Anda di halaman 1dari 11

GAMBARAN UMUM PENYAKIT HATI

Hati dianggap sebagai organ tubuh paling kompleks, yang memperantarai ribuan proses
kimia yang penting bagibKehidupan. Dibandingkan semua organ, hari memilikin peran
sentral dalam metabolisme sehingga fungsinya Sangat dipengaruhi oleh status gizi, hati
mengarur aliran Zat gizi di antara darah dan simpanan tubuh, yang me-Mastikan utilisasi
yang efisien dan mengatur banyaknya Bahan bakar di dalam darah. Hati juga berfungsi
spesifik Dalam metabolisme masing-masing zat gizi makro dan Mikro. Sebagai contoh, hati
menyintesis semua asam amino non-esensial melalui transaminasi (transfer gugus amino) dan
mengawali proses katabolisme melalui deaminasi (pengambilan gugus amino), yang
menghasilkan Amonia, yang kemudian dikonversi oleh hati menjadi urea Untuk
diekskresikan ke dalam urine. Hati menangani sebagian besar glikogen yang digunakan di
dalam tubuh, menyimpannya saat ada kelebihan glukosa, dan menghidrolisisnya
(glikogenolisis) saat kadar glukosa darah turun. Ketika terdapat banyak kelebihan glukosa,
hatinMampu menyimpannya sebagai lemak. Ketika cadangan glikogen berkurang, hati dapat
menghasilkan glukosa (glukoneogenesis) dari laktat; asam amino dan gliserol Yang telah
dilepaskan dari cadangan jaringan bebas lemak dan adiposa; dan dapat juga dari badan keton
(ketogenesis), Yang dapat digunakan untuk menghemat glukosa selama Kelaparan. Hati
mampu mengoksidasi asam lemak untuk menghasilkan energi atau mere esterifikasinya untuk
cadangan, hati menyusun semua protein transpor untuk vitamin dan mineral, kecuali satu
faktor pembeku darah tubuh, dan albumin. Hati juga memproduksi getah empedu, fosfolipid,
dan kolesterol, serta menyimpan sejumlah besar vitamin dan mineral, khususnya
vitaminbLarut lemak. Hati mengubah vitamin (seperti karotenoid dan vitamin D) menjadi
bentuk aktifnya dan mengonversi toksin (seperti bilirubin, amonia, alkohol, dan obat-obatan)
menjadi bentuk yang lebih cidak berbahaya bagi tubuh. Ketika hati tidak berfungsi normal,
berbagai proses tersebut juga berhenti bekerja secara normal. Perubahan
Signifikan yang terjadi pada penyakit hati adalah penurunan kapasitas cadangan glikogen dan
zat gizi makro (karena ketidaknormalan atau kerusakan jaringan hati) Koagulopati (karena
berkurangnya sintesis faktor pembeku darah), meningkatnya risiko overdosis obat (karena
penurunan keefektifan detoksifikasi obat), meningkatnya kadar amonia dan bilirubin dalam
darah (karena semakin sedikit yang dibuang), menurunnya kadar albumin darah dan protein
hati lainnya (karena berkurangnya sintesis), dan kelelahan (karena berkurangnya cadangan
dan pelepasan glikogen), Haci mengimbangi kerugian terhadap penyakit tersebut dan terus
mempertahankan sebagian besar proses tubuh secara adekuat hingga sejumlah besar jaringan
hati rusak, yaitu saat terjadi dekompensasi dan tanda penyakit hati terlihat lebih jelas. Pada
gagal hati fulminan, saat canda yang lebih parah seperti ensefalopati muncul dengan cepat
pada sescorang tanpa penyakit hari sebelumnya, proses ini berlangsung sccara sangat cepat
dan efektif. Efek penyakit hari akan dipaparkan lebih detail pada bab ini.

Etiologi
Penyebab penyakit hari paling umum di Amerika Serikat dari urutan fekuensi terbanyak
adalah hepatitis C, alkohol, non-alcoholic fatty liver, hepatitis B, penyakit autoimun, dan
penyakit kolestatik.
Hepatitis C
Insidens. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa insidens
dapat mencapai 19,000 kasus baru per tahun di Amerika Serikat, terutama pada pengguna
obat injcksi, tetapi bersifat lebih rendah dari yang dilaporkan karena minimnya pencatatan
dan fakta bahwa infeksi hepatitis C yang baru sering bersifat asimtomatik.
