakan waktu yang amat panjang, bahkan dapat bertahun-tahun, mungkin
dimulai sejak masa muda yang seringkali “berkulminasi” menjadi serangan jantung
koroner (Soeharto, 2001).

Saat ini penyakit jantung koroner (PJK) termasuk penyebab utama kematian pada
penduduk Indonesia berusia di atas 40 tahun. Jantung koroner bukan tipe penyakit yang
datang seketika. Penyakit ini tumbuh perlahan-lahan pada penggemar makanan berkadar
lemak tinggi. Penyakit jantung sampai saat ini merupakan penyakit yang banyak diderita
dan banyak menyebabkan kematian di dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, penyakit sirkulasi (jantung dan pembuluh
darah) menempati urutan tertinggi sebagai penyakit penyebab kematian di Indonesia
(26,4 %). Persentase ini meningkat dibandingkan SKRT sebelumnya (SKRT 1995: 19
%; SKRT 1992: 9,9 %). Data SKRT tahun 2002 menunjukkan bahwa kematian akibat
penyakit jantung dan pembuluh darah (usia di atas 15 tahun) sebesar 6,0% dan pada
tahun 2005 sebanyak 8,4%. Di Amerika Serikat sekarang ini, sekitar 12,6 juta orang
mengalami penyakit jantung dan 25 % dari seluruh rakyatnya memiliki
minimal satu faktor yaitu penyakit jantung (Khomsan, 2007).

Berbagai faktor risiko erat kaitannya dengan zat makanan yang masuk ke dalam tubuh
(intake) sewaktu makan, dalam arti macam dan jumlahnya. Faktor resiko secara

3
langsung terkait dengan diabetes mellitus, kadar lemak darah yang abnormal, dan
kegemukan. Kandungan kalori pada makanan dan proses metabolisme dalam tubuh
yang berpengaruh terhadap kesehatan jantung pada umumnya dan khususnya PJK.
Semua zat makanan yang diperlukan dapat dipenuhi dalam jumlah yang mencukupi.
Penyebab terjadinya penyakit jantung selain dari pola konsumsi karbohidrat, makanan
tinggi lemak dan kolesterol, kurangnya asupan serat juga berpengaruh terhadap
terjadinya penyakit jantung khususnya PJK. Serat juga dapat membantu menurunkan
absorpsi lemak dan kolesterol darah. Penelitian menunjukkan bahwa diet serat berasal
dari konsumsi makanan tinggi kacang polong, termasuk kacang merah, mampu
menurunkan kadar kolesterol darah hingga 10 % pada penderita hiperkolesterolemia,
orang-orang yang mempunyai kadar kolesterol darah berlebihan. Serat larut air
difermentasi dalam usus besar dan menghasikan asam-asam lemak rantai pendek yang
dapat menghambat sintesis kolesterol hati (Khomsan, 2007). Kebutuhan serat orang
dewasa menurut AKG (2012) 27-37 gr/hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan
penderita PJK dan PJ non K didapatkan asupan serat yang kurang, karena penderita
hanya mengkonsumsi nasi dengan lauk tanpa menggunakan sayur ataupun buah yang
kaya serat.

1. Rumusan Masalah

 Apa pengertian dari Penyakit jantung ?


 Apa etiologi dari Penyakit jantung ?
 Apa tanda dan gejala Penyakit jantung ?
 Bagaimana patofisiologi Penyakit jantung ?
 Apa klasifikasi Penyakit jantung ?
 Apa saja komplikasi yang muncul pada pasien dengan Penyakit jantung ?
 Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari pada Penyakit jantung ?

2. Tujuan
 Tujuan Umum

4
Penulis mampu menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih mendalam tentang proses
pelaksanaan asuhan keperawatan pasien dengan penyakit jantung.

 Tujuan Khusus

 Untuk mengetahui cara pengkajian menganalisis data dan merumuskan diagnosa


keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung
 Untuk mengetahui cara menyusun rencana asuhan keperawatan pasien dengan
Penyakit jantung
 Untuk mengetahui cara melaksanakan tindakan keperawatan pasien dengan
Penyakit jantung
 Untuk mengetahui cara mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pasien dengan
Penyakit jantung

BAB II

PEMBAHASAN

A.Defenisi Penyakit Jantung

5
Penyakit jantung adalah kondisi ketika jantung mengalami gangguan. Bentuk gangguan itu
sendiri bisa bermacam-macam. Ada gangguan pada pembuluh darah jantung, irama jantung,
katup jantung, atau gangguan akibat bawaan lahir.

Jantung adalah otot yang terbagi menjadi empat ruang. Dua ruang terletak di bagian atas, yaitu
atrium (serambi) kanan dan kiri. Sedangkan dua ruang lagi terletak di bagian bawah, yaitu
ventrikel (bilik) kanan dan kiri. Antara ruang kanan dan kiri dipisahkan oleh dinding otot
(septum) yang berfungsi mencegah tercampurnya darah yang kaya oksigen dengan darah yang
miskin oksigen.

