Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

SARS DAN FLU BURUNG

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pengampu: Supardi,S.Kep.,Ns.,M.Sc

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

1. BELLA GUNTA AGESANG M (1902046)


2. LUTHFI ANITA ADHA K (1902055)
3. NABILA SEKAR RATNA P (1902062)
4. PUTRI NOVIA PUSPITASARI (1902065)
5. SISKA WAHYU WULANDARI (1902069)

D III KEPERAWATAN 2B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2020/ 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada ALLAH SWT, karena atas berkat rahmat dan
Hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini, dalam mata ajar keperawatan
Medikal Bedah. Dalam menyelesaikan tugas makalah ini, kami banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami kami mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada Bapak Supardi,S.Kep.,Ns.,M.Sc sebagai dosen pembimbing dari teman – teman
semua yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa hasil penyusunan makalah kami ini masih jauh dari kata
kesempurnaan,dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Untuk
itu kami memerlukan saran serta kritik yang membangun untuk menyempurnakan tugas makalah
ini.

Semoga maklah ini bisa bermanfaat bagi pembaca semua dalam mempelajari serta
memahami materi ini.

Klaten, 5 November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan Penulisan

BAB II : PEMBAHASAN

A. SARS
1. Definisi
2. Patofisiologi
3. Tanda dan Gejala
4. Penatalaksanaan
5. Program Pemerintah dalam Penanggulangan Penyakit
B. FLU BURUNG
1. Definisi
2. Patofisiologi
3. Tanda dan Gejala
4. Penatalaksanaan
5. Program Pemerintah dalam Penanggulangan Penyakit

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Endemik adalah suatu keadaan dimana penyakit secara menetap berada dalam
masyarakat pada suatu tempat / populasi tertentu. Epidemik ialah mewabahnya penyakit
dalam komunitas / daerah tertentu dalam jumlah yang melebihi batas jumlah normal atau
yang biasa. Sedangkan pandemik ialah epidemik yang terjadi dalam daerah yang sangat
luas dan mencakup populasi yang banyak di berbagai daerah / negara di dunia.
Suatu infeksi dikatakan sebagai endemik pada suatu populasi jika infeksi tersebut
berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar. Suatu infeksi
penyakit dikatakan sebagai endemik bila setiap orang yang terinfeksi penyakit tersebut
menularkannya kepada tepat satu orang lain (secara rata-rata). Bila infeksi tersebut tidak
lenyap dan jumlah orang yang terinfeksi tidak bertambah secara eksponsial, suatu infeksi
dikatakan berada dalam keadaan tunak endemik (endemic steady state) suatu infeksi yang
dimulai sebagai suatu epidemik pada akhirnya akan lenyap atau mencapai tunak endemik,
bergantung pada sejumlah faktor termasuk virotensi dan cara penulisan penyakit
bersangkutan. Sindrom pernafasan akut yang parah / Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS) disebabkan oleh infeksi virus dan hadir dengan gejala-gejala seperti flu (demam,
sakit kepala, menggigil, dan sakit otot) dan kesulitan bernafas, yang kadangkala menjadi
parah. Infeksi tersebut bisa jadi fatal.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi sars dan flu burung
2. Untuk mengetahui patofisiologi sars dan flu burung
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala sars dan flu burung
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari sars dan flu burung
5. Untuk mengetahui Program Pemerintah dalam Penanggulangan Penyakit

