Anda di halaman 1dari 13

PENERIMAAN DAN PENYIMPANAN SEDIAAN OBAT DI RUMAH SAKIT

(Permenkes RI No. 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit)

1. Assalamualaikum wr.wb
2. Perkenalkan nama saya Indah Purnama Sari Stb 126 Mahasiswi Fakultas Farmasi
Jurusan Program Studi Profesi Apoteker Universitas Muslim Indonesia, ingin
memberikan edukasi mengenai penerimaan dan penyimpanan sediaan obat di rumah
sakit yang baik dan benar sesuai dengan Permenkes RI No.72 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
3. Penerimaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat
pesanan atau faktur dengan kondisi fisik yang diterima.
4. Faktur digunakan untuk melakukan pengecekan kesesuaian barang yang diterima,
diantaranya yaitu kode barang, nama barang, no.batch, ED, jumlah sediaan beserta
satuannya, harga satuan, potongan harga, dan jumlah. Kemudian dilakukan juga
pengecekan fisik atau pemeriksaan mutu obat. (sediaan tersegel, jumlah obat di dalam
dos, sediaan tidak hancur atau rusak). .
5. Selanjutnya apoteker melakukan tandatangan pada faktur sebanyak 2 rangkap. (faktur
terdiri dari 2 rangkap yaitu 1 untuk apoteker dan 1 untuk distributor.
Apabila terdapat barang yang tidak sesuai dengan faktur, maka harus mengembalikan
barang ke PBF untuk dilakukan penggantian barang.
Adapun hal2 yang harus diperhatikan dalam proses penerimaan yaitu :
- Untuk bahan berbahaya harus memiliki dokumen MSDS (Material Safety Data
Sheet) (ex. Asam Sulfat) yang didalamnya tertera identifikasi, kompisisi,
pengenalan bahaya, tatacara penanggulangan kebakaran, tatacara penanggulangan
tumpahan, penanganan dan penyimpanan, pengontrolan dan perlindungan diri,
data fisik dan kimiawi, stabilitas dan reaktifitas dan informasi tambahan.
- Untuk alat kesehatan harus memiliki sertifikat of origin yang didalamnya tertera
asal dari alkes tersebut
- Sertifikat of analys. Didalamnya tertera jenis pengujian, spesifikasi yang harus
terpenuhi, hasil dari pengujian
- Untuk vaksin harus dilakukan pemeriksaan catatan pemantauan suhu.
Dimana, semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
6. Kemudian dilakukan pengisian kartu stock tiap barang yang masuk (penjelasan yang
hrus diisi dikartu stock) dan dilakukan penyimpanan.
7. Penyimpanan merupakan suatu kegiatan pengaturan sediaan yang dilakukan untuk
menghindari kerusakan baik secara fisik maupun kimiawi dengan tujuan agar aman
dan mutu terjamin. Adapun syarat dalam penyimpanan obat yaitu :
- Stabilitas dan keamanan
- Sanitasi
- Cahaya
- Kelembaban
- Ventilasi
- Penggolongan jenis sediaan
8. Area penyimpanan sediaan hanya boleh dimasuki oleh petugas farmasi yang diberi
kewenangan. Kemudian area penyimpanan harus dilakukan pemasangan cctv dan
penggunaan kartu stok untuk perlindungan kehilangan perbekalan farmasi. Dan
didalam area penyimpanan harus terdapat pengontrol suhu.
9. Penyimpanan obat dilakukan dengan beberapa metode yaitu, berdasarkan kelas terapi
(antiinflamasi, antidiabetes, antibiotik, dsb), jenis sediaan (obat, bahan obat, obat
tradisional, kosmetik, alkes dan BMHP), bentuk sediaan (tablet, sirup, gel, salep,
krim, inhalasi, dsb) .
10. Selanjutnya melakukan penyimpanan obat secara alfabetis.
11. Prinsip penyimpanan sediaan obat ada 2 yaitu :
- FIFO (First In First Out) yaitu Obat yang pertama masuk adalah obat yang
pertama dikeluarkan/diserahkan
- FEFO (First Expired First Out) yaitu obat yang pertama kadaluarsa atau expire
date nya lebih cepat adalah obat yang pertama dikeluarkan/diserahkan.
12. Selanjutnya penyimpanan obat high alert atau obat yang berelektrolit tinggi yaitu obat
yang membutuhkan kewaspadaan tinggi seperti kalium klorida 2 meq. Obat elektrolit
tinggi disimpan dilemari terpisah dengan pemberian logo high alert yang berwarna
merah. Kemudian untuk obat sitostatika disimpan ditempat yang sama dengan obat
high alert namun dengan logo berbeda
13. Untuk penyimpanan obat LASA (Look Alike Sound Alike) atau obat yang memiliki
kemiripan fisik maupun pengucapan yaitu disimpan di rak obat dengan pemberikan
logo LASA dan diberikan jarak (diantarai obat lain) diantara obat tersebut.
Kemudian penulisan obat LASA dilakukan dengan metode Tall Man Lattering yaitu
huruf yang berbeda dituliskan dengan huruf kapital. (graFALIN dan graTAZON).
14. Untuk penyimpanan obat narkotika dan psikotropika yaitu disimpan dilemari khusus
dimana lemari tersebut memiliki 2 pintu dan 2 kunci yang dipegang oleh 2 orang
berbeda (apoteker pj dan orang yang diberi kepercayaan oleh apoteker pj).
Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika yaitu dilemari yang sama namun
diperantarai sekat dan memiliki pintu berbeda. (ex. Narkotika : Morfin, Psiko :
Alprazolam)
15. Untuk penyimpanan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yaitu disimpan di lemari
terpisah yang dilengkapi logo dari setiap sediaan yang menunjukkan sifat dari sediaan
tersebut. (ex. Isopropil alkohol, dengan logo cairan mudah terbakar).
16. Untuk penyimpanan sediaan obat dalam lemari pendingin yaitu suhu 2-8oC dan
lemari pendingin dengan suhu (-15)-(-25)oC (ex. Suppositoria, Vial, dan Ampul)
harus dilengkapi pengontrol suhu dan kartu kontrol suhu lemari pendingin yang dicek
setiap pagi dan sore hari.
17. Untuk alkes dan obat emergency untuk keadaan darurat yang dapat dijangkau dalam
waktu 5 menit, disusun didalam troly yang dilengkapi dengan kunci pengaman
dispossable. Kemudian terdapat daftar obat emergency dengan kategori merah,
kuning dan hijau.
18. Sekian, wassalam.
graFALIN graTAZON MELoxicam PIRoxicam

Gliseril Guaikolat Metformin Asam Mefenamat CTM

Dexametazone Allopurinol Cefixime Salbutamol

LASA LASA LASA LASA LASA LASA


INSTALASI FARMASI

KHUSUS PETUGAS

TROLY EMERGENCY

RUANG
KONSELING
B3

BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Anda mungkin juga menyukai