Fungsi utama jantung adalah mengalirkan darah kaya oksigen ke seluruh bagian tubuh. Setelah
seluruh organ tubuh menggunakan oksigen dalam darah, darah yang miskin oksigen tersebut
kembali ke jantung (atrium kanan), untuk diteruskan ke ventrikel kanan melalui katup trikuspid.
Sesudah darah memenuhi ventrikel kanan, katup trikuspid akan menutup guna mencegah darah
kembali ke atrium kanan. Kemudian, saat ventrikel kanan berkontraksi, darah miskin oksigen
akan keluar dari jantung melalui katup pulmonal dan arteri pulmonal, lalu dibawa ke paru-paru
untuk diisi dengan oksigen.

Darah yang telah diperkaya oksigen tadi, kemudian dibawa ke atrium kiri melalui vena
pulmonal. Saat atrium kiri berkontraksi, darah akan diteruskan ke ventrikel kiri melalui katup
mitral. Setelah ventrikel kiri dipenuhi darah, katup mitral akan menutup untuk mencegah darah
kembali ke atrium kiri. Kemudian, ventrikel kiri akan berkontraksi, dan darah akan dialirkan ke
seluruh tubuh melalui katup aorta. Siklus peredaran darah tersebut akan terus berulang.

Jenis Penyakit Jantung

Istilah penyakit jantung meliputi beragam gangguan pada jantung, antara lain:

 Penyakit arteri koroner (penyakit jantung koroner) – penyempitan pembuluh darah


jantung.
 Aritmia – gangguan pada irama jantung.
 Penyakit jantung bawaan – kelainan jantung sejak lahir.

6
 Kardiomiopati – gangguan pada otot jantung.
 Infeksi jantung – infeksi pada jantung akibat bakteri, virus, atau parasit.
 Penyakit katup jantung – gangguan pada salah satu atau keempat katup jantung.

Etiolog

Etiologi penyakit jantung koroner adalah keberadaan penyempitan, penyumbatan, atau


kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah ini
dapat melepaskan darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi
yang parah, kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak
sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian.

Penyempitan dan penyumbatan arteri menyebabkan zat lemak dan trigliserida yang semakin
lama semakin banyak dan menumpuk di bawah lapisan terdalam endothelium dari dinding
pembuluh arteri. Hal ini dapat menyebabkan aliran darah menjadi berkurang karena
terhenti, sehingga meningkatkan kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek dominan dari
jantung koroner adalah penurunan oksigen dan nutrisi ke jantung karena aliran darah ke
jantung berkurang. Pembentukan plak lemak dalam arteri memengaruhi pembentukan
bekuan darah yang akan mendorong perpindahan jantung. Proses pembentukan plak yang
menyebabkan pergeseran arteri ini dinamakan arteriosklerosis. Awal penyakit jantung di
monopoli oleh orang tua. Namun, saat ini ada kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh
pasien di bawah usia 40 tahun. Hal ini biasa terjadi karena adanya perubahan gaya hidup,
lingkungan dan profesi masyarakat yang memunculkan “tren penyakit” baru yang
menimbulkan degnaratif. Terkait dengan gaya hidup yang ditemui pada masyarakat
perkotaan antara lain mengonsumsi makanan siap saji yang mengandung kadar lemak jenuh
tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga, dan
stres. (Prabowo & Pranata, 2017, hal. 190)

7
B. Tanda dan gejala penyakit jantung
 Sakit dada (angina) karena aliran darah berkurang dan tekanan oksigen meningkat.
 Rasa sakit bisa menyebar kelengan, punggung, dan rahang.
 Sakit dada muncul setelah tenaga terkuras, senang berlebihan, atau kompilasi pasien
terpapar hawa dingin karena ada peningkatan dalam aliran darah, meningkatkan
kecepatannya.
 Sakit dada berakhir antara 3 hingga 5 menit.
 Sakit dada dapat terjadi kompilasi pasien sedang istirahat (DiGiulio dkk, 2014, hal. 5)

C. Patofisiologi diabates melitus

Patofisiologi penyakit jatung bawaan dimulai dari masa embrio. Jantung adalah salah
satu organ yang paling awal terbentuk.
 Embriologi Jantung
Perkembangan jantung dimulai sejak awal perkembangan embrio. Embrio berkembang
membentuk tiga lapisan, yaitu ektoderm, endoderm, dan mesoderm. Dari lapisan
mesoderm terbentuk otot, jaringan ikat di kepala, badan, dan tulang, serta sistem
kardiovaskular. Pembentukan jantung primitif berlangsung pada sekitar hari ke-20 sejak
terjadi konsepsi.[4]
Jantung terbentuk dari dua tabung endokardium yang menyatu dan kemudian masuk ke
regio toraks seiring dengan terjadinya lipatan embrio. Bagian tabung yang menyatu
membentuk jantung sementara bagian yang tidak menyatu pada bagian atas dan
bawahnya membentuk pembuluh darah besar.
Bagian tabung yang menyatu kemudian melipat dari kanan ke kiri sehingga bentuk
jantung semakin jelas dan posisi jantung menjadi di sebelah kiri pada rongga toraks.
Setelah penyatuan selesai, pada kira-kira hari ke-28 sejak konsepsi, jantung membentuk
ruang-ruang ventrikel dan atrium. Kemudian irama sinus dapat terlihat setelah 16
minggu. [4]