BAB II

ISI

A. SARS
1. Definisi
Sars  (Severe acute respiratory syndrome  atau kadang-kala severe Asian respiratory
syndrome) adalah sejenis penyakit pernafasan akut yang mengakibatkan penyakit
pada radang paru-paru  (atypical pneumonia) .  Sars adalah penyakit pernafasan akut
yang disebabkan oleh virus.
2. Patofisiologi
Patofisiologisevere acute respiratory syndrome(SARS) diawali dengan interaksi proteinpada
severe acute respiratory syndrome coronavirus(SARS-CoV)dengan sel di paru dan di jantung
manusia melalui reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2). Setelah memasuki sel
manusia, encoding genome akan terjadi untuk memfasilitasi ekspresi gen yang membantu
adaptasi virus dalam tubuh inang dan mengaktivasi jalur inflamasi.
Perlekatan dan Fusi Coronavirus
Perlekatan dan fusi SARS-CoV diawali oleh interaksi protein virus dengan sel manusia
melalui reseptor ACE2 yang diekspresikan di paru dan jantung manusia. Protein spike yang
terdapat pada permukaan SARS-CoV memiliki afinitas ikatan yang kuat dengan ACE2
manusia. Ikatan ini memungkinkan SARS-CoV masuk ke dalam membran sel inang dan
memediasi infeksi SARS-CoV pada paru.
3. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala SARS antara lain :
a. Sakit kepala,
b.     Batuk,
c. Sesak napas seperti asma,
d. Bersin,
e. Demam dengan suhu badan tinggi lebih dari 38 derajat Celcius,
f. Nyeri otot dan persendian serta
g. Sakit di dada terutama saat bernapas.
4. Test Diagnostik
Baku emas diagnosis severe acute respiratory syndrome (SARS) adalah pemeriksaan
laboratorium reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR). Namun
apabila RT-PCR tidak tersedia atau sulit dilakukan, penegakkan diagnosis dapat
dilakukan melalui anamnesis mengenai riwayat kontak dengan orang berisiko,
musang bulan dan kelelawar. Pemeriksaan fisik juga sangat penting untuk melihat
apakah SARS sudah menyebabkan sepsis hingga syok.[1-5]
Anamnesis
Perjalanan penyakit SARS terdiri atas dua fase, yaitu fase 1 dan fase 2. Fase 1
ditandai dengan gejala prodromal flu-like yang muncul dalam 2-7 hari pasca inkubasi.
Fase 2 adalah fase saluran pernapasan bawah yang muncul 3 hari pasca inkubasi atau
lebih.
Pada pasien SARS fase 1 biasanya ditemukan keluhan:
Demam
Fatigue
Sakit kepala
Myalgia
Malaise
Anoreksia
Diare
Sementara itu, pada pasien SARS fase 2 biasanya akan muncul keluhan seperti:
Batuk kering
Sesak napas, di mana terkadang gagal napas dapat terjadi[17]
Selain anamnesis gejala, biasanya anamnesis lebih dalam menemukan riwayat pasien
bepergian ke China ataupun negara endemis lain dalam 14 hari sebelum onset,
riwayat bekerja di pelayanan kesehatan, riwayat kontak dengan hewan reservoir
(musang bulan atau kelelawar), atau riwayat kontak dengan orang yang bepergian ke
China ataupun negara endemis lain.[1,5]
Pemeriksaan Fisik
Temuan pada pemeriksaan pasien SARS adalah gejala infeksi saluran pernapasan
derajat ringan hingga berat yang mirip dengan pasien pneumonia. Namun, terdapat
pula pasien SARS yang tidak bergejala sama sekali meskipun insidensinya kecil.
Oleh karena itu, dokter perlu mengembangkan clinical judgment bila menemukan
kasus yang dicurigai.[1,17]
Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Keadaan umum dan tanda-tanda vital yang dapat ditemukan pada pasien SARS antara
lain berupa:
Perubahan atau penurunan kesadaran umum
Peningkatan atau penurunan suhu tubuh (<360C atau ≥380C)
Tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg (terutama saat pasien mengalami syok
sepsis)
Peningkatan nadi di atas 90 kali per menit
Peningkatan laju pernapasan per menit menjadi ≥ 20 kali per menit
Penurunan saturasi oksigen di bawah 90%[1,18]
Pemeriksaan Toraks
Pada pemeriksaan toraks pasien SARS mungkin dijumpai:
Stridor dan retraksi dada
Pada pemeriksaan auskultasi sering kali tidak ada suara yang khas, namun suara paru
abnormal cenderung dijumpai pada saluran pernapasan atas dari pada saluran
pernapasan bawah[18]
Pemeriksaan Umum
Pada pemeriksaan umum pasien SARS mungkin ditemukan:
Tanda sianosis sentral akibat penurunan saturasi oksigen
Ekstremitas dingin pada kasus syok sepsis[11]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk SARS meliputi penyakit infeksi saluran pernapasan lainnya,
seperti influenza, pneumonia viral, dan pneumonia bakterial.
Influenza
Influenza dan SARS sama-sama disebabkan oleh virus yang menyerang saluran
pernapasan manusia. Gejala awal SARS juga sangat mirip dengan gejala influenza, di
mana pasien akan mengeluhkan demam, bersin, batuk, sakit kepala dan terkadang
diare. Meski demikian, SARS dengan cepat menyebar ke saluran pernapasan bawah
sehingga sering menunjukkan gejala dispnea. Selain itu, influenza umumnya akan
sembuh sendiri dalam waktu 4-9 hari sedangkan gejala SARS cenderung bertambah
berat.[19]
Pneumonia Viral
Presentasi klinis SARS umumnya sama dengan pneumonia yang disebabkan oleh
virus lain yakni demam tinggi, batuk kering, dan dispnea. Pada pemeriksaan
auskultasi juga dapat dijumpai suara ronkhi dan wheezing. Pada pemeriksaan rontgen
toraks bisa dijumpai gambaran infiltrat paru. Perbedaan SARS dengan pneumonia
viral lain adalah tidak dijumpainya SARS-CoV pada hasil pemeriksaan aspirat sistem
pernapasan pada pneumonia viral yang lain.
Pneumonia Bakterial
Pasien dengan pneumonia bakterial umumnya juga mengalami demam tinggi, batuk
dan dispnea seperti pasien SARS. Namun, pasien pneumonia bakterial terkadang
mengeluhkan nyeri pleuritik. Selain itu, pemeriksaan perkusi toraks umumnya
menemukan tanda-tanda konsolidasi dan pemeriksaan auskultasi menemukan suara
ronkhi basah. Pneumonia bakterial umumnya merespon baik terapi antibiotik yang
telah diberikan.[21]

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan real time reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR)
merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk SARS. Dengan melakukan RT-PCR,
dokter dapat mendiagnosa SARS secara definitif.

Real Time Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction

Pemeriksaan RT-PCR dari sputum dan swab tenggorok dapat menentukan diagnosis
SARS yang diikuti dengan genome sequencing. Pengambilan sampel ini sebaiknya
dilakukan sebelum pemberian antibiotik. Swab tenggorokan dan sputum dapat
mendiagnosis virus influenza, respiratory syncytial virus, virus parainfluenza,
rhinovirus, adenovirus, metapneumovirus, dan coronavirus. Pemeriksaan RT-PCR
dapat juga digunakan untuk mendeteksi SARS-CoV pada sampel lainnya seperti
serum dan feses.[22,23]

Pada pertengahan bulan Maret 2003, WHO menetapkan suatu jejaring (network)
global yang meliputi 11 laboratorium terkemuka di seluruh dunia sebagai upaya
untuk meneliti identifikasi kausa SARS. Laboratorium tersebut dipilih berdasarkan 3
kriteria, yaitu: mempunyai kemampuan ilmiah yang menonjol, memiliki fasilitas
biosafety level III, dan dapat menyumbangkan perangkat uji (battery of tests) dan
eksperimen yang diperlukan untuk memenuhi postulat Koch dalam mengidentifikasi
suatu penyakit.[24]
Studi oleh Yam WC et al mencoba membandingkan protokol pemeriksaan RT-PCR
pada dua jejaring laboratorium SARS WHO di Hong Kong dan di Hamburg.
Sebanyak 303 spesimen klinis dikumpulkan dari 163 pasien yang diduga menderita
SARS. Adapun sensitivitas diagnostik dari WHO Hong Kong dan WHO Hamburg
adalah 61% dan 68% (spesimen aspirasi nasofaring), 65% dan 72% (spesimen swab
tenggorokan), 50% dan 54% (spesimen urin), serta 58% dan 63% (spesimen tinja),
dengan spesifisitas keseluruhan 100%.[25]
Pemeriksaan Antibodi
Pemeriksaan antibodi untuk coronavirus meliputi pemeriksaan indirect fluorescent
antibody (IFA) ataupun enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Pemeriksaan
ini dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi spesifik setelah infeksi. Meskipun
antibodi ini dapat ditemukan pada beberapa pasien selama fase akut (onset gejala 14
hari), hasil tes negatif pada sampel yang diperoleh kurang dari 28 hari setelah onset
gejala tidak menyingkirkan diagnosis SARS.[26,27]
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan severe acute respiratory syndrome(SARS) berfokus pada pemberian terapi
suportif untuk mencegah morbiditas dan mortalitas. Hal ini dikarenakan terapi definitif
untuk SARS belum tersedia sebab belum ada antiviral yang terbukti efektif menangani SARS.
Terapi suportif mencakup pemberian oksigen, ventilasi, hidrasi, antipiretik, analgesik, serta
antibiotik untuk kasus infeksi sekunder oleh bakteri.Untuk mencegah transmisi terutama
transmisi nosokomial, pasien yang dicurigai SARS harus dirawat di ruang isolasi dengan
ventilasi negatif agar tidak menginfeksi pasien lain. Pasien perlu dipantau sampai hasil tes
reverse-transcriptase polymerase chain reaction(RT-PCR) terkonfirmasi negatif dan pasien
sudah menunjukkan perbaikan klinis. Selain itu, tenaga kesehatan yang merawat pasien
probable atau terkonfirmasi SARS harus menggunakan alat pelindung diri dan lebih
dianjurkan untuk menggunakan respirator N95 dari pada masker bedah.
6. Program Pemerintah
Menkes lebih lanjut menegaskan, sampai dengan tanggal 30 Maret 2003 penyebab
yang pasti dari SARS belum dapat dipastikan, tetapi tim WHO memperkirakan
penyebabnya adalah corona virus. Penularan terjadi melalui kontak erat dengan
penderita, baik sewaktu berbicara, batuk atau bersin. Penularan melalui udara,
misalnya penyebaran udara, ventilasi, dalam satu kendaraan, dalam satu gedung tidak
terjadi asal tidak kontak langsung dan berhadapan dengan penderita. Masa inkubasi
berdasarkan penelitian sementara ditetapkan 2-10 hari.
Upaya penanggulangan ditujukan untuk memperkecil angka kematian, membatasi
penularan serta penyebaran penyakit agar tidak meluas ke daerah lain. Di
Bandara/Pelabuhan, semua penumpang alat angkut dari negara/wilayah terjangkit
SARS diberikan Kartu Kewaspadaan Kesehatan (Health Alert Card) pada saat tiba di
bandar udara, pelabuhan laut atau pos lintas batas darat. Jika ada penumpang yang
diduga menderita SARS maka petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)
menyiapkan diri dengan mengenakan masker untuk memeriksa dan memberikan
pertolongan medis seperlunya serta merujuk ke rumah sakit yang telah ditetapkan.
Penanganan penumpang lain dalam alat angkut yang membawa penumpang yang
diduga menderita SARS dilakukan sebagai berikut:

