KELOMPOK 18
DOSEN PENGAMPU:
CESAR WELYA REFDI, S.TP, MP
WELLYALINA, S.TP, MP
I. PENDAHULUAN
Diabetes melitus adalah penyakit metabolic yang ditandai dengan tingginya
kadar glukosa dalam darah seseorang, hal ini terjadi karena kerusakan sistem
sekresi insulin (Canivell and Gomis,2014). Penderita Diabetes Melitus mengalami
gangguan metabolisme distribusi glukosa sehinga tubuh tidak dapat memproduksi
insulin dalam jumlah yang cukup sehingga gula dalam darah berlebihan. Penyakit
Diabetes melitus ini dapat menyerang berbagai usia mulai dari anak- anak hingga
orang dewasa. Jenis diabetes yang paling banyak diderita umumnya adalah
Diabetes Tipe 2. Diabetes jenis ini bersifat progresif sehingga penderita harus
selalu kontrol gula darah agar keadaan tidak memburuk dan mencegah terjadinya
risiko komplikasi (Franz,2012)
Pengendalian terhadap penyakit ini dapat dilakukan salah satunya dengan cara
mengontrol pola makan seperti mengkonsumsi makanan yang tidak menimbulkan
peningkatan glukosa. Konsumsi pangan yang berserat dan indeks glikemik rendah
dapat menurunkan penyerapan glukosa, memperbaiki sensitivitas insulin (Zhang
et al.,2007). Penderita Diabetes Melitus selain membutuhkan makanan utama,
juga membutuhkan makana selingan untuk mengendalikan kadar glukosa dalam
darah, makanan selingan juga berfungsi untuk mencegah hipoglikemia yang biasa
terjadi pada malam hari. Mengkonsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah
dapat menjadikan kadar glukosa dalam darah cendrung stabil karena glukosa
diserap secara perlahan sehingga tidak menyebabkan penurunan glukosa darah
secara drastis. Konsep indeks glikemis mulai diperkenalkan untuk memberi
gambaran tentang hubungan antara karbohidrat dalam makanan dengan kadar
glukosa darah. Indeks glikemik merupakan tingkatan pangan menurut
efeknyaterhaap gula darah. Nilai indeks glikemik berkisar antara 1-100 dan di
bagi menjadi tiga level, yaitu rendah (<55), sedang (55-70) dan tinggi (>70)
(Rimbawan dan Siagian, 2004).
Bentuk olahan sederhana untuk makanan selingan bisa berupa biskuit atau
cookies yang dibuat dengan bahan dasar yang mengandung indeks glikemis
rendah serta tinggi serat. Cookies merupakan produk olahan kering yang memiliki
daya awet tinggi sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Salah satu
bahan yang dapat digunakan sebagai pengganti tepung biasa adalah tepung beras
hitam. Indeks glikemik beras hitam tergolong rendah yaitu 42,3. Hal tersebbut
disebabkan oleh kandungan seratnya yang tinggi (Yang,2006). Pada penderita
diabetes serat larut berfungsi untuk menangkap karbohidrat dan memperlambat
proses penyerapan glukosa sehingga dapat menurunkan glukosa dalam darah.
2.3 Metode
Prosedur Analisa Proksimat
Uji proksimat dilakukan pada Beras Hitam yang meliputi analisis
kandungan zat gizi yaitu protein dianalisis dengan metode Kjeldahl, lemak
dengan metode Soxhlet, karbohidrat dengan metode by difference, kadar
air dengan metode oven; kadar abu dengan metode pengabuan kering;
kadar serat pangan menggunakan metode enzimatik gravimetri (Afifah
dkk, 2020)
( ∆ 90−∆ 120 ) t
2
Ket:
L= Luas area di bawah kurva
t = interval waktu pengambilan darah (30 menit)
∆30= selisih kadar glukosa darah 30 menit setelah beban dengan puasa
∆60= selisih kadar glukosa darah 60 menit setelah beban dengan puasa
∆90= selisih kadar glukosa darah 90 menit setelah beban dengan puasa
∆120= selisih kadar glukosa darah 120 menit setelah beban dengan puasa
Data yang akan dikumpulkan berupa nilai gizi beras hitam, indeks
glikemik, pengaruh nilai indeks glikemik rendah pada beras hitam
terhadap Kesehatan dan tingkat penerimaan cookies beras hitam.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Nilai Gizi
Berdasarkan jurnal penelitian tentang analisis proksimat beras hitam
menyatakan niai gizi beras hitam (Kereh dkk, 2016) :
Dalam beras hitam juga terdapat kandungan nutrisi lainnya seperti kandungan
vitamin C dan Vitamin E. Total kebutuhan energi yang dianjurkan untuk penderita
diabetes mellitus adalag 35 kal/Kg BB (12). Makanan selingan berfungsi untuk
membantu mencukupi kebutuhan gizi serta mengontrol glukosa darah dan
kandungan gizi persajian makanan selingan umunya sebesar 10-15 % dari total
kebutuhan kalori harian dan dapat dikonsumsi sebanyak 2-3 kali sehari, sehingga
kalori per sajian makanan selingan penderita DM adalah 200 kkal dan porsi
penyajian cookies menurut Powell adalah sebesar 25 gram (Powell et al., 2002).
Makanan selingan bagi penderita DM sendiri dikembangkan dengan tujuan untuk
mencegah hiperglikemia dengan menggunakan bahan baku rendah IG dan tinggi
serat. (Widiawati dan Anjani, 2017)
Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan bagi penderita DM tipe 2 adalah 55%
dari kebutuhan kalori harian. Sehingga diperoleh kebutuha karbohidrat makanan
selingan per satu takaran saji adalah sebanyak 27,5 gram.
Kebutuhan protein bagi penderita DM tipe 2 adalah 20% dari kebutuhan
kalori harian , sehingga diperoleh kebutuhan protein makanan selingan per satu
takaran saji adalah sebanyak 10gram. Protein dapat rusak atau berkurang dikarena
proses pemanasan. Kandungan protein yang rendah berhubungan dengan reaksi
Maillard. Reaksi ini terjadi pada suhu pemanggangan diatas 1150C selama kurang
lebih 30 menit akan mengakibatkan kehilangan asam amino sebanyak 15%
Kebutuhan lemak yang dianjurkan bagi penderita DM tipe 2 adalah 25% dari
kebutuhan kalori harian, sehingga diperoleh kebutuhan lemak makanan selingan
per satu takaran saji adalah sebanyak 5,56gram. Sumber lemak pada cookies dapat
berasal dari margarin dan kuning telur
Asupan serat yang dianjurkan untuk penderita DM tipe 2 adalah sebesar
25g/hari (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2011). Pada penderita DM, serat
kasar akan mempertebal kerapatan dan ketebalan sampuran makanan pada saluran
pencernaan dan mengambat pergerakkan enzim sehingga proses
pencernaanmenjadi lambat dan respon gula menjadi rendah (Rimbawan dan
Albiner, 2004)
Tingkat Penerimaan
Analisa tingkat penerimaan dilakukan dengan empat kategori pengujian yaitu
warn, aroma, tekstur dan rasa dari produk cookies tepung beras hitam (Widiawati
dan Anjani, 2017)
1. Warna
Para subjek menyukai warna dari produk cookies tepung beras hitam.
2. Aroma
Para subjek tidak terlalu menyukai aroma cookies tepung beras hitam hal
tersebut mungkin disebabkan oleh reaksi Mailard yang memengaruhi
parameter aroma, dimana komponen aromatic dari cokies hilang atau
berkurang selama proses perlakuan panas.
3. Tekstur
Tekstur dari cookies tepung beras hitam kurang disukai para subjek. Hal
tersebut dikarenakan tekstur nya yang kurang renyah. Hal tersebut karean
kandungan lemak pada cookies tepung beras hitam yang tidak terlalu tinggi.
Tekstur dipengaruhi oleh lemak di dalam bahan. Cookies yang mengandung
lemak tinggi akan mudah dipatahkan jika dibandingkan dengan cookies
dengan lemak rendah. Hal ini dikarenakan lemak akan melumaskan struktur
internal pada adonan untuk mendapatkan tingkat pengembangan yang lebih
baik pada saat proses pemanggangan.
4. Rasa
Untuk penerimaan rasa, para subjek masih asing dengan rasa yang dihasilkan
oleh cookies tepung beras hitam. Rendahnya nilai rasa pada tangkat
penerimaan diakibatkan karena tepung beras hitam tidak umum digunakan
dalam pembuatan cookies dan memiliki rasa yang kurang manis.
IV. KESIMPULAN
Cookies tepung beras hitam merupakan makanan selingan dengan indeks
glikemik yang renda dan tinggi serat. Mengkonsumsi makanan dengan indeks
glikemik rendah dapat membantu mengontrol kadar glukosa dalam darah serta
dapat menurunkan beban glikemik. Cookies tepung beras hitam memiliki indeks
glikemik sebesar 39,74% dan beban glikemik 4,75.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai indeks glikemik pada bahan
anatara lain: kadar amilosa, kadar protein dan lemak, cara pengolahan dan kadar
serat pangan. Untuk tingkat penerimaan, cookies tepung beras hitam masih
terlalu asing untuk dikonsumsi, selain itu rasanya yang tidak terlalu mandi serta
tekstur yang tidak rapuh menjadi alasan tingkat penerimaan terhadap cookies
tepung beras hitam ini tidak terlalu tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, D.N., Sari Indah,L.N., Sari, D.R., Probosari, E., Wijayanti, H.S.,
Anjani, G. Analisis Kandungan Zat Gizi, Pati Resisten, Indeks
Glikemik, Beban Glikemik dan Daya Terima Cookies Tepung Pisang
Kepok Termodifikasi Enzimatis danTepung Kacang Hijau. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan 9(3). 2020.
Franz, M.J. 2012. Medical Nutrition Theraphy for Diabetes Mellitus and
Hypoglycemia of Nondiabetic. In: Mahan LK, SE S, editors.
Krause’s Food and the Nutrition Care Process. WB Saunders
Company, Philadelphia.
Gropper SS, Smith JL, Groff JL. Carbohydrates. Advanced Nutrition and Human
Metabolism 5 th edition. Canada: Wadsworth;2009. p. 69-77.
Haliza, W., E.Y. Purwani, dan S. Yuliani. 2006. Evaluasi kadar pati tahan cerna
dan nilai indeks glikemik mi sagu. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan
XVII(2): 149152.
Heather R, et al. 2001. The effect of flexible low glycemic index dietary advice
versus measured carbohydrate exchange diets on glycemic control in
children with type 1 diabetes. Diab Care Vol. 24:1137-1143.
Hu, P., H. Zhao, Z. Duan, Z. Linlin, and D. Wu. 2004. Starch digestibility and
the estimated glycemic score of different types of rice differing of
amylase content. J. Cereal Sci. 40: 231237.
Kereh, B.C., Mayulu, N., Kawengian, S.E. Gambaran Kandungan Zat- Zat Gizi
Pada Beras Hitam (Oryza sativa L.) Varietas Enrekang. Kandidat Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Vol.4 No.1.
2016.
Mcgonigal, A., Jane, K. 2008. Low Glycemic Index Diets. The Journal for Nurse
Practitioners - JNP. American College of Nurse Practitioners: 689-696
Nisviaty, A. 2006. Pemanfaatan tepung ubi jalar klon bb00105.10 sebagai
glikemiknya. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor. 110 hlm
Powell KF, Holt SHA, Miller JCB. International table of glycemic index and
glycemic load. The American Journal of Clinical Nutrition. 2002. 76:5-56.
Trinidad, T.P., A.C. Mallillin, R.S. Sagum, and R.R. Encabo. 2010. Glycemic
index of commonly consumed carbohydrate foods in the Philippines.
J. Functional Foods 2: 271274.
Widiawati, A.A., Anjani,G. Cookies Tepung Beras Hita dan Kedelai Hitam
Sebagai Alternatif Makanan Selingan Indeks Glikemik Rendah. Journal of
Nutritional College. Vol.6 No.2. 2017
Yang YX, Wang HW, Cui HM, Wang Y, Yu LD, Xiang SX, et all. Glycemic
index of cereals and tubers produced in China. World J Gastroenterol
2006;12(21):3430-3.
Zhang, W.Q., Wang, H.W., Zhang, Y.M., Yang, Y.X. 2007. Effect of Resistant
Strach on Insulin Resistance of Type 2 Diabetes Mellitus Patients. Chinese
Journal of Preventive Medicine 41(2): 101-104. PMID: 17605
LAMPIRAN
NO BP NAMA BAGIAN
1811122044 TENGKU RIVA’I SAPUTRA Lampiran, editing,
crosscheck jurnal
1811122045 VELINA ANJELIA Hasil dan Pembahasan
1811122046 RETNO GUSTI DEVI Metode Penelitian
1811122048 YUNESKA CAROLLINE Pendahuluan, metode
penelitian, hasil dan
pembahasan, kesimpulan
1811122049 YULIA RESTI PRATIWI Kesimpulan