8
 Sirkulasi Fetal dan Adaptasi Ekstrauterin
Di dalam uterus, bayi mendapat nutrisi dari sirkulasi plasenta. Darah dari plasenta
mengalir ke vena kava inferior menuju atrium kanan. Dari atrium kanan darah sebagian
dialirkan ke atrium kiri melalui foramen ovale. Sebagian lainnya mengalir ke ventrikel
kanan, kemudian dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Resistensi arteri pulmonalis
masih tinggi akibat foramen ovale yang terbuka. Darah dialirkan ke aorta melalui suatu
pirau yakni duktus arteriosus. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke aorta bergabung
dengan darah dari ventrikel kanan sehingga saturasi oksigen fetal hanya mencapai 65%.
Saturasi oksigen yang rendah merangsang terbentuknya prostaglandin. Prostaglandin
akan mempertahankan duktus arteriosus tetap terbuka.
Setelah kelahiran, sirkulasi dari umbilikal ditutup dan menyebabkan penurunan tekanan
di jantung kanan sehingga foramen ovale menutup. Darah dari ventrikel kanan mengalir
ke arteri pulmonalis menuju paru-paru. Saturasi akan meningkat hingga 95% dan
merangsang berhentinya pembentukan prostaglandin. Kadar prostaglandin akan menurun
sehingga terjadi penutupan duktus arteriosus pada hari ke 7-10 setelah kelahiran.[4]
 Klasifikasi dan Patofisiologi Penyakit Jantung Bawaan
Secara umum penyakit jantung bawaan dibagi dua menjadi penyakit jantung asianotik
dan sianotik. Penyakit jantung sianotik terjadi bila terdapat hubungan pirau sehingga
darah mengalir dari sirkulasi jantung kanan ke kiri. Sebaliknya pada penyakit jantung
asianotik, hubungan pirau terjadi dari kiri ke kanan.[2] Karena perbedaan pirau ini,
penyakit jantung bawaan diklasifikasikan menjadi penyakit jantung bawaan dengan pirau
kiri ke kanan (asianotik), pirau kanan ke kiri (sianotik), lesi obstruktif murni, dan anomali
arteri koroner. [1]

 Pirau Kiri ke Kanan (Asianotik)


Pada penyakit jantung bawaan dengan pirau dari bilik kiri ke kanan, tidak terjadi
gangguan pada saturasi oksigen yang dialirkan ke sirkulasi sehingga pada pasien tidak
didapatkan sianosis. Contoh penyakit jantung bawaan dengan pirau kiri ke kanan adalah :
Atrial Septal Defect (ASD) dimana terdapat defek pada septum atrium sehingga
terjadi pirau dari kiri ke kanan

9
Ventricular Septal Defect (VSD), dimana septum ventrikel mengalami defek.
Atrioventricular Septal Defect (AVSD) parsial atau komplit
Patent Ductus Arteriosus (PDA), duktus arteriosus tidak menutup sehingga sebagian
darah dari ventrikel kanan dan dari aorta bercampur.

 Pirau Kanan ke Kiri (Sianotik)


Pada penyakit jantung bawaan dengan pirau dari bilik kanan ke kiri, terjadi gangguan
pada saturasi oksigen yang dialirkan ke sirkulasi sehingga pada pasien akan didapatkan
sianosis. Contoh penyakit jantung bawaan dengan pirau kanan ke kiri adalah :
Tetralogy of Fallot (TOF), yang meliputi gabungan antara VSD yang lebar,
obstruksi keluaran ventrikel kanan yang biasanya disebabkan oleh stenosis
pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan
Transposition of great arteries (TGA), aorta muncul dari ventrikel kanan dan arteri
pulmonal muncul dari venrikel kiri. Biasanya disertai dengan PDA
Persistent Trunchus Arteriosus
Hypoplastic Left Heart, biasanya dengan atresia mitral dan aliran darah ke aorta
adalah dari arteri pulmonal melalui duktus arteriosus
Hypoplastic Right Heart
Lesi Obstruktif Murni
Lesi obstruktif murni pada penyakit jantung bawaan diantaranya adalah stenosis
katup pulmonal, stenosis katup aortal, dan koarktasio aorta dimana terdapat
penyempitan pada bagian aorta.
Anomali Arteri Koroner
Penyakit jantung bawaan juga dapat berupa anomali arteri koroner, walaupun
kelainan ini lebih jarang terjadi. Anomale arteri koroner dapat terjadi pada left main
coronary artery (LMCA) dari arteri pulmonal, left main coronary artery (LMCA)
dari sinus Valsalva kanan, dan right main coronary artery dari sinus Valsalva kiri
[1]

10
C. Klasifikasi penyakit jantung
Menurut Huon Gray (2002:113) penyakit jantung koroner diklasifikasikan menjadi 3, yaitu
Silent Ischaemia (Asimtotik), Angina Pectoris, dan Infark Miocard Akut (Serangan
Jantung). Berikut adalah penjelasan masing-masing klasifikasi PJK:

a. Silent Ischaemia (Asimtotik)


Banyak dari penderita silent ischaemia yang mengalami PJK tetapi tidak merasakan ada
sesuatu yang tidak enak atau tanda-tanda suatu penyakit (Iman 2004:22).

b. Angina Pectoris
Angina pectoris terdiri dari dua tipe, yaitu Angina Pectoris Stabil yang ditandai dengan
keluhan nyeri dada yang khas, yaitu rasa tertekan atau berat di dada yang menjalar ke
lengan kiri dan Angina Pectoris tidak Stabil yaitu serangan rasa sakit dapat timbu baik
pada saat istirahat, waktu tidur, maupun aktivitas ringan. Lama sakit dada jauh lebih lama
dari sakit biasa. Frekuensi serangan juga lebih sering.
c. Infark Miocard Akut (Serangan Jantung)
Infark miocard akut yaitu jaringan otot jantung yang mati karena kekurangan oksigen
dalam darah dalam beberapa waktu. Keluhan yang dirasakan nyeri dada, seperti tertekan,
tampak pucat berkeringat dan dingin, mual, muntah, sesak, pusing, serta pingsan
(Notoatmodjo, 2007:304).

D. Komplikasi

Kondisi ini disebabkan oleh ketidakmampuan jantung dalam memenuhi kebutuhan aliran darah
tubuh. Kondisi tersebut terjadi karena otot jantung sudah tidak mampu lagi memompa darah.

Kondisi ini juga rentan terjadi pada pengidap kelainan jantung bawaan atau infeksi jantung.
Gagal jantung biasanya ditandai dengan beberapa gejala. Gejala-gejala yang dimaksud adalah
kesulitan bernapas, pusing, serta penumpukan cairan pada bagian tertentu yang membuatnya
tampak membengkak.

11
1. Aneurisma

Aneurisma merupakan sebuah komplikasi serius. Gejala yang dapat ditunjukkan oleh kondisi ini
adalah pembengkakan arteri yang dapat terjadi pada bagian tubuh manapun. Apabila aneurisma
pecah, kondisi tersebut dapat menyebabkan kondisi fatal karena adanya perdarahan internal.

2. Emboli Paru

Emboli paru merupakan sebuah kondisi saat arteri pulmonalis mengalami penyumbatan.
Penyumbatan tersebut menyebabkan tubuh mengalami kekurangan oksigen dengan cepat.
Akibatnya, beberapa gejala pun akan muncul seperti kesulitan bernapas, sakit dada, dan kulit
membiru. Kondisi ini harus diwaspadai, karena dapat menyebabkan kematian.

3. Henti Jantung

Termasuk dalam kondisi darurat, henti jantung perlu diwaspadai. Jika tidak ditangani dengan
baik dan segera, kondisi ini dapat menyebabkan kematian mendadak. Kondisi ini merupakan
sebuah komplikasi akibat jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba. Gangguan irama jantung
tersebut dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan kehilangan kesadaran.

4. Serangan Jantung

12
Keadaan ini terjadi akibat kematian sel jantung, karena jantung tidak mendapatkan cukup asupan
darah. Di samping itu, serangan jantung terjadi karena arteri jantung mengalami penyempitan
karena penumpukan kolesterol atau aterosklerosis.

Kondisi ini menunjukan gejala yang berbeda-beda, tergantung jenis kelamin. Pada pengidap laki-
laki, gejala serangan jantung dapat berupa rasa nyeri di area sekitar dada. Sedangkan pada
pengidap perempuan, gejala yang ditunjukkan berupa mual, muntah-muntah, dan sakit perut.

5. Penyakit Arteri Perifer

Penyempitan pembuluh darah dapat berdampak buruk pada aliran darah ke jantung. Selain itu,
kondisi tersebut juga dapat berdampak buruk pada ujung-ujung bagian tubuh. Dikarenakan
bagian-bagian tubuh tersebut tidak mendapatkan aliran yang cukup, maka rasa nyeri pun akan
muncul, terutama pada kaki ketika sedang berjalan.

6. Stroke

Stroke terjadi karena adanya gumpalan darah yang menghambat aliran darah menuju otak.
Gumpalan darah tersebut muncul karena jantung tidak bekerja dengan baik. Keadaan ini dapat
menyebabkan beberapa gangguan dalam mengingat, berbicara, dan koordinasi. Selain itu, stroke
juga dapat menyebabkan mati rasa pada salah satu sisi tubuh.Karena menyerang sel otak, kondisi
ini perlu diwaspadai. Pasalnya, keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan dengan cepat dan bisa
bersifat permanen.

E. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian

13
1. Identitas

Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat,
tanggal MRS dan diagnosa medis. (Wantiyah,2010: hal 17)

2. Keluhan utama

Pasien pjk biasanya merasakan nyeri dada dan dapat dilakukan dengan skala nyeri 0-10,
0 tidak nyeri dan 10 nyeri palig tinggi. Pengakajian nyeri secara mendalam
menggunakan pendekatan PQRST, meliputi prepitasi dan penyembuh, kualitas dan
kuatitas, intensitas, durasi, lokasi, radiasi/penyebaran,onset.(Wantiyah,2010: hal 18)

3. Riwayat kesehatan lalu

Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien antara lain apakah klien
pernah menderita hipertensi atau diabetes millitus, infark miokard atau penyakit jantung
koroner itu sendiri sebelumnya. Serta ditanyakan apakah pernah MRS sebelumnya.
(Wantiyah,2010: hal 17)

4. Riwayat kesehatan sekarang

Dalam mengkaji hal ini menggunakan analisa systom PQRST. Untuk membantu klien
dalam mengutamakan masalah keluannya secara lengkap. Pada klien PJK umumnya
mengalami nyeri dada. (Wantiyah,2010: hal 18)

5. Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji pada keluarga, apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung
koroner. Riwayat penderita PJK umumnya mewarisi juga faktor-faktor risiko lainnya,
seperti abnormal kadar kolestrol, dan peningkatan tekanan darah. (A.Fauzi Yahya 2010:
hal 28)

6. Riwayat psikososial

14
Pada klien PJK biasanya yang muncul pada klien dengan penyakit jantung koroner
adalah menyangkal, takut, cemas, dan marah, ketergantungan, depresi dan penerimaan
realistis. (Wantiyah,2010: hal 18)

7. Pola aktivitas dan latihan

Hal ini perlu dilakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit jantung koroner untuk
menilai kemampuan dan toleransi pasien dalam melakukan aktivitas. Pasien penyakit
jantung koroner mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-
hari.(Panthee & Kritpracha, 2011:hal 15)

8. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien dilanjutkan
mengukur tanda-tand vital. Kesadaran klien juga diamati apakah kompos mentis, apatis,
samnolen, delirium, semi koma atau koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang,
berat, ringan atau tampak tidak sakit.

b. Tanda-tanda vital

Kesadaran compos mentis, penampilan tampak obesitas, tekanan darah 180/110 mmHg,
frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 36,2 C. (Gordon, 2015:
hal 22)

c. Pemeriksaan fisik persistem

1) Sistem persyarafan, meliputi kesadaran, ukuran pupil, pergerakan seluruh


ekstermitas dan kemampuan menanggapi respon verbal maupun non verbal. (Aziza,
2010: hal 13)

2) Sistem penglihatan, pada klien PJK mata mengalami pandangan kabur.(Gordon,


2015: hal 22)

15
3) Sistem pendengaran, pada klien PJK pada sistem pendengaran telinga , tidak
mengalami gangguan. (Gordon, 2015:hal 22)

4) Sistem abdomen, bersih, datar dan tidak ada pembesaran hati. (Gordon, 2015:hal
22)

5) Sistem respirasi, pengkajian dilakukan untuk mengetahui secara dinit tanda dan
gejala tidak adekuatnya ventilasi dan oksigenasi. Pengkajian meliputi persentase fraksi
oksigen, volume tidal, frekuensi pernapasan dan modus yang digunakan untuk bernapas.
Pastikan posisi ETT tepat pada tempatnya, pemeriksaan analisa gas darah dan elektrolit
untuk mendeteksi hipoksemia. (Aziza, 2010: hal 13)

6) Sistem kardiovaskuler, pengkajian dengan tekhnik inspeksi, auskultrasi, palpasi,


dan perkusi perawat melakukan pengukuran tekanan darah; suhu; denyut jantung dan
iramanya; pulsasi prifer; dan tempratur kulit. Auskultrasi bunyi jantung dapat
menghasilkan bunyi gallop S3 sebagai indikasi gagal jantung atau adanya bunyi gallop
S4 tanda hipertensi sebagai komplikasi. Peningkatan irama napas merupakan salah satu
tanda cemas atau takut (Wantiyah,2010: hal 18)

7) Sistem gastrointestinal, pengkajian pada gastrointestinal meliputi auskultrasi bising


usus, palpasi abdomen (nyeri, distensi). (Aziza,2010: hal 13)

8) Sistem muskuluskeletal, pada klien PJK adanya kelemahan dan kelelahan otot
sehinggah timbul ketidak mampuan melakukan aktifitas yang diharapkan atau aktifitas
yang biasanya dilakukan. (Aziza,2010: hal 13)

9) Sistem endokrin, biasanya terdapat peningkatan kadar gula darah. (Aziza,2010: hal
13)

10) Sistem Integumen, pada klien PJK akral terasa hangat, turgor baik. (Gordon,
2015:hal 22)