Penumpang bukan transit dicatat nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah dan
pekerjaannya dan diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat tinggal
atau tempat tujuan perjalanannya serta diberikan Kartu Kewaspadaan Kesehatan.
Penumpang transit ke dalam negeri dicatat nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah
dan pekerjaan dan diserahkan kepada Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP),
memberitahukan KKP tujuan serta diberikan Kartu Kewaspadaan Kesehatan.
Penumpang transit ke luar negeri, diberikan penjelasan seperlunya bahwa di dalam
alat angkut yang ditumpangi terdapat penumpang yang diduga menderita SARS. KKP
juga memberitahukan Pilot Pesawat atau Nakhoda Kapal agar sebelum sampai di
tempat tujuan memberitahukan kepada Bandar udara atau pelabuhan laut bahwa alat
angkut tersebut membawa penumpang yang diduga menderita SARS.
Sedangkan penanganan di luar bandara/pelabuhan tata laksana pasien yang diduga
menderita SARS agar mengikuti rambu-rambu perawatan penderita SARS secara
cermat dan menerapkan tindakan pencegahan penularan melalui udara, droplet dan
kontak. Pasien dengan kemungkinan SARS harus diisolasi dan dirawat di ruang
tekanan negatif dengan pintu tertutup, ruang sendiri dengan fasilitas kamar mandi,
pengelompokan penderita di dalam suatu tempat dengan sistem ventilasi udara
tersendiri. Apabila sistem ventilasi tidak tersendiri, maka direkomendasikan untuk
mematikan AC dan membuka jendela agar ventilasi udara menjadi lancar tetapi
sedapat mungkin pasien yang dinyatakan SARS dipisahkan dengan pasien yang
dicurigai lainnya atau mempunyai gejala yang sama.
B. Flu Burung
1. Definisi
Flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dari Family
Orthomyxomiridae. Virus ini dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada
unggas, mulai dari yang ringan (Low Pathogenic) Influensa A (H5N1) merupakan
penyebab wabah flu burung yang sangat mematikan di Hongkong, Vietnam,
Thailand, Indonesia dan Jepang.Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A .
Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat
berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi.
Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua
huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak
jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2,
H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9. Strain yang sangat
virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus
tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 0C dan lebih dari 30
hari pada 00C. Virus akan mati pada pemanasan 600 0C. selama 30 menit atau 560 C
selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang
mengandung iodine.

2. Patofisiologi
Patofisiologi flu burung (avian influenza) berbeda dengan penyakit influenza pada
umumnya, terjadi mutasi genetik baik secara antigenic driftataupun antigenic shift guna
mempertahankan diri dan meningkatkan sifat patogenitasnya dengan membentuk varian-
varian baru. Terdapat 2 glikoprotein pada membran virus flu burung, yakni hemagglutinin
(HA) dan neuraminidase (NA).Pada fase awal, infeksi virus melibatkan banyak glikoprotein
HA yang berikatan dengan reseptor yang mengandung sialic acid(SA) pada rantai samping
karbohidrat dari permukaan glikoprotein dan glikolipid. [4-6] Setelah terjadi replikasi virus,
enzim penghancur reseptor yakni neuraminidase (NA) akan menghilangkan sialic acid (SA)
dari permukaan sel yang terinfeksi sehingga terbentuk virus baru untuk menginfeksi sel
lebih banyak.Virus flu burung lebih banyak menginfeksi saluran pernapasan bagian bawah
karena adanya perbedaan pada protein hemaglutinin dan jenis residu dari sialic acid (SA)
yang mengikat protein dibandingkan dengan virus influenza pada umumnya. Pada virus flu
burung, terdapatsialic acid alpha(2-3) galactose yang ditemukan di terminal bronkus dan
alveoli. Sedangkan, pada virus influenza terdapat sialic acid alpha (2-6) galactoseyang
ditemukan pada sel epitel di saluran pernapasan bagian atas.

3. Tanda dan Gejala


Gejala Flu Burung
Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.
1. Gejala pada unggas.
a) Jengger berwarna biru,
b) Borok di kaki,
c) Kematian mendadak.
2. Gejala pada manusia.
a) Demam (suhu badan diatas 38 0C),
b) Batuk dan nyeri tenggorokan,
c) Radang saluran pernapasan atas,
d) Pneumonia,
e) Infeksi mata,
f) Nyeri otot.
4. Test Diagnostik
Diagnosis flu burung ditegakkan pada pasien dengan keluhan flu-like symptoms
dengan riwayat kontak, dan dikonfirmasi melalui pemeriksaan isolasi atau biakan
virus, PCR (Polymerase Chain Reaction), dan uji serologi.
Anamnesis
Manifestasi klinis flu burung tergantung pada subtipe virus yang menginfeksi, mulai
dari tanpa gejala hingga pneumonia dengan gagal organ multipel.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal adalah penilaian keadaan umum secara cepat agar keadaan yang
mengancam jiwa dapat ditangani segera. Lalu, dilakukan penatalaksanaan secara definitif
dengan antivirus.Selain daripada itu, survailans dan penanganan dini komplikasi (seperti
pneumonia dan acute respiratory distress syndrome) juga merupakan bagian penting dari
tatalaksana flu burung.
6. Program Pemerintah
Menurut Menkokesra, masalah penanggulangan flu burung saat ini, yaitu kelambatan
deteksi dini flu burung di puskesmas, klinik swasta; Keterbatasan kapasitas RS untuk
merespon flu burung terutama RSUD Kabupaten dan RS Swasta sebagai tempat
pengobatan pertama bagi masyarakat; Masih rendahnya kepedulian masyarakat
terhadap ancaman flu burung; restrukturisasi usaha perunggasan terutama kurangnya
kesehatan lingkungan; dan sulitnya relokasi tempat penampungan dan pemotongan
unggas.
Karena itu, sebagai tindak lanjut, perlu dilakukan penguatan surveilans terpadu pada
unggas dan manusia; intensifikasi sosialisasi peningkatan kewaspadaan flu burung
oleh pemerintah namun tidak membuat panik masyarakat; peningkatan kapasitas RS
rujukan FB melalui penguatan tindakan life saving di Unit Gawat Darurat (UGD)
rumah sakit rujukan flu burung; simulasi respon flu burung memanfaatkan sarana
kesehatan pemerintah dan swasta serta pemberdayaan masyarakat; penguatan riset
memantau perkembangan virus H5N1; dan penguatan sistem One Health (kesehatan
hewan, kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan dan kesehatan satwa liar).
Ditambahkan oleh Menkes, sistem kewaspadaan yang dilakukan Kemenkes antara
lain dengan mengembangkan sentinel surveilans, baik di tingkat puskesmas di seluruh
Indonesia untuk pemeriksaan spesimen pada pasien dengan gejala flu, maupun
sentinel surveilans di rumah sakit, yang khusus untuk pasien dengan penyakit paru-
paru akut. Selain itu, dilakukan juga surveilans bersama dengan Kementerian
Perrtanian dan Dinas Peternakan.
Saat ini kita akan meningkatkan kemampuan laboratorium, artinya, jangan hanya 1
laboratorium di Jakarta saja yang mampu memeriksa, tapi kita mempunyai jejaring 42
laboraturium di seluruh Indonesia. Kasus Flu burung termasuk kasus yang jarang, jadi
diperlukan juga peningkatan kemampuan sumber daya manusianya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Flu Burung (Avian Influenza - AI) adalah penyakit unggas yang menular disebabkan virus
influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae. Virus ini paling umum menjangkiti unggas
(misalnya ayam peliharaan, Kalkun, Itik, Puyuh, dan Angsa) juga berbagai jenis burung liar.

Flu burung termasuk jenis penyakit yang sangat menular, menular dengan sangat cepat dan
dapat menyebabkan kematian. Penanggulangan penyakit ini harus cepat, tepat, dan cermat
karena dapat menyebabkan kematian pada unggas dengan cepat. Selain pada unggas, penyakit
ini juga dapat menyerang pada manusia. Penanggulangan pada penyakit ini dengan menjaga
kebersihan, hindari kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi dan memasak hewan
unggas untuk konsumsi secara matang.

B. Saran

Dalam penulisan makalah Penyakit Flu Burung ini masih banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki. Kami sebagai penulis membuka kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Informasi-informasi seputar flu burung dalam makalah ini tidak
kami sebutkan semua, namun hanya beberapa yang dapat menunjang penyusunan makalah.
Dan pada akhirnya makalah ini diharapkan dapat membuat masyarakat tahu akan pentingnya
pencegahan dan pemberantasan penyakit flu burung yang terjadi di negara Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kemkes.go.id/article/view/1790/kesiapsiagaan-pemerintah-terhadap-flu-burung-
cukup-tinggi.html

https://www.kemkes.go.id/article/view/495/pemerintah-menetapkan-sars-sebagai-penyakit-yang-
dapat-menimbulkan-wabah.html

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/severe-acute-respiratory-syndrome-sars

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/flu-burung

Anda mungkin juga menyukai