Dosen Pengampu :
Felga Zulfia Rasdiana, S.TP, M.Si,
2.2. BahanLarutan
dan fungsinya
disaring menggunakan kertas saring
3. Prosedur
Kemudiankerja/pembuatan
panaskan dan homogenkan larutan (agar 0,5%/100 ml, Asam
askorbat 2 gr/l, asam sitrat 4,5 gr/l) dengan menggunakan hoteplate
5. Pembahasan
Pada praktikum ini yaitu pembuatan edible coating dengan menggunakan
bahan baku utama adalah lidah buaya dengan menggunakan teknik pencelupan.
Lidah buaya berisi Gel sebagian besar gel terdiri atas air dan sisa nya berupa
padatan terutama adalah karbohidrat, vitamin, protein dan minerak dan bahan
senyawa aktif yang mengandung antimikroba dan antioksidan. Gel lidah buaya
tidak memiliki warna, ridak berbau, dan tidak mempengaruhi terhadap rasa dan
rupa pada buah dan sayur serta lidah buaya juga aman untuk digunakan ( Susana,
et al. 2004).
Dalam pembuatan edible coating bahan baku yang digunakan harus sesuai
yaitu bahan yang mengandung hydrocolloids ( perotein, polisakarida dan
alginate ), lemak ( asam lemak, acyglycerol ) dan komposit ( gabungan dari
keduanya ). Selain itu bahan pembuatan edible coating juga harus mampu
menahan permeasi oksgen dan uap air, tidak menimbulkan perubahan pada
makanan dan aman untuk dikonsumsi. Edible coating dalam produk pangan
berperan dalam menjaga kelembaban, menahan pertukaran gas, melindungi dari
kerusakan fisik dan senyawa volatil dan menambah ketahanan produk ( Saltveit,
2006 ).
Pada pembuatan edible coating lidah buaya dihaluskan mennggunakan
blender kemudian disaring sehingga menghasilkan larutan tanpa ampas.
Selanjutnya larutan di campurkan dengan aquades sebanyak 600 ml dan
dihomogenkan. Setelah itu ditambahkan agar 0,5%/100 ml, asam sitrat 4,5 gr/l
dan asam askorbat 2 gr/l dan dipanaskan lagi sampai homogen. Setelah itu
dilakukan pengukuran pH pada larutan yang dihasilkan. Pada pembuatan edible
coating ini digunakan teknik pencelupan. Larutan yang telah selesai
dihomogenkan dipindahkan kedalam gelas ukur dan bahan yang akan dikemas
adalah buah belimbing. Setelah dilakuka pencelupan pada beleimbing kemudian
belimbing dikeringkan.
Menurut Mardiana (2008) gel lidah buaya sebagai edible coating dapat
berperan baik dalam menahan laju respirasi dan beberapa perubahan fisiologis
akibat proses pematangan pada buah anggur selama penyimpanan, karena gel
tersebut terdiri dari polisakarida yang mampu mereduksi aktivitas enzim,
menghambat transfer gas CO2 dan O2, serta mengandung banyak komponen
fungsional yang mampu menghambat kerusakan produk pasca panen. Selain itu,
senyawa antimikroba yang terkandung dalam gel lidah buaya ternyata mampu
mencegah poliferasi mikroba pada buah anggur tersebut.
Pengujian kadar pH dilakukan dengan kertas lakmus yang dicelupkan
kedalam larutan edible coating. dari pengujian yang dilakukan kadar pH larutan
edible coating menggunakan lidah buaya memiliki pH 4. Berdasarkan analisis
sensori yang dilakukan dengan membandingkan antara buah belimbing yang
diberi perlakuan menggunakan edible coating dan yang tidak diberi edible
coating kemudian didiamkan selama 12 hari maka hasil yang didapatkan adalah
buah belimbing yang diberi lapisan edible coating lebih segar dari segi bentuk,
ukuran dan warna dibandingkan dengan belimbing yang tidak dilapisi edible
coating.
6. Keunggulan/kelemahan
6.1. Keunggulan
1. dapat menurunkan aw permukaan bahan sehingga kerusakan akibat
mikroorganisme dapat dihindari.
2. dapat memperbaiki struktur permukaan bahan sehingga permukaan
menjadi mengkilap.
3. dapat mengurangi terjadinya dehidrasi sehingga susut bobot dapat
dicegah.
4. dapat mengurangi kontak antara permukaan buah dengan oksigen
bebas sehingga menghindari terjadinya proses oksidasi yang dapat
menyebabkan ketengikan buah
5. Meningkatkan resistensi warna, asam, gula dan komponenflavor
6. Mempertahankan kualitas dan mutu saat penyimpanan atau pengiriman
7. Memperpanjang umur simpan pangan
8. Mengurangi penggunaan kemasan sintetik atau kemasan yang tidak
dapat didaur ulang
9. Kemasan yang ramah lingkungan
10. sifat asli produk seperti flavor dapat dipertahankan
11. dapat memperbaiki penampilan produk
6.2. Kelemahan
Edible coating memiliki kelemahan yaitu karena berbahan dasarnya terbuat dari
pati sehingga mudah terjadi resistensi terhadap air yang rendah dan sifat
permeabilitas terhadap air juga rendah karena sifat hidrofiliki pada pati dapat
memperbaharuhi stabilitas dan sifat meknisnya.
7. 5 bahan alami lain yang dapat dijadikan bahan pembuat edible coating
1) Biji Nangka
Biji nangka merupakan salah satu sumber bahan pati yang banyak
ditemukan namun belum banyak dimanfaatkan selama ini. Biji nangka
merupakan limbah padat. Limbah biji nangka memiliki kandungan
yang dapat digunakan. Salah satu kandungannya adalah padi yang
cukup besar dan juga biji nangka memiliki karbohidrat dalam kadar
yang tinggi sehingga dapat diekstrak senyawa patinya sebagai bahan
dalam pembuatan edible coating.
2) Pati jagung
Pati jagung merupakan senyawa polimer yang dapat digunakan dalam
pembuatan edible film / coating. Pati digunakan dalam industry
sebagai biodegradable film untuk menggantikan polimer plastik
karena ekonomis, diperbaharui, dan memberikan karakteristik fisik
yang baik. Pati jagung memiliki kadar amilosa tinggi sekitar 25%
sehingga dapat mengembangkan posensi kapasitas dalam pembuatan
film yang kuat.
3) Kulit kedondong
Kulit kedondong dapat digunakan dalam pembuatan edible coating.
karena kuling kendondong memiliki kandungan petin dalam jumlah
yang cukup tinggi yaitu 9 % - 30 %. Pektin merupakan salah satu
turunan polisakarida yang berfungsi sebagai membrane permeable
selekttif terhadap pertukaran gas CO2 dan O2. Oleh sebab itu,
penggunaanya umur simpan karena respirasi buah dan sayuran menjadi
kurang.
4) Kolang kaling
Kolang kaling merupakan bahan dasar yang dapat dijadikan sebagai
pembuatan edible coating karena memiliki kandungan serat dalam
jumlah yang tinggi 10,52%. Selain itu juga terdapat karbohidrat dalam
biji aren adalah galaktomanan yang terkandung sebesar 4,15%. Namun
lapisan edible coating yang dihasilkan oleh kolang kaling terlalu tipis
dan mudah rapuh, oleh sebab itu maka diperlukan penambahan
senyawa atau komponen lain yang berfungsi sebagai bahan pengental
dalam pembuatan edible coating.