Prevalensi. Lebih dari 3 juta orang Amerika menderita hepatitis C, sebagian besar adalah
pengguna obat injeksi dan mereka yang menerima produk darah sebelum adanya pengenalan
tes berkualitas tinggi terhadap darah donor pada awal tahun 1990-an. Tiga puluh persen
pengguna obat injeksi baru/muda dan sebanyak 70-90% pengguna obat yang berusia lebih tua
terinfeksi hepatitis C. Hepaticis C menyebabkan lebih dari 10.000 kematian per tahun di
Amerika Serikat.’
Penyakit Hati Alkoholik
insidens dan Prevalensi. Insidens dan prevalensi penyakit hati alkoholik tidak diketahui
karena penyakit hati alkoholik dapat bersifat asimtomatik dan peminum berat mungkin
merasakan adanya tekanan sosial untuk menyembunyikan masalahnya. Ada anggapan bahwa
sebanyak 3 Juta orang Amerika mengalami masalah hati akibat alkohol.’ Perilaku
(penggunaan) alkohol yang cidak sehat (seperti minum berlebih-lebihan) lazim terjadi di
Amerika Serikat, dengan lebih dari 7% populasi memenuhi kriteria diagnostik minum
bermasalah, Pada survei tahun 2007, sebanyak 23% orang berusia 12 tahun atau lebih
dilaporkan telah mengalami kelebihan alkohol (alcobol binge) dalam satu bulan terakhir.’
Non-alcoholic Fatty Liver
Insidens dan Prevalensi. Insidens dan prevalensi tidak diketahui karena diagnosis
perlemakan hati (fatty liver) sulit dilakukan, yang mungkin bersifat asimtomaik. Asupan
alkohol juga sulit dientukan secara akurat dan sulit untuk menecapkan bahwa alkohol tidak
terlibat. Berapa banyak alkohol yang menyebabkan munculnya perlemakan hati juga belum
jelas dan jumlahnya berbeda-beda pada seriap orang. Satu penelitian memperkirakan bahwa
sekitar 796 populasi Amerika Serikat mengalami penyakit perlemakan haci non-alkoholik
(non-alkoholic fatty liver). Peningkatan berat badan berhubungan dengan peningkatan
prevalensi perlemakan hati. Laju obesitas yang meningkat cenderung berarti bahwa
prevalensi perlemakan hati juga meningkat.
Hepatitis B
Insidens. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa insidens
dapat mencapai 46.000 infeksi hepacicis B baru per tahun di Amerika serikat, yang secara
signifikan lebih rendah dari dilaporkan karena pencatatan yang buruk dan karena infeksi
heparicis B baru bersifat asimtomatik.' Infeksi tersebut sebagian besar ditularkan melalui
kontak seksual atau pajanan terhadap produk darah dan cairan tubuh lainnya, termasuk secara
perinatal, yang merupakan cara penularan yang paling lazim di seluruh dunia. Insidens telah
berkurang sekicar 80% sejak adanya pengenalan
strategi Hepatitis B nasional, seperti vaksinisasi yang tersebar luas pada awal tahun 1990-an.
Prevalensi. CDC memperkinukan buthwa lebih dari 1 juta orang Amerika mengidap infeksi
hepatitis B kronis, dengan 2,000-4,000 kemarian pet raliun di Amerika Serikat disebubkan
olch inleksi tersebut.
Penyakit Hati Autoimun
Insidens dan Prevalensi. Penyakit hati autoimun relatif jarang teriadi, yairu cerjadi pada
kurang dari saru dari 10,000 orang, dan menyerang empnt kali lebith banyak pada wanita
daripada pria. yang sebagian besar berada pada kelompok umur muda hingga paruh baya
Penyakit Hati Kolestatik
Insidens dan Prevalensi. Banyak penyakit hati kolestatik yang dipereaya memiliki
komponen autoimun. Scbagai contoh, sirosis empedu primer merupakan jenis penyakit hati
autoimun yang ditemukan pada sebagian besar wanita paruh baya, dengan prevalensi kurang
dari satu dari 10.000 orang, dan insidensnya lebih dari 30 kasus baru per satu juta orang per
tahun. Kolangitis sklerosis primer juga dianggap melibatkan imun, yang sering terjadi
bersamaan dengan penyakit radang usus. Penyakit tersebut menyerang dua kali lebih banyak
pada pria daripada wanita
Patofisiologi
Terlepas dari penyebab penyakit hati, kerusakan awal hepatosit umumnya mengarah kepada
peradangan, kemudian pembentukan fibrosa (serat-serat), yaitu jaringan nonfungsional yang
menggancikan sel-sel normal; luka pada hati yang tidak dapat kembali (normal) lagi ini
menghalangi empedu dan aliran darah normal. Kerusakan hati awal dapat disebabkan oleh
akumulasi lemak berlebih, oleh obat-obatan dan toksin (termasuk alkohol), atau oleh proses
peradangan, Pada kasus heparitis B dan C, kerusakan hari pada hepatitis dianggap tidak
disebabkan langsung oleh virus, melainkan oleh respons imun seluler, dan respons ini yang
menentukan keparahan penyakir. Pada kasus penyakit hati kolestarik, kerusakan hari terjadi
akibat terhalangnya aliran empedu. Hal ini dapat terjadi karena perusakan imun saluran
empedu, terapi infeksilsepsis, trauma, penyakit berbahaya, kehamilan, pengobatan tertentu,
dan kurangnya gizi enteral/oral dapar menyebabkan juga kerusakan saluran empedu dan/arau
kolestasis. Penyakit hati dapat bersifat asimtomatik sclama beberapa lwaktu karena hati
memiliki kemampuan untuk mengimbangi kerugian jaringan yang hilang hingga sekitar dua
pertiga jaringan normal telah rusak.
Diagnosis
Kriteria diagnosis yang ada berbeda-beda tergantung jenis penyakit hati. Sebagai contoh,
munculnya antibodi tertentu merupakan kriteria diagnosis penyakit hati autoimun, dan
penanda viral digunakan untuk mendiagnosis hepatitis B dan C. Namun, apa pun
penyebabnya, dekompensasi fungsi hati biasanya dianggap telah terjadi ketika pasien
mengalami jaundis (ikterus), asites, perdarahan viseral, atau ensefalopati. Sistem penilaian,
seperti penilaian Child-Turcotte-Pough atau MELD (Model for End-stage Liver Disease),
sering digunakan untuk menilai keparahan penyakit hadi. Nilai tersebut berhubungan dengan
kemungkinan wakru bertahan dan prognosis keseluruhan. (Lihat Tabel 11 untuk detail
penilaian Child-Turcotte- Pough). Rentang skor MELD adalah dari 6 (ringan kurang dari 5%
risiko kematian 3-bulan) hingga 40 (parah-kematian maksimum 3-bulan), dan berdasarkan
pada kadar kreatinin, bilirubin, dan INR sebagai berikut.
(0,957 x kreatinin (mg/dL)) + (0,378 x bilirubin (mg/dL)) + (1,12 x INR) + 0,643
Sistem penilaian yang lain digunakan untuk penyakit kanker hadi, Pada anak-anak, ' dan pada
beberapa penyakit hati kolestatik,
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Perjalanan dan prognosis penyakit hati berbeda-beda tergantung penyebabnya. Namun,
secara umum prognasis memburuk secara signifikan begitu terjadi dekompensasi, dengan
angka kematian sebesar 50% dalam beberapa tahun ke depan.

Hepatitis B dan C
Pada kasus hepatitis B dan C, tingkat akut penyakit terjadi sekitar dua hingga tiga bulan
setelah infeksi, dan dapat bersifat asimtomatik atau ditandai dengan anoreksia, mual, muntah,
serta tidak enak badan yang diikuti dengan jaundis (ikterus). Kondisi akut ini dapat benar-
benas berubah atau berkembang menjadi infeksi kronis, yang dapat mengarah kepada sirosis
dan risiko jangka panjang karsinoma hepatoseluler. Pada hepatitis B, hepatitis kronis
berkembang hanya pada 196 orang yang sejak awal sehat tetapi proporsinya tinggi pada
orang yang lebih tua atau orang yang menjalani imunosupresi atau mereka yang mengalamni
masalah hati lainnya; sisanya, penyakit biasanya benar-benar pulih. Infeksi akut berisiko
kecill menyebabkan hepatitis fulminan dengan nekrosis masif dan angka kematian yang
tinggi. Sebaliknya, hepatitis c berisiko lebih tinggi berkembang menjadi infeksi kronis.
Penyakit Hati Alkoholik
Radangan hati terjadi pada sekitar sepertiga peminum beratt, dan mengarah kepada sirosis
dalam 10 hingga 15 tahun pada sekitar setengah kelompok ini. Peradangan bersifat versibel
jika alkohol dihentikan; berbeda dengan sirosis. Minum berat secara terus-mcnerus
menyebabkan progres sirosis hingga kegagalan hati yang mengancam jiwa.
Non-alcoholic Fatty Liver
Progres perlemakan hati non-alkoholik (non-alcobolic fatty Liver) terlihat serupa dengan
progres perlemakan hati alkoholik, dengan prognosis yang sama. Jika keadaan tersebut
berkaitan dengan obesitas, penurunan berat badan dapat mengembalikan steatohepatitis serta
memperbaiki prognosis.
Penyakit Hati Autoimun
Hepatitis autoim un dapat diobati dengan steroid. Sebagian besar orang berespons baik
terhadap steroid tanpa mengalami kekambuhan.

ASESMEN GIZI
Asesmen gizi yang teliti harus dilakukan pada penyakit hati, karena pasien tersebut mudah
terserang berbagai macam masalah gizi, sebagian besar dari masalah gizi tersebut tidak
tampak jclas hingga akhir proses penyakit, identifikasi awal rerhadap gejala dam pak-gizi
memungkinkan manajemen yang efektif untuk meminimalkan dampak gizi.
Temuan Asesmen Gizi yang Unik
Pemeriksaan Riwayat dan Fisik
Tanda fisik penyakit hati adalah jaundis (ikrerus, atau kulit kuning, yang kurang begitu jelas
pada orang berkulit hitam) dan nyeri hati. Seiring bertambah parahnya penyakit, tanda lain
muncul seperti spider neui (arteriol berbentuk "laba-laba" yang kecil dan merah pada lengan
dan dada), kemerahan pada telapak tangan, asites dan edema, serta ensefalopati. Pada sirosis,
kuku tangan mungkin menampakkan kuku Terry, yaitu bulan putih (lunula) di dasar kuku
terlihat meluas ke sebagian besar kuku dan meninggalkan berkas merah muda atau cokelat
yang sempit di bagian ujung. Ada anggapan bahwa mekanisme perubahan kuku tersebut
serupa dengan perubahan vaskular yang menghasilkan spider nevi.
Teknik Subjective Global Assesment dapat digunakan pada pasien dengan penyakit haui.I9
Pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan adanya penyusutan yang bermakna pada cadangan
jaringan bebas lemak. Hasil tersebut terjadi secara lebih ekstrem pada pasien dengan penyakit
hati yang lebih serius, tetapi sering kali tidak terlihat akibat adanya simpanan jaringan ad i
posa, karenanya pasien harus diperiksa secara sangat cermat karena penyusutan mungkin
tidak terlihat jelas pada awalnya. Tanda lain malnutrisi protein yang juga terbukti ialah
rambut tercabut secara mudah dan keadaan kulit yang kurang optimal. Jika tersedia indirect
calorimetry, alat ini dapat digunakan untuk menentukan utilitas pasien terhadap bahan bakar
yang lain, yang sering tidak normal dan dapat memperburuk penyusutan otot. Pasien dengan
riwayat alkoholisme mungkin menunjukkan tanda defisiensi zat gizi mikro tertentu akibat
pergeseran makanan padat zat gizi dari diet oleh asupan alkohol. Malabsorpsi lemak
meningkatkan risiko defisiensi vitamin larut lemak, dan penyakit hati itu sendiri dapat
meningkatkan risiko defisiensi beberapa zat gizi mikro, seperti vitamin A (akibat
menurunnya sintesis protein transpor serta berkurangnya konversi karotenoid menjadi bentuk
aktifnya) dan vitamin D (akibat berkurangnya konversi menjadi bentuk aktif) Defisiensi zink
juga biasa terjadi dan dapat menyebabkan perubahan rasa serta perubahan metabolisme zat
gizi makro
Riwayat pasien harus mencakup pertanyaan seputar nafsu makan dan pola bertinja, serta
penentuan apakah pasien mengalami masalah yang memengaruhi asupan makan seperti
kelelahan, mual, cepat kenyang, atau nyeri perut, yang lazim terjadi pada penyakit hati akut
dan kronis parah. Asites dapat menurunkan nafsu makan dan menyebabkan pasien merasa
kenyang setelah baru saja makan dalam jumlah sedikit. Diare kadang-kadang terjadi karena
malabsorpsi lemak saat bilirubin yang dikonjugasi tidak adekuat untuk dilepaskan ke dalam
usus, atau saat aliran empedu terhambat. Orang dengan penyakit hati kronis sangat sering
mengeluh lelah (yang tidak berhubungan dengan keparahan penyakit), dan hal ini dapat
memengaruhi apakah mereka memiliki energi yang cukup untuk belanja makanan dan
menyiapkan makanan. Ini dapat terjadi selama beberapa waktu sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Makanan/Gizi
Ketidaksukaan terhadap makanan (terutama daging dan makanan berprotein lainnya) biasa
terjadi pada penyakit hati dan hal tersebut harus ditanyakan. Pola asupan makan harus detail
karena cadangan glikogen mungkin terganggu, pasien dapat membagi-bagi asupan makan
sepanjang hari untuk memperbaiki asupan saat nafsu makan buruk, terutama, mengonsumsi
makanan ringan sebelum tidur untuk mengurangi lamanya puasa sepanjang malam. Riwayat
harus mencakup juga pertanyaan tentang terapi alternatif.
Data Biokimia
Parameter biokimia yang biasa digunakan dalam asesmen gizi umumnya dipergunakan pada
penyakit hati, dan perubahan biokimia yang signifkan mencerminkan keparahan penyakit hati
atau respons fase akut, bukan status gizi. Namun, keparahan penyakit dan respons fase akut
juga perlu diketahui karena mengu bah kebutuhan gizi dan meningkatkan risiko gizi sehingga
data biokimia pasien masih harus diikutsertakan dalam asesmen gizi, dengan interpretasi
yang teliti.
Istilah tes fungsi hati sering kali digunakan untuk mengacu kepada enzim AST, ALT, ALP,
dan GGT. Namun, tes itu bukan mengukur seberapa baik fungsi hati, melainkan lebih kepada
indikator kerusakan sel. Tes “sebenarnya” fungsi hati adalah menilai apakah melakukan satu
atau lebih perannya seperti biasa secara adekuat. Sistem penilaian keparahan penyakit hati
yang biasa digunakan (seperti penilaian Child-Turcotte-Pugh) menggabungkan beberapa tes
fungsi hati yang sebenarnya seperti kadar bilirubin, kadar albumin, waktu protrombin, dan
keberadaan asites serta ensefalopati. (Ingat bahwa hati biasanya mengimbangi kerugian
penyakit dan kerusakan sehingga tes tersebut mungkin bernilai normal selama wakeu yang
lama---pada beberapa kasus, hingga mencapai penyakit tahap-akhir.) Lihat Tabel 11-2 untuk
uji fungsi hati yang lain.
Ketika penyakit hati dinilai dalam waktu singkat (seperti pada hepatitis akut atau cedera hati),
penilaian enzim hati dapat sangat membantu. Enzim hepatoseluler atau transaminase, aspartat
amino transferase (aspartate amino tranferase, AST) dan alanin amino transferase (alanine
amino transferase, ALT) dicemukan di dalam sel hati dan dilepaskan ketika sel mengalami
kerusakan. (AST ditemukan juga di sel otot dan meningkat saat terjadi trauma rangka, yang
tidak berhubungan dengan kerusakan Hati.) Kadar transaminase aktual tidak berhubungan
erat dengan keparahan kerusakan hati. Enzim kolestatik, gama glutamil transferase (gamma
glutamyl transferase, GGT), dan alkalin fosfatase (alkealine pbosphatase, ALP), diproduksi
dalamn jumlah yang sangat banyak saat terjadi obstruksi biller (ika produksi empedu
berkurang atau jikaada d hambatan pada hati atau sistem empedu), GGT juga meningkat
karena beberapa obat-obatan dan pada obesitas; ALP meningkat saat aktivitas tulang
meningkat sehingga keduanya mungkin terlihat meningkat padahal tidak berhubungan
dengan masalah hati.
Kadar amonia di dalam darah sering dianggap sebagai indikator ensefilopati, tetapi faktanya
hal itu tidak berhubungan baik dengan status mental maupun fungsi hati

Data Antropometri
Berat badan digunakan untuk memantau status cairan saat terdapat asites atau edema. Berat
badan aktual normalnya digunakan untuk memperkirakan kebutuhan energi jika pasien
mampu berjalan-jalan, karena pengeluaran energi meningkat saat menanggung berat
tambahan, dan juga asites dianggap sebagai kompartemen metabolik yang aktif. Penyesuaian
berat badan mungkin lebih tepat pada pasien berpenyakit kritis yang rerikat tempat tidur
untuk mengurangi risiko kelebihan pemberian makan (overfeeding). Pengukuran komposisi
cubuh bermanfaat dalam memantau respons terhadap intervensi gizi. Dual X-ray
Absorptiometry (DXA) memungkinkan penilaian kompartemen lemak tubuh dan densitas
tulang yang akurat (serta massa tubuh bebas lemak, dengan cara menyelisihkan kedua nilai
tersebut), dan pengukuran tidak dipengaruhi oleh asires atau edema.’ Pengukuran
antropometri lengan aras dapat digunakan juga karena cenderung tidak dipengaruhi seeara
signifkan olch cairan. Grip Strength dynamometry berguna dalam menilai massa tubuh bebas
lemak karena merupakan pengukuran fungsional langsung yang terlihat perubahannya, jauh
sebelum pengukuran lain dilakukan. Dengan demikian, grip strength dynomometry mampu
memprediksi perubahan komposisi tubuh serta bersifat lebih akurat daripada pengukuran
lainnya.
DIAGNOSIS GIZI
Diagnosis Gizi yang Biasa Ditemukan Pada Populasi Pasien Ini
NL1.4 : Ketidakadekuatan asupan energi
N1-2.1 : Ketidakadekuatan asupan oral
NI-3.2 : Kelebihan asupan cairan
NI-5.7.1: Ketidakadekuatan asupan protein
Preskripsi Gizi
Tinggi Protein dan Energi
Asupan tinggi protein dan energi direkomendasikan pada penyakit hati, terutama saat status
gizi pasien kurang optimal. Penelitian pada pasien malnutrisi dengan penyakit hati alkoholik
telah mencapai keseimbangan nitrogen positif melalui pemberian 2.000-3.500 kalori dan 63-
140 an protein per hari. Namun, rekomendasi spesifik menurut literatur masih sedikit,
dengan satu-satunya sampel publikasi terkini berupa panduan gizi Enteral dari European
Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ESPEN). Pada sirosis, dengan mengikutsertakan
pasien yang mengalami ensefalopati, steatohepatitis alkoholik dan pasca-transplantasi hati,
panduan ESPEN merekomendasikan 35-40 kal/kg untuk energi dan 1,2-1,5 g/kg protein.37
Tidak ada bukti yang mendukung pembatasan protein pada pasien dengan penyakit hati.
Suplemen protein yang diperkaya asam amino rantai cabang (branced chain amino acid,
BCAA) mungkin bermanfaat karena tidak memerlukan hati untuk utilisasi. Lemak makanan
berguna untuk mendukung asupan tinggi energi dan jarang dibatasi, kecuali terjadi
malabsorpsi lemak atau intoleransi lain, seperti mual atau kejang (kram). Asupan makan
perlu disebar dalam sehari dan lamanya puasa sepanjang malam diminimalisasi hingga paling
lama enam jam. Dengan mengonsumsi makanan ringan pada akhir malam. Pengeluaran
energi aktual pasien perlu diukur jika memungkinkan, karena adanya perbedaan yang berarti
antar individu. Penilaian utilisasi zat gizi makro pasien masing-masing dapat dilakukan juga
dengan indivect Calorimetry.
Zat Gizi Mikro
Pasien yang terus memiliki masalah minum mungkin brisiko mengalami defisiensi tiamin dan
sindrom refeedin sehingga suplementasi tiamin dan elektrolit direkodasikan sebelum
mengawali dukungan gizi. Untuk pas dengan penyakit hati, kebutuhan suplementasi zat giz
mikro berbeda-beda, dan multivitamin umum sering menjadi pilihan yang tepat, terutama
pada pasien yan status gizi keseluruhannya kurang optimal. Kebutuhan vitamin larut lemak
meningkat pada penyakit (terutama jika terjadi malabsorpsi lemak) dan suplementasi zink
sering direkomendasikan karena defisiensi sering terjadi serta dapat mem perburuk gangguan
metabolik.
Pengecualian
Penyakit perlemakan hati non-alkoholik (non-alcoholic Fatty liver) jarang berhubungan
dengan malnutrisi. Sesesring dengan penyakit perlemakan hati non-alkoholik sering
mengalami resistansi insulin dan mungkin kelebihan berat badan, meskipun cadangan
jaringan bebas lemak yang mendasari mungkin terkuras. Pasien dengan kondisi tersebut yang
masih mampu berjalan-jalan dapat dianjurkan untuk menurunkan berat badan dengan cara
mengurangi asupan karbohidrat dan lemak berlebih, sembari mempertahankan asupan tinggi
prorein dan meningkatkan latihan fisik. Penyakit berat menyulitkan lacihan fisik karena
kelelahan dan pendeknya napas diserai beban cairan, serta jika pasien mengalami disfungsi
hari yang signifikan, pemenuhan keburuhan gizi menjadi prioritas yang lebih ucama, seperti
pada pasien lain dengan penyakit hati. Kelebihan pemberian makan (overfeeding) masih
harus dihindari.
Pada gagal hati fulminan, prioritasnya adalah untuk mempertahankan fungsi dasar (kadar
glukosa darah, keseimbangan cairan, dan sebagainya), dibandingkan untuk memenuhi
kebutuhan gizi pasien. Panduan ESPEN menyarankan target energi sebanyak 20-25 kal/kg
sama seperti pasien dengan penyakit kirtis lain.

Pembatasan Natrium dan Cairan


Pembatasan natrium dan cairan mungkin diperlukan jika pasien mengalami asites atau edema,
Pembatasan “tanpa talambahan garam” 2-2:5 g Na + per hari biasanya cakup mengurangi
asites/edema jika pasien mengonsumsi protein yang adekuat. Pembatasan cairan sebanyak
800 Per hari mungkin diperlukan jika Pasien mengalami hiponatremia. Alkohol harus benar-
benar dihindari.
Hambatan dalam Implementasi
Dokter dan perawat perlu berhati-hati dalam memasukkan selang pemberian makanan jika
terdapat varises esofagus dan lambung; bahkan untuk slang yang sangat halus. Panduan
ESPEN menctapkan tingkat rekomendasi A dalam menyokong pemberian makan nasopistrik
bahkan saar terjadi varises," tetapi hal ini sudah tidak disetujui karena adanya risiko yang
menyebabkan perdaraan yang nyata,dan mungkin terpaksa perlu gizi parenteral jika pasien
tidak dapat makan dan tidak ada akses enteral.
Meskipun tidak ada bukti untuk mendukung pembatasan asuppan protein pada pasien
enscfalopatl, pemba- tasan protein terus dilakukan di beberapa tatanan pelayanan keschatan.
Lihat subbab "Praktik Terdahulu yang Sudah Tidak Digunakan pada akhir bab ini untuk
detail lebih lanjut dan bagaimana masalah ini timbul. Apabila ensefalopati memburuk selama
pembetian enteral dengang formula standar, panduan ESPEN menetapkan tingkat
rekomendasi A dalam menyokong suplementasi formula asam amino rantai cabang, yang
memungkinkan asupan tinggi protein dipertahankan secara aman dan mungkin punya
manfaat yang lain. Saat pasien ensefalopati mengonsumsi diet oral, penggunaan sayuran atau
produk susu juga lebih disarankan dibanding protcin dalam daging", tetapi hal ini tidak selalu
praktis, Penggunaan terapi laktulose untuk membersihkan usus pada ensefalopati dapat
menyebabkan diare yang berlebihan, bersamaan dengan hilangnya cairan dan elektrolit. Dosis
harus ditinjau begitu benar-benar muncul efek yang dinginkan.
RENCANA INTERVENSI GIZI
Oral/Suplementasi
Apabila pasien makan kurang baik, dukungan nutrisi yang agresif dapat mencapai
peningkatan asupan energi dan protein secara signifikan serta memperbaiki hasil akhir.)
Makanan porsi kecil tetapi sering dan minuman suplemen yang disisipkan di sepanjang hari
dapat menjadi cara terbaik dalam mencapai tujuan energi dan protein, terutama jika pasien
memiliki nafsu makan yang buruk atau mengalami kekenyangan lebih cepat atau mual. Snack
sebelum tidur dianjurkan unruk mengurangi durasi puasa scpanjang malam, karena periode
puasa yang lebih lana memicu katabolisme akibat gangguan penyimpanan glikogen, -35 Pada
hepatitis akut, diet yang direkomendasikan ialah tinggi energi, dan suplemen mungkin
dibutuhkan jika pasien makan kurang baik. Jika pasien mengalami varises esofagus atau
lambung, makanan halus arau daging cincang-halus dapat direkomendasikan untuk
mengurangi risiko penyebab perdarahan serius pada beberapa hari pertama setelah balutan,
terutama jika pasien memiliki gigi yang kurang baik atau tidak memungkinkan untuk
mengunyah seluruh makanan dengan baik. Pada ensefalopati, suplemen oral asam amino
rantai cabang dapar digunakn jika tidak terjadi perbaikan ketika asupan energi dan protein
sudah optimal.
Enteral
Formula enteral sandar cocok untuk sebagian besar pasien dengan penyakit hati, baik dalam
bentuk gizi enteral total atau sebagai suplemen pada kondisi dict oral yang tidak adekuat.
Gizi enteral secara terus-menerus dapat memperbaiki status gizi secara lebih efektif
dibandingkan diet oral, kemungkinan karcna Zat gizi yang diberikan secara terus-menerus
lebih mudah dimetabolisme. Formula tinggi-protein mungkin dibutuhkan untuk memenuhi
keburuhan protein pasien, dan formula dengan pengurangan kandungan natrium dan cairan
dapat digunakan dalam tata laksana asites atau edema. Apabila terjadi malabsorpsi lemak,
penggunaan formula rendah- lemak atau trigliserida rantai-sedang (medium-chain
Triglycerides, MCT) mungkin bermanfaat. Jika ensefalopati memburuk pada formula enteral
standar, formula asam amino rantai cabang dapat digunakan.
Parenteral
Beberapa dokter mungkin akan berhati-hati dalam menggunakan gizi parenteral pada pasien
dengan penyakit hati karena dokrer-dokrer tersebut familiar dengan disfungsi hati yang
disebabkan oleh penggunaan gizi parenteral jangka panjang pada orang yang sebelumnya
sehat. Namun, komplikasi dapat diminimalkan dengan penanganan yang cermat, dan jika gizi
enteral bersifat kontraindikasi, gizi parenteral dibucuhkan untuk mencegah malnutrisi pada
kelompok pasien yang memang sudah rentan ini. Gizi parenteral sentral disarankan melalui
rute periferal, terutama jika cairan dibatasi akibat adanya asites atau edema.
Kelebihan pemberian makan (overfeeding) harus dihindari, pertama-tama dengan
memastikan bahwa laju infus dekstrosa parenteral tidak berlebihan menurut kemampuan
utilicas pasien. Pada pasien berpenyakit akut dengan penyakit haci, laju oksidasi glukosa
maksimum seluler adalah 4-5 mg/kg/menit atau bahkan lebih rendah. Kadar glukosa darah
hanya menyatakan laju ambilan seluler dan tidak menunjukkan terjadinya oksidasi yang
adekuat. Toleransi lipid parenteral pada laju infus yang tinggi juga dapat terganggu, dan
idealnya lipid, seperti zat gizi makro dan mikro parenteral yang lain, harus diberikan secara
terus-menerus selama 24 jam untuk toleransi terbaik.” Batas 1 g/kg/hari direkomendasikan
bagi seluruh pasien yang mendapatkan gizi parenteral jangka-panjang untuk mencegah
komplikasi hati dan emulsi lemak alernatif jika tersedia, akan lebih baik daripada emulsi
minyak kacang kedelai murni. Larutan asam amino rantai cabang dapat digunakan untuk
parenteral, dan seperti halnya gizi enteral, larutan tersebut hanya direkomendasikan jika
ensefalopari semakin memburuk saat diberi larutan protein standar.
MONITORING, EVALUASI, & HASIL
AKHIR Perubahan Pemeriksaan Riwayat dan Fisik
Dukungan gizi yang, agresif dapat memperahankan massa tubuh bebas lemak dan bahkan
menyebabkan pertraikan skor (penilaian) Child-Tiuscorte Pugh. Sebelim perubahan
kornposiss tubuh rershat iclan, perbaikan kekuatan genggaman dapat memperlihatkan bahwa
dukungan gizj sedang bekerja-kekuatan genggaman dapat memperbaiki 10-20% hanya
dalam beberapa minggu, Protein yang adekuat, bersamaan dengan pembatasan cairan dan
natrium, dapat mengurangi asites dan edema.
Perubahan Asupan Makanan/Zat Gizi
Karena fungsi hati semakin memnburuk, asupan makanan dapat tarun secara signifikan akibat
gabungan antara nafsu makan yang buruk, rasa kenyang yang lebih awal, dan terkadang nyeri
abdomen. Makanan porsi kecil tetapi sering dengan memperhatikan protein dan energi, serta
minuman suplemen ika diperlukan, dapat memperbaiki asupan secara signifikan
Perubahan Data Laboratorium Tertentu Pada Populasi Pasien
Dara laboratorium secara umum tidak mencerminkan Perubahan gizi, tetapi dapat semakin
baik jika fungsi hati juga membaik.
Perubahan Data Antropometri
Komposinsi tubuh dapat membaik dengan tepatnya gizi yang diberikan, tetapi dengan
perubahan yang lambat perbaikan terlihat dalam hicungan bulan, bukan minggu. DXA arau
antropometri lengan atas, yang dilakukan setiap tiga hingga enam bulan, berguna dalam
memonitoring (memantau) respons terhadap in tervensi gizi, Pengukuran Kekuatan
genggaman memperlihatkan secara lebih awal idikator kemajuan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai