Anda di halaman 1dari 4

Nama : Asmi iradia

Nim : 19010048

Kelas : 1B

Mk : Agama

Hari/tgl : sabtu 20 juni 2020

Soal :

1. Bagaimana pandangan islam tenteng transplantasi ?

Jawab :

MUI menyatakan bahwa transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan
atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dam rangka
pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.

Transplantasi organ atau jaringan tubuh pendonor hidup kepada orang lain dibolehkan dengan
ketentuan terdapat kebutuhan mendesak yang dibenarkan secara syar'i (dharurah syariah). Kemudian,
tidak ada dharar bagi pendonor karena pengambilan organ atau jaringan tubuh baik sebagian ataupun
keseluruhan.

Ketentuan lainnya adalah jenis organ tubuh yang dipindahkan kepada orang lain tersebut bukan
merupakan organ vital yang mempengaruhi kehidupan atau kelangsungan hidupnya. Selanjutnya, tidak
diperoleh upaya medis lain untuk menyembuhkannya, kecuali dengan transplantasi.

Transplantasi organ juga dibolehkan jika bersifat untuk tolong menolong, tidak untuk komersial. Selain
itu, transplantasi organ juga harus ada persetujuan dari calon pendonor, ada rekomendasi dari tenaga
kesehatan atau pihak yang memiliki keahlian untuk jaminan keamanan dan kesehatan dalam proses
transplantasi.

2. Bolehkah transplantasi (pencangkokkan) organ tubuh yang dalam keadaan koma ?

Jawab :

hukum Islam pun tidak membolehkan karena salah satu hadist mengatakan bahwa ”Tidak boleh
membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membayakan diri orang lain.” (HR. Ibnu Majah). Yakni
penjelasannya bahwa kita tidak boleh membahayakan orang lain untuk keuntungan diri sendiri.
Perbuatan tersebut diharamkan dengan alasan apapun sekalipun untuk tujuan yang mulia. Karena
Donor dalam keadaan koma atau diduga akan meninggal dengan sege. Untuk tipe ini pengambilan organ
donor memrlukan alat control kehidupan misalnya alat bantu pernafasan khusus . Alat Bantu akan
dicabut setelah pengambilan organ selesai. itu.Donor dalam keadaan mati.

3. Bagaimana hukum transplantasi kelamin ?

Jawab :

Hukum transplantasi kelamin tidak dibolehkan, karena sebagaimana tidak bolehnya manusia
mendonorkan anggota tubuhnya yang dapat mengakibatkan terjadinya pencampur-adukan nasab atau
keturunan. Misalnya, donor testis bagi pria atau donor indung telur bagi perempuan. Sungguh Islam
telah melarang untuk menisbahkan dirinya pada selain bapak maupun ibunya.

Allah Swt berfirman:

Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. (TQS al-Mujadilah [58]: 2)

Selanjutnya Rasulullah saw bersabda:

“Barang siapa yang menasabkan dirinya pada selain bapaknya, atau mengurus sesuatu yang bukan
urusannya maka atas orang tersebut adalah laknat Allah, Malaikat dan seluruh manusia”.

4. Bolehkah transplantasi dari binatang bernajis ke manusia? Jelaskan!

Jawab :

Transplantasi dari binatang bernajis ke manusia dibolehkan, jika tidak diperoleh cara lain, seperti katup
jantung buatan, yang cocok misalnya katup jantung babi untuk manusia, silahkan saja tidak apa2 tidak
diazab dan tidak dianggap bernajis lagi dipakai untuk si penerima donor, karena qaidah ushul
menyebutkan: Addharuratu tubihul mahdzurat. Dalam keadaan terpaksa diperbolehkan memakai yg
haram.

5. Bagaimana hukum menjual organ tubuh manusia ?

Jawab :

Dalam agama islam menjual organ tubuh hukumnya haram karena tubuh yang kita miliki bukan milik
kita namun milik sang pencipta yakni Allah SWT. Namun diboleh kan apabila menderma atau
mendonorkan organtubuhnya asalkan tidak membahayakan dirinya.
6. Bolehkah seseorang muslim mendonorkan organ tubuhnya ke non muslim ?

Jawab :

Menurut islam tidak boleh, karena jika dipindahkan dari tubuh orang muslim kepada orang kafir, maka
dia menjadi bagian tubuh orang kafir, dibangkitkan bersamanya pada hari kiamat dan ikut bersamanya.
Karena anggota badan akan mengikuti manusia, dia menjadi bagiannya. Jika digunakan untuk ketaatan,
maka dia menjadi baik, jika digunakan untuk kesyirikan dan kekufuran atau membenci Allah dan
RasulNya, maka dia berubah dari baik kepada buruk.

7. Bagaimana hukum transplantasi orang yang masih hidup kepada penerima donor yang masih hidup
juga, sementara kondisi pendonor tetap sehat setelah mendonorkan anggota tubuhnya ?

Jawab :

Dibolehkan, asalakan si pendonor tersebut dengan suka rela dan kemurahannya hatinya
menyumbangkan organ tubuh pada saat seseorang masih hidup, Namun organ yang disumbangkan
bukan merupakan organ vital yang menentukan keberlangsungan hidup pihak penyumbang, seperti
jantung, hati, dan paru-paru. Karena hal tersebut dapat menyebabkan kematian pada pihak si
penyumbang , yang berarti dia telah membunuh dirinya sendiri. Sementara seseorang tidak dibolehkan
untuk membunuh dirinya sendiri atau meminta dengan sukarela untuk orang lain. Allah SWT berfirman:
"Dan janganlah kalian membunuh dirimu sendiri." (QS. An Nisaa ': 29)

8. Jelaskan hukum transplantasi (cangkok) jantung, ginjal, dan mata ?

Jawab :

Organ yang ditransplantasikan dapat merupakan organ vital yang diduga kuat akan dapat
menyelamatkan kehidupan, seperti jantung, hati, dua ginjal, dan dua paru-paru. Dapat pula organ
tersebut bukan organ vital yang dibutuhkan untuk menyelamatkan kehidupan, seperti dua mata, ginjal
kedua (untuk dipindahkan kepada orang yang masih punya satu ginjal yang sehat), tangan, kaki, dan
yang semisalnya.Mengenai organ yang tidak menjadi tumpuan harapan penyelamatan kehidupan dan
ketiadaannya tidak akan membawa kematian, berarti ‘illat masalah pokok yaitu menyelamatkan
kehidupan tidak terwujud pada masalah cabang (transplantasi).

Atas dasar itu, maka menurut syara’ tidak dibolehkan mentransplantasikan mata, satu ginjal (untuk
dipindahkan kepada orang yang masih mempunyai satu ginjal yang sehat), tangan, atau kaki, dari orang
yang sudah meninggal kepada orang lain yang membutuhkannya.Sedangkan organ yang diduga kuat
menjadi tumpuan harapan penyelamatan kehidupan, maka ada dua hal yang harus diperhatikan
:Pertama, ‘Illat yang terdapat pada masalah cabang (transplantasi) yaitu menyelamatkan dan
mempertahankan kehidupan tidak selalu dapat dipastikan keberadaannya. Pada transplantasi jantung,
hati, dua paru-paru, atau dua ginjal, tidak secara pasti akan menyelamatkan kehidupan orang penerima
organ. Kadang-kadang jiwanya dapat diselamatkan dan kadang-kadang tidak.

Terimakasih:-)

Anda mungkin juga menyukai