16
11) Sistem perkemihan, kaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah
pinggang, observasi dan palpasi pada daerah abdomen bawah untuk mengetahui adanya
retensi urine dan kaji tentang jenis cairan yang keluar . (Aziza,2010: hal 13)

9. Pemeriksaan penunjang

Untuk mendiagnosa PJK secara lebih tepat maka dilakukan pemeriksaan penunjang
diantaranya:

a. EKG memberi bantuan untuk diagnosis dan prognosis, rekaman yang dilakukan
saat sedang nyeri dada sangat bermanfaat. Gambaran diagnosis dari EKG adalah :

1. Depresi segmen ST > 0,05 mV

2. Inversi gelombang T, ditandai dengan > 0,2 mV inversi gelombang T yang simetris
di sandapan prekordial.

Perubahan EKG lainnya termasuk bundle branch block (BBB) dan aritmia jantung,
terutama Sustained VT. Serial EKG harus dibuat jika ditemukan adanya perubahan
segmen ST, namun EKG yang normal pun tidak menyingkirkan diagnosis
APTS/NSTEMI. Pemeriksaaan EKG 12 sadapan pada pasien SKA dapat
mengambarkan kelainan yang terjadi dan ini dilakukan secara serial untuk evaluasi
lebih lanjut dengan berbagai ciri dan katagori:

1. Angina pektoris tidak stabil; depresi segmen ST dengan atau tanpa inversi
gelombang T, kadang-kadang elevasi segmen ST sewaktu nyeri, tidak dijumpai
gelombang Q

2. Infark miokard non-Q: depresi segmen ST, inversi gelombang T dalam (Kulick,
2014: hal 42).

17
b. Chest X-Ray (foto dada) Thorax foto mungkin normal atau adanya kardiomegali,
CHF (gagal jantung kongestif) atau aneurisma ventrikiler (Kulick, 2014: hal 42).

c. Latihan tes stres jantung (treadmill)

Treadmill merupakan pemeriksaan penunjang yang standar dan banyak digunakan


untuk mendiagnosa PJK, ketika melakukan treadmill detak jantung, irama jantung, dan
tekanan darah terus-menerus dipantau, jika arteri koroner mengalami penyumbatan pada
saat melakukan latihan maka ditemukan segmen depresi ST pada hasil rekaman (Kulick,
2014: hal 42).

d. Ekokardiogram

Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung,


selama ekokardiogram dapat ditentukan apakah semua bagian dari dinding jantung
berkontribusi normal dalam aktivitas memompa. Bagian yang bergerak lemah mungkin
telah rusak selama serangan jantung atau menerima terlalu sedikit oksigen, ini mungkin
menunjukkan penyakit arteri koroner (Mayo Clinik, 2012 hal 43).

e. Kateterisasi jantung atau angiografi adalah suatu tindakan invasif minimal dengan
memasukkan kateter (selang/pipa plastik) melalui pembuluh darah ke pembuluh darah
koroner yang memperdarahi jantung, prosedur ini disebut kateterisasi jantung.
Penyuntikkan cairan khusus ke dalam arteri atau intravena ini dikenal sebagai
angiogram, tujuan dari tindakan kateterisasi ini adalah untuk mendiagnosa dan sekaligus
sebagai tindakan terapi bila ditemukan adanya suatu kelainan (Mayo Clinik, 2012: hal
43).

f. CT scan (Computerized tomography Coronary angiogram)

Computerized tomography Coronary angiogram/CT Angiografi Koroner adalah


pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu memvisualisasikan arteri
koroner dan suatu zat pewarna kontras disuntikkan melalui intravena selama CT scan,
sehingga dapat menghasilkan gambar arteri jantung, ini juga disebut sebagai ultrafast

18
CT scan yang berguna untuk mendeteksi kalsium dalam deposito lemak yang
mempersempit arteri koroner. Jika sejumlah besar kalsium ditemukan, maka
memungkinkan terjadinya PJK (Mayo Clinik, 2012: hal 43).

g. Magnetic resonance angiography (MRA)

Prosedur ini menggunakan teknologi MRI, sering dikombinasikan dengan penyuntikan


zat pewarna kontras, yang berguna untuk mendiagnosa adanya penyempitan atau
penyumbatan, meskipun pemeriksaan ini tidak sejelas pemeriksaan kateterisasi jantung
(Mayo Clinik, 2012: hal 44).

10. Penatalaksaan

a. Hindari makanan kandungan kolesterol yang tinggi

Kolesterol jahat LDL di kenal sebgai penyebab utana terjadinya proses aterosklerosis,
yaitu proses pengerasan dinding pembuluh darah, terutama di jantung, otak, ginjal, dan
mata.

b. Konsumsi makanan yang berserat tinggi

c. Hindari mengonsumsi alcohol.

d. Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok

e. Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolateral


koroner sehingga PJK dapat dikurangi, olahraga bermanfaat karena

f. Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard

g. Menurunkan berat badan sehingga lemak lemak tubuh yang berlebih berkurang
bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol

h. Menurunkan tekanan darah

19
i. Meningkatkan kesegaran jasmani

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut

Definisi: pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti
(internasional asosiation for the study of pain) ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan
dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat
diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan.

Batasan karakteristik :

a. Mengungkapakan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat

b. Posisi untuk menghindari nyeri

c. perubahan tonus otot

d. perubahan tekanan darah, pernafasan, atau nadi, dilatasi pupil

e. perubahan selera makan

f. perilaku distrasi

g. perilaku ekspresif

h. Perilaku menjaga atau sikap melindungi

i. fokus menyempit

j. bukti nyeri yang dapat diamati

20
k. berfokus pada diri sendiri

l. gangguan tidur

Faktor yang berhubungan :

Agens-agens penyebab cedera misalnya: biologis, kimia, fisik, dan psikologis.

2. Penurunan curah jantung

Definisi: ketidakadekuatan pompa darah oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan


metabolisme tubuh.

Batasan karakteristik :

a. Gangguan Frekuensi dan Irama Jantung

b. Gangguan Preload

c. Gangguan Afterload

d. Gangguan kontraktilitas

e. Perilaku/Emosi

Faktor yang berhubungan :

a. Gangguan frekuensi atau irama jantung

b. Gangguan volume sekuncup

c. Gangguan preload

d. Gangguan aferload

e. Gangguan kontraktifitas

21
3. Intoleransi aktivitas

Definisi: ketidak cukupan energi fisiologis atau psikologisuntuk melanjutkan atau


menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan.

Batasan karakteristik :

a. Ketidak nyamanan atau dispnea saat beraktivitas melaporkan keletihan atau


kelemahan secara verbal.

b. Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap
aktivitas

c. Perubahan EKG yang menunjukkan artitmia atau iskemia

Faktor yang berhubungan :

a. Tirah dan baring dan imobilitas.

b. Kelemahan umum

c. Ketidak seimbangan anatara suplai dan kebetuhan okisgen

d. Gaya hidup yang kurang gerak

3.3 Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut

Tujuan:

a. Memperlihatkan pengendalian nyeri,yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut


(1-5; tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu:

22
1) Mengenali awitan nyeri

2) Menggunakan tindakan pencegahan

3) Melaporkan nyeri dapat dilakukan

b. Menunjukkan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai indikator


berikut (sebutkan 1-5; sangat berat, berat, sedang, ringan, atau tidak ada):

1) Ekpresi nyeri pada wajah

2) Gelisah atau ketegangan otot

3) Durasi episode nyeri

4) Merintih dan menangis

5) Gelisah

Kriteria Hasil NOC :

a. Tingkat Kenyamanan: tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan


psikologis

b. Pengendalian nyeri: tindakan individu untuk mengendalikan nyeri

c. Tingkat nyeri keparahan yang dapat di amati atau dilaporkan

Intervensi NIC :

a. Pemberian Analgesik

b. Manajemen medikasi

c. Manajemen nyeri

23
d. Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien

e. Manajemen sedasi

Aktivitas Keperawatan

a. Pengkajian

1) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan
informasi pengkajian

2) Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10
(0=tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10=nyeri hebat)

3) Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesik dan
kemungkinan efek sampingnya

4) Kaji dampak agama, budaya, kepercyaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan
repons pasien

5) Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata kata sesuai usia dan tingkat
perkembanagan pasien

6) Manajemen nyeri NIC :

(a) Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan
dan durasi, frekuensi dan kualitas dan intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor
presipitasinya

(b) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yag tidak
mampu berkomunikasi efektif

b. Penyuluhan untuk pasien/keluarga

24
1) Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus di minum,
frekuensi pemberian, kemungkinan efeksamping, kemungkinan interaksi obat,
kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi oabat tersebut (misalnya, pembatasan aktivitas
fisik, pembatasan diet), dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri
membandel.

2) Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri


tidak dapat dicapai

3) Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping yang disarankan

4) Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik narkotik atau opiod (misalnya, risiko
ketergantungan atau overdosis

5) Manajemen nyeri (NIC): berikan informasi tenteng nyeri , seperti penyebab nyeri,
berapa lama akan berlangsung, dan antisispasi ketidaknyamanan akibat prosedur

6) Majemen nyeri (NIC): Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnyaa,


umpan balik biologis, transcutaneus elektrical nerve stimulation (tens) hipnosis
relaksasi, imajinasi terbimbing, terapai musik, distraksi, terapai bermain, terapi
aktivitas, akupresur, kompres hangat atau dingin, dan masase sebelum atau setelah, dan
jika memungkinkan selama aktivitas yang menimbulkan nyeri ; sebelum nyeri terjadi
atau meningkat; dan berama penggunaan tindakan peredaran nyeri yang lain.

c. Aktivitas kolaboratif

1) Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiat yang terjadwal (misalnya,
setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA

2) Manajement nyeri NIC :

(a) Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat

25
(b) Laporkan kepada dokter jika tindakan berhasil

(c) Laporkan kepada dokter jika tindakn tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien di maa lalu.

d. Aktivitas lain

1) Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri dan efek
samping

2) Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyaman yang efektif di masa lalu


seperti ,distraksi,relaksasi ,atau kompers hangat dingin

3) Hadir di dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman

2. Penurunan curah jantung

Tujuan: penurunan curah jantung tidak sensitif terhadap isu keperawatan. Oleh sebab
itu, perawat sebaiknya tidak bertindak secara mandiri untuk melakukannya; upaya
kolaboratif perlu dan penting dilakukan.

Kriteria Hasil NOC :

a. Tingkat keparahan kehilangan darah : tingkat keparahan pendarahan/hemoragi


internal atau eksternal

b. Efektivitas Pompa Jantung : keadekuatan, volume darah yang diejeksikan dari


ventrikel kiri untuk mendukung tekanan perfusi sistemik

c. Status sirkulasi : tingkat pengaliran darah yang tidak terhambat, satu arah, dan pada
tekanan yang sesuai melalui pembuluh darah besar aliran sistemik dan pulmonal.

d. Perfuisi jaringan : organ abdomen : keadekuatan aliran darah melewati pembuluh


darah kecil visera abdomen untuk mempertahankan fungsi organ.

26
e. Perfusi jaringan: jantung: keadekuatan aliran darah yang melewati vaskulatur
koroner untuk mempertahankan fungsi organ jantung

f. Perfusi jaringan: serebral : keadekuatan aliran darah yang melewati vaskulatur


serebral untuk mempertahankan fungsi otak

g. Perfusi jaringan: Perifer: keadekutan aliran darah yang melalui pembuluh darah
kecil ekstremitas untuk mempertahankan fungsi jaringan

h. Perfusi jaringan: pulmonal: keadekutan aliran darah yang melewati vaskulatur


pulmonal untuk memerfusi unit alveoli/kapiler

i. Status tanda vital: tingkat suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah dalam rentang
normal.

Intervensi NIC :

a. Reduksi perdarahan

b. Perawatan jantung

c. Perawatan jantung, Akut

d. Promosi Perfusi Serebral

e. Perawatan Sirkulasi: insufisiensi arteri

f. Perawatan Sirkulasi : Alat Bantu Mekanis

g. Perawatan Sirkulasi: Insufisiensi Vena

h. Perawatan Embolus: Perifer

i. Perawatan Embolus: Paru

27
j. Regulasi Hemodinamik

k. Pengendalian Hemoragi

l. Terapi Intravena (IV)

m. Pemantauan Neurologis

n. Manajemen syok: Jantung

o. Manajemen syok: Volume

p. Pemantauan Tanda Vital

Aktivitas Keperawatan

Pada umumnya, tindakan keperawatan untuk diagnosis ini berfokus pada pemantauan
tanda-tanda vital dan gejala penurunan curah jantung, pengkajian penyebab yang
mendasari (mis, hipovolemia, disritmia), pelaksanaan protokol atau program dokter
untuk mengatasi penurunan curah jantung, dan pelaksanaan tindakan dukungan, seperti
perubahan posisi dan hidrasi.

28
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Penyakit jantung adalah kondisi ketika jantung mengalami gangguan. Bentuk gangguan itu
sendiri bisa bermacam-macam. Ada gangguan pada pembuluh darah jantung, irama jantung,
katup jantung, atau gangguan akibat bawaan lahir.

Penyebab dan Faktor Risiko Penyakit Jantung, disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah di
jantung. Beberapa faktor risikonya, antara lain gaya hidup tidak sehat, seperti makan makanan tinggi
karbohidrat atau lemak, obesitas, jarang melakukan aktivitas fisik, serta kebiasaan merokok.

B. SARAN

Untuk mencegah penyakit jantung koroner selain dengan diet rendah lemak jenuh, mengurangi
merokok, dan olah raga konsumsi omega-3 juga baik dalam mencegah dan mengurangi insidensi
mortalitas penyakit jantung koroner. Dalam mengkomsumsi omega-3 juga perlu menyajikan co-

29
faktor seperti vit B6, B3, C, E, A dan mineral zinc dan magnesium. Dan disarankan untuk
mengkonsumsi omega-3 1 gr perminggu yang sama dengan memakan dua porsi ikan 2x/ minggu
akan dapat membantu mencegah pembentukan sumbatan arteri.

DAFTAR PUSTAKA

Annisa dan anjar.Jurnal GASTER Vol. 10 No. 1 /Februari 2013

Judith.M.Wilkison dan Nancy.R.2013.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed 9.Jakarta: EGC

Putra S, Panda L, Rotty. 2013. Profil penyakit jantung koroner. Manado: fakultas kedokteran.

Rochmayanti, 2011. Analis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dengan
penyakit jantun koroner. Jakarta: fakultas ilmu keperawatan

A.Fauzi Yahya.2010.Penaklukan No.1: Mencegah dan mengatasi penyakit jantung


koroner.Bandung:Qanitano

Materi dalam format PDF klik link berikut askep pjk

30
31

Anda mungkin juga